Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH KEKURANGAN GIZI (NEONATUS)

1.1 Latar belakang

Masalah kurang gizi memang sudah banyak terjadi di beberapa Negara berkembang termasuk di Indonesia. Melihat

sumber dana yang terbatas yang tersedia pada Negara-negara berkembang dan menumpuknya kebutuhan yang

digunakan untuk mencukupi kebutuhan. Masalah kurang gizi juga telah dinyatakan sebagai masalah utama

kesehatan dunia dan berkaitan dengan lebih banyak kematian dan penyakit yang disebabkan oleh masalah kurang

gizi tersebut.walaupun. telah banyak dilakukan penyuluhan tentang masalah kurang gizi namun masih banyak

masyarakat yang mengalami masalah masalah gizi.

Menurut Alan Berg, 1986. Gizi yang kurang mengakibatkan terpengaruhnya perkembangan mental, perkembangan

jasmani, dan produktifitas manusia karena semua itu mempengaruhi potensi ekonomi manusia. Keadaan gizi dapat

dikelompokkan menjadi tiga tingkat, yaitu keadaan gizi lebih, keadaan gizi baik, dan keadaan gizi kurang. Keadaan

gizi lebih terjadi apabila gizi yang dibutuhkan melebihi standart kebutuhan gizi. Gizi baik akan dicapai dengan

memberi makanan yang seimbang dengan tubuh menurut kebutuhan. Sedang gizi kurang menggambarkan

kurangnya makanan yang dibutuhkan untuk memenuhi standar gizi.

Konsumsi gizi makanan pada seseorang dapat menentukan tercapainya tingkat kesehatan atau sering disebut status

gizi. Apabila tubuh berada dalam tingkat kesehatan gizi optimum dimana jaringan jenuh oleh semua zat gizi maka

disebut status gizi optimum. Dalam kondisi demikian tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan yang

setinggi-tingginya.

Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi

kesalahan akibat gizi (malnutrition). Malnutrisi ini mencakup kelebihan nutrisi / gizi disebut gizi lebih (overnutrition)
dan kekurangan gizi atau gizi kurang (undernutrition).

Penyakit kurang gizi kebanyakan ditemui pada masyarakat golongan rentan terutama pada anak-anak yaitu golongan

yang mudah sekali mengalami penyakit akibat kekurangan gizi dan kekurangan zat makanan (deficiency) misalnya

kwarsiorkor, busung lapar, marasmus, beri-beri, dll. Dan penyakit gizi berlebih yang disebabkan karena kelebihan

makanan. Contonya obesitas, kelebihan berat badan (over weigh), diabetes militus, dll.

Kedudukan gizi seseorang atau golongan pendudukj , ialah suatu tingkat kesehatan yang merupakan akibat

dari intake dan penggunaan semua nutrient yang terdapat dalam makanan sehari-hari. Maka kasus inilah yang

menyebabkan kasus utama kematian di massa kanak-kanak. Dan dalam masyarakat industri merupakan sindrom

malabsorbsi dan gangguan fungsi ginjal yang menahun.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja klasifikasi penyakit gizi salah ?

2. Apa saja Faktor- Faktor yang Menyebabkan Penyakit Gizi salah?

3. Apa saja contoh penyakit yang disebabkan karena kesalahan gizi?

4. Apa saja contoh kasus masalah penyakit gizi salah di Indonesia ?

5. Bagaimana Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat?

Tujuan

Agar dapat mengetahui klasifikasi penyakit gizi salah

Agar dapat mengetahui Faktor- Faktor yang Menyebabkan Penyakit Gizi salah

Agar dapat mengetahui contoh penyakit yang disebabkan karena kesalahan gizi

Agar dapat mengetahui contoh kasus masalah penyakit gizi salah di Indonesia

Agar Mengetahui Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi Penyakit Gizi Salah

Penyakit-penyakit kekurangan gizi yang paling rentan adalah kelompok bayi dan anak balita. Oleh sebab itu,

indikator yang paling baik untuk mengukur status gizi masyarakat adalah melalui status gizi balita (bayi dan anak

balita). Selama ini telah banyak dihasilkan berbagai pengukuran status gizi tersebut dan masing-masing ahli

mempunyai argumentasi sendiri dalam mengembangkan pengukuran tersebut. (Anonymous,2008)

Berdasarkan data statistik kesehatan Departemen Kesehatan RI tahun 2005 dari 241.973.879 penduduk Indonesia,
enam persen atau sekira 14,5 juta orang menderita gizi buruk. Penderita gizi buruk pada umumnya anak-anak di

bawah usia lima tahun (balita).Depkes juga telah melakukan pemetaan dan hasilnya menunjukkan bahwa penderita

gizi kurang ditemukan di 72% kabupaten di Indonesia. Indikasinya 2-4 dari 10 balita menderita gizi kurang.Gizi buruk

merupakan salah satu dari tiga tingkatan status gizi selain gizi lebih dan gizi baik.

Berdasarkan klasifikasi dari Standard Harvard menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, 2003. Yaitu standar yang

dikembangkan untuk mengukur status gizi anak disesuaikan dengan kondisi anak-anak dari negara-negara Asia dan

Afrika. Termasuk Indonesia, klasifikasi status gizi anak didasarkan pada 50 percentile dari 100% standar Harvard.

Dibawah ini akan diuraikan 4 macam cara pengukuran yang sering dipergunakan di bidang gizi masyarakat serta
klasifikasinya :
1. Berat Badan Per Umur

Gizi baik adalah apabila berat badan bayi / anak menurut umurnya lebih dari 89% standar Harvard.

Gizi kurang adalah apabila berat badan bayi / anak menurut umur berada diantara 60,1-80 % standar Harvard.

Gizi buruk adalah apabila berat badan bayi / anak menurut umurnya 60% atau kurang dari standar Harvard.

2. Tinggi Badan Menurut Umur

Pengukuran status gizi bayi dan anak balita berdasarkan tinggi badan menurut umur, juga menggunakan modifikasi

standar Harvard dengan klasifikasinya adalah sebagai berikut :

Gizi baik yakni apabila panjang / tinggi badan bayi / anak menurut umurnya lebih dari 80% standar Harvard.

Gizi kurang, apabila panjang / tinggi badan bayi / anak menurut umurnya berada diantara 70,1-80 % dari standar
Harvard.

Gizi buruk, apabila panjang / tinggi badan bayi / anak menurut umurnya kurang dari 70% standar Harvard.

3. Berat Badan Menurut Tinggi

Pengukuran berat badan menurut tinggi badan itu diperoleh dengan mengkombinasikan berat badan dan tinggi

badan per umur menurut standar Harvard juga. Klasifikasinya adalah sebagai berikut :

Gizi baik, apabila berat badan bayi / anak menurut panjang / tingginya lebih dari 90% dari standar Harvard.

Gizi kurang, bila berat bayi / anak menurut panjang / tingginya berada diantara 70,1-90 % dari standar Harvard.

Gizi buruk apabila berat bayi / anak menurut panjang / tingginya 70% atau kurang dari standar Harvard.

4. Lingkar Lengan Atas (LLA) Menurut Umur

Klasifikasi pengukuran status gizi bayi / anak berdasarkan lingkar lengan atas yang sering dipergunakan adalah

mengacu kepada standar Wolanski. Klasifikasinya sebagai berikut :

Gizi baik apabila LLA bayi / anak menurut umurnya lebih dari 85% standar Wolanski.

Gizi kurang apabila LLA bayi / anak menurut umurnya berada diantara 70,1-85 % standar Wolanski.

Gizi buruk apabila LLA bayi / anak menurut umurnya 70% atau kurang dari standar Wolanski.
Menurut Moh. Agus Krisno Budianto, 2004. Penyakit gizi yang salah dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok besar

yaitu penyakit-penyakit bawaan, penyakit berdasarkan ketidakseimbangan antara intake dan requirement dan zat-zat

gizi dan penyakit- penyakit keracunan makanan.

2.1.1 Penyakit Bawaan

Berdasarkan kesalahan susunan genetik yang dapat menyebabkan kelainan sintesa enzim, yang dimulai dari

kesalahan genetik, metabolisme (dengan perantara enzim), sehingga menyebabkan terjadinya penyakit. Penyakit ini

disebut juga dengan inbornerrors of metabolism. Penyakit gizi akibat masalah genetik dapat menyebabkan :

Enzim tertentu menurun sehingga mengakibatkan penderita akan mengalami glukosa, intoleransi fruktosa dll.

Penyakit gangguan metabolisme.

Penyakit degeneratif (penurunan)

Contoh penyakit akibat kesalahan genetic dapat menyebabkan produksi insulin menurun sehingga dapat

mengakibatkan gangguan metabolisme glukosa rusak (diabetes mellitus).

2.1.2 Penyakit Akibat Ketidakseimbangan Antara Intake dan Requirement dan Zat-zat Gizi

Dilihat dari intake dan requirement ada dua kemungkinan yaitu penyakit gizi lebih dan dan penyakit kurang gizi.

1. Penyakit gizi lebih, contohnya : obesitas yang berkembang menjadi diabetes mellitus, jantung koroner, dll.

2. Penyakit kurang gizi, penyakit defisiensi komplek, contohnya :

Kwarshiorkhor (yang disebabkan karena kekurangan kalori dan protein.

Marasmus (yang disebabkan karena kekurangan kalori)

Busung lapar (yang disebabkan karena kekurangan protein)

Berdasarkan sebab yang mengakibatkan gizi salah dibedakan menjadi dua :

Gizi salah primer, kelainan terletak pada intake dan pada makanan, baik merupakan kelebihan maupun kekurangan.

Gizi salah sekunder, intake mencukupi tetapi terdapat rintangan pada rangkaian prosos pencernaan, penyerapan,
transportasi dan utilization pada zat-zat makanan. Gangguannya yaitu :

oTerjadi suatu keadaan defisiensi dalam efektifitas zat-zat makanan.


oMempertinggi desrtuksi atau ekskresi zat-zat makanan sehingga persediaan untuk penggunaan dalam tubuh menjadi
berkurang.

2.1.3 Penyakit keracunan makanan

Penyakit- penyakit yang terjadi setelah memakan makanan yang tercemar bakteri dan bahan-bahan kimia.

2.2 Faktor-faktor yang Menyebabkan penyakit gizi salah

Pola makan, Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang.
Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan mengandung protein/ asam amino

yang memadai. Contoh : Bayi yang masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya,

namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein dari sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain)
sangatlah dibutuhkan. Gaya hidup modern dengan perkembangan IPTEK dimana terjadinya arus moderenisasi yang

membawa banyak perubahan pada pola hidup masyarakat

Faktor social, Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial dan politik tidak stabil,
ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan sudah berlansung turun-turun dapat menjadi

hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor.

Factor pendidikan, kurang adanya pengetahuan tentang pentingnya gizi dikalangan masyarakat yang pendidikannya
relative rendah.

Faktor ekonomi, Kemiskinan keluarga penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan berakibat pada
keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.

Faktor infeksi dan penyakit lain, Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP (Malnutrisi energi
protein) dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun dalam

derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.

2.3 Beberapa Jenis Penyakit

Penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan akibat dari kelebihan atau kekurangan zat gizi dan yang telah

merupakan masalah kesehatan masyarakat, khususnya di Indonesia, antara lain sebagai berikut :

2.3.1 Penyakit Kurang Kalori dan Protein (KKP)

Penyakit ini terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi kalori atau karbohidrat dan protein dengan

kebutuhan energi atau terjadinya defisiensi atau defisit energi dan protein. Pada umumnya Anak Balita merupakan

kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi. Hal ini disebabkan anak Balita dalam periode
transisi dari makanan bayi ke makanan orang dewasa, sering kali tidak lagi begitu diperhatikan dan pengurusannya
sering diserahkan kepada orang lain, dan belum mampu mengurus dirinya sendiri dengan baik terutama dalam hal

makanan. Hal ini juga di karenakan pada umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Apabila konsumsi

makanan tidak seimbang dengan kebutuhan kalori maka akan terjadi defisiensi tersebut (kurang kalori dan protein).

Dijelaskan dalam Firman Allah QS Al Anaam (140)

Sesungguhnya rugilah orang yang membunuh anak-anak mereka, karena kebodohan lagi tidak

mengetahui[513]dan mereka mengharamkan apa yang Allah telah rezki-kan pada mereka dengan
semata-mata mengada-adakan terhadap Allah. Sesungguhnya mereka telah sesat dan tidaklah mereka
mendapat petunjuk

Penyakit ini dibagi dalam tingkat-tingkat, yakni :

a. KPP ringan, kalau berat badan anak mencapai 84-95 % dari berat badan menurut standar Harvard.

b. KKP sedang, kalau berat badan anak hanya mencapai 44-60 % dari berat badan menurut standar Harvard.

c. KKP berat (gizi buruk), kalau berat badan anak kurang dari 60% dari berat adan menurut standar Harvard.

Beberapa ahli hanya membedakan antara 2 macam KKP saja, yakni KKP ringan atau gizi kurang dan KKP berat (gizi

buruk) atau lebih sering disebut marasmus (kwashiorkor). Anak atau penderita marasmus ini tampak sangat kurus,

berat badan kurang dari 60% dari berat badan ideal menurut umur, muka berkerut seperti orang tua, apatis

terhadap sekitarnya, rambut kepala halus dan jarang berwarna kemerahan.

Penyakit KKP pada orang dewasa memberikan tanda-tanda klinis : oedema atau honger oedema (HO) atau juga

disebut penyakit kurang makan, kelaparan atau busung lapar. Oedema pada penderita biasanya tampak pada daerah

kaki.

Dijelaskan dalam Firman Allah QS. Ar Rad (13)

Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-

tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama.
Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang
berfikir.

Jenis KKp atau PCM di kenal dalam 3 bentuk yaitu :

1. Kwarshiorkor
Kata kwarshiorkor berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang berati anak yang kekurangan kasih sayang ibu.

Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein berat yang disebabkan oleh intake protein yang inadekuat

dengan intake karbohidrat yang normal atau tinggi.

Etiologi

Kekurangan protein menyebabkan manusia menderita penyakit yang disebut kwashiorkor atau busung lapar.

Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang berlansung kronis.

Epidemiologi

Kasus ini sering dijumpai di daerah miskin, persediaan makanan yang terbatas, dan tingkat pendidikan yang rendah.

Penyakit ini menjadi masalah di negara-negara miskin dan berkembang di Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan
dan Asia Selatan. Di negara maju sepeti Amerika Serikat kwashiorkor merupakan kasus yang langka.

Berdasarkan SUSENAS (2002), 26% balita di Indonesia menderita gizi kurang dan 8% balita menderita gizi buruk

(marasmus, kwashiorkor, marasmus-kuarsiorkor).

Tanda-tanda Tanda-tanda yang sering dijumpai pada pada penderita Kwashiorkor yaitu :

Gagal untuk menambah berat badan

wajah membulat dan sembap

Rambut pirang, kusam, dan mudah dicabut

Pertumbuhan linear terhenti

Endema general (muka sembab, punggung kaki, dan perut yang membuncit).

Diare yang tidak membaik

Dermatitis perubahan pigmen kulit

Perubahan warna rambut yang menjadi kemerahan dan mudah dicabut

Penurunan masa otot

Perubahan mentak seperti lathergia, iritabilitas dan apatis yang terjadi

Perlemakan hati, gangguan fungsi ginjal, dan anemia

Pada keadaan akhir (final stage) dapat menyebabkan shok berat, coma dan berakhir dengan kematian.
Cara mengatasi kwarshiorkor

Dalam mengatasi kwashiorkor ini secara klinis adalah dengan memberikan makanan bergizi secara bertahap.

Contohnya : Bila bayi menderita kwashiorkor, maka bayi tersebut diberi susu yang diencerkan. Secara bertahap

keenceran susu dikurangi, sehingga suatu saat mencapai konsistensi yang normal seperti susu biasa kembali.

Fakta terjadinya kwarshiorkor

Bandung, Kompas Sedikitnya 95 anak balita di 10 kabupaten/kota di Jawa Barat menderita busung lapar, dua anak

balita kwashiorkor dan satu anak balita menderita komplikasi busung lapar kwashiorkor .Angka itu diperkirakan

hanya angka awal dari fenomena gunung es karena seluruhnya ada 25 kabupaten/kota. Diduga jumlah ini sekitar 50

persen dari jumlah keseluruhan penderita sebab belum semua ibu melaporkan kondisi anaknya yang kurang gizi

karena kendala jarak ke pos pelayanan kesehatan setempat atau karena tidak bisa meninggalkan pekerjaan.

1. Marasmus

Marasmus adalah berasal dari kata Yunani yang berarti kurus-kering. Sebaliknya walau asupan protein sangat

kurang, tetapi si anak masih menerima asupan hidrat arang (misalnya nasi ataupun sumber energi lainnya).

Marasmus disebabkan karena kurang kalori yang berlebihan, sehingga membuat cadangan makanan yang tersimpan

dalam tubuh terpaksa dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup.

Penderita marasmus yaitu Penderita kwashiorkor yang mengalami kekurangan protein, namun dalam batas tertentu

ia masih menerima zat gizi sumber energi (sumber kalori) seperti nasi, jagung, singkong, dan lain-lain. Apabila baik

zat pembentuk tubuh (protein) maupun zat gizi sumber energi kedua-duanya kurang, maka gejala yang terjadi

adalah timbulnya penyakit KEP lain yang disebut marasmus.

Tanda-tanda yang sering dijumpai pada pada penderita marasmus yaitu :

Sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit bahkan sampai berat badan dibawah waktu lahir.

Wajahnya seperti orang tua

Kulit keriput,

pantat kosong, paha kosong,

tangan kurus dan iga nampak jelas.

Gejala marasmus adalah seperti gejala kurang gizi pada umumnya (seperti lemah lesu, apatis, cengeng, dan lain-

lain), tetapi karena semua zat gizi dalam keadaan kekurangan, maka anak tersebut menjadi kurus-kering.
Jumlah anak balita gizi buruk di Indonesia, menurut laporan Unicef tahun 2006, menjadi 2,3 juta jiwa. Ini berarti naik

sekitar 500.000 jiwa dibandingkan dengan data tahun 2004/2005 sejumlah 1,8 juta jiwa (Kompas, 27 September

2006).

1. Marasmus-Kwashiorkor

Gambaran dua jenis gambaran penyakit gizi yang sangat penting. Dimana ada sejumlah anak yang menunjukkan

keadaan mirip dengan marasmus yang di tandai dengan adanya odema, menurunnya kadar protein (Albumin dalam

darah), kulit mongering dan kusam serta otot menjadi lemah.

Menurut Dr. Magdalena, sampai 28 Mei 2005 jumlah gizi buruk dari Kabupaten/Kota P. Lombok berjumlah 559 kasus

termasuk 51 kasus yang dirawat di RSU Mataram. Diantara kasus gizi buruk tersebut 8 anak diantaranya meninggal

dunia. Kasus gizi buruk tersebut masing-masing tersebar di Kota Mataram sebanyak 23 kasus ( 2 diantaranya
meninggal), Kab. Lombok Barat 133 kasus ( 5 diantaranya meninggal dunia), Kab. Lombok Tengah 25 kasus ( 1

diantaranya meninggal dunia) dan Kab. Lombok Timur 178 kasus.

Dari kasus gizi buruk tersebut, tergolong gizi buruk dengan gejala klinis yaitu Marasmus 16 kasus, Kwashiorkor 1

kasus dan Marasmus + Kwashiorkor 4 kasus.

2.3.2 Busung Lapar

Busung lapar atau bengkak lapar dikenal jiga dengan istilah Honger Oedeem (HO). Adalah kwarshiorkor pada orang

dewasa. Busung lapar disebabkan karena kekurangan makanan, terutama protein dalam waktu yang lama secara

berturut-turut. Pada busung lapar terjadi penimbunan cairan dirongga perut yang menyebabkan perut menjadi

busung (oleh karenanya disebut busung lapar).

Tanda-tanda yang terjadi yaitu :

Kulit menjadi kusam dan mudah terkelupas

Badan kurus

Rambut menjadi merah kusam dan mudah dicabut

Sekitar mata bengkak dan apatis

anak menjadi lebih sering menderita bermacam penyakit dan lain-lain.

Penderita busung lapar biasanya menderita penyakit penyerta. Misalnya dari 12 anak balita di Kabupaten Cirebon,

tiga di antaranya menderita tuberkulosis, satu hydrocephalus (kepala besar), dan satu meningitis (radang selaput
otak).
Dari data tersebut, jumlah penderita busung lapar terbanyak ada di Kabupaten Cianjur, yaitu 70 orang, lalu

Kabupaten Cirebon dan Majalengka masing-masing 12 orang dan lima orang.

2.3.3 Penyakit Kegemukan (Obesitas)

Penyakit ini terjadi ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dan kebutuhan energi, yakni konsumsi kalori terlalu

berlebih dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi. Kelebihan energi di dalam tubuh ini disimpan

dalam bentuk lemak.

Pada keadaan normal, jaringan lemak ini ditimbun di tempat-tempat tertentu diantaranya dalam jaringan subkutan

dan didalam jaringan tirai usus. Seseorang dikatakan menderita obesitas bila berat badannya pada laki-laki melebihi

15% dan pada wanita melebihi 20% dari berat badan ideal menurut umurnya.

Bila masukan energi (suapan makanan) sama dengan pengeluaran energi untuk metabolisme basal dan kegiatan fisik

berat badan akan tetap konstan. Bila masukan energi lebih besar daripada pengeluaran, kelibahan makanan akan

diubah menjadi lemak dan mengakibatkan kegemukan. Patokan umum, orang dikatakan kegemukan bila bila berat

badannya 10% lebih tinggi dari berat standart/ideal.

Pada orang yang menderita obesitas ini organ-organ tubuhnya dipaksa untuk bekerja lebih berat karena harus

membawa kelebihan berat badan. Oleh sebab itu pada umumnya lebih cepat gerah, capai dan mempunyai

kecenderungan untuk membuat kekeliruan dalam bekerja. Akibat dari penyakit obesitas ini, para penderitanya

cenderung menderita penyakit-penyakit kardiovaskuler, hipertensi, dan diabetes melitus. (Anonymous,2008)

Hal tersebut telah di terangkan dalam Firman Allah QS. Al Araaf (31).

makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan[535]. Sesungguhnya Allah tidak menyukai

orang-orang yang berlebih-lebihan

Penyebab

Faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit obesitas antara lain sebagai berikut :

1.

1. Keturanan, Stuktur dan tipe tubuh cenderung menurun orang tua gemuk sering mempunyai anak-anak yang gemuk,

tetapi dapat diperolehkan bahwa ini lebih disebabkan oleh kebiasaan makanan daripada oleh sifat yang diturunkan.

2. Kurangnya Kegiatan Fisik, kegemukan jarang dijumpai pada orang yang menjalani kehidupan aktif dan mempunyai

pekerjaan yang melibatkan kerja fisik berat. Pada orang yang tidak aktif, pusat nafsu makan di hipotalamus

cenderung berfungsi pada tingkat yang rendah dan keseimbangan yang normal antara masukan dan pengeluaran
energi tidak lagi dipertahankan, ini mengakibatkan lebih besarnya suapan makanan daripada yang dibutuhkan.
3. Kebiasaan makanan, Orang yang sering makan melebihi kebutuhannya, ini berlaku terutama untuk makanan kaya

akan gula yang sangat lezat, seperti coklat. dan es krim yang mempunyai nilai energi tinggi. Kebiasaan makan pada

awal kehidupan mempunyai dampak pada berat badan sewaktu dewasa, bila suapan makanan bagi bayi dan anak-

anak kecil melebihi kebutuhan jumlah sel-sel jaringan lemak akan meningkatkan untuk menyimpan kelebihan lemak.

Faktor Psikologis, Orang dengan permasalah psikologis/emosional cenderung menemukan pelipur lara dalam makana

yang dan sering makanan berlebihan.

4. Faktor Endokrin, Banyak orang gemuk menyalahkan kelenjar mereka. Padahal, kelainan endokrin jarang

menyebabkan kegemukan. Adakala kegemukan diakibatkan oleh produksi hormon yang cacat oleh tiroid, pituitari

atau kelenjar kelamin. Kegemukan lebih disebabkan oleh kelainan hipotalamus, yang pada gilirannya akan

mempergaruhi fungsi kelenjar endokrin.

Penyembuhan

Pengobatan obesitas dapat dilakukan dengan cara :

Diet dengan cara puasa, diet rendah kalori

latihan fisik, dapat menurunkan berat badan dan dibatasi dengan pembatasan masukan kalori.

Pembedahan

Farmakologi

2.3.4 Defisiensi Iodium

Beberapa akibat defisiensi Iodium antara lain :

1. pembesaran Kelenjar Tiroid (gondok)

2. Kreatin yaitu kekurangan Iodium berlanjut ditandai ukuran tubuh pendek,kulitkasar berwarna kekuningan, raut muka

seperti orang bodoh, mulut terbuka dan hidung besar.

3. Myxdema ditandai dengan pertumbuhan tulang yang terhambat sehingga pendek, perut buncit, kulit kering dan

rambut rontok dan banyak lemak yang tertimbun pada kulit.

4. Abortus (Kematian ibu dan Anak). Pada ibu hamil memiliki gangguan retardasi, aborsi, gangguan perkembangan,

kelainan congenital yang dapat mematikan fetus yang ada di kandungan.

Fungsi iodin yang diketahui ialah sebagai bahagian perlu kepada hormon tairod. Hormon tairod mengatur banyak

aktiviti berlainan termasuk tumbesaran, pembiakan , fungsi neuromuskular, pertumbuhan kulit dan rambut,
metabolisma selular, dan menolong melepaskan tenaga ke dalam sel. Badan kita biasanya mengandungi 20 30mgs
iodin. Lebih kurang 60% daripadanya terdapat dalam kilang tairod, selebihnya didapati pada keseluruhan tisu badan

, terutamanya dalam ovari, otot dan darah.

Pencegahan Defisiensi Iodium dapat dilakukan dengan upaya sebagai berikut :

1. Fortifikasi

oFortifikasi Iodium dalam garam Dapur

oFortifikasi Iodium pada cokelat

oFortifikasi Iodium pada air minum

oFortifikasi Iodium pada Roti

oFortifikasi Iodium pada Gula Kelapa

1. Penyuntikan Lipiodol

Lapiodol merupakan larutan Iodium dalam minyak dalam 40 % yang diberikan dalam bentuk suntikan.

Iodine terjadi dalam jumlah yang berbeda yang terdapat dalam makanan dan air minuman. Makanan laut seperti

udang kara, tiram, sarden, dan sampai rumput laut adalah sumber iodine yang baik.Jumlah iodin yang terkandung

dalam susu dan telur adalah ditentukan oleh jumlah iodine yang terdapat dalam makanan termakan tersebut.

Kandungan iodin yang terdapat dalam sayur-sayuran adalah berbeda mengikuti jumlah kandungan iodin yang

terdapat dalam tanah.

2.3.5 Xerophthalmia (Defisiensi Vitamin A)

Penyakit ini disebabkan karena kekurangan konsumsi vitamin A didalam tubuh. Gejala-gejala penyakit ini adalah

kekeringan epitel biji mata dan kornea karena glandula lakrimalis menurun. Terlihat selaput bola mata keriput dan

kusam bila biji mata bergerak. Fungsi mata berkurang menjadi hemeralopia atau noctalmia yang oleh awam disebut

buta senja atau buta ayam, tidak sanggup melihat pada cahaya remang-remang. Pada stadium lanjut maka

mengoreng karena sel-selnya menjadi lunak yang disebut keratomalasia dan dapat menimbulkan kebutaan.

Fungsi vitamin A sebenarnya mencakup 3 fungsi yakni fungsi dalam proses melihat, dalam proses metabolisme, dan

proses reproduksi. Gangguan yang diakibatkan karena kekurangan vitamin A yang menonjol, khususnya di Indonesia

adalah gangguan dalam proses melihat yang disebut xerophthalmia ini.

Oleh sebab itu penanggulangan defisiensi kekurangan vitamin A yang penting disini ditujukan kepada pencegahan
kebutaan pada anak balita. Program penanggulangan xerophthalmia ditujukan pada anak balita dengan pemberian
vitamin A secara cuma-cuma melalui puskesmas dan / atau posyandu. Disamping itu program pencegahan dapat

dilakukan melalui penyuluhan gizi masyarakat tentang makanan-makanan sebagai sumber vitamin

Bahan makanan Mg tiamin per


100 g

Minyak hati ikan jenis halibut 900.000

Minyak hati ikan cod 18.000

Hati lembu jantan 16.500

Margarin 900

Mentega 825

Keju ceader 350

Telur 140

Iakn jenis haering 45


Susu 30

Data Departemen Kesehatan menunjukkan, 5 juta anak balita mengalami gizi kurang, 8,1 juta anak balita menderita

anemia gizi, dan 10 juta anak balita mengalami kurang vitamin A subklinis

2.3.6 Defisiensi thiamine ( vitamin B1)

Vitamin ini adalah zat berupa kristal, tersusun dari unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen dan belerang, mudah larut

dalam air dan sedikit melarut dalam alkohol. Vitamin ini selain disebut theamin, lazim pula disebut aneurin atau anti

beri-beri.

Penyakit beri-beri yang disebabkan kekurangan theamin ditandai dengan :

1.

1. kurangnya sesuatu yang dapat dirasakan atau gatal pada ibu jari kaki serta telapak kaki.

2. lutut terasa seakan-akan kaku dan refleknya tidak ada, nyeri, kejang, sulit berjalan yang dapat menimbulkan

kelumpuhan kaki dengan atrofi otot kaki.

3. sebagai tingkat lanjutannya berbagai urat saraf mengalami gangguan, termasuk gangguan pada fungsi jantung.
4. pada beri-beri basah ditandai oleh udema yang khusus pada kaki, sedang pada beri-beri kering dijumpai atrofi otot

yang umum.

Vitamin B1 atau theamin sangat diperlukan tubuh, tersedianya dalam tubuh karena diserap usus dari makanan,

selanjutnya diangkut bersama darah kejaringa-jaringan tubuh. Theamin ditemukan sebagai cadangan dalam jumlah

terbatas didalam hati, buah, pinggang, jantung, otot dan otak, sebagai cadangan diperlukan untuk sekedar dapat

memelihara fungsi alat-alat tubuh tadi dalam waktu yang singkat. Sel jaringan mewujudkan/menjadikan tersedianya

zat yang mengandung thiamin, zat mana demikian membantu dalam pembakaran karborhidrat dan diangkat didalam

darah oleh sel darah putih yang mempunyai inti dengan thiamin yang bebas dalam plasma. Koenzim tersebut

berfungsi memungkinkan karboksilase memisahkan karbnioksida dari asam piruvat, sedangkan sisanya selanjutnya

dirombak menjadi karbondioksida dan air.

Fungsi thiamin ( B1) adalah :

1. metabolsime karbohidrat

2. mempergaruhi keseimbangan air didalam tubuh

3. mempergaruhi penyerapan zat lemak dalam usus

Sumber vitamin B1 ( theamin ) adalah hati, ginjal, jantung, otak, susu, kuning telur, kuliut ari padi dan gandum,

wortel dan ragi.

Dalam hal menentukan besarnya kebutuhan thiamin ini, bagi anak yang sedang meningkatkan pertumbuhanya dapat

agak mudah menentukannya dibandingkan dengan orang dewasa :

1. bagi anak-anak yang sedang meningkatkan pertumbuhanya memerlukan thiamin perkilogram berat badanya, dan

umunnya relatif lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa.

2. bagi orang dewasa penentuan kebutuhanya memang agak sulit karena harus dipertimbangkan dengan besar
tubuhnya, kegiatan, kebiasa makan dan perbedaan pemanfaatan dan kemanfaatan dalam tubuhnya.

3. bagi ibu yang sedang hamil atau menyusui sudah tentu akan memerlukan thiamin lebih banyak daripada biasanya.

Tabel. Kandungan Tiamin pada beberapa makanan .

Bahan makanan Mg tiamin per


100 g
Flake jagung 1,8

kapri 0,32

Roti tawar asal tepung gandum pecah kulit 0,26

Roti tawar 0,18

Kentang 0,11

Daging kambing 0,09

Daging sapi 0,05

Susu 0,04

2.3.7 Defisiasi Vitamin B2 ( Riboflavin )

Riboflavin mempunyai sifat larut dalam air dan tahan panas didalam larutan netral atau asam, akan tetapi kalau

dipanaskan dalam larutan basa ataupun kalau kena sinar matahari maka vitamin tersebut akan rusak. Pada putih

telur kadungan riboflavin ternyata lebih banyak dari kandungan thiaminya. Mikro organisme-bakteri-dalam usus

pada umunya sangat menunjang pembentukan riboflavin.

Fungsi riboflavin yaitu :

a. berguna untuk pemindahan rangsangan sinar ke syaraf mata.

b. berperan dalam berbagai enzim dalam proses oksidasi dalam sel-sel, dalam proses oksidasi jaringan ( teruama di

bagian luar dari tubuh, seperti : kulit, mata dan syaraf perifer ).

Kekurangan vitamin B2( riboflavin ) yaitu :

1. pengelihatan menjuadi kabur-katarak dan keratitis pada mata, hampir semacam buta senja.

2. keilosis-radang atau luka pada bagian sudut bibir, hidung

3. gangguan pada proses pertumbuhan, pada pencernaan dan urat syaraf.

4. berat badan menurun sedangkan aktivitasnya menjadi berkurang.

Riboflavin dalam bentuk yang diperdangankan merupakan kristal, berwarna kuning orage, mudah larut dalam

suasana basa, tidak stabil terhadap pemanasan, larut dalam pH riboflavin tidak stabil terhadap sinar tampak dan
sinar iltraviolet.
Kebutuhan normal orang dewasa akan vitamin B2 yaitu 1.6 mg perhari, namun kebutuhan tersebutsecara berlebihan

tepatnya tergantung pada umur, berat badan, konsumsi energi dan protein, kebutuhan vutamin ini bagi anak-anak,

wanita hamil dan menyusui tentunya lebih tinggi daripada biasanya.

Tabel .kandungan Riboflavin pada beberapa makanan

Bahan makanan Mg riboflavin per


100gram

Khamir bir yang dikeringkan 3,68

Hati 3,10

Ginjal 2,10

Jantung 1,60

Keju 0,50

Telur 0,47

Daging sapi 0,20

Susu 0,19

Kubis 0,05

Kentang 0,04

Roti tawar 0,03

2.3.8 Defisiensi vitamin B3

Vitamin B3 atau dikenali juga dengan nama Niacin diperlukan oleh badan kita untuk peredaran darah dan kulit yang

sihat. Niacin adalah penting dalam menghasilkan tenaga daripada gula darah (blood sugar) dan dalam pembuatan

lemak. Ia membantu dalam fungsi sistem saraf ; dalam metabolisma karbohidrat, lemak dan protin dan dalam

pengeluaran asid hidroklorik untuk sistem penghadaman. Ia juga terlibat dalam pengeluaran cecair hempedu dan

perut yang normal dan sitesis hormon seks. Niacin merendahkan paras kolestrol dan membaiki peredaran darah. Ia

membantu dalam penyakit mental seperti schizophrenia dan ia juga sebagai menambah ingatan.

Sumber :
Niacin dan niacinamide didapati daripada hati lembu, ragi yang ditapai, kobis bunga, lobak merah, keju, tepung

jagung, buah kurma, telur, fish, susu, kacang tanah, ubi kentang, tomato, gandum, dan hasil gandum.

Kekurangan :

1. Keletihan, lemah badan

2. Pellegra,sejenis penyakit dengan gejala bengkak; kulit merekah atau pecah; bengkak mulut dan lidah; cirit;

gangguan mental; pening; lemah badan; sakit kepala; lemah otot; rendah gula dalam darah

Tabel. kandungan asam nikotianat dari beberapa makanan.

Bahan makanan Mg asam nikotianat ekivalen per


100 g

Khamir bir yang dikeringkan 62,9

Kacang garing 21,3

Hati 17,9

Daging sapi 7,2

Keju cieader 6,2

Roti tawar asam tepung gandum 5,6


pecah kulit
4,9
Telur
3,7
Kapri
3,4
Roti tawar
3,0
Kentang
1,7
Susu
0,9
Bir
0,6

2.3.9 Defisiensi Vitamin B 12


Vitamin B 12 berfungsi dalam stimulus pada jaringan. Sianokobalamin dapat dikatakan demikian mendasari

pembentukan bentukan vitamin B12.hasil penelitian menyatakan bahwa sianokobalamin mengandung suatu

kelompok sianida dan terikat pada kobalat pusat B12 berbentuk kristal berwarna merah tua.dapat larut dalam air dan

alkohol,stabil dalam bentuk larutan.

Vitamin B12 sumbernya yaitu hati,fungsinya dalam tubuh yaiu

Sebagai koenzim yang pentig dalam metabolisme asam amino

Berperan dalam pembentukan eritrosit

Diperkirakan berperan dalam sintesis asm nukleat

Berperan pula dalam pembentukan darah merah

Makan vitamin dan zat gizi lain ada aturan bakunya. Tidak boleh kurang, juga jangan berlebihan. Kalau ini dilanggar,

apalagi sampai berlangsung lama, dapat mengganggu kesehatan. Kekurangan vitamin B12, misalnya, mengganggu

pertumbuhan pada anak dan sistem saraf sehingga muncul gejala kebodohan, gampang marah, atau tersinggung.

Ada sejumlah faktor penyebab defisiensi vitamin B12. Misalnya karena asupan vitamin lewat makanan kurang.

Jumlah yang ditelan sedikit, atau kurang memenuhi standar yang ditetapkan. Ini bisa terjadi pada mereka yang

alergi makanan hewani, yang notabene merupakan sumber kobalamin (nama lain vitamin B12).

Pola makan vegetarian (hanya makan dari sumber nabati) juga dapat menjadi faktor penyebab kekurangan vitamin

ini. Sebab, vitamin B12 ditemukan dalam produk hewan, dan jarang terdapat pada makanan nabati, kecuali kalau

bahan itu berasal dari rumput laut atau yang terkontaminasi oleh feses. Beberapa rumput laut mengandung

kobalamin kecuali spirulina karena hampir seluruh vitamin B12 pada spirulina merupakan analog.

Banyak sekali fungsi kobalamin dalam tubuh. Vitamin ini dikenal sebagai penjaga nafsu makan dan mencegah

terjadinya anemia (kurang darah) dengan membentuk sel darah merah. Karena peranannya dalam pembentukan sel,
defisiensi kobalamin bisa mengganggu pembentukan sel darah merah, sehingga menimbulkan berkurangnya jumlah

sel darah merah. Akibatnya, terjadi anemia. Gejalanya meliputi kelelahan, kehilangan nafsu makan, diare, dan

murung.

Defisiensi berat B12 potensial menyebabkan bentuk anemia fatal yang disebut Pernicious anemia. Soalnya, vitamin

B12 bisa disimpan dalam tubuh (hati dan ginjal), dan hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit, timbulnya gejala

defisiensi berat itu perlu waktu lima tahun atau lebih. Ketika gejalanya muncul ke permukaan, biasanya pada usia

pertengahan, defisiensi itu lebih karena penyakit pencernaan atau gangguan penyerapan daripada karena menu

yang miskin B12, kecuali bagi yang vegetarian berat.


Vitamin B12 juga merupakan koenzim penting yang dibutuhkan untuk sintesa DNA yang mengontrol pembentukan

sel-sel baru. Pun B12 vital dalam mencegah kerusakan sistem saraf dengan membantu pembentukan mielin pada

urat saraf.

Karena berperan dalam melindungi fungsi saraf, defisiensi kobalamin bisa menimbulkan pembentukan sel saraf

terganggu, dan mengakibatkan kerusakan sistem saraf. Gejalanya, kehilangan daya ingat dan orientasi, gampang

bingung, delusi (berkhayal), kelelahan, kehilangan keseimbangan, refleks menurun, mati rasa, geli di tangan dan

kaki, serta pendengaran terganggu.

Kekurangan vitamin ini juga sering ditandai dengan timbulnya gejala kebodohan karena sistem saraf terganggu, dan

demielinasi (kerusakan asam lemak mielin pada akson saraf) yang menyebar dan progresif. Pengaruh defisiensi B12

pada anak adalah terganggunya pertumbuhan. Suatu penelitian membuktikan bahwa anak-anak yang vegetarian
mengalami gangguan pertumbuhan (kerdil) karena asupan B12 tidak memadai. Selain meningkatkan pertumbuhan

dan perkembangan anak secara normal, vitamin B12 juga memelihara kesuburan.

Di samping mengganggu pertumbuhan dan sistem saraf, kekurangan vitamin B12 juga menjadikan mereka gampang

marah dan tersinggung. Sementara itu penyebab kerusakan sistem saraf kemungkinan karena defisiensi gugus metil

lantaran tidak mampu mensintesis metionin (salah satu asam amino) dan S-adenosil metionin.

2.3.10 Difesiensi Vitamin C

Bahan bahan makanan yang mengandung vitamin C adalah hati,ginjal,sayur sayuran dan buah buahan segar

terutama jeruk yang dapat mengandung zat zat sitrin dan rutrin(zat zat ini yang membantu dalam menghentikan

pendarahan.

Vitamin C pemula isolasinya dilakukan oleh seorang pakar yang bernama SZENT GYORGY(1912)dari jeruk kol,dan

adrenal korteks,yang pada waktu itu dinamakanya sebagaia asam heksuronika sehubungan dengan molekulnya 6

atom karbon serta bersifat mereduksi.vitamin C ini jelasnya merupakan derivat heksoso cocok digolongkan sebagai

suatu karbohidrat,dalam bentuk klristal berwarna putih,demikian larut dalam alkohol,stabil dalam keadaan kering

tetapi mudah teroksidasi dalam keadaan larutan basa.

Vitamin C mudah rusak oleh panas sehingga sayuran dimasak akan berkurang kadar vitamin C nya:

Sebagai aktivator macam macam fermen perombak protein dan lemak

Penting bagi dehidrasi dan oksidasi dalam sel

Mempengarui kerja anak ginjal

Penting dalam prmbentukan trobsit


Dalam keadaan tubuh dalam waktu mengalami kekurangan vitamin C dapat menimbulkan:

Kerusakan sel sel endotel

Pembuluh kapiler kurang permeabel dan mengakibatkan timbulnya pendarahan dalam sum sum tulang serta kerusakan
tulang

Gejala awal ditandai dengan pendarahan pada gus, dibawah kulit karies gigi dan mudah menderita sakit gigi disebut
skrobutum.

2.3.11 Defisensi Vitamin D

Senyawa kolkalsiferol berwarna putih, berbentuk kristal yang larut dalam minyak dan olemak tetapi tidak larut dalam

air.

Ada dua bentuk vitamin D yang amt berbeda :

1. kolkalsiferol ( vitamin D 3) adalah bentuk alami dari vitamin ini dalam makanan. Vitamin D 3 dapat terbentuk dibawah

kulit oleh pengaruh sinar matahari ( radiasi ultra violet ).

2. ergokalsiferol ( vitamin D 2 ) adalah bentuk sintetik dari vitamin ini mempunyai aktivitas yanf sama dengan vit alami.

Vitamin D2 dihasilakan dengan irradiasi ultra violet dari ergosterol, suatunsenyawa yang dapat di ekstraksi khamir.

Bentuk inilah yang ditambah dalam berbagai komoditi seperti margarin dan makanan bayi.

Sumber :

1. makanan, minyak hati ikan, ikan yang berminyak, telur, mentega, hati dan keju.

2. sinar matahari

3. vitamin D terbentuk dalam kulit yang terkena sinar matahari.

Fungsi

Vitamin D diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tulang dan gigi. Vitamin D dibutuhkan untuk absobsi

kalsium dari usus dan unytuk pengambilan kalsium dan fosfor oleh tulang dan gigi.

Kekurangan vitamin D

1. Menyebabkan penyakit rakhitis ( tulang panjang akan membengkok pada bagian yang menderita beban tubuh,

lututgemetar dan kaki pengkar ).

2. Menyebabkan gangguan absobsi kalsium dan pelunakan tulang.


3. Gigi keluart terhambat

4. Panggul menjadi kecil dan sempit

Penyebab penyakit rakhitis adalah susunan makanan yang murah, yamg terutama terdiri dari segi makanan sereal

tanpa vit D dan kuramganya sinar matahari didaerah kota yang penuh asap.

Kelebihan vitamin D

Pengedapan kalsium pada jaringan lunak dalam tubuh

Keracunan

Pengambilan secara berlebihan boleh menyebabkan seseorang itu mengalami pengumpulan kalsium pada organ
tubuh, tulang rapuh dan kerosakan pada sistem renal dan kardiovaskular.

2.3.12 Defisiensi vitamin E

Vitamin E adalah aktioksidan alam. Dalam minyak nabativitaminE membantu pengurangan ketengikan dengan

mencengahan oksidasi terhadap asam lemak tidak jenuh. Vitamin E juga berperan melindungi asam askorbat

terhadap oksidasi dalam sayuran dan buah-buahan.Vitamin E mempergaruhi kesuburan manusia.

Sumber vitamin E

a. Gandum

b. Minyak nabati

c. Telur dan susu

Vitamin E banyak terdapat pada beberapa makanan , Minyak jagung atau biji kapas, mentega, beras perang, minyak
kacang soya, minyak sayuran lain seperti minyak kacang dan sebagainya. Mengandungi antioksidan. Membantu

membina sel darah merah, otot-otot dan tisu tubuh. Menyimpan asid berlemak. Antioksidan juga boleh

mengurangkan risiko sesetengah kanser.

Kekurangan vitamin ini jarang berlaku tetapi membabitkan kelahiran tidak cukup bulan, bayi tidak cukup berat atau

kanak-kanak yang sistem tubuhnya tidak menyerap bahan berlemak dengan sempurna. Juga menyebabkan

kecacatan sistem saraf.

Fungsi vitamin E yaitu :

1. mencegah keguguran atau pendarahan pada ibu hamil


2. diperlukan pada saat sel sedang membelah.

2.3.13 Difesiensi vitamin K

Vitamin K terdapat dalam sayuran hijau dan berbagai pangan lain. Vitamin K adalah ensensial untuk pembekuaan

darah yang biasa.

Kekurangan vitamin K

Jarang terjadi, karena vitamin K ini terdapat dalam susunan makanan yang normal dan disentesis oleh bakteri yang

ada diusus,masalah pembekuan darah yang tidak normal atau pendarahan.

Viamin K dibentuk dalam usus tebal ( kolon ) dengan bantuan bakteri Escherica coli, viamin ini hanya dapat diserap

apabila bersama-sama empedu.

Fungsi vitamin K yaitu :

pembentukan prototrombin, jelasnya penting dalam proseskoagulasi ( pengumpalan ) darah. Peranan empedu dalam

penyerapan usus adalah sangat menentukan, dalam hal ini apabila sekresi empedu terganggu maka penyerapan

vitaminK ternyata akan terganggu pula. Pda seseorang menderita penyakit kuning atau penyakit saluran empedu,

kekurangan vitamin K akan mengalami cukup besar, sungguhpun tersedianya vitamin ini dalam makanan cukup

banyak, sehingga penderita ini mengalami kesulitan dalam pembekuan/pengumpalan darahnya pada bagian yang

terluka. Kadar protombin yang rendah dalam tubuh sebagai akibat kurangnya vitamin K yang diserapm oleh tubuh

kadang-kadang pada ibu yang melahirkan atau pada bayi terjadi pendarahan yang cukup hebat.

2.3.14 Defisensi Calsium

Kalsium banyak terdapat dalam susu, telur dan sayuran, Kalsium Susu, dadih, keju, sardin, brokoli dan daun lobak

putih. Membantu membina tulang dan gigi yang kuat. Mengingkatkan fungsi otot dan saraf. Membantu darah

membeku. Menggiatkan enzim-enzim yang diperlukan tubuh untuk menukarkan makanan kepada tenaga.

Kekurangan kalsium adalah

Penyakit rachitis dan penghambat pada pertumbuhan Kekurangan phosphorus edan vitamin D, Mengalami sembelit,

karang, ginjal, pengumpulan kalsium pada tisu-tisu badan. Menghalang penyerapan zat besi dan mineral-mineral

lain.

Sumber yaitu :

Dada ayam, susu, kekacang, kuning telur dan keju. Ia bergantung dengan kalsium dalam pembinaan tulang dan gigi
yang sihat. Diperlukan untuk metabolisme, kimia tubuh, fungsi saraf dan otot. Kekurangan:
Walaupun jarang berlaku, ia dapat menyebabkan seseorang itu mengalami lemah-lemah tubuh, sakit tulang dan

kurang selera makan.

Fungsi kalsium :

1. pembentukan tulang dan gigi

2. pada proses fisiologik dan biokimiawi didalam tubuh ( pada pembekuan darah, eksitabilitas syaraf otot, kerekatan

seluler, transmisi impul-impul syaraf, memelihara dan dan meningkatkan fungsi membran sel, mengaktifkan reaksi

enzim dan pengeluaran hormon).

2.3.15 Defisensi Besi

Fungsi yaitu :

Zat besi atau iron adalah nutrien penting untuk badan manusia. Seorang lelaki dewasa yang sihat mempunyai 40

hingga 50 mg iron per kilogram berat badan manakala bagi wanita dewasa mempunyai 35 hingga 50 mgs per

kilogram berat badan.

Iron memainkan peranan penting dalam pengangkutan oksigen daripda paru-paru ke tisu. Iron bergabung dengan

oksigen di dalam paru-paru dan melepaskan oksigen dalam tisu-tisu yang memerlukan. Iron digunakan dalam

pembuatan haemoglobin.

Iron juga berperanan penting dalam fungsi normal imuniti. Kekurangan iron telah menunjukkan badan kita mudah

mendapat jangkitan.

Sumber yaitu :

Sumber terbaik zat besi berasaska makanan ialah hati, tiram, kerang, buah pinggang, daging tanpa lemak, ayam/itik
dan ikan. Kacang dan sayur yang dikeringkan adalah sumber iron yang baik daripada tumbuhan.

Kekurangan yaitu :

Keletihan, lemah badan


Berdebar, sakit dada
Sukar bernafas
anemia

2.3.16 Penyakit-penyakit keracunan makanan

Keracunan makanan ialah penyakit yang terjadi setelah memakan makanan yang tercemar dengan kuman atau
bahan kimia. Terdapat banyak kesalahan makan atau keracunan makanan yang terjadi dan bahkan dapat

menyebabkan kematian.
Keracunan HCN (asam Biru), disebabkan oleh asam biru (HCN). Misalnya pada singkong yang mengandung suatu
glukosarida oleh pengaruh enzim akan menghasilkan HCN. Gejala keracunan singkong ialah mual dan muntah, sesak

nafas dan koma.

Aflatoxin, merupakan racun yang dihasilkan oleh jamur aspergillus falfus yang dapat mencemari kacang tanah.

Asam bongkrek, merupakan senyawa yang diproduksi oleh pseudomonas cocovenenans. terbentuknya toksin pada
tempe bongkrek

Ada beberapa hal yang menyebabkan meningkatnya kasus keracunan pangan :

1. Meningkatnya jumlah makanan yang dimakan diluar rumah ( dalam kantin, resteurant, dll ), jika makan yang

dikelolah oleh pengusaha catering tercemar oleh bakteri penyebab kerancunan pangan, sejumlah besar orang akan
dirancuni.

2. Pengusaha catering sekarang menyiapakan lebih banyak variasi menu yang sering melakukan penyimpanan sajian

dalam kondisi yang tetap hangat, sampai diperlukan.

3. Meningkatnya jumlah penjualan take away meal , makanan ini sering dipanaskan kembali dan mungkkin dipanasi

lagi di rumah pelanggan.

4. Intensifikasi pertanian mengakibatkan lebih banyak bahan pangan terkontaminasi oleh bakteri penyebab keracunan

makanan.

Bakteri yang sering menyebabkan kerancunan makanan adalah :

1.

1. Oraganisme dari kelompok Salmonella

2. Staphylococcus aureus

3. Clostridium perfringens ( welchii )

4. Bacillus cereus

5. Vibrio parahaemolyticus

Terdapat tiga tipe utama keracunan makanan karena bakteri:

1. Tipe infektif yang disebabkan karena memakan makanan yang mengandung sejumlah besar bakteri hidup. Stelah

dimakan, bakteri tersebut menetap dalam saluran pencernaan dan jika mati, mereka melepaskan endotoksin (
misalnya kerasunanSalmonella ).
2. Tipe keracunan yang disebabkan karena memakan makanan yang ensotoksin. Toksin tersebut dilepaskan

kemakanan selama bakteri itu tumbuh dan memperbanyak diri dalam makanan. Bakteri sendirinya sendiri mungkin

mati jika makanan tersebut dimakan ( keracunan Staphylococcus ).

3. Tipe ini disebabkan oleh toksin, toksin ini tidak diproduksi didalam makanan, tetapi dilepaskan selama

pertumbuhannya didalam sallurang pencernaan, setelah bakteri tersebut dimakan ( misalnya keracunan Clostridium

perfringes)

Tanda-tanda Kerancunan Makanan :

- lemas dan muntah

- mulas dan sakit perut

- Diare

- kadangkala demam dan kesejukan

- Sesak napas

- Koma

Puncak utama ialah makan makanan yang :

Mengandungi toksin atau racun semulajadi seperti setengah jenis kulat, cendawan, shellfish dan sebagainya.

Tercemar oleh kuman yang erbahaya

Tercemar oleh bahan- bahan kimia

Tercemar oleh lalat, habuk dan sebagainya

Cara-cara untuk mencegah keracunan makanan seperti:

Basuh tangan selepas ke tandas dan sebelum mengendali, menyedia dan menyentuh makanan.

Jangan ambil makanan dengan tangan. Gunakanlah penceduk, garpu, sudu atau penyepit yang bersih.

Gunakanlah alat- alat yang bersih untuk menyediakan makanan. Jangan gunakan alat- alat yang sama bagi makanan
mentah dan yang dimasak.

Simpan atau tudung makanan supaya terlindung dari lalat, serangga.


Simpan semua bahan makanan yang mudah rosak seperti daging, ikan, ayam, sayur dan susu didalam peti sejuk
sehingga diperlukan.

2.4 Upaya Mengatasi Penyakit Gizi

Kegiatan upaya perbaikan gizi masyarakat sampai bulan Desember 2006, berdasarkan hasil pemantauan

pertumbuhan balita melalui :

pengukuran baret badan menurut umur mencapai 84,8% dari target 80%, dengan 76,0% Berat badan balita naik, 0,5
% BGM

Balita gizi buruk yang mendapat perawatan sebanyak 100%

cakupan MP-ASI pada BGM dari masyarakat miskin mencapai 100% dari 17 sasaran

cakupan ibu hamil yang mendapat 90 tablet Fe adalah 98,79 %

Pemberian vitamin A pada balita sebanyak100%.

Pemberiaan ASI Eklusif mencapai 10% sedang target 80%

Penggunaan garam beryodium dari target 85% mencapai 89,75%.

Untuk diwilayah Puskesmas Banjarangkan II status gizi tahun 2006 adalah sebagai berikut :

Status gizi baik : 94,98%

Status gizi lebih : 0,11%

Status gizi kurang : 4,69%

Status gizi buruk : 0,22%

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

- Penyakit gizi yang salah dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok besar yaitu penyakit-penyakit bawaan, penyakit

berdasarkan - ketidakseimbangan antara intake dan requirement dan zat-zat gizi dan penyakit- penyakit keracunan

makanan.

- faktor-faktor yang menyebabkan adanya penyakit gizi salah diantaranya : pola makan yang salah, faktor ekonomi,
faktor sosial, faktor pendidikan, faktor infeksi.
- berbagai jenis penyakit gizi salah dapat dikelompokkan menjadi : under nitrition (defisiensi kalori protein, busung

lapar, defisiensi vitamin, defisiensi kalsium, besi, iodium), over nutrition (penyakit obesitas yang mrnyrbabkan

hipertensi, DM, hiperkolesterol, dll) dan penyakit keracunan makanan (asam HCN dan asam Bongkrek dll)

- Berdasarkan SUSENAS (2002), 26% balita di Indonesia menderita gizi kurang dan 8% balita menderita gizi buruk

(marasmus, kwashiorkor, marasmus-kuarsiorkor).

- upaya pemerintah dalam mengatasi penyakit gizi salah dilakukan dengan penyuluhan terhadap daerah yang

diindikasikan adanya penyakit tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2008. WASPADAI ANAK-ANAK DARI


KWASHIORKOR http://health.allrefer.com/health/kwashiorkor-info.htlm. diakses tanggal 22 april 2008.

Berg, alan. 1985. Peranan Gizi Dalam Pembangunan Nasional. CV. Rajawali. Jakarta.

Budianto, MAK. 2001. Dasar-dasar Ilmu Gizi. UMM Press. Malang.

DepKes R.I.1991. Informasi tentang Peranan Pembangunan Kesehatan dalam Peningkatan Kualitas Sumber Daya

Manusia. Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Malnutrisi energi protein. Dalam : Standar Pelayanan Medis Kesehatan

Anak. Edisi I. Jakarta : 2004 ; 217-222

Magdalena, Dr. 2005. Sedikitnya 95 Balita di Jabar Menderita Busung Lapar. Kompas. Bandung.

Yayan Akhyar Israr. 2008. Malnutrisi Energi Protein (MEP) - Kwashiorkor.

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masalah kurang gizi memang sudah banyak terjadi di beberapa Negara berkembang
termasuk di Indonesia. Melihat sumber dana yang terbatas yang tersedia pada Negara-negara
berkembang dan menumpuknya kebutuhan yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan.
Masalah kurang gizi juga telah dinyatakan sebagai masalah utama kesehatan dunia dan berkaitan
dengan lebih banyak kematian dan penyakit yang disebabkan oleh masalah kurang gizi
tersebut.walaupun.telah banyak dilakukan penyuluhan tentang masalah kurang gizi namun masih
banyak masyarakat yang mengalami masalah masalah gizi.Dalam gizi kurang menggambarkan
kurangnya makanan yang dibutuhkan untuk memenuhi standar gizi.
Menurut Alan Berg, 1986. Gizi yang kurang mengakibatkan terpengaruhnya
perkembangan mental, perkembangan jasmani, dan produktifitas manusia karena semua itu
mempengaruhi potensi ekonomi manusia. Keadaan gizi dapat dikelompokkan menjadi tiga
tingkat, yaitu keadaan gizi lebih, keadaan gizi baik, dan keadaan gizi kurang.Keadaan gizi lebih
terjadi apabila gizi yang dibutuhkan melebihi standart kebutuhan gizi. Gizi baik akan dicapai
dengan memberi makanan yang seimbang dengan tubuh menurut kebutuhan. Sedang gizi kurang
menggambarkan kurangnya makanan yang dibutuhkan untuk memenuhi standar gizi.
Konsumsi gizi makanan pada seseorang dapat menentukan tercapainya tingkat kesehatan
atau sering disebut status gizi.Apabila tubuh berada dalam tingkat kesehatan gizi optimum
dimana jaringan jenuh oleh semua zat gizi maka disebut status gizi optimum.Dalam kondisi
demikian tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan yang setinggi-tingginya.
Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh
maka akan terjadi kesalahan akibat gizi (malnutrition). Malnutrisi ini mencakup kelebihan nutrisi
/ gizi disebut gizi lebih (overnutrition) dan kekurangan gizi atau gizi kurang (undernutrition).
Penyakit kurang gizi kebanyakan ditemui pada masyarakat golongan rentan terutama
pada anak-anak yaitu golongan yang mudah sekali mengalami penyakit akibat kekurangan gizi
dan kekurangan zat makanan (deficiency) misalnya kwarsiorkor, busung lapar, marasmus, beri-
beri, dan lain-lain.

BAB II
KAJIAN TEORI

1.2 Pembahasan Kekurangan Gizi


Kurang gizi menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun
mental, mengurangi tingkat kecerdasan, kreatifitas dan produktifitas penduduk. Timbulnya
krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan penurunan kegiatan produksi yang
drastis akibatnya lapangan kerja berkurang dan pendapatan perkapita turun. Hal ini jelas
berdampak terhadap status gizi dan kesehatan masyarakat karena tidak terpenuhinya kecukupan
konsumsi makanan dan timbulnya berbagai penyakit menular akibat lingkungan hidup yang
tidak sehat.
Penyakit-penyakit kekurangan gizi yang paling rentan adalah kelompok bayi dan anak
balita.Oleh sebab itu, indikator yang paling baik untuk mengukur status gizi masyarakat adalah
melalui status gizi balita (bayi dan anak balita).Selama ini telah banyak dihasilkan berbagai
pengukuran status gizi tersebut dan masing-masing ahli mempunyai argumentasi sendiri dalam
mengembangkan pengukuran tersebut. (Anonymous,2008)
Dibawah ini akan diuraikan 4 macam cara pengukuran yang sering dipergunakan di bidang gizi
masyarakat serta klasifikasinya :

1) Berat Badan Per Umur


Gizi baik adalah apabila berat badan bayi / anak menurut umurnya lebih dari 89% standar
Harvard.
Gizi kurang adalah apabila berat badan bayi / anak menurut umur berada diantara 60,1-80 %
standar Harvard.
Gizi buruk adalah apabila berat badan bayi / anak menurut umurnya 60% atau kurang dari
standar Harvard.

2) Tinggi Badan Menurut Umur


Pengukuran status gizi bayi dan anak balita berdasarkan tinggi badan menurut umur, juga
menggunakan modifikasi standar Harvard dengan klasifikasinya adalah sebagai berikut :
Gizi baik yakni apabila panjang / tinggi badan bayi / anak menurut umurnya lebih dari 80%
standar Harvard.
Gizi kurang, apabila panjang / tinggi badan bayi / anak menurut umurnya berada diantara 70,1-
80 % dari standar Harvard.
Gizi buruk, apabila panjang / tinggi badan bayi / anak menurut umurnya kurang dari 70%
standar Harvard.

3) Berat Badan Menurut Tinggi


Pengukuran berat badan menurut tinggi badan itu diperoleh dengan mengkombinasikan berat
badan dan tinggi badan per umur menurut standar Harvard juga. Klasifikasinya adalah sebagai
berikut :
Gizi baik, apabila berat badan bayi / anak menurut panjang / tingginya lebih dari 90% dari
standar Harvard.
Gizi kurang, bila berat bayi / anak menurut panjang / tingginya berada diantara 70,1-90 % dari
standar Harvard.
Gizi buruk apabila berat bayi / anak menurut panjang / tingginya 70% atau kurang dari standar
Harvard.

4) Lingkar Lengan Atas (LLA) Menurut Umur


Klasifikasi pengukuran status gizi bayi / anak berdasarkan lingkar lengan atas yang sering
dipergunakan adalah mengacu kepada standar Wolanski. Klasifikasinya sebagai berikut :
Gizi baik apabila LLA bayi / anak menurut umurnya lebih dari 85% standar Wolanski.
Gizi kurang apabila LLA bayi / anak menurut umurnya berada diantara 70,1-85 % standar
Wolanski.
Gizi buruk apabila LLA bayi / anak menurut umurnya 70% atau kurang dari standar Wolanski.

1.3 Penyebab-penyebab Kekurangan Gizi di Indonesia

Secara umum, masalah kurang gizi disebabkan oleh banyak faktor. Banyak ahli yang

mengungkapkan pendapatnya terkait hal tersebut di antaranya faktor menurut Ikatan Dokter

Anak Indonesia (IDAI), yaitu keluarga miskin, ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi

yang baik bagi anak, dan faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC, HIV/AIDS,

saluran pernapasan, dan diare.

Begitu pula pada tahun 1988, UNICEF telah mengembangkan kerangka konsep makro

sebagai salah satu strategi untuk menanggulangi masalah kurang gizi. Menurut UNICEF, ada 2

faktor yang menyebabkan terjadinya kekurangan gizi, yaitu penyebab langsung dan tidak

langsung. Adapun penyebab langsung dapat disebabkan oleh asupan makanan dan infeksi

penyakit sedangkan penyebab tidak langsung dapat disebabkan oleh pola asuh anak, ketersediaan

pangan, dan layanan kesehatan/sanitasi.Sedangkan di Indonesia sendiri, ada dua faktor utama
penyebab kasus kekurangan gizi yang menyerang sejumlah warga Indonesia, yaitu faktor

ekonomi (kemiskinan warga) dan tingkat pendidikan yang rendah.

1.4 Penyakit-penyakit Akibat Kekurangan Gizi di Indonesia

Jenis penyakit kekurangan gizi yang sering menimpa penduduk di Indonesia, terutama

balita adalah sebagai berikut.

a) Gangguan gizi akibat Kekurangan Energi dan Protein (KEP)


Hasil penelitian di berbagai tempat dan di banyak negara menunjukkan bahwa penyakit

gangguan gizi yang paling banyak ditemukan adalah gangguan gizi akibat kekurangan energi dan

protein (KEP).Dalam bahasa Inggris, penyakit ini disebut Protein Calorie Malnutrition atau

disingkat PCM. Ada juga ahli yang menyebutnya sebagai Enery Protein Malnutrition atau EPM,

namun artinya sama.

Contoh Penyakit Kekurangan Gizi :

1) Kwarshiorkhor (yang disebabkan karena kekurangan kalori dan protein) usia 6 bulan sampai 4

tahun..

Cara mengatasi kwarshiorkor :

Dalam mengatasi kwashiorkor ini secara klinis adalah dengan memberikan makanan bergizi

secara bertahap.Contohnya : Bila bayi menderita kwashiorkor, maka bayi tersebut diberi susu

yang diencerkan. Secara bertahap keenceran susu dikurangi, sehingga suatu saat mencapai

konsistensi yang normal seperti susu biasa kembali.

2) Marasmus

Marasmus adalah berasal dari kata Yunani yang berarti kurus-kering.Sebaliknya walau
asupan protein sangat kurang, tetapi si anak masih menerima asupan hidrat arang (misalnya nasi
ataupun sumber energi lainnya).Marasmus disebabkan karena kurang kalori yang berlebihan,
sehingga membuat cadangan makanan yang tersimpan dalam tubuh terpaksa dipergunakan untuk
memenuhi kebutuhan yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup.
Penderita marasmus yaitu Penderita kwashiorkor yang mengalami kekurangan protein,
namun dalam batas tertentu ia masih menerima zat gizi sumber energi (sumber kalori) seperti
nasi, jagung, singkong, dan lain-lain. Apabila baik zat pembentuk tubuh (protein) maupun zat
gizi sumber energi kedua-duanya kurang, maka gejala yang terjadi adalah timbulnya penyakit
KEP lain yang disebut marasmus.

Tanda-tanda yang sering dijumpai pada pada penderita marasmus yaitu :


Sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit bahkan sampai berat badan dibawah waktu lahir.
Wajahnya seperti orang tua dan Kulit keriput,
pantat kosong, paha kosong, dan tangan kurus dan iga nampak jelas.
Gejala marasmus adalah seperti gejala kurang gizi pada umumnya (seperti lemah lesu, apatis,
cengeng, dan lain-lain), tetapi karena semua zat gizi dalam keadaan kekurangan, maka anak
tersebut menjadi kurus-kering.
3) Busung lapar
Busung lapar atau bengkak lapar dikenal jiga dengan istilah Honger Oedeem
(HO).Adalah kwarshiorkor pada orang dewasa.Busung lapar disebabkan karena kekurangan
makanan, terutama protein dalam waktu yang lama secara berturut-turut.Pada busung lapar
terjadi penimbunan cairan dirongga perut yang menyebabkan perut menjadi busung (oleh
karenanya disebut busung lapar).
Tanda-tanda yang terjadi yaitu :
Kulit menjadi kusam dan mudah terkelupas
Badan kurus
Rambut menjadi merah kusam dan mudah dicabut
Sekitar mata bengkak dan apatis
Anak menjadi lebih sering menderita bermacam penyakit dan lain-lain.

b) Gangguan Gizi akibat Kekurangan Vitamin A (KVA)


Vitamin A diperlukan untuk penglihatan.Vitamin tersebut merupakan bagian penting dari

penerima cahaya dalam mata.Selain itu vitamin A juga diperlukan untuk mempertahankan

jaringan ari dalam keadaan sehat.Kulit, pinggiran dan penutup berbagai bagian tubuh, seperti

kelopak mata, mata, hidung, mulut, paru-paru, dan tempat pencernaan, ke semuanya dikenal

sebagai jaringan ari.Vitamin A juga mempunyai beberapa fungsi yang berkaitan dengan
pertumbuhan dan perkembangan.Kekurangan vitamin A pertumbuhan menjadi terhambat dan

rangka tubuh berhenti tumbuh.

Tanda awal dari kekurangan vitamin A adalah tureunnya kemampuan melihat dalam cahaya

samar. Penderita sama sekali tidak dapat melihat apabila memasuki ruangan yang agak gelap

secara tiba-tiba.

c) Gangguan Gizi akibat Kekurangan Besi (Anemia gizi)

Zat besi adalah mineral mikro yang mempunyai peran penting untuk menjaga kesehatan

tubuh.Mineral tersebut terdapat dalam darah dan semua sel tubuh.Zat besi dalam darah merah

berada sebagai bagian dari hemoglobin dan pigmen sel merah.mineral tersebut bertindak sebagai

pembawa oksigen dan karbondioksida.Jika tidak terdapat cukup zat besi untuk memenuhi

kebutuhan tubuh, maka jumlah hemoglobin dalam sel darah merah berkurang dan keadaan tidak

sehat timbul yang dikenal sebagai anemia gizi. Rendahnya kadar hemoglobin dalam darah dilihat

apabila bagian kelopak mata penderita terlihat berwarna pucat.

d) Gangguan Gizi akibat Kekurangan Iodium

Kekurangan iodium akan mengakibatkan membesarnya kelenjar gondok. karena itu,

penyakit yang timbul akibat kekurangan iodium disebut penyakit gondok. Karena penyakit

pembesaran kelenjar gondok ini ditemukan di daerah-daerah tertentu untuk jangka waktu yang

lama, maka disebut penyakit gondok endemik.Di daerah penyakit gondok endemik, pembesaran

kelenjar gondok dapat terjadi pada semua umur, bahkan seorang ibu yang menderita pembesaran

gondok akan melahirkan bayi yang juga menderita kekurangan iodium dan jika tidak diobati

maka pada usia satu tahun sudah akan terjadi pembesaran kelenjar gondoknya.
Kejadian pembesaran kelenjar gondok terbanyak ditemukan pada usia antara 9 sampai 13

tahun pada anak laki-laki dan antara usia 12 sampai 18 tahun pada anak perempuan. Pada usia

dewasa jarang sekali terjadi pembesaran kelenjar gondok kecuali pada wanita yang sering

ditemukan pembesaran kelenjar gondoknya baru timbul setelah usia 19 atau 20 tahun. Setelah

mencapai usia puber, kelenjar gondok yang timbul pada usia kanak-kanak itu cepat sekali

membesar dan dapat berubah menjadi bentuk nodula. Akan tetapi yang mengkhawatirkan adalah

kemungkinan terjadinya manusia kerdil atau kretinisme di samping gangguan perkembangan

otak yang membawa akibat gangguan mental.Terjadinya kekurangan iodium terutama akibat

rendahnya kadar iodium dalam tanah sehingga air dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di daerah

itu juga rendah kadar iodiumnya. Di samping itu beberapa jenis makanan mengandung zat yang

dapat menyebabkan terjadinya pembesaran kelenjar gondok dan disebut zat goiterogen.Zat

tersebut ditemukan dalam sayuran dari jenis Brassica seperti kubis, lobak, kol kembang.Juga zat

tersebut ditemukan dalam kacang kedelai, kacang tanah dan obat-obatan tertentu.Zat goiterogen

tersebut dapat menghalangi pengambilan iodium oleh kelenjar gondok sehingga konsentrasi

iodium dalam kelenjar gondok sangat rendah.Selain itu zat tersebut juga dapat menghambat

perubahan iodium dari bentuk anorganik menjadi bentuk organik sehingga menghambat

pembentukan hormon tiroksin.

1.5 Penanggulangan Masalah Kekurangan Gizi di Indonesia

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa semakin meningkatnya jumlah penduduk

akan menimbulkan masalah baru dalam berbagai bidang kehidupan dan lingkungan. Celakanya,

jumlah kepadatan penduduk yang tinggi justru terjadi di masyarakat dengan tingkat ekonomi

rendah dan di negara-negara miskin. Akibatnya, akan terjadi kesenjangan sehingga dapat
menimbulkan kekurangan gizi di kalangan masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah dan di

negara-negara miskin tersebut.

Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam menanggulangi masalah kekurangan gizi

tersebut adalah sebagai berikut.

1. Menekan laju pertumbuhan penduduk dengan cara:

menggalakkan program Keluarga Berencana (KB)

menunda usia kawin dengan tidak menikah pada usia muda

meningkatkan taraf pendidikan

mengefektifkan tenaga kerja wanita

2. Meningkatkan produksi pangan dengan cara:

memperbaiki mutu lahan

mengefektifkan budidaya pertanian seperti dengan penggunaan pupuk dan memilih bibit

menciptakan pola pertania yang lebih efisien dan produktif, misalnya pola tumpang sari dan

hidroponik

3. Meningkatkan taraf pendidikan dengan cara:

mengadakan wajib belajar pada anak usia sekolah

meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan

4. Pemanfaatan sumber daya alam sesuai kebutuhan dengan upaya pemulihannya

5. Mencari sumber makanan baru

6. Meratakan persebaran penduduk

7. Mengurangi jumlah pengangguran dengan cara:


menyediakan lapangan kerja

membudayakan alih teknologi tepat guna

menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan sesuai kebutuhan

8. Meningkatkan kesehatan masyarakat dengan cara mencegah pencemaran lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

1. Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
2. Fajar, Ibnu, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
3. Santoso, Soegeng, Ranti, Anne Lies. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta : Rineka Cipta.
4. www.dinkes-dki.go.id

5. (Sumber: Bahan Seminar Akhir Studi Faktor-faktor Penyebab Kekurangan Gizi Anak di
Kota Kendari, Bappeda dan PM Kota Kendari, 2010).

Anda mungkin juga menyukai