Anda di halaman 1dari 6

Menikahi Pembenci

Anton menatap Sang Istri dengan penuh kesedihan. Ia sadar Anita, istrinya masih belum bisa
menerima kenyataan bahwa ia harus menikahi pria yang ia benci. Pernikahan itu sudah memasuki
tahun kedua dan belum ada tanda tanda bahwa mereka akan berbaikan. Tentu saja, mana ada
orang yang mau menikah dengan orang yang dibencinya. Anita jelas tidak ikhlas. Ia terpaksa
menerima keputusan itu demi menjaga nama baik keluarganya.

Sebelum mereka menikah, Anita sebenarnya sudah memiliki seorang kekasih bernama Yandi.
Yandi dan dirinya sudah menyiapkan rencana pernikahan mereka. Mereka memang belum sampai
bertunangan, tapi hubungan mereka sudah serius. Hanya saja, suatu hari Anton yang jatuh cinta
kepadanya berusaha mendapatkan hati Anita dengan berbagai macam cara. Suatu hari, di sebuah
pesta, ia mabuk saat ada pests besar di rumahnya. Anita waktu itu sedang sendirian dan Anton
waktu itu kelepasan merenggut kehormatan Anita.

Anita jelas membenci Anton karena itu. Anton sendiri menyesali perbuatannya dan sering ke
rumah Anita untuk minta maaf. Anita dan keluarganya sempat berniat melaporkan Anton ke polisi
waktu itu. Namun, mereka sadar bahwa bukan tidak mungkin, itu hanya akan mencemarkan nama
baik keluarga mereka. Mereka termasuk orang yang dikenal para tetangga sekitar. Karena itu,
mereka memilih untuk menjaga rahasia.

Anton memang melamar.Anita untuk mempertanggungjawabkan perbuatan terkutuknya. Ia sendiri


melihat bagaimana Anita memarahi dirinya dan mengejeknya waktu itu.

Kau sih enak. Menikah aku Bukankah itu memang yang kamu mau? Aku cuma akan menderita
karena kamu. Gara gara kamu, Yandi dan aku putus. Sekarang, kau mau hancurkan hidupku lagi
dengan menikahi aku. Dasar Brengsek. Kamu memang brengsek.

Anita melemparkan gelas waktu itu ke arahnya. Ia memang membenci pria itu. Orang tuanya
memang memaklumi situasi itu. Mereka pun tidak ingin Anton datang ke rumah mereka. Namun,
apa daya mereka? Orang tua Anton memberikan sejumlah uang yang mereka tidak dapat
tolak.waktu itu.
Anita saat itu masuk ke kamarnya. Ia sedih karena orang tuanya bahkan tidak sanggup mencegah
Anton masuk ke rumahnya. Ia sendiri tahu soal uang yang diberikan oleh keluarga Anton dan
itikad Anton menikahinya. Tapi, hatinya sungguh tidak ikhlas. Ia hanya menangis.

Anton, sekarang kamu melihat putri kami seperti ini gara gara kamu. Aku akan kembalikan
uang kalian dan melaporkan kamu ke polisi. Kata Pak Thomas, ayah Anita.

Jangan. Tidak usah dikembalikan, Pak. Saya ikhlas. Saya malu, Pak. Saya tahu saya harus
bertanggung jawab. Bapak boleh melaporkan saya ke polisi, tapi tolong, jangan kembalikan uang
ini. Saya malu, Pak. Saya harus bayar harga mahal. Saya tidak ikhlas kalau uang ini dikembalikan
ke saya.

Saya tidak suka disuap. kata Pak Thomas tegas.

Saya akan terima konsekuensi apapun, Pak. Saya mau bertanggung jawab. Saya akan menafkahi
keluarga Bapak dan Anita. Tolong ijinkan saya bertanggung jawab. Saya tidak mau dihukum di
neraka. Saya kapok.

Baiklah. Kami akan terima uang ini. Ingat tanggung jawab kamu. Aku akan menanyakan pada
Anita apakah ia akan ikhlas menerima tanggung jawabmu. Sadarlah, Nak. Kau tahu tidak akan
semudah itu. Nanti belajar ikhlas apapun keputusan Anita. Aku akan membujuk Anita agar mau
menikah denganmu. Kami malu. Tapi, dia yang akan menderita. Apapun yang terjadi nanti,
pertanggungjawabanmu itu seumur hidup kamu, Anton.

Iya, Pak.

Anton sadar dengan arti seumur hidup. Ia terdiam, menyadari bahwa ia mungkin sudah merusak
kehidupan Anita dengan perbuatannya. Bukan mungkin, tapi memang benar ia sudah merusak.
Anita bisa berbahagia dengan Yandi jika ia tak melakukan oerbuatan kotor itu. Ia bertekad akan
membahagiakan Anita, setipis apapun harapannya.

Setelah itu, Pak Thomas memang membujuk Anita agar mau menikahi Anton. Ia bahkan
mengatakan bahwa Yandi tidak sebaik Anton dan meninggalkannya saat Anita terluka.

Yandi tidak pantas untuk kamu, Nak. Kalau ia meninggalkan kamu saat kamu begini, Bapak juga
tidak ikhlas kamu sama Yandi. Anton mau bertanggung jawab. Ia juga bersedia dituntut secara
hukum. Ia juga menafkahi keluarga kita. Kata Pak Thomas membujuk Anita.
Bapak sih ga pernah ngerasain yang namanya diperkosa. Aku waktu itu kata Anita.

Ia menangis. Bayangan kelamnya terbuka lagi waktu itu. Ia mengira ini semua cuma akal bulus
Anton agar bisa menikahinya. Ia terdiam.

Ta, Bapak sudah tua. Bapak tidak bisa ngurus kamu lagi nanti. Kamu butuh pendamping. Biar
Anton tanggung jawab, ya, Nak. Kalau memang ga coxok, nanti cerai aja.

Bapak Kok gitu sih?

Kalau Yandi ga ninggalin kamu, Bapak juga ga ikhlas sama Anton. Tapi, Yandi pergi dari kamu
pas kamu butuh dia bener bener. Bapak ga akan ikhlas kamu nikah sama pria yang tidak mau
ada untuk kamu pas kamu lagi susah. Menikah itu harus kuat mental dan setia dalam cobaan. Anton
sudah tiap hari ke sini tiga bulan. Hampir tiap hari, dia minta maaf, membiayai hidup kita. Tiap
manusia bisa salah. Maafkan dia, Ta.

Ya sudah. Aku capek dengerin permohonan Bapak. Ya sudah nikah aja deh. Tapi, bakal cerai
kapan - kapan. Anita mau balas dendam sama Anton kurang ajar itu.

Pak Thomas hanya terdiam. Ia memahami Anita. Ia hanya pasrah. Yang pasti Anita mau menikahi
dia. Itu sudah lebih dari cukup. Tak lama kemudian, mereka menikah walau tanpa pesta dan avara
syukuran.

Selama pernikahan mereka, Anita pun sering menghamburkan uang Anton. Anton memang kaya
jadi ia sendiri masih bisa memenuhi keinginan Sang Istri. Ia hanya bisa ikhlas ketika ia hanya bisa
menabung sedikit. Ia tidak berani membeli barang mahal seperti sebelum ia menikah.
Perusahaannya orang tuanya sendiri memang cukup besar. Anita memang sering keluar rumah. Ia
tak mau cerita ke mana ia pergi. Namun, ia pulang larut. Terkadang, ia baru pulang keesokan
harinya.

Anton pada awalnya pasrah. Namun, ia sadar ia harus menjaga Anita. Ia pun memutuskan
menemani Anita jika memang ia memiliki waktu luang walau Anita tidak merelakannya. Anita
pun datang menemui teman temannya. Ia langsung memeluk seorang pria di antara mereka. Pria
itu membalasnya dengan ciuman.

Siapa itu? tanya pria itu hampir marah saat menyadari kehadiran Anton.
Cuma supir ga penting. Jawab Anita sinis. Yuk, kita makan barengan. Supir aku kayaknya
kelaparan, jadi ikut aja dulu, ya.

Iya. Terserah kamu, Sayang. Kata pria itu.

Jantung Anton berdetak keras. Anita bahkan tidak peduli akan perasaannya. Ia malu dan sadar
bahwa ia jugalah yang melukai Anita. Anita tak akan peduli akan perasaan Anton seperti Anton
dulu tak peduli akan perasaan Anita saat perkosaan itu terjadi. Ia hanya bisa menahan sakit hatinya
walau dalam hati ia berteriak bahwa Anita seharusnya adalah milik dia. Ia menahan tangis, tidak
ingin terlihat sebagai pengecut. Ia pernah lupa dirinya dan kini ia dihukum.

Perselingkuhan Anita memang hanya berlangsung beberapa bulan. Anton kelepasan menghajar
Markus, selingkuhan Anita ketika ia membawa Anita ke kamar mandi saat mereka mabuk. Ia pun
menceritakan siapa ia sebenarnya. Anita tampak tak peduli dan menertawakan Anton waktu itu. Ia
hanya tertawa saat mobil melaju kencang ke rumah mereka.

Anita, jika mau mau cerai, katakan padaku.

Memangnya aku mau cerai? Aku senang mempermainkanmu, Brengsek.

Anton terdiam. Ia menahan amarah dan tangisnya ketika ia menyetir. Ia ingin melampiaskan
semuanya saat itu. Setelah mereka sampai rumah, Anton menampar Anita. Ia benar benar sudah
marah kepada istrinya.

Anita yang setengah mabuk hanya tertawa. Ia menatap Anton dengan pandangan mengejek. Tak
ada rasa apapun selain benci kepada suaminya. Ia masih ingin Sang Suami menderita atas apa yang
ia lakukan.

Harusnya kau yang aku tampar habis habisan. Kamu penghancur hidupku, Anton. Inilah
balasanku. Aku akan kejar kebahagiaanku. Kebahagiaan aku ya melukai kamu, melihat kamu
menderita. Dasar bodoh.

Anita pun berjalan tertatih. High heels jelas mengganggu saat ia masih mabuk. Anton
membantunya berjalan. Ia memapah Anita walau Anita berusaha berontak. Ia memang tidak sekuat
Anton waktu itu sehingga Anton berhasil menggendong istrinya.
Istirahatlah. Kata Anton saat menaruhnya di atas ranjang Anita. Mereka memang tidur terpisah.
Anita yang mabuk mulai setengah menggoda Anton, tapi Anton tidak mempedulikan godaan itu.

Aku sudah janji akan jaga kamu seumur hidup. Aku terima penderitaan ini walau aku tak kuat.
Bisik Anton di depan istrinya yang mulai tertidur.

Setelah kejadian itu, Anita memang belum kapok. Ia masih suka selingkuh di depan suaminya.
Anton akan bertindak jika memang Anita melampaui batas. Ia pasrah walau hatinya tercabik. Ia
sadar bahwa Anita juga menderita.

Bunuh aku, kata Anita mendadak. Pokoknya, bunuh aku.

Tidak mau. Sampai kapan kamu begini? Aku masih bisa bertahan dengan ini semua. Tapi, aku
mengasihanimu yang membenci aku. Kamu melukai diri kamu sendiri. Lama lama, aku akan
kuat menghadapi ulahmu, menjalani hidupku pun aku bisa. Tapi, kamu Anita, dendam kamu
menghancurkan kita. Tapi, aku menguat dan kamu hanya terus merusak hidupmu. Aku akan kebal
dari perbuatanmu. Cintailah dirimu sendiri, Anita tak sepeduli berapa besar bencimu padaku.

Anita menangis. Ia masih mengharapkan kebahagiaan dengan menikahi orang yang ia cimtai
bukan ia benci. Anton pun keluar. Ia hanya bisa mengutarakan itu. Apakah Anita akan mendengar,
memahami dan melakukannya. Ia tidak tahu, tapi ia berusaha. Saat itu, ia memikirkan tentang
perceraian yang sempat ditolak Anita.

Paginya, Anita pun membereskan pakaiannya. Ia memutuskan hidup terpisah dengan Anton. Ia
belum memutuskan perceraian karena Anita tidak mau Anton menghentikan tanggung jawab
keuangan yang ia janjikan kepada ayahnya. Pak Thomas menerima keputusan itu walau ia curiga
Anita punya alasan lain untuk mempertahankan pernikahan mereka.

Saat memasuki usia pernikahan kedua mereka setelah satu tahun terpisah, mereka bertemu lagi
untuk membicarakan perceraian. Anita saat itu sudah bekerja di sebuah perusahaan besar dan ia
juga membangun usaha sendiri. Ia juga tidak mau bergantung pada Anton.

Anton memandang Anita saat sidang perceraian mereka. Anita tampak cantik dan lebih sehat
daripada saat ia meninggalkannya. Ia hanya pasrah. Ia melihat Anita menjadi perempuan tegar,
kuat dan ia hanyalah seorang pria lemah yang berdosa kepadanya. Sidang pun selesai. Keputusan
pun diambil walau harus melukai salah satu dari mereka.
Biodata

Penulis yang bernama Vicynthia Tjahjadi sebenarnya adalah seorang guru piano. Selain bermusik,
ia juga suka menulis. Ia pernah belajar menulis dengan Indari Mastuti beberapa tahun yang lalu.
Dalam bidang penulisan, ia pernah menulis beberapa buku non fiksi, di antaranya adalah mengenai
osteoporosis dan diabetes. Saat ini, ia ikut serta event menulis Satu Minggu Satu Cerita sebagai
penyaluran hobi menulisnya. Lewat akun Facebooknya, Vicynthia Tj, ia senang sharing hal hal
yang ia rasa bermanfaat atau bagus untuk dibagikan. Email yang biasa ia pakai saat ini adalah
vicynthia.tj@gmail.com.

Anda mungkin juga menyukai