LINGUISTIK UMUM
SURABAYA
TAHUN 2016
i
KATA PENGANTAR
AssalamualaikumWr. Wb.
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak
memberikan beribu-ribu nikmat kepada kita umatnya. Rahmat beserta salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita, pemimpin akhir zaman yang sangat dipanuti oleh
pengikutnya yakni Nabi Muhammad SAW. Proses Morfemis dan Morfofonemik ini
sengaja di bahas karena sangat penting untuk kita khususnya sebagai mahasiswa yang ingin
lebih mengenal mengenai proses morfemis dan morfofonemik.
Demikian, semoga paper ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya
semua yang membaca makalah ini.
Penyusun
KELOMPOK 9
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Cover..i
Kata Pengantar...ii
Daftar Isi....iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..1
B. Rumusan Masalah.2
C. Tujuan Masalah.2
BAB II PEMBAHASAN
A. Proses Morfemis....3
B. Morfofonemik6
A. Kesimpulan7
B. Saran..7
DAFTAR PUSTAKA8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses morfemis, atau proses morfologis, atau proses gramatikal pada dasarnya adalah
proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses
afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi), penggabungan (dalam proses komposisi),
pemendekan (dalam proses akronimisasi), dan pengubahan status (dalam proses konversi).
Prosedur ini berbeda dengan analisis morfologi yang mencerai-ceraikan kata (sebagai satuan
sintaksis) menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Afiksasi pada proses morfemis?
2. Apa yang dimaksud dengan Reduplikasi pada proses morfemis?
3. Apa yang dimaksud dengan Komposisi pada proses morfemis?
4. Apa yang dimaksud dengan Konversi pada proses morfemis?
5. Apa yang dimaksud dengan Pemendekan pada proses morfemis?
6. Apa yang dimaksud Produktivitas Proses Morfemis?
7. Apa definisi Morfofonemik ?
C. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui maksud afiksasi dalam proses morfemis.
2. Untuk mengetahui maksud reduplikasi dalam proses morfemis.
3. Untuk mengetahui maksud komposisi dalam proses morfemis.
4. Untuk mengetahui maksud konversi dalam proses morfemis.
5. Untuk mengetahui pemendekan dalam proses morfemis.
6. Untuk mengetahui produktivitas proses morfemis.
7. Untuk mengetahui definisi morfofonemik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses Morfemis
Dalam pembicaraan tentang infleksi dan derivasi sudah dibicarakan sebagian kecil
dari proses morfemis, atau proses morfologis, atau juga proses gramatikal, khususnya
pembentukan kata dengan afiks. Namun, hal ihwal afiksnya itu sendiri belum dibicarakan.
Oleh karena itu, berikut ini akan dibicarakan proses-proses morfemis yang berkenaan dengan
afiksasi, reduplikasi, komposisi, dan juga sedikit tentang konversi. Kiranya perlu juga
dibicarakan produktivitas proses morfemis.
1. Afiksasi
Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Dalam
proses ini terlibat unsure-unsur (1) dasar atau bentuk dasar, (2) afiks, dan (3) makna
gramatikal yang dihasilkan. Proses ini dapat bersifat inflektif dan dapat pula bersifat
derivative. Namun, proses ini tidak berlaku untuk semua bahasa. Ada sejumlah bahasa yang
tidak mengenal proses afiksasi ini.
Bentuk dasar yang menjadi dasar dalam proses afiksasi dapat berupa akar, yakni
bentuk terkecil yang tidak dapat disegementasikan lagi, misalnya meja, beli, makan dan sikat
dalam bahasa Indonesia; atau go, write, soimg, dan like dalam bahasa Inggris. Dapat juga
berupa bentuk kompleks, seperti terbelakang pada kata keterbelakangan, berlaku pada kata
memberlakukan, dan aturan pada kata beraturan. Dapat juga berupa frase, seperti ikut serta
pada keikutsertaan, istri simpanan pada istri simpanannya, dan tiba di Jakarta pada setiba di
Jakarta.
Afiks adalah sebuah bentuk, biasanya berupa morfem terikat, yang diimbuhkan pada
sebuah dasar dalam proses pembentukan kata. Sesuai dengan sifat kata yang dibentuknya,
dibedakan adanya dua jenis afiks, yaitu afiks inflektif, dan afiks derivative.
3
Dilihat dari posisi melekatnya pada bentuk dasar biasanya dibedakan adanya prefiks,
infiks, sufiks, konfiks, interfiks, dan transfiks. Di samping itu masih ada istilah ambifiks, dan
sirkumfiks. Berikut penjelasannya :
Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara
keseluruhan, secara sebagian, maupun dengan perubahan bunyi. Oleh karena itu lazim
dibedakan adanya reduplikasi penuh, seperti meja-meja (dari dasar meja), reduplikasi
sebagian seperti lelaki (dari dasar laki), dan reduplikasi dengan perubahan bunyi, seperti
(bolak balik) (dari dasar balik).
Proses reduplikasi dapat bersifat paradigmatic, dan dapat pula bersifat derivasional.
Reduplikasi yang paradigmatic tidak mengubah identitas leksikal, melainkan hanya memberi
makna gramatikal. Misalnya, meja-meja berarti banyak meja dan kecil-kecil berarti banyak
yang kecil. Yang bersifat derivasional membentuk kata baru. Dalam bahasa Indonesia
bentuk laba-laba dari dasar laba dan pura-pura dari dasar pura barangkali dapat dianggap
sebagai contoh reduplikasi derivasional.
4
3. Komposisi
Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem
dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang
memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau baru. Misalnya, lalu lintas, daya juang, dan
rumah sakit.
Linguis kelompok lain ada juga yang menyatakan sebuah komposisi adalah kata
majemuk kalau identitas leksikal komposisi itu sudah berubah dari identitas leksikal unsure-
unsurnya. Umpamanya, bentuk lalu lintas mempunyai unsure lalu yang berkategori verba dan
unsure lintas yang berkategorinya juga verba. Namun, komposisi lalu lintas itu tidak
berkategori verba melainkan berkategori nomina, seperti dalam kalimat Lalu lintas di Jakarta
sekarang sangat padat.
4. Konversi
Konversi adalah proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa
perubahan unsure segmental. Seperti kata cangkul adalah nomina dalam kalimat Ayah
membeli cangkul baru, tetapi dalam kalimat Cangkul dulu baik-baik tanah itu, baru ditanami
adalah sebuah verba.
5. Pemendekan
Yang dimaksud dengan produktivitas dalam proses morfemis ini adalah dapat
tidaknya proses pembentukan kata itu, terutama afiksasi, reduplikasi, dan komposisi,
digunakan berulang-ulang yang secara relative tak terbatas, artinya ada kemungkinan
menambah bentuk baru dengan proses tersebut.
5
Proses inflektif bersifat tertutup, lain halnya dengan derivasi. Proses derivasi bersifat
terbuka. Artinya, penutur suatu bahasa dapat membuat kata-kata baru dengan proses tersebut.
Umpamanya, bagi mereka yang belum pernah mendengar atau membaca kata kegramatikalan
atau kemenarikan akan segera mengerti kedua kata baru itu karena mereka sudah tahu akan
kata gramatikal dan menarik serta tahu juga fungsi penominalan konfiks ke-/-an dalam
bahasa Indonesia. Begitu juga mereka akan segera mengerti kata-kata lain sebagai hasil
proses konfiksasi dengan ke-/-an seperti dalam ketidakikutsertaan dan kekeraskepalaan. Oleh
karena itu, boleh dikatakan, proses derivasi adalah produktif; sedangkan proses infleksi tidak
produktif.
B. Morfofonemik
1. Kalau bentuk dasarnya mulai dengan konsonan /b/ dan /p/ maka prefiks me- itu akan
menjadi mem-, seperti pada kata membeli dan memotong (bentuk dasarnya beli dan
potong)
2. Kalau bentuk dasarnya mulai dengan konsonan /d/ dan /t/, maka prefiks me- itu akan
menjadi men-, seperti pada kata mendengar dan menolong (bentuk dasarnya dengar
dan tolong)
3. Kalau bentuk dasarnya mulai dengan konsonan /s/, maka prefiks me- itu akan menjadi
meny-, seperti pada kata menyikat dan menyusul (bentuk dasarnya sikat dan susul)
4. Kalau bentuk dasarnya mulai dengan konsonan /g/ dan /k/, atau juga fonem vocal,
maka prefiks me- itu akan menjadi meng- seperti pada kata menghitung, mengirim,
dan mengobral (bentuk dasarnya adalah hitung, kirim, dan obral).
5. Kalau bentuk dasarnya hanya terdiri dari satu suku, maka prefiks me- itu akan
berubah menjadi menge-, seperti tampak pada kata mengetik, mengelas, dan
mengecat (bentuk dasarnya tik, las, dan cat).
6. Kalau bentuk dasarnya mulai dengan konsonan /l/ dan /r/, maka prefiks me- itu tidak
mengalami perubahan, seperti pada kata melatih dan merawat (bentuk dasarnya latih
dan rawat).
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah kita memaparkan hasil dari makalah ini maka simpulannya adalah
morfofonemik menjelaskan beberapa kaidah-kaidah dengan penambahan afiksasi seperti,
prefiks meng-, per-, ber-, ter-, di-, dan kan-, dan juga sufiks I dan an.
B. Saran
7
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal dan Junaiyah. 2007. Morfologi: Bentuk, makna, dan Fungsi. Jakarta; PT
Grasindo.