Menurut Riyadi dan Bratakusumah (2004 : 7), perencanaan pembangunan dapat diartikan
pada data-data dan fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan suatu
rangkaian kegiatan/aktivitas kemasyarakatan, baik yang bersifat fisik (material) maupun nonfisik
(mental dan spiritual) dalam rangka mencapai tujuan yang lebih baik.
Brobowski (1964): Perencanaan adalah suatu himpunan dari keputusan akhir, keputusan
awal dan proyeksi ke depan yang konsisten dan mencakup beberapa periode waktu, dan
tujuan utamanya adalah untuk mempengaruhi seluruh perekonomian di suatu negara.
Waterston (1965): Perencanaan adalah usaha sadar, terorganisasi dan terus menerus guna
memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif untuk mencapai tujuan tertentu
Conyers dan Hills (1984): Perencanaan adalah proses yang kontinyu, terdiri dari
keputusan atau pilihan dari berbagai cara untuk menggunakan sumber daya yang ada,
dengan sasaran untuk mencapai tujuan tertentu di masa mendatang
M.T. Todaro (2000): Perencanaan Ekonomi adalah upaya pemerintah secara sengaja
untuk mengkoordinir pengambilan keputusan ekonomi dalam jangka panjang serta
mempengaruhi, mengatur dan dalam beberapa hal mengontrol tingkat dan laju
pertumbuhan berbagai variabel ekonomi yang utama untuk mencapai tujuan
pembangunan yang telah ditentukan sebelumny
Jhingan : Perencanaan adalah teknik/cara untuk mencapai tujuan, untuk mewujudkan
maksud dan sasaran tertentu yang telah ditentukan sebelumnya dan telah dirumuskan
denan baik oleh Badan Perencana Pusat. Tujuan tersebut mungkin untuk mencapai
sasaran sosial, politik atau lainnya.
dalam buku yang berbeda. Menurut Conyers & Hills (1994) mendefinisikan perencanaan
Ilustrasi Perencanaan merupakan tindakan untuk menentukan masa depan. Dalam Undang-
undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, pasal 1
disebutkan perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat,
melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Perencanaan
adalah meletakkan tujuan-tujuan dalam jadwal waktu atau program pekerjaan untuk mendapat
hasil yang optimal. Oleh karena itu perencanaan merupakan sebuah keniscayaan, keharusan dan
kualitas.
Proses perencanaan merupakan suatu prosedur dan tahapan dari perencanaan itu
dilaksanakan.Secara hierarki, prosedur perencanaan itu dilakukan atas dasar prinsip Top-Down
Planning, yaitu proses perencanaan yang dilakukan oleh pemimpin tertinggi suatu organisasi
kemudian atas dasar keputusan tersebut dibuat suatu perencanaan di tingkat yang lebih
rendah.Prinsip lainnya adalah lawan dari prinsip di atas yaitu Bottom-Up Planning yang
merupakan perencanaan yang awalnya dilakukan di tingkat yang paling rendah dan selanjutnya
disusun rencana organisasi di atasnya sampai dengan tingkat pusat atas dasar rencana dari
bawah.
Proses perencanaan atau planning adalah bagian dari daur kegiatan manajemen yang
terutama berhubungan dengan pengambilan keputusan (decision making)untuk masa depan, baik
jangka panjang maupun jangka pendek, sehubungan dengan pokok pertanyaan: apa, siapa,
bagaimana, kapan, di mana, dan berapa, baik sehubungan dengan lembaga yang dimanajemeni
maupun usaha-usahanya.
Proses perencanaan dapat dilaksanakan menyeluruh, misalnya dalam perencanaan
korporat, perencanaan strategis, atau perencanaan jangka panjang. Bisa juga dilakukan per divisi
atau unit bisnis stategis menjadi rencana divisi atau anak perusahaan tertentu di dalam suatu
korporasi yang lebih besar. Bisa juga dilakukan per fungsi baik di dalam korporasi, di dalam
divisi maupun unit bisnis individual, misalnya rencana fungsi pemasaran, rencana fungsi
keuangan, rencana fungsi produksi dan distribusi, dan rencana fungsi personalia. Bagaimana pun
lingkup perencanaan yang dilakukan, pokok pertanyaan yang dipikirkan sama saja: apa, siapa,
bagaimana, kapan, di mana, dan berapa. Perbedaannya menyangkut metode yang digunakan
Saalah satu proses atau rencana perencanaan yang sering dilakukan dalam melakukan
rencana pembangunan adalah dengan menggunakan sistem pembangunan yang bersifat Button
Up. Button Up Planning adalah perencanaan yang dibuat berdasarkan kebutuhan, keinginan dan
permasalahan yang dihadapi oleh bawahan bersama-sama dengan atasan menetapkan kebijakan
atau pengambilan keputusan dan atasan juga berfungsi sebagai fasilitator. Sedangkan dalam
perencanaan yang disusun berdasarkan kebutuhan mereka sendiri dan pemerintah hanya sebagai
fasilitator.
Dari bawah ke atas (bottom-up). Pendekatan ini merupakan upaya melibatkan semua pihak
sejak awal, sehingga setiap keputusan yang diambil dalam perencanaan adalah keputusan mereka
adalah perencanaan yang dibuat berdasarkan kebutuhan, keinginan dan permasalahan yang
dihadapi oleh bawahan bersama-sama dengan atasan menetapkan kebijakan atau pengambilan
keputusan dan atasan juga berfungsi sebagai fasilitator. Sedangkan dalam pengertian dibidang
pemerintahan, bottom-up planning atau perencanaan bawah adalah perencanaan yang disusun
Salah satu pola pendekatan perencanaan pembangunan yang kini sedang dikembangkan
adalah perencanaan pembangunan partisipatif. Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta sejak tahun
menggali aspirasi yang berkembang di masyarakat melalui musyawarah tingkat RT, RW,
kelurahan, kecamatan dan kota. Sebuah langkah positif yang patut dikembangkan lebih lanjut,
apalagi hal seperti itu masih dalam taraf pembelajaran yang tentu saja disana-sini masih terdapat
pembangunan yang melibatkan peran serta masyarakat pada umumnya bukan saja sebagai obyek
tetapi sekaligus sebagai subyek pembangunan, sehingga nuansa yang dikembangkan dalam
dan indah kedengarannya, tetapi jelas tidak mudah implementasinya karena banyak factor yang
komponen yang ada dalam masyarakat tanpa membeda-bedakan ras, golongan, agama, status
sosial, pendidikan, tersebut paling tidak merupakan langkah positif yang patut untuk dicermati
dan dikembangkan secara berkesinambungan baik dalam tataran wacana pemikiran maupun
masyarakat dengan asas desentralisasi ini diharapkan kesejahteraan masyarakat dalam pengertian
yang luas menjadi semakin baik dan meningkat. Lagipula, pola pendekatan perencanaan
pembangunan ini sekaligus menjadi wahana pembelajaran demokrasi yang sangat baik bagi
masyarakat. Hal ini tercermin bagaimana masyarakat secara menyeluruh mampu melakukan
proses demokratisasi yang baik melalui forum-forum musyawarah yang melibatkan semua unsur
warga masyarakat mulai dari level RT (Rukun Tetangga), RW (Rukun Warga), Kelurahan,
Perencanaan dari atas ke bawah ( Top Down) adalah pendekatan perencanaan yang
menerapkan cara penjabaran rencana induk ke dalam rencana rinci. Rencana rinci yang berada di
"bawah" adalah penjabaran rencana induk yang berada di "atas". Pendekatan perencanaan
sektoral acapkali ditunjuk sebagai pendekatan perencanaan dari atas ke bawah, karena target
yang ditentukan secara nasional dijabarkan ke dalam rencana kegiatan di berbagai daerah di
seluruh Indonesia yang mengacu kepada pencapaian target nasional tersebut. Pada tahap awal
pembangunan, pendekatan perencanaan ini lebih dominan, terutama karena masih serba
keputusan tidak menampung semua aspirasi elemen di kelompok, tetapi hanya mementingkan
keputusan bagian tertentu dalam kelompok. Top-down planning merupakan model perencanaan
yang dilakukan dari atasan yang ditujukan kepada bawahannya dimana yang mengambil
keputusan adalah atasan sedangkan bawahan hanya sebagai pelaksana saja. Dalam pengertian
lain terkait dengan pemerintahan, perencanaan top-down planning atau perencanaan atas adalah
perencanaan yang dibuat oleh pemerintah ditujukan kepada masyarakat dimana masyarakat
Tidak ada satupun yang menyangkal bahwa metode top down yang diterapkan diera orde
Akan tetapi sayangnya kemajuan ini tidak diikuti oleh kemajuan bidang-bidang sosial yang lain
sehingga muncullah ketimpangan pembangunan. Ketimpangan pembangunan dibeberapa daerah
terjadi bukan karena kesalahan konsep, tetapi ketidakmampuan sistem pelaksanaan dalam
ini bisa diakibatkan oleh rendahnya kemampuan teknis aparat pelaksana, bisa juga karena
ketidakcocokan (rasionalisasi penerapan) antara program yang dibuat Pemerintah Pusat dengan
kondisi daerah dan keinginan masyarakat, sebab masyarakat setempat tidak diberi kesempatan
untuk terlibat pada penyusunan konsef atau tidak berdaya mempengaruhi atau merencanakan
masa depan mereka. Hal tersebut menjadikan masyarakat menjadi apatis terhadap pembangunan,
masyarakat merasa tidak berkepentingan dengan pembangunan yang pada akhirnya hal tersebut
yang digunakan sebagai pengambil keputusan serta menunjukkan bagaimana proses perencanaan
tersebut dilakukan hingga muncul suatu pengambilan keputusan pada produk rencana.
Pendekatan perencanaan yang dimaksud adalah pendekatan secara top-down atau bottom-up.
Secara konseptual, terdapat perbedaan yang cukup mendasar dari kedua tipe perencanaan
Tabel.1
nyata bagian bawah. Waktu perencanaan sehingga setiap keputusan yang diambil
bisa sangat pendek, tetapi ada banyak hal dalam perencanaan adalah keputusan
namun untuk sementara waktu efektif. memerlukan banyak waktu dan tenaga
sesuai.
Di dalam implementasinya tidak terdapat lagi penerapan penuh pendekatan dari atas ke
pendekatan dari atas ke bawah. Namun, kini pendekatan tersebut tidak lagi sepenuhnya
dijalankan karena proses perencanaan rinci menuntut peran serta masyarakat. Untuk itu,
diupayakan untuk memadukan pendekatan perencanaan dari atas ke bawah dengan perencanaan
dari bawah ke atas. Secara operasional pendekatan perencanaan tersebut ditempuh melalui
Musbang Kecamatan, Rapat Koordinasi Pembangunan (Rakorbang) Dati II, Rakorbang Dati I,
terjadi pada Konsultasi Nasional Pembangunan (Konasbang). Di setiap tingkat diupayakan untuk
mengadakan koordinasi perencanaan sektoral dan regional. Usulan atau masalah yang lintas
wilayah atau lintas sektoral yang tidak dapat diselesaikan di suatu tingkat dibawa ke tingkat di
atasnya. Proses berjenjang ini diharapkan dapat mempertajam analisis di berbagai tingkat forum
kemungkinan yang ada diinformasikan secara berjenjang, sehingga proses perencanaan dari
"bawah ke atas" diharapkan sejalan dengan yang ditunjukkan dari "atas ke bawah".
dari bawah ke atas. Pemrosesan usulan kegiatan atau proyek dari instansi sektoral yaitu Kantor
di Dati I dikonsultasikan dalam forum konsultasi pembangunan sehingga diharapkan visi atau
mengakomodasikan kebutuhan dunia usaha telah diefektifkan dalam rapat koordinasi penanaman
modal di Dati I (RKPPMD I). Dengan demikian, forum Rakorbang Dati I menjadi ajang
pertemuan pembahasan antara kebutuhan masyarakat, dunia usaha, dan perencanaan sektoral.
Dengan adanya konflik juga dapat menimbulkan perubahan struktur masyarakat dimana dalam
membuat perubahan yang terencana kita harus memebuat peren canaan terlebih dahulu.
yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan sebagai pemberi gagasan awal serta
pemerintah berperan lebih dominan dalam mengatur jalannya program yang berwal dari
perencaan hingga proses evaluasi, dimana peran masyarakat tidak begitu berpengaruh.
yang dilakukan diaman masyarakat lebih berperan dalam hal pemberian gagasan awal
3. Perencaan dengan sistem gabungan dari kedua sistem diatas adalah perencaan yang
1. Masyarakat tidak bisa berperan lebih aktif dikarenakan peran pemerintah yang lebih
2. Masyarakat tidak bisa melihat sebarapa jauh suatu program telah dilaksanakan.
3. Peran masyarakat hanya sebagai penerima keputusan atau hasil dari suatu program tanpa
mengetahui jalannya proses pembentukan program tersebut dari awal hingga akhir.
4. Tujuan utama dari program tersebut yang hendaknya akan dikirimkan kepada masyarakat
tidak terwujud dikarenakan pemerintah pusat tidak begitu memahami hal-hal yang
5. Masyarakat akan merasa terabaikan karena suara mereka tidak begitu diperhitungkan
1. Masyarakat tidak perlu bekerja serta memberi masukan program tersebut sudah dapat
2. Hasil yang dikeluarkan bisa optimal dikarenakan biaya yang dikeluarkan ditanggung oleh
pemerintah.
program.
1. Peran masyarakat dapat optimal dalam memberikan masukan atau ide-ide kepada
2. Tujuan yang diinginkan oleh masyarakat akan dapat berjalan sesuai dengan keinginan
masyrakat karena ide-idenya berasal dari masyarakat itu sendiri sehingga masayarakat
3. Pemerintah tidak perlu bekerja secara optimal dikarenakan ada peran masyarakat lebih
banyak.
4. Masyarakat akan lebih kreatif dalam mengeluarkan ide-ide yang yang akan digunakan
2. Hasil dari suatu program tersebut belum tentu biak karena adanya perbadaan tingkat
pendidikan dan bisa dikatakn cukup rendah bila dibanding para pegawai pemerintahan.
3. Hubungan masyarakat dengan pemerintah tidak akan berlan lebih baik karena adanya
silih faham atau munculnya ide-ide yang berbeda dan akan menyebabkan kerancuan
bahkan salah faham antara masyarakat dengan pemerintah dikarenakan kurang jelasnya
Bila dilihat dari kekurangan serta kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing sistem
tersebut maka sitem yang dianggap paling baik adalah suatu sistem gabungan dari kedua janis
sistem tersebut karena banyak sekali kelebihan yang terdapat didalamya antara lain adalah selain
masyarakat mampu berkreasi dalam mengembangkan ide-ide mereka sehingga mampu berjalan
beriringan bersama dengan pemerintah sesuai dengan tujuan utama yang diinginkan dalam
BOTTOM-UP PLANNING
Dalam suatu perencanaan terdapat beberapa pihak yang terlibat suatu produk rencana
tersebut, baik terlibat secara langsung ataupun tak langsung tergantung pendekatan perencanaan
yang dianut. Pihak-pihak terkait tersebut adalah pemerintah, swasta, masyarakat, dan perencana.
Pada pendekatan top-down planning di mana pemerintah yang memiliki andil terbesar dan
mutlak sehingga dalam hal ini peran dari perencana pun tidak memiliki pengaruh yang besar
karena di sini perencana hanya mengikuti apa yang menjadi permintaan dari pemerintah. Dalam
pendekatan top-down ini semua keputusan berada di tangan pemerintah sedangkan masyarakat
hanya sebagai objek dari suatu perencanaan tanpa ikut campur tangan dalam perencanaan.
Pada hakikatnya penataan ruang merupakan sebuah upaya membuat rencana untuk
kepentingan masyarakat. Untuk itu langkah ke depan selanjutnya adalah bagaimana membuat
masyarakat menjadi bagian dari proses perencanaan. Melibatkan masyarakat dalam proses
perencanaan termasuk salah satu metode pendekatan bottom-up planning. Dalam hal ini
perencana memiliki peran sebagai mediator antara pemerintah dan masyarakat. Kali ini
perencana memiliki tugas memberdayakan dalam bidang tata ruang. Melakukan perencanaan
atas kepentingan masyarakat sejatinya seiring dan sejalan dengan melakukan perencanaan
bersama masyarakat. Menjadikan masyarakat sebagai bagian dari proses perencanaan dan
Dalam upaya pengembangan wilayah dan pembangunan kota secara bottom-up, peran
pemerintah akan lebih ditekankan pada penyiapan pedoman, norma, standar dan peraturan,
pengembangan informasi dan teknologi, perumusan kebijakan dan strategi nasional. Sementara
disisi lain, masyarakat semakin dituntut untuk mengenali permasalahan wilayah dan kota dan
pemecahan yang inovatif yang tidak lagi tergantung pada pemerintah, meskipun pemerintah
masih mempunyai kewajiban membantu dalam pembangunan wilayah. Seorang perencana pada
akhirnya harus dapat menjadi seorang komunikator dalam proses politik yang terjadi, untuk
fungsinya. Proses top-down dan bottom-up ini dilaksanakan dengan tujuan antara lain
dilaksanakan melalui musywarah perencanaan yang dilaksanakan baik di tingkat pusat, propinsi,
maupun kabupaten/kota.
Dalam sistem perencanaan nasional, pertemuan antara perencanaan yang bersifat top-down
dan bottom-up diwadahi dalam musyawarah perencanaan. Dimana perencanaan makro yang