Anda di halaman 1dari 11

MORFEMIS DAN MORFOFONEMIK

PENGAMPU : DRA. SRI BUDI A.

LINGUISTIK UMUM

OLEH : KELOMPOK 9 / 2016-B

1. ELOK FITRI AUDINA / 1652000

2. DITA FEBRIANA PUTRI / 165200042

UNIVERSITAS PGRI ADIBUANA SURABAYA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

SURABAYA

TAHUN 2016

i
KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWr. Wb.

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak
memberikan beribu-ribu nikmat kepada kita umatnya. Rahmat beserta salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita, pemimpin akhir zaman yang sangat dipanuti oleh
pengikutnya yakni Nabi Muhammad SAW. Proses Morfemis dan Morfofonemik ini
sengaja di bahas karena sangat penting untuk kita khususnya sebagai mahasiswa yang ingin
lebih mengenal mengenai proses morfemis dan morfofonemik.

Selanjutnya, penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah


memberikan pengarahan-pengarahan sehingga kami dapat menyelesaikan paper ini dengan
tepat waktu. Tidak lupa juga kepada ibu dosen dan teman-teman yang lain untuk memberikan
sarannya kepada kami agar penyusunan makalah ini lebih baik lagi.

Demikian, semoga paper ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya
semua yang membaca makalah ini.

Wassallamualaikum Wr. Wb.

Surabaya, 1 Desember 2016

Penyusun

KELOMPOK 9

ii
DAFTAR ISI

Halaman

Cover..i

Kata Pengantar...ii

Daftar Isi....iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..1
B. Rumusan Masalah.2
C. Tujuan Masalah.2

BAB II PEMBAHASAN

A. Proses Morfemis....3
B. Morfofonemik6

Bab III PENUTUP

A. Kesimpulan7
B. Saran..7

DAFTAR PUSTAKA8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses morfemis, atau proses morfologis, atau proses gramatikal pada dasarnya adalah
proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses
afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi), penggabungan (dalam proses komposisi),
pemendekan (dalam proses akronimisasi), dan pengubahan status (dalam proses konversi).
Prosedur ini berbeda dengan analisis morfologi yang mencerai-ceraikan kata (sebagai satuan
sintaksis) menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.

Sebagaimana tertera, kalau dalam analisis morfologi, seperti menggunakan teknik


immediate Constituen Analysis, terhadap kata berpakaian misalnya, mula-mula kata
berpakaian dianalisis menjadi bentuk ber- dan pakaian; lalu membentuk pakaian dianalisis
lagi menjadi bentuk pakai dan an. Maka dalam proses morfologi prosedurnya dibalik. Mula-
mula dasar pakai diberi sufiks an menjadi pakaian. Kemudian kata pakaian itu diberi prefix
ber- menjadi berpakaian. Jadi, kalau analisis morfologi mencerai-ceraikan data kebahasaan
yang ada, sedangkan proses morfologi mencoba menyusun dari komponen-komponen kecil
menjadi sebuah bentuk yang lebih besar yang berupa kata kompleks.

Proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem


yang satu dengan yang lain (Samsuri, 1982:190). Atau, proses yang dialami bentuk-bentuk
lingual dalam menyusun kata-kata (Ahmadslamet, 1982:58). Lebih jelas, proses morfologis
adalah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya
(Ramlan, 1983:44). Proses morfologis melibatkan komponen bentuk dasar, alat
pembentukan, makna gramatikal, dan hasil proses pembentukan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Afiksasi pada proses morfemis?
2. Apa yang dimaksud dengan Reduplikasi pada proses morfemis?
3. Apa yang dimaksud dengan Komposisi pada proses morfemis?
4. Apa yang dimaksud dengan Konversi pada proses morfemis?
5. Apa yang dimaksud dengan Pemendekan pada proses morfemis?
6. Apa yang dimaksud Produktivitas Proses Morfemis?
7. Apa definisi Morfofonemik ?

C. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui maksud afiksasi dalam proses morfemis.
2. Untuk mengetahui maksud reduplikasi dalam proses morfemis.
3. Untuk mengetahui maksud komposisi dalam proses morfemis.
4. Untuk mengetahui maksud konversi dalam proses morfemis.
5. Untuk mengetahui pemendekan dalam proses morfemis.
6. Untuk mengetahui produktivitas proses morfemis.
7. Untuk mengetahui definisi morfofonemik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Morfemis

Dalam pembicaraan tentang infleksi dan derivasi sudah dibicarakan sebagian kecil
dari proses morfemis, atau proses morfologis, atau juga proses gramatikal, khususnya
pembentukan kata dengan afiks. Namun, hal ihwal afiksnya itu sendiri belum dibicarakan.
Oleh karena itu, berikut ini akan dibicarakan proses-proses morfemis yang berkenaan dengan
afiksasi, reduplikasi, komposisi, dan juga sedikit tentang konversi. Kiranya perlu juga
dibicarakan produktivitas proses morfemis.

1. Afiksasi

Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Dalam
proses ini terlibat unsure-unsur (1) dasar atau bentuk dasar, (2) afiks, dan (3) makna
gramatikal yang dihasilkan. Proses ini dapat bersifat inflektif dan dapat pula bersifat
derivative. Namun, proses ini tidak berlaku untuk semua bahasa. Ada sejumlah bahasa yang
tidak mengenal proses afiksasi ini.

Bentuk dasar yang menjadi dasar dalam proses afiksasi dapat berupa akar, yakni
bentuk terkecil yang tidak dapat disegementasikan lagi, misalnya meja, beli, makan dan sikat
dalam bahasa Indonesia; atau go, write, soimg, dan like dalam bahasa Inggris. Dapat juga
berupa bentuk kompleks, seperti terbelakang pada kata keterbelakangan, berlaku pada kata
memberlakukan, dan aturan pada kata beraturan. Dapat juga berupa frase, seperti ikut serta
pada keikutsertaan, istri simpanan pada istri simpanannya, dan tiba di Jakarta pada setiba di
Jakarta.

Afiks adalah sebuah bentuk, biasanya berupa morfem terikat, yang diimbuhkan pada
sebuah dasar dalam proses pembentukan kata. Sesuai dengan sifat kata yang dibentuknya,
dibedakan adanya dua jenis afiks, yaitu afiks inflektif, dan afiks derivative.

3
Dilihat dari posisi melekatnya pada bentuk dasar biasanya dibedakan adanya prefiks,
infiks, sufiks, konfiks, interfiks, dan transfiks. Di samping itu masih ada istilah ambifiks, dan
sirkumfiks. Berikut penjelasannya :

a) Prefiks adalah afiks yang diimbuhkan di muka bentuk dasar.


Seperti me- pada kata menghibur.
Prefiks dapat muncul bersama dengan sufiks maupun afiks lainnya.
Misalnya, prefiks ber- bersama sufiks kan pada berdasarkan
b) Infiks adalah afiks yang diimbuhkan di tengah bentuk dasar.
Misalnya, infiks el- pada kata telunjuk, dan er- pada kata seruling.
c) Sufiks adalah afiks yang diimbuhkan pada posisi akhir bentuk dasar.
Contohnya, sufiks an pada kata bagian, dan sufiks kan pada kata bagikan.
d) Konfiks adalah afiks yang berupa morfem terbagi, yang bagian pertama berposisi
pada awal bentuk dasar, dan bagian yang kedua berposisi pada akhir bentuk dasar.
Misalnya, konfiks per-/-an seperti terdapat pada kata pertemuan
Dan konfiks ke-/-an seperti pada kata keterangan
Dan konfiks ber-/-an seperti terdapat pada kata berciuman.
e) Interfiks adalah sejenis infiks yang muncul dalam proses penggabungan dua buah
unsure. Interfiks banyak kita jumpai dalam bahasa-bahasa Indo German.
f) Transfiks adalah afiks yang berwujud vocal-vokal yang diimbuhkan pada
kesleuruhan dasar. Transfiks ini kita dapati dalam bahasa Semit (Arab dan Ibrani)
2. Reduplikasi

Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara
keseluruhan, secara sebagian, maupun dengan perubahan bunyi. Oleh karena itu lazim
dibedakan adanya reduplikasi penuh, seperti meja-meja (dari dasar meja), reduplikasi
sebagian seperti lelaki (dari dasar laki), dan reduplikasi dengan perubahan bunyi, seperti
(bolak balik) (dari dasar balik).

Proses reduplikasi dapat bersifat paradigmatic, dan dapat pula bersifat derivasional.
Reduplikasi yang paradigmatic tidak mengubah identitas leksikal, melainkan hanya memberi
makna gramatikal. Misalnya, meja-meja berarti banyak meja dan kecil-kecil berarti banyak
yang kecil. Yang bersifat derivasional membentuk kata baru. Dalam bahasa Indonesia
bentuk laba-laba dari dasar laba dan pura-pura dari dasar pura barangkali dapat dianggap
sebagai contoh reduplikasi derivasional.

4
3. Komposisi

Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem
dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang
memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau baru. Misalnya, lalu lintas, daya juang, dan
rumah sakit.

Linguis kelompok lain ada juga yang menyatakan sebuah komposisi adalah kata
majemuk kalau identitas leksikal komposisi itu sudah berubah dari identitas leksikal unsure-
unsurnya. Umpamanya, bentuk lalu lintas mempunyai unsure lalu yang berkategori verba dan
unsure lintas yang berkategorinya juga verba. Namun, komposisi lalu lintas itu tidak
berkategori verba melainkan berkategori nomina, seperti dalam kalimat Lalu lintas di Jakarta
sekarang sangat padat.

4. Konversi

Konversi adalah proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa
perubahan unsure segmental. Seperti kata cangkul adalah nomina dalam kalimat Ayah
membeli cangkul baru, tetapi dalam kalimat Cangkul dulu baik-baik tanah itu, baru ditanami
adalah sebuah verba.

5. Pemendekan

Pemendekan adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem


sehingga menjadi sebuah bentuk singkat, tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk
utuhnya. Hasil proses pemendekan ini kita sebut kependekan. Misalnya bentuk lab (utuhnya
laboratorium), hlm (utuhnya halaman), l (utuhnya liter), hankam (utuhnya pertahanan dan
keamanan), dan SD (utuhnya Sekolah Dasar).

6. Produktivitas Proses Morfemis

Yang dimaksud dengan produktivitas dalam proses morfemis ini adalah dapat
tidaknya proses pembentukan kata itu, terutama afiksasi, reduplikasi, dan komposisi,
digunakan berulang-ulang yang secara relative tak terbatas, artinya ada kemungkinan
menambah bentuk baru dengan proses tersebut.

5
Proses inflektif bersifat tertutup, lain halnya dengan derivasi. Proses derivasi bersifat
terbuka. Artinya, penutur suatu bahasa dapat membuat kata-kata baru dengan proses tersebut.
Umpamanya, bagi mereka yang belum pernah mendengar atau membaca kata kegramatikalan
atau kemenarikan akan segera mengerti kedua kata baru itu karena mereka sudah tahu akan
kata gramatikal dan menarik serta tahu juga fungsi penominalan konfiks ke-/-an dalam
bahasa Indonesia. Begitu juga mereka akan segera mengerti kata-kata lain sebagai hasil
proses konfiksasi dengan ke-/-an seperti dalam ketidakikutsertaan dan kekeraskepalaan. Oleh
karena itu, boleh dikatakan, proses derivasi adalah produktif; sedangkan proses infleksi tidak
produktif.

B. Morfofonemik

Morfofonemik disebut juga morfonemik, morfofonologi, atau morfonologi, atau


peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis, baik afiksasi,
reduplikasi, maupun komposisi. Umpamanya dalam proses afiksasi bahasa Indonesia dengan
prefiks me- akan terlihat bahwa prefiks me- itu akan berubah menjadi mem-, men-, meny-,
meng-, menge-, atau tetap me-, menurut aturan-aturan fonologis tertentu.

1. Kalau bentuk dasarnya mulai dengan konsonan /b/ dan /p/ maka prefiks me- itu akan
menjadi mem-, seperti pada kata membeli dan memotong (bentuk dasarnya beli dan
potong)
2. Kalau bentuk dasarnya mulai dengan konsonan /d/ dan /t/, maka prefiks me- itu akan
menjadi men-, seperti pada kata mendengar dan menolong (bentuk dasarnya dengar
dan tolong)
3. Kalau bentuk dasarnya mulai dengan konsonan /s/, maka prefiks me- itu akan menjadi
meny-, seperti pada kata menyikat dan menyusul (bentuk dasarnya sikat dan susul)
4. Kalau bentuk dasarnya mulai dengan konsonan /g/ dan /k/, atau juga fonem vocal,
maka prefiks me- itu akan menjadi meng- seperti pada kata menghitung, mengirim,
dan mengobral (bentuk dasarnya adalah hitung, kirim, dan obral).
5. Kalau bentuk dasarnya hanya terdiri dari satu suku, maka prefiks me- itu akan
berubah menjadi menge-, seperti tampak pada kata mengetik, mengelas, dan
mengecat (bentuk dasarnya tik, las, dan cat).
6. Kalau bentuk dasarnya mulai dengan konsonan /l/ dan /r/, maka prefiks me- itu tidak
mengalami perubahan, seperti pada kata melatih dan merawat (bentuk dasarnya latih
dan rawat).

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah kita memaparkan hasil dari makalah ini maka simpulannya adalah
morfofonemik menjelaskan beberapa kaidah-kaidah dengan penambahan afiksasi seperti,
prefiks meng-, per-, ber-, ter-, di-, dan kan-, dan juga sufiks I dan an.

B. Saran

Dengan mengkaji masalah morfofonemik diharapkan kita mampu memahami masalah-


masalah berbahasa agar tidak terjadi kesalahan dari pemahaman berbahasa yang kita miliki.

7
DAFTAR PUSTAKA

Udista, Ahriz. 2012. Proses Morfologi. Dalam http://ahrizudistahambaallah.


blogspot.co.id/2012/03/proses-morfologi. html. (2012)

Andri, Faisal. 2015. Morfofonemik. Dalam http://andri-faisal-097-freecs75.


blogspot.co.id/2015/03/morfofonemik.html(2015)

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Arifin, Zainal dan Junaiyah. 2007. Morfologi: Bentuk, makna, dan Fungsi. Jakarta; PT
Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai