Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Manusia adalah zoon politicon, kata Plato dalam bukunya Republica. Sebagai bagian
dari zoon politicon, manusia secara individual merupakan elemen terkecil dari sebuah
negara.

Kumpulan individu-individu yang menempati daerah tertentu membentuk kesatuan


masyarakat. Himpunan masyarakat yang menempati daerah atau wilayah yang lebih luas
membentuk sebuah negara. Sebagai makhluk politik, eksistensi manusia tidak terpisahkan
dengan konsepsi negara.

Aktivis politik yang berusaha mencapai impian menciptakan tatanan masyarakat yang
baik akan menempuh jalan atau cara yang menurut kategorinya baik. Namun dalam riil
politik, logika berpikir demikian sungguh kenyataan yang sukar untuk diterapkan. Ini
disebabkan realitas yang terjadi di masyarakat yang sangat kompleks. Selain kita yang
punya paramater tertentu tentang kebaikan, pihak lain juga memiliki hal yang sama. Alih-
alih parameter itu sama, malah yang sering ada adalah perbedaan. Perbedaan ini dalam
kapasitas yang lebih jauh akan sangat berpengaruh pada pola kepentingan yang
berkembang. Keanekaragaman kepentingan pada tahap tertentu menimbulkan konflik
nyata yang tidak terhindarkan. Kepentingan yang menimbulkan konflik menjadi dasar
tindakan yang kadangkala membenarkan segala cara.

Dalam perjuangan kepentingan inilah kekuasaan dikejar. Perjuangan yang kadang


dijalankan dengan cara-cara tidak terpuji dan dilakukan hampir oleh sebagian besar politisi
menimbulkan steotip bahwa politik itu kotor, keji, culas dan amoral. Politik secara
simplistik dipahami dengan kekuasaan. Dalam pemahaman ini kekuasaan merupakan
konsep yang selalu menjadi acuan untuk memahami arti politik. Orang melihat bahwa
politik merupakan cara meraih dan mempertahankan kekuasaan.
Untuk itu penulis akan membahas seputar tentang manusia dan politik serta
permasalahannya di dalam kehidupan ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah:

1. Apakah yang dimaksud dengan politik ?


2. Apakah hubungan manusia dengan politik ?
3. Apa saja unsur unsur politik ?
4. Apa saja macam macam sistem politik ?
5. Apakah pengertian politik dari sudut pandang agama islam ?
6. Bagaimana sistem politik yang berlaku di Indonesia ?
7. Apa sisi posotif dan negatif adanya politik di dalam negara ?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui apakah yang dimaksud dengan politik itu
2. Mengetahui hubungan manusia dengan politik
3. Mengetahui apa saja unsur unsur politik
4. Mengetahui macam macam sistem politik
5. Mengetahui pengertian politik dari sudut pandang agama islam
6. Mengetahui sistem politik yang berlaku di Indonesia
7. Mengetahui sisi positif dan negatif adanya sebuah politik di dalam negara
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN POLITIK

Secara etimologi kata politik berasal dari bahasa latin politicus dan bahasa yunani
politicos yang artinya sesuatu yang berhubungan dengan warga negara. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia kata politik memiliki tiga makna, yakni

1. pengetahuan mengenai kenegaraan (tentang sistem pemerintah dan dasa dasar


pemerintah)
2. segala urusan dan tindakan (kebijaksanaan, siasat dan sebagainya) mengenai
pemerintahan atau terhadap negara lain
3. Kebijakan, cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah)

Sedangkan politik secara terminologis dapat diartikan

1. Menunjuk kepada satu segi kehidupan manusia bersama dengan masyarakat. Lebih
mengarah pada politik sebaga usaha untuk memperoleh kekuasaan, memperbesar atau
memperluas serta mempertahankan kekuasaan (politics). Misal: kejahatan politik,
kegiatan politik, hak-hak politik.
2. Menujuk kepada satu rangkaian tujuan yang hendak dicapai atau cara-cara atau
arah kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Lebih mengarah pada
kebijakan (policy). Misal: politik luar negeri, politik dalam negeri, politik keuangan.
3. Menunjuk pada pengaturan urusan masyarakat dalam segala aspek kehidupan.
Pemerintah mengatur urusan masyarakat, masyarakat melakukan koreksi terhadap
pemerintah dalam melaksanakan tugasnya (siyasah).

Pandangan dari para ahli terkait dengan politik.

1. Aristoteles
Politik adalah usaha yang ditempuh oleh warga negara untuk mewujudkan kebaikan
bersama.
2. Joice Mitchel
Politik adalah pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijaksanaan umum
untuk masyarakat seluruhnya
3. Roger F. Soltau
Bermacam-macam kegiatan yang menyangkut penentuan tujuan-tujuan dan
pelaksanaan tujuan itu. Menurutnya politik membuat konsep-konsep pokok tentang
negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision marking),
kebijaksanaan (policy of beleid), dan pembagian (distribution) atau alokasi
(allocation).
4. Johan Kaspar Bluntchli
Ilmu politik memerhatikan masalah kenagaraan yang mencakup paham, situasi, dan
kondisi negara yang bersifat penting
5. Hans Kelsen
Dia mengatakan bahwa politik mempunyai dua arit, yaitu sebagai berikut.
a. Politik sebagai etik, yakni berkenaan dengan tujuan manusia atau individu
agar tetap hidup secara sempurna
b. Politik sebagai teknik, yakni berkenaan dengan cara (teknik) manusia atau
individu untuk mencapai tujuan

secara garis besar definisi atau makna dari politik adalah sebuah perilaku atau kegiatan-
kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan kebijakan-kebijakan dalam tatanan negara agar
dapat merealisasikan cita-cita Negara sesungguhnya, sehingga mampu membangun dan
membentuk Negara sesuai rules agar kebahagian bersama didalam masyarakat disebuah
Negara tersebut lebih mudah tercapai.

Aristoteles (384-322 SM) dapat dianggap sebagai orang pertama yang


memperkenalkan kata politik melalui pengamatannya tentang manusia yang ia sebut zoon
politikon. Dengan istilah itu ia ingin menjelaskan bahwa hakikat kehidupan sosial adalah
politik dan interaksi antara dua orang atau lebih sudah pasti akan melibatkan hubungan politik.
Aristoteles melihat politik sebagai kecenderungan alami dan tidak dapat dihindari manusia,
misalnya ketika ia mencoba untuk menentukan posisinya dalam masyarakat, ketika ia berusaha
meraih kesejahteraan pribadi, dan ketika ia berupaya memengaruhi orang lain agar menerima
pandangannya.
2.2 HUBUNGAN MASYARAKAT DENGAN POLITIK

Masyarakat bermakna sebagai sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan
yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama. Seperti sekolah,
keluarga,perkumpulan, bahkan negara, kesemuanya adalah masyarakat.
Awal mula terbentuknya masyarakat adalah dari sekumpulan orang, misalnya keluarga.
Sebuah keluarga dipimpin oleh kepala keluarga, kemudian dari sekelompok keluarga terbentuk
Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW). Gabungan dari Sekelompok Rukun Tetangga
dan Rukun Warga akan membentuk Dusun. Sekelompok Dusun akan terbentuk menjadi Desa,
selanjutnya Kecamatan, Kabupaten, Provinsi, hingga Negara.
politik tidak hanya berkisar di lingkungan kekuasaan negara atau tindakan-tindakan
yang dilaksanakan oleh penguasa negara. Dalam beberapa aspek kehidupan, manusia sering
melakukan tindakan politik, baik politik dagang, budaya, sosial, maupun dalam aspek
kehidupan lainnya. Demikianlah politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh
masyarakat (public goals) dan bukan tujuan pribadi seseorang (private goals). Politik
menyangkut kegiatan berbagai kelompok, termasuk partai politik dan kegiatan-kegiatan
perseorangan (individu).
politik sangat erat kaitannya dengan individu dan masyarakat. Masyarakat adalah salah
satu subjek dari politik. Sebaliknya politik lahir dari adanya pergerakan masyarakat. Dengan
kata lain, Politik dan masyarakat saling mempengaruhi dan saling berhubungan secara timbal
balik. Sebagai contoh seperti pada saat kampanye Pilpres 2014 pergerakan masyarakat seperti
terpolarisasi menjadi dua kutub yang sangat berlawanan. Situasi politik saat itu seperti
membelah masyarakat karena membela calon presidennya masing-masing. Perpecahan bangsa
sangat terasa di dunia maya (cyber space) melalui peperangan di media sosial seperti web
site, facebook, twitter, blog dan media sosial lainnya. Masing-masing pihak tidak hanya
membela jagoannya tetapi juga sampai pada tingkatan menyerang dan bahkan memfitnah pihak
lawannya. Situasi politik saat pilpres 2014 sangaty jelas mempengaruhi pergerakan masyarakat
yang tercermin dengan adanya perang opini di media sosial antara dua kelompok masyarakat
yang mendukung capresnya masing-masing.

2.3 UNSUR UNSUR POLITIK

Aristoteles berkesimpulan bahwa usaha memaksimalkan kemampuan individu dan


mencapai bentuk kehidupan sosial yang tinggi adalah melalui interaksi politik dengan orang
lain. Interaksi itu terjadi di dalam suatu kelembagaan yang dirancang untuk memecahkan
konflik sosial dan membentuk tujuan negara. Dengan demikian kata politik menunjukkan suatu
aspek kehidupan, yaitu kehidupan politik yang lazim dimaknai sebagai kehidupan yang
menyangkut segi-segi kekuasaan dengan unsur-unsur:

1. negara (state)

Suatu wilayah di permukaan bumi yang kekuasaannya baik politik, militer,


ekonomi, sosial maupun budayanya diatur oleh pemerintahan yang berada di wilayah
tersebut. Negara juga merupakan suatu wilayah yang memiliki suatu sistem atau
aturan yang berlaku bagi semua individu di wilayah tersebut, dan berdiri secara
independent. Syarat primer sebuah negara adalah memiliki rakyat, memiliki wilayah,
dan memiliki pemerintahan yang berdaulat. Sedangkan syarat sekundernya adalah
mendapat pengakuan dari negara lain.

Sedang menurut Aristoteles: Negara adalah perpaduan beberapa keluarga


mencakupi beberapa desa, hingga pada akhirnya dapat berdiri sendiri sepenuhnya,
dengan tujuan kesenangan dan kehormatan bersama. negara di dalam pandangan Locke
dibatasi oleh warga masyarakat yang merupakan pembuatnya. Untuk itu, sistem negara
perlu dibangun dengan adanya pembatasan kekuasaan negara, dan bentuk pembatasan
kekuasaan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara:
Cara pertama adalah dengan membentuk konstitusi atau Undang-Undang Dasar yang
ditentukan oleh Parlemen berdasarkan prinsip mayoritas.
Cara kedua adalah adanya pembagian kekuasaan dalam tiga unsur: legistlatif,
eksekutif, dan federatif.
2. kekuasaan (power)
Kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna menjalankan
kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak
boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau
kelompok untuk memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan
keinginan dari pelaku atau Kekuasaan merupakan kemampuan memengaruhi pihak lain
untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang memengaruhi
3. pengambilan keputusan (decision making)
Dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau
kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa
alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu
pilihan final. Keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan atau
tindakan.
4. kebijakan (policy, beleid)
Suatu keputusan yang dimaksudkan untuk tujuan mengatasi permasalahan yang
muncul dalam suatu kegiatan tertentu yang dilakukan oleh instansi pemerintah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan.
5. pembagian (distribution) atau alokasi (allocation)
Pembagian yang merupakan proses pemecahan menjadi beberapa bagian,
sedangkan kekuasaan sebelumnya telah dijelaskan. Jadi, pembagian kekuasaan adalah
proses memecahkan atau membagi-bagi wewenang yang dimiliki oleh Negara untuk
(memerintah, mewakili, mengurus, dsb) menjadi beberapa bagian (legislatif, eksekutif,
dan yudikatif) untuk diberikan kepada beberapa lembaga Negara untuk menghindari
pemusatan kekuasaan (wewenang) pada satu pihak/ lembaga.

2.4 MACAM MACAM SISTEM POLITIK


1. Sistem Politik Otokrasi Tradisional

Sistem politik otokrasi tradisional adalah sistem politik yang pemerintahannya


memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut:

a. Kurang menekankan pada persamaan tetapi lebih menekankan ada stratifikasi


ekonomi.
b. Kebebasan politik individu kurang dijamin dan lebih menekankan pada perilaku
yang menuruti kehendak kelompok kecil penguasa.
c. Kebutuhan moril dan nilai-nilai moral lebih menonjol dari pada kebutuhan materiil.
d. Lebih menekankan pada kolektivisme yang berdasarkan kekerabatan dari pada
individualisme.

Faktor primordial merupakan faktor pemersatu masyarakat dalam sistem politik


otokrasi tradisional. Kekuasaan dalam sistem otokrasi tradisional cenderung bersifat
pribadi, negatif dan sebagian kecil bersifat konsensus.

Penguasa dalam sistem politik otokrasi tradisional biasanya ialah seorang raja,
sultan, atau emir yang tidak hanya mempunyai peranan simbolis yang tinggi, tetapi juga
kekuasaan nyata. Kekuasaan memerintah dari penguasa berdasarkan konsensus, yaitu
tradisi dan paksaan.

Berdasarkan karakteristik tersebut, diketahui bahwa pada sistem politik otokrasi


tradisional pemimpin ditentukan berdasarkan keturunan, tidak dipilih oleh rakyat.
Tujuan dan aturan hukum negara ditentukan oleh kelompok kecil penguasa dengan
mengabaikan apa yang menjadi aspirasi rakyat.
2. Sistem Politik Totaliter
Menurut Eman Hermawan dan Umaruddin Masdar, sistem politik totaliter
adalah sistim politik dalam suatu negara yang pemerintahannya mendasarkan pada hal-
hal berikut.
a. Kekuasaan tak terbatas.
b. Tidak menerima adanya oposisi.
c. Melakukan kontrol yang sangat ketat terhadap warga negaranya.

Sistem politik totaliter menekankan konsensus total di dalam masyarakatnya,


dan untuk mencapai konsensus total dilakukan dengan indoktrinasi ideologi serta
dengan pelaksanaan kekuasaan paksaan yang luas dan mendalam (Ramlan Surbakti,
1992). Negara yang menganut sistem politik totaliter bisa berbentuk rezim otokrasi
(pemerintahan oleh kelompok kecil) yang kadang disebut komunis dan rezim diktator
(pemerintahan oleh satu orang) yang sering disebut dengan fasis. Contoh pemerintahan
komunis adalah Republik Rakyat Cina, Vietnam, Korea Utara, Kuba, dan contoh
pemerintahan diktator yaitu Uni Soviet pada masa Joseph Stalin, Jerman pada masa
Adolf Hitler, Italia pada masa Mussolini.

Pada masa sekarang amatlah sulit untuk mengidentifikasi suatu negara yang
dikategorikan sebagai negara totaliter atua bukan, biasanya kalaupun negara tersebut
dengan jelas menjalankan pemerintahan secara totaliter, tetap saja tidak mau disebut
sebagai negara totaliter. Sistem politik totaliter menempatkan kepentingan individu di
bawah kehendak dan kepentingan partai tunggal (masyarakat) yang mengatasnamakan
negara dan bangsa.

Dengan demikian pemilihan pemimpin, perumusan kebijakan negara, serta


perumusan aturan perundangan negara dilakukan hanya oleh kelompok-kelompok
tertentu atau individu tertentu yang berada di lingkungan kekuasaan, dan mengabaikan
aspirasi rakyat.
3. Sistem Politik Otoriter
Sistem politik otoriter adalah sistem politik yang mendasarkan pada sistem
otoritas yang telah mapan (establish authority). Menurut Eman Hermawan dan
Umaruddin Masdar, sistem politik otoriter yang dianut suatu negara sebagai negara
otoriter (authoritarian state) mempunyai ciri khas antara lain sebagai berikut.
a. Rakyat dijauhkan dari proses-proses politik.
b. Oposisi tidak diperbolehkan.
c. Tidak boleh melakukan kritik terhadap pemerintah atau negara.
d. Adanya partai tunggal
e. .Pemerintah mempunyai kepentingan yang sangat kecil terhadap kehidupan
masyarakat sehari-hari.
Berdasarkan kriteria tersebut, dapatlah dikatakan bahwa rakyat tidak bisa menjadi
pemimpin negara, demikian halnya rakyat dapat dikatakan tidak boleh terlibat dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Pada umumnya, sistem politik otoriter dianut oleh
negara-negara kerajaan yang kepala pemerintahannya didasarkan pada keturunan
(misalnya, Arab Saudi atau Kuwait), dan negara-negara yang dipegang oleh junta
(misalnya, junta militer Myanmar).
4. Sistem Politik Oligarki
Sistem politik oligarki adalah sistem politik yang mendasarkan pada
pemerintahan yang kekuasaan negaranya ada di tangan sejumlah orang (kelompok elit)
dan selalu mengusahakan dengan segala cara agar rakyat dapat dikendalikan dan
dikuasainya. Pemerintahan dalam sistem politik oligarki dijalankan oleh orang-orang
tersebut (kelompok elit), dan selalu mengusahakan dengan segala cara agar rakyat dapat
dikendalikan dan dikuasainya. Bahkan rakyat dijauhkan dari proses-proses politik;
oposisi tidak diperbolehkan dan tidak boleh melakukan kritik terhadap pemerintahan
atau negara;

Negara dijadikan alat untuk mencapai tujuan kelompok elit, sehingga tujuan
yang menyangkut kesejahteraan rakyat, keadilan, dan kemerdekaan perorangan
biasanya tidak dapat diwujudkan. Kesejahteraan hanya untuk sejumlah orang yang
termasuk dalam kelompok elit, demikian halnya dengan kemerdekaan dan keadilan.
Contoh negara yang menganut sistem politik oligarki pada masa silam adalah negara
Yunani kuno, dan pada masa sekarang adalah negara-negara komunis yang pada
kenyataannya dikendalikan oleh anggota-anggota presidium yang kemudian
mendelegasikan kepada sekretaris jenderal dan wakil-wakilnya.

Berdasarkan kriteria tersebut, dapatlah dikatakan bahwa rakyat tidak bisa


menjadi pemimpin negara, demikian halnya rakyat dapat dikatakan tidak boleh terlibat
dalam penyelenggaraan pemerintahan.

5. Sistem Politik Demokrasi


Sistem politik demokrasi merupakan sistem politik yang mendasarkan pada
nilai-nilai dan prinsip-prinsip demokrasi/liberalisme. Dalam sistem politik demokrasi,
warga negara dapat berpartisipasi dalam setiap pengambilan keputusan yang dibuat
oleh pemerintah. Dengan demikian, sistem politik demokrasi adalah keseimbangan
antara konflik dan konsensus. Artinya, demokrasi memungkinkan perbedaan pendapat,
persaingan, dan pertentangan di antara individu dengan individu, individu dengan
kelompok, individu dengan pemerintah, kelompok dengan pemerintah, bahkan di
antara lembaga-lembaga pemerintah.

Nilai-nilai demokrasi agar dapat dilaksanakan dan diselenggarakan dengan semestinya,


perlu ada lembaga negara sebagai berikut:
a. Pemerintahan yang bertanggung jawab.
b. Sistem dewan perwakilan rakyat yang mewakili golongan-golongan dan
kepentingan-kepentingan dalam masyarakat yang dipilih melalui pemilu yang
langsung, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Dewan perwakilan ini melakukan
pengawasan (kontrol), memungkinkan oposisi yang konstruktif dan memungkinkan
penilaian terhadap kebijaksanaan pemerintah secara kontinu.
c. Suatu organisasi politik yang mencakup satu atau lebih partai politik. Partai-partai
menyelenggarakan hubungan yang kontinu antara masyarakat umumnya dan
pemimpin-pemimpinnya.
d. Pers dan media massa yang bebas untuk menyatakan pendapat.
e. Sistem peradilan yang bebas untuk menjamin hak-hak asasi dan memper-tahankan
keadilan
Apabila ditinjau dari pelaksanaannya atau dilihat dari bentuk partisipasi rakyat di
dalam proses-proses politik, demokrasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu sebagai
berikut.
a. Demokrasi langsung (direct democracy), yaitu suatu sistem politik yang
memberikan hak kepada rakyat secara langsung untuk ikut serta melakukan
kegiatan-kegiatan kenegaraan di bidang politik.
b. Demokrasi tidak langsung (indirect democracy) atau demokrasi perwakilan
(representative democracy), yaitu suatu sistem politik yang memberikan hak kepada
rakyat melalui wakil-wakilnya yang menjadi anggota Lembaga perwakilan rakyat
untuk ikut serta melakukan kegiatan-kegiatan kenegaraan di bidang politik.

2.5 PENGERTIAN POLITIK MENURUT AGAMA ISLAM

Politik dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah siyasah. Oleh karena itu, di dalam
buku-buku para ulama salafush shalih dikenal istilah siyasah syariyyah, misalnya.
Dalam Al-Muhith, siyasah berakar kata sasa-yasusu. Dalam kalimat Sasa addawaba
yasusaha siyasatan berarti Qama alaiha wa radlaha wa adabbaha (mengurusi,
melihatnya, dan mendidiknya). Bila dikatakan sasa al amra artinya dabbrahu
(mengurusi/mengatur perkara). Asal makna siyasah (politik) diterapkan pada pengurusan
dan pelatihan pengembalaan.
Menurut Hasan Al-Bana menyimpulkan bahwa pilar utama untuk membangun
pilar kekuatan utama ummat ialah: kesabaran (ash-shabru), keteguhan (ats-tsabat),
kearifan (al-hikmah), dan ketenangan ( al-anat) semua itu bersangkutan dengan kekuatan
kejiwaan (al-quwwah an- nafsiyah) suatu bangsa. Hasan Al-Banna menyimpulkan
adanya lima babak yang akan dilalui yaitu: kelemahan (adh-dho fu), kepemimpinan (az-
zuaamah), pertarungan (ash-shiraa u), iman (al-iman), dan pertolongan Allah (al-
intishar).

Al-Qur'an tidak menyebutkan dengan tegas bagaimana mewujudkan suatu sistem politik.
Di dalam beberapa ayat, Al-Qur'an hanya menyebut bahwa kekuasaan politik hanya dijanjikan
(akan diberikan) kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Ini berarti bahwa sistem
politik menurut agama dan ajaran Islam terkait dengan kedua faktor tersebut. Di sisi lain
keberadaan sebuah sistem politik berkaitan pula dengan ruang dan waktu. Ini berarti bahwa
sistem politik adalah budaya manusia sehingga keberadaannya tidak dapat dilepaskan dari
dimensi kesejarahan. Karena itu pula lahirnya sistem politik Islami harus dihubungkan dengan
sebuah peristiwa bersejarah. Yang dimaksud adalah perjanjian atau bai'at keislaman yang
menimbulkan satu perikatan berisi pengakuan dan penaklukan diri kepada Islam sebagai
agama. Konsekuensi perjanjian tersebut adalah terwujudnya sebuah masyarakat muslim yang
dikendalikan oleh kekuasaan yang dipegang oleh Rasul. Dengan demikian, terbentuklah
sebuah sistem politik Islami yang pertama dengan fungsi dan struktur yang sederhana dalam
masyarakat dan negara kota Medinah. Sistem politik ini terjadi setelah disetujuinya piagam
Madinah, yang oleh Hamidullah disebut sebagai konstitusi tertulis pertama dalam sejarah, pada
awal dekade ketiga abad VII M (622) atau tahun I H.

Politik dalam Islam menjuruskan kegiatan umat kepada usaha untuk mendukung dan
melaksanakan syariat Allah melalui sistem kenegaraan dan pemerintahan. la bertujuan untuk
menyimpulkan segala sudut Islam yang syumul melalui satu institusi yang mempunyai syahk
siyyah untuk menerajui dan melaksanakan undang undang.

Tujuan sistem politik Islam adalah untuk membangunkan sebuah sistem pemerintahan
dan kenegaraan yang tegak di atas dasar untuk melaksanakan seluruh hukum syariat
Islam. Tujuan utamanya ialah menegakkan sebuah negara Islam atau Darul Islam. Dengan
adanya pemerintahan yang mendukung syariat, maka akan tertegaklah Ad-Din dan
berterusanlah segala urusan manusia menurut tuntutan-tuntutan Ad-Din tersebut. Para fuqahak
Islam telah menggariskan 10 perkara penting sebagai tujuan kepada sistem politik dan
pemerintahan Islam:
1. Memelihara keimanan menurut prinsip-prinsip yang telah disepakati oleh ulamak salaf
daripada kalangan umat Islam.
2. Melaksanakan proses pengadilan dikalangan rakyat dan menyelesaikan masalah
dikalangan orang-orang yang berselisih.
3. Menjaga keamanan daerah-daerah Islam agar manusia dapat hidup dalam keadaan
aman dan damai.
4. Melaksanakan hukuman-hukuman yang telah ditetapkan syarak demi melindungi hak-
hak manusia
5. Menjaga perbatasan negara dengan pelbagai persenjataan bagi menghadapi
kemungkinan serangan daripada pihak luar
6. Melancarkan jihad terhadap golongan yang menentang Islam
7. Mengendalikan urusan pengutipan cukai, zakat, dan sedekah sebagaimana yang
ditetapkan syarak
8. Mengatur anggaran belanjawan dan perbelanjaan daripada perbendaharaan negara agar
tidak digunakan secara boros atau kikir
9. Melantik pegawai-pegawai yang cekap dan jujur bagi mengawal kekayaan negara dan
menguruskan hal-ahwal pentadbiran negara
10. Menjalankan pengawalan dan pemeriksaan yang rapi dalam hal-hal awam demi untuk
memimpin negara dan melindungi Ad-Din

2.6 SISTEM POLITIK YANG BERLAKU DI INDONESIA

Sistem politik yang berlaku di Indonesia adalah sistem politik demokrasi yang mengalami
tiga perubahan

1. Demokrasi Liberal
Di Indonesia demokrasi liberal berlangsung sejak 3 november 1945, yaitu sejak
sistem multi-partai berlaku melalui maklumat pemerintah. Sistem multi-partai ini lebih
menempakkan sifat instabilitas politik setelah berlaku sistem parlementer dalam
naungan UUD 1945 periode pertama dan berakhir pada tanggal 5 juli 1959.

Dalam periode demokrasi liberal ini ada beberapa hal yang secara pasti dapat dikatakan telah
melekat dan mewarnai prosesnya, diantaranya :

a. Gaya politik
Bersifat ideologis, artinya lebih menitikberatkan faktor yang membedakan. Sebabnya
ialah karena ideologi cenderung bersifat kaku dan tidak kompromistik atau reformistik.
Adanya kelompok-kelompok yang mengukuhi ideologi secara berlainan, bahkan
bertentangan, berkulminasi pada saat berhadapan dengan kebuntuan penetapan dasar
negara pada saat sidang konstituante. Gaya politik yang ideologi dalam konstituante ini
oleh elitnya masing-masing dibawa ketengah rakyat, sehingga timbul ketegangan dan
perpecahan dalam masyarakat.
b. Kepemimpinan
Berasal dari angkatan sumpah pemuda yang lebih canderung belum permisif untuk
meninggalkan pikiran-pikiran paternal, primordial terhadap aliran, suku, agama, atau
kedaerahan.(Dari sudut ini, sumpah pemuda tahun 1928 barulah merupakan ucapan
dan ikatan resmi serta belum membudaya secara material pada saat itu).
2. Demokrasi Terpimpin

Dalam periode demokrasi terpimpin ini, pemikiran ala demokrasi barat banyak
ditinggalkan. Tokoh politik (Soekarno) yang memegang pimpinan nasional ketika itu
menyatakan bahwa demokrasi liberal (demokrasi parlementer) tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa indonesia. Prosedur pemungutan suara dalam lembaga perwakilan
rakyat dinyatakan pula sebagai tidak efektif dan ia kemudian memperkenalkan apa yang
disebut musyawarah untuk mufakat.

a. Gaya politik

Ideologi masih tetap mewarnai periode ini, walaupun sudah dibatasi secara formal
melalui Penpres tentang syarat-syarat dan penyederhanaan kepartaian (penpres no.7-1959).
Pengaturan soal-soal kemasyarakatan dan politik lebih cenderung dilakukan
secara paksaan. Hal-hal ini di buktikan oleh merajalelaanya teror mental
dengan memberikan predikat kontra revolusi kepada aliran-aliran yang tidak
setuju dengan nilai-nilai yang mutlak.

b. Kepemimpinan
Para pemimpin berasal dari angkatan 1928 dan angkatan 1945 dengan tokoh
politik Soekarno sebagai titik dan pusatnya. Kepemimpinan tokoh politik ini berdasar
pada politik mencari Kambing hitam. Karena sifatnya kharismatik dan paternalistik,
tokoh politik ini dapat menengahi dan kemudian memperoleh dukungan dari pihak-
pihak bertikai, baik dengan sukarela maupun karena terpaksa. Dengan dialektika, pihak
yang kurang kemampuannya akan tersingkir dari gelanggang politik dan yang kuat akan
merajainya. Gimnastik politik ini lebih menguntungkan PKI.

3. Demokrasi Pancasila

Demokrasi-Pancasila tentu tidak dapat bersifat final, karena masih terus berjalan dan
berproses. Herbert Feith pernah menulis artikel yang berjudul Suhartos Search For a
Political Formal pada tahun 1968, yaitu pada awal demokrasi-pancasila ini diperkenalkan
dan mulai dikembangkan, oleh karena itu yang dikemukakan disini semata-mata hanya
dalam usaha mencari format demokrasi pancasila tersebut. Praktek-praktek mekanisme
demokrasi pancasila masih mungkin berkembang dan berubah, atau mungkin

belum merupakan bentuk hasil proses yang optimal, sebagai prestasi sistem
politik indonesia. Disana sini pula akan terjadi penyesuaian sejalan dengan
perubahan situasi dan kondisi yang mengitarinya. Namun batu pertama telah
dletakkan oleh demokrasi pancasila ini dapat diukur dari uraian sementara
seperti dibawah ini.

1. Gaya politik
Gaya ideologik boleh dikatakan sudah hampir tidak manggung lagi, yang menonjol
ialah gaya Intelektual yang progmatik, melalui penyaluran kepentingan yang
berrorientasi kepada program dan pemecahan masalah
2. Kepemimpinan
Bersifat legal artinya bersumber pada ketentuan-ketentuan Normatif Konstitusional.
ABRI sebagai titik pusat polititk di indonesia dewasa didukung oleh Teknokrat.

Pengembangan demokrasi di Indonesia dalam tataran pengakuan sangat kuat, tetapi sangat
lemah dalam pelaksanaan. Dalam pelaksanaan kadar kekuasaan politik pada rakyat masih
rendah. Oleh karena itu yang terpenting dalam pengembangan demokrasi di Indonesia
bagaimana mengembangkan kekuasaan politik pada rakyat semakin kuat, dan pada pihak lain
bagaimana mencegah berkembangnya anti demokrasi (pengurangan atau penghapusan
kekuasaan politik rakyat), serta melakukan pembatasan kekuasaan pemerintah.

Demokrasi di Indonesia memang masih dalam proses pencarian bentuk. Dengan kata
lain di Indonesia sekarang ini yang terjadi baru pada tahap demokratisasi (proses menuju
demokrasi). Tidak mengherankan apabila dalam pelaksanaan kehidupan politik riil, ada tarik
menarik antara kadar bobot kekuasaan politik rakyat dengan kadar kekuasaan politik penguasa.
Misalnya, di Indonesia pernah berkembang demokrasi liberal, di mana kadar kekuasaan politik
rakyat cenderung menguat. Pada perkembangan berikutnya, yakni pada waktu bekembangnya
demokrasi terpimpin dan Demokrasi Pancasila, kadar kekuasaan politik rakyat sangat rendah,
sebaliknya kadar kekuasaan politik penguasa sangat kuat.

2.7 SISI POSITIF DAN NEGATIF ADANYA POLITIK DI DALAM NEGARA


1. Dampak positif

a) Bagi Negara-Pemerintah

Semakin transparan dalam membuat dan melaksanakan kebijakan,


Tidak sewenang-wenang terhadap rakyat,
Aspiratif terhadap kepentingan rakyat,
Penataan kembali suprastruktur politik secara profesional,
Memperoleh berbagai input dari pihak infrastruktur politik.

b) Bagi Masyarakat

Merasa puas dalam menyampaikan input kepada pihak pemerintah,


Adanya jaminan hukum dalam berpolitik,
Tumbuh kesadaran untuk membudayakan politik yang benar,
Menambah wawasan di bidang politik-demokrasi,
Meningkatnya semangat dalam mengekspresikan budaya politik.

2. Dampak negatif
a) Bagi Negara-Pemerintah

Dapat menggoyahkan pendirian dalam membuat kebijakan,


Pelaksanaan kebijakan politik menjadi telambat/terhambat,
Sulitnya menampung aspirasi rakyat yang sangat kompleks,
Beratnya mengatasi masalah keamanan yang selalu rawan,
Sulitnya anggaran untuk memenuhi seluruh tuntutan rakyat.
b.) Bagi Masyarakat

Ketidakpuasan atas sikap pemerintah yang pasif,


Banyaknya pengorbanan dalam upaya pembaharuan budaya politik,
Mereka yang awam semakin sulit menyesuaikan diri,
Dapat mengabaikan dirinya jika terlalu fanatik politik,
Dapat menimbulkan kekacauan jika berpolitik secara emosional.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
a. Secara etimologi kata politik berasal dari bahasa latin politicus dan bahasa yunani
politicos yang artinya sesuatu yang berhubungan dengan warga negara. Politik adalah
sebuah perilaku atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan kebijakan-
kebijakan dalam tatanan negara agar dapat merealisasikan cita-cita Negara
sesungguhnya, sehingga mampu membangun dan membentuk Negara sesuai rules agar
kebahagian bersama didalam masyarakat disebuah Negara tersebut lebih mudah
tercapai.
b. politik sangat erat kaitannya dengan individu dan masyarakat. Masyarakat adalah salah
satu subjek dari politik. Sebaliknya politik lahir dari adanya pergerakan masyarakat
c. unsur-unsur politik: negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan
(decision making), kebijakan (policy, beleid), dan pembagian (distribution) atau alokasi
(allocation).
4. Macam macam sistem politik: Sistem Politik Otokrasi Tradisional, totaliter, otoriter,
oligater dan demokrasi.
5. Politik dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah siyasah
6. Sistem politik di Indonesia memiliki tiga pergantian yakni sistem demokrasi liberal,
kepemimpinan dan pancasila.

d. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
http://www.pelajaransekolahonline.com/2016/11/pengertian-fungsi-dan-macam-macam-
sistem-politik-terlengkap.html
http://syahmuhammadnoor.blogspot.co.id/2013/10/makalah-politik-dalam-islam.html

Anda mungkin juga menyukai