Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN
Manusia adalah zoon politicon, kata Plato dalam bukunya Republica. Sebagai bagian
dari zoon politicon, manusia secara individual merupakan elemen terkecil dari sebuah
negara.
Aktivis politik yang berusaha mencapai impian menciptakan tatanan masyarakat yang
baik akan menempuh jalan atau cara yang menurut kategorinya baik. Namun dalam riil
politik, logika berpikir demikian sungguh kenyataan yang sukar untuk diterapkan. Ini
disebabkan realitas yang terjadi di masyarakat yang sangat kompleks. Selain kita yang
punya paramater tertentu tentang kebaikan, pihak lain juga memiliki hal yang sama. Alih-
alih parameter itu sama, malah yang sering ada adalah perbedaan. Perbedaan ini dalam
kapasitas yang lebih jauh akan sangat berpengaruh pada pola kepentingan yang
berkembang. Keanekaragaman kepentingan pada tahap tertentu menimbulkan konflik
nyata yang tidak terhindarkan. Kepentingan yang menimbulkan konflik menjadi dasar
tindakan yang kadangkala membenarkan segala cara.
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui apakah yang dimaksud dengan politik itu
2. Mengetahui hubungan manusia dengan politik
3. Mengetahui apa saja unsur unsur politik
4. Mengetahui macam macam sistem politik
5. Mengetahui pengertian politik dari sudut pandang agama islam
6. Mengetahui sistem politik yang berlaku di Indonesia
7. Mengetahui sisi positif dan negatif adanya sebuah politik di dalam negara
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologi kata politik berasal dari bahasa latin politicus dan bahasa yunani
politicos yang artinya sesuatu yang berhubungan dengan warga negara. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia kata politik memiliki tiga makna, yakni
1. Menunjuk kepada satu segi kehidupan manusia bersama dengan masyarakat. Lebih
mengarah pada politik sebaga usaha untuk memperoleh kekuasaan, memperbesar atau
memperluas serta mempertahankan kekuasaan (politics). Misal: kejahatan politik,
kegiatan politik, hak-hak politik.
2. Menujuk kepada satu rangkaian tujuan yang hendak dicapai atau cara-cara atau
arah kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Lebih mengarah pada
kebijakan (policy). Misal: politik luar negeri, politik dalam negeri, politik keuangan.
3. Menunjuk pada pengaturan urusan masyarakat dalam segala aspek kehidupan.
Pemerintah mengatur urusan masyarakat, masyarakat melakukan koreksi terhadap
pemerintah dalam melaksanakan tugasnya (siyasah).
1. Aristoteles
Politik adalah usaha yang ditempuh oleh warga negara untuk mewujudkan kebaikan
bersama.
2. Joice Mitchel
Politik adalah pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijaksanaan umum
untuk masyarakat seluruhnya
3. Roger F. Soltau
Bermacam-macam kegiatan yang menyangkut penentuan tujuan-tujuan dan
pelaksanaan tujuan itu. Menurutnya politik membuat konsep-konsep pokok tentang
negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision marking),
kebijaksanaan (policy of beleid), dan pembagian (distribution) atau alokasi
(allocation).
4. Johan Kaspar Bluntchli
Ilmu politik memerhatikan masalah kenagaraan yang mencakup paham, situasi, dan
kondisi negara yang bersifat penting
5. Hans Kelsen
Dia mengatakan bahwa politik mempunyai dua arit, yaitu sebagai berikut.
a. Politik sebagai etik, yakni berkenaan dengan tujuan manusia atau individu
agar tetap hidup secara sempurna
b. Politik sebagai teknik, yakni berkenaan dengan cara (teknik) manusia atau
individu untuk mencapai tujuan
secara garis besar definisi atau makna dari politik adalah sebuah perilaku atau kegiatan-
kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan kebijakan-kebijakan dalam tatanan negara agar
dapat merealisasikan cita-cita Negara sesungguhnya, sehingga mampu membangun dan
membentuk Negara sesuai rules agar kebahagian bersama didalam masyarakat disebuah
Negara tersebut lebih mudah tercapai.
Masyarakat bermakna sebagai sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan
yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama. Seperti sekolah,
keluarga,perkumpulan, bahkan negara, kesemuanya adalah masyarakat.
Awal mula terbentuknya masyarakat adalah dari sekumpulan orang, misalnya keluarga.
Sebuah keluarga dipimpin oleh kepala keluarga, kemudian dari sekelompok keluarga terbentuk
Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW). Gabungan dari Sekelompok Rukun Tetangga
dan Rukun Warga akan membentuk Dusun. Sekelompok Dusun akan terbentuk menjadi Desa,
selanjutnya Kecamatan, Kabupaten, Provinsi, hingga Negara.
politik tidak hanya berkisar di lingkungan kekuasaan negara atau tindakan-tindakan
yang dilaksanakan oleh penguasa negara. Dalam beberapa aspek kehidupan, manusia sering
melakukan tindakan politik, baik politik dagang, budaya, sosial, maupun dalam aspek
kehidupan lainnya. Demikianlah politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh
masyarakat (public goals) dan bukan tujuan pribadi seseorang (private goals). Politik
menyangkut kegiatan berbagai kelompok, termasuk partai politik dan kegiatan-kegiatan
perseorangan (individu).
politik sangat erat kaitannya dengan individu dan masyarakat. Masyarakat adalah salah
satu subjek dari politik. Sebaliknya politik lahir dari adanya pergerakan masyarakat. Dengan
kata lain, Politik dan masyarakat saling mempengaruhi dan saling berhubungan secara timbal
balik. Sebagai contoh seperti pada saat kampanye Pilpres 2014 pergerakan masyarakat seperti
terpolarisasi menjadi dua kutub yang sangat berlawanan. Situasi politik saat itu seperti
membelah masyarakat karena membela calon presidennya masing-masing. Perpecahan bangsa
sangat terasa di dunia maya (cyber space) melalui peperangan di media sosial seperti web
site, facebook, twitter, blog dan media sosial lainnya. Masing-masing pihak tidak hanya
membela jagoannya tetapi juga sampai pada tingkatan menyerang dan bahkan memfitnah pihak
lawannya. Situasi politik saat pilpres 2014 sangaty jelas mempengaruhi pergerakan masyarakat
yang tercermin dengan adanya perang opini di media sosial antara dua kelompok masyarakat
yang mendukung capresnya masing-masing.
1. negara (state)
Penguasa dalam sistem politik otokrasi tradisional biasanya ialah seorang raja,
sultan, atau emir yang tidak hanya mempunyai peranan simbolis yang tinggi, tetapi juga
kekuasaan nyata. Kekuasaan memerintah dari penguasa berdasarkan konsensus, yaitu
tradisi dan paksaan.
Pada masa sekarang amatlah sulit untuk mengidentifikasi suatu negara yang
dikategorikan sebagai negara totaliter atua bukan, biasanya kalaupun negara tersebut
dengan jelas menjalankan pemerintahan secara totaliter, tetap saja tidak mau disebut
sebagai negara totaliter. Sistem politik totaliter menempatkan kepentingan individu di
bawah kehendak dan kepentingan partai tunggal (masyarakat) yang mengatasnamakan
negara dan bangsa.
Negara dijadikan alat untuk mencapai tujuan kelompok elit, sehingga tujuan
yang menyangkut kesejahteraan rakyat, keadilan, dan kemerdekaan perorangan
biasanya tidak dapat diwujudkan. Kesejahteraan hanya untuk sejumlah orang yang
termasuk dalam kelompok elit, demikian halnya dengan kemerdekaan dan keadilan.
Contoh negara yang menganut sistem politik oligarki pada masa silam adalah negara
Yunani kuno, dan pada masa sekarang adalah negara-negara komunis yang pada
kenyataannya dikendalikan oleh anggota-anggota presidium yang kemudian
mendelegasikan kepada sekretaris jenderal dan wakil-wakilnya.
Politik dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah siyasah. Oleh karena itu, di dalam
buku-buku para ulama salafush shalih dikenal istilah siyasah syariyyah, misalnya.
Dalam Al-Muhith, siyasah berakar kata sasa-yasusu. Dalam kalimat Sasa addawaba
yasusaha siyasatan berarti Qama alaiha wa radlaha wa adabbaha (mengurusi,
melihatnya, dan mendidiknya). Bila dikatakan sasa al amra artinya dabbrahu
(mengurusi/mengatur perkara). Asal makna siyasah (politik) diterapkan pada pengurusan
dan pelatihan pengembalaan.
Menurut Hasan Al-Bana menyimpulkan bahwa pilar utama untuk membangun
pilar kekuatan utama ummat ialah: kesabaran (ash-shabru), keteguhan (ats-tsabat),
kearifan (al-hikmah), dan ketenangan ( al-anat) semua itu bersangkutan dengan kekuatan
kejiwaan (al-quwwah an- nafsiyah) suatu bangsa. Hasan Al-Banna menyimpulkan
adanya lima babak yang akan dilalui yaitu: kelemahan (adh-dho fu), kepemimpinan (az-
zuaamah), pertarungan (ash-shiraa u), iman (al-iman), dan pertolongan Allah (al-
intishar).
Al-Qur'an tidak menyebutkan dengan tegas bagaimana mewujudkan suatu sistem politik.
Di dalam beberapa ayat, Al-Qur'an hanya menyebut bahwa kekuasaan politik hanya dijanjikan
(akan diberikan) kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Ini berarti bahwa sistem
politik menurut agama dan ajaran Islam terkait dengan kedua faktor tersebut. Di sisi lain
keberadaan sebuah sistem politik berkaitan pula dengan ruang dan waktu. Ini berarti bahwa
sistem politik adalah budaya manusia sehingga keberadaannya tidak dapat dilepaskan dari
dimensi kesejarahan. Karena itu pula lahirnya sistem politik Islami harus dihubungkan dengan
sebuah peristiwa bersejarah. Yang dimaksud adalah perjanjian atau bai'at keislaman yang
menimbulkan satu perikatan berisi pengakuan dan penaklukan diri kepada Islam sebagai
agama. Konsekuensi perjanjian tersebut adalah terwujudnya sebuah masyarakat muslim yang
dikendalikan oleh kekuasaan yang dipegang oleh Rasul. Dengan demikian, terbentuklah
sebuah sistem politik Islami yang pertama dengan fungsi dan struktur yang sederhana dalam
masyarakat dan negara kota Medinah. Sistem politik ini terjadi setelah disetujuinya piagam
Madinah, yang oleh Hamidullah disebut sebagai konstitusi tertulis pertama dalam sejarah, pada
awal dekade ketiga abad VII M (622) atau tahun I H.
Politik dalam Islam menjuruskan kegiatan umat kepada usaha untuk mendukung dan
melaksanakan syariat Allah melalui sistem kenegaraan dan pemerintahan. la bertujuan untuk
menyimpulkan segala sudut Islam yang syumul melalui satu institusi yang mempunyai syahk
siyyah untuk menerajui dan melaksanakan undang undang.
Tujuan sistem politik Islam adalah untuk membangunkan sebuah sistem pemerintahan
dan kenegaraan yang tegak di atas dasar untuk melaksanakan seluruh hukum syariat
Islam. Tujuan utamanya ialah menegakkan sebuah negara Islam atau Darul Islam. Dengan
adanya pemerintahan yang mendukung syariat, maka akan tertegaklah Ad-Din dan
berterusanlah segala urusan manusia menurut tuntutan-tuntutan Ad-Din tersebut. Para fuqahak
Islam telah menggariskan 10 perkara penting sebagai tujuan kepada sistem politik dan
pemerintahan Islam:
1. Memelihara keimanan menurut prinsip-prinsip yang telah disepakati oleh ulamak salaf
daripada kalangan umat Islam.
2. Melaksanakan proses pengadilan dikalangan rakyat dan menyelesaikan masalah
dikalangan orang-orang yang berselisih.
3. Menjaga keamanan daerah-daerah Islam agar manusia dapat hidup dalam keadaan
aman dan damai.
4. Melaksanakan hukuman-hukuman yang telah ditetapkan syarak demi melindungi hak-
hak manusia
5. Menjaga perbatasan negara dengan pelbagai persenjataan bagi menghadapi
kemungkinan serangan daripada pihak luar
6. Melancarkan jihad terhadap golongan yang menentang Islam
7. Mengendalikan urusan pengutipan cukai, zakat, dan sedekah sebagaimana yang
ditetapkan syarak
8. Mengatur anggaran belanjawan dan perbelanjaan daripada perbendaharaan negara agar
tidak digunakan secara boros atau kikir
9. Melantik pegawai-pegawai yang cekap dan jujur bagi mengawal kekayaan negara dan
menguruskan hal-ahwal pentadbiran negara
10. Menjalankan pengawalan dan pemeriksaan yang rapi dalam hal-hal awam demi untuk
memimpin negara dan melindungi Ad-Din
Sistem politik yang berlaku di Indonesia adalah sistem politik demokrasi yang mengalami
tiga perubahan
1. Demokrasi Liberal
Di Indonesia demokrasi liberal berlangsung sejak 3 november 1945, yaitu sejak
sistem multi-partai berlaku melalui maklumat pemerintah. Sistem multi-partai ini lebih
menempakkan sifat instabilitas politik setelah berlaku sistem parlementer dalam
naungan UUD 1945 periode pertama dan berakhir pada tanggal 5 juli 1959.
Dalam periode demokrasi liberal ini ada beberapa hal yang secara pasti dapat dikatakan telah
melekat dan mewarnai prosesnya, diantaranya :
a. Gaya politik
Bersifat ideologis, artinya lebih menitikberatkan faktor yang membedakan. Sebabnya
ialah karena ideologi cenderung bersifat kaku dan tidak kompromistik atau reformistik.
Adanya kelompok-kelompok yang mengukuhi ideologi secara berlainan, bahkan
bertentangan, berkulminasi pada saat berhadapan dengan kebuntuan penetapan dasar
negara pada saat sidang konstituante. Gaya politik yang ideologi dalam konstituante ini
oleh elitnya masing-masing dibawa ketengah rakyat, sehingga timbul ketegangan dan
perpecahan dalam masyarakat.
b. Kepemimpinan
Berasal dari angkatan sumpah pemuda yang lebih canderung belum permisif untuk
meninggalkan pikiran-pikiran paternal, primordial terhadap aliran, suku, agama, atau
kedaerahan.(Dari sudut ini, sumpah pemuda tahun 1928 barulah merupakan ucapan
dan ikatan resmi serta belum membudaya secara material pada saat itu).
2. Demokrasi Terpimpin
Dalam periode demokrasi terpimpin ini, pemikiran ala demokrasi barat banyak
ditinggalkan. Tokoh politik (Soekarno) yang memegang pimpinan nasional ketika itu
menyatakan bahwa demokrasi liberal (demokrasi parlementer) tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa indonesia. Prosedur pemungutan suara dalam lembaga perwakilan
rakyat dinyatakan pula sebagai tidak efektif dan ia kemudian memperkenalkan apa yang
disebut musyawarah untuk mufakat.
a. Gaya politik
Ideologi masih tetap mewarnai periode ini, walaupun sudah dibatasi secara formal
melalui Penpres tentang syarat-syarat dan penyederhanaan kepartaian (penpres no.7-1959).
Pengaturan soal-soal kemasyarakatan dan politik lebih cenderung dilakukan
secara paksaan. Hal-hal ini di buktikan oleh merajalelaanya teror mental
dengan memberikan predikat kontra revolusi kepada aliran-aliran yang tidak
setuju dengan nilai-nilai yang mutlak.
b. Kepemimpinan
Para pemimpin berasal dari angkatan 1928 dan angkatan 1945 dengan tokoh
politik Soekarno sebagai titik dan pusatnya. Kepemimpinan tokoh politik ini berdasar
pada politik mencari Kambing hitam. Karena sifatnya kharismatik dan paternalistik,
tokoh politik ini dapat menengahi dan kemudian memperoleh dukungan dari pihak-
pihak bertikai, baik dengan sukarela maupun karena terpaksa. Dengan dialektika, pihak
yang kurang kemampuannya akan tersingkir dari gelanggang politik dan yang kuat akan
merajainya. Gimnastik politik ini lebih menguntungkan PKI.
3. Demokrasi Pancasila
Demokrasi-Pancasila tentu tidak dapat bersifat final, karena masih terus berjalan dan
berproses. Herbert Feith pernah menulis artikel yang berjudul Suhartos Search For a
Political Formal pada tahun 1968, yaitu pada awal demokrasi-pancasila ini diperkenalkan
dan mulai dikembangkan, oleh karena itu yang dikemukakan disini semata-mata hanya
dalam usaha mencari format demokrasi pancasila tersebut. Praktek-praktek mekanisme
demokrasi pancasila masih mungkin berkembang dan berubah, atau mungkin
belum merupakan bentuk hasil proses yang optimal, sebagai prestasi sistem
politik indonesia. Disana sini pula akan terjadi penyesuaian sejalan dengan
perubahan situasi dan kondisi yang mengitarinya. Namun batu pertama telah
dletakkan oleh demokrasi pancasila ini dapat diukur dari uraian sementara
seperti dibawah ini.
1. Gaya politik
Gaya ideologik boleh dikatakan sudah hampir tidak manggung lagi, yang menonjol
ialah gaya Intelektual yang progmatik, melalui penyaluran kepentingan yang
berrorientasi kepada program dan pemecahan masalah
2. Kepemimpinan
Bersifat legal artinya bersumber pada ketentuan-ketentuan Normatif Konstitusional.
ABRI sebagai titik pusat polititk di indonesia dewasa didukung oleh Teknokrat.
Pengembangan demokrasi di Indonesia dalam tataran pengakuan sangat kuat, tetapi sangat
lemah dalam pelaksanaan. Dalam pelaksanaan kadar kekuasaan politik pada rakyat masih
rendah. Oleh karena itu yang terpenting dalam pengembangan demokrasi di Indonesia
bagaimana mengembangkan kekuasaan politik pada rakyat semakin kuat, dan pada pihak lain
bagaimana mencegah berkembangnya anti demokrasi (pengurangan atau penghapusan
kekuasaan politik rakyat), serta melakukan pembatasan kekuasaan pemerintah.
Demokrasi di Indonesia memang masih dalam proses pencarian bentuk. Dengan kata
lain di Indonesia sekarang ini yang terjadi baru pada tahap demokratisasi (proses menuju
demokrasi). Tidak mengherankan apabila dalam pelaksanaan kehidupan politik riil, ada tarik
menarik antara kadar bobot kekuasaan politik rakyat dengan kadar kekuasaan politik penguasa.
Misalnya, di Indonesia pernah berkembang demokrasi liberal, di mana kadar kekuasaan politik
rakyat cenderung menguat. Pada perkembangan berikutnya, yakni pada waktu bekembangnya
demokrasi terpimpin dan Demokrasi Pancasila, kadar kekuasaan politik rakyat sangat rendah,
sebaliknya kadar kekuasaan politik penguasa sangat kuat.
a) Bagi Negara-Pemerintah
b) Bagi Masyarakat
2. Dampak negatif
a) Bagi Negara-Pemerintah
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
a. Secara etimologi kata politik berasal dari bahasa latin politicus dan bahasa yunani
politicos yang artinya sesuatu yang berhubungan dengan warga negara. Politik adalah
sebuah perilaku atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan kebijakan-
kebijakan dalam tatanan negara agar dapat merealisasikan cita-cita Negara
sesungguhnya, sehingga mampu membangun dan membentuk Negara sesuai rules agar
kebahagian bersama didalam masyarakat disebuah Negara tersebut lebih mudah
tercapai.
b. politik sangat erat kaitannya dengan individu dan masyarakat. Masyarakat adalah salah
satu subjek dari politik. Sebaliknya politik lahir dari adanya pergerakan masyarakat
c. unsur-unsur politik: negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan
(decision making), kebijakan (policy, beleid), dan pembagian (distribution) atau alokasi
(allocation).
4. Macam macam sistem politik: Sistem Politik Otokrasi Tradisional, totaliter, otoriter,
oligater dan demokrasi.
5. Politik dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah siyasah
6. Sistem politik di Indonesia memiliki tiga pergantian yakni sistem demokrasi liberal,
kepemimpinan dan pancasila.
d. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
http://www.pelajaransekolahonline.com/2016/11/pengertian-fungsi-dan-macam-macam-
sistem-politik-terlengkap.html
http://syahmuhammadnoor.blogspot.co.id/2013/10/makalah-politik-dalam-islam.html