Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat serta karunia-Nya, maka penulisan makalah ini yang bertema Makalah
Mikroorganisme Flora Normal dan Penyebaran Mikroba Tanah, Air dan Udara
dapat terselesaikan dengan baik. Terimakasih kepada semua pihak yang turut
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Selain itu, saya berharap makalah ini dapat berguna bagi saya dan teman-
teman pada umumnya, dalam perkuliahan kita nantinya.
Saya menyadari bahwa makalah yang kami buat ini belum dapat di katakan
baik, masih banyak kesalahan yang terdapat di dalam makalah yang kami buat ini.
Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari rekan-rekan sekalian
demi perbaikan makalah-makalah kami selanjutnya. Terima kasih.

Jakarta, 26 Oktober 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
A. Mikroorganisme Flora Normal ..................................................... 3
B. Penyebaran Mikroba Tanah, Air dan Udara .................................. 6
BAB III KESIMPULAN ....................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mikroorganisme adalah organisme hidup yang berukuran mikroskopis
sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroorganisme dapat
ditemukan di semua tempat yang memungkinkan terjadinya kehidupan, di segala
lingkungan hidup manusia. Mereka ada di dalam tanah, di lingkungan akuatik
(air), dan atmosfer (udara) serta makanan. Dan karena beberapa hal
mikroorganisme tersebut dapat masuk secara alami ke dalam tubuh manusia,
tinggal menetap dalam tubuh manusia atau hanya bertempat tinggal
sementara. Lebih lanjut, fisiologi, gizi dan perlindungan tanaman dan hewan
(termasuk manusia) adalah tergantung pada berbagai hubungan dengan
mikroba. Mikroorganisme dapat hidup bebas ataupun menumpang pada tubuh
makhluk hidup lain. Manusia secara konstan berhubungan dengan beribu-ribu
mikroorganisme ini.
Mikroorganisme ini dapat menguntungkan inangnya tetapi dalam kondisi
tertentu dapat juga menimbulkan penyakit. Untuk itu lah makalah ini disusun
guna membahas mikroorganisme alami penghuni tubuh manusia, sehingga kita
dapat mengetahui hubungan antara manusia dan flora normal tubuh
manusia. Tubuh manusia, ditemukan sekitar 1014 bakteri. Populasi bakteri
merupakan flora mikroba normal. Flora mikroba normal adalah relatif stabil,
dengan genera khusus mengisi berbagai daerah tubuh selama periode tertentu
dalam kehidupan individu. Flora normal dapat ditemukan di banyak situs dari
tubuh manusia termasuk kulit (terutama daerah lembab, seperti pangkal paha dan
di antara jari kaki), saluran pernafasan (terutama hidung), saluran kemih, dan
saluran pencernaan (terutama mulut dan usus besar). Di sisi lain, area tubuh
seperti otak, sistem peredaran darah dan paru-paru dimaksudkan untuk tetap steril
(bebas mikroba).
Selain itu juga disebutkan bahwa, flora normal adalah kumpulan
mikroorganisme yang secara alami terdapat pada tubuh manusia normal dan sehat.

1
Kebanyakan flora normal yang terdapat pada tubuh manusia adalah dari jenis
bakteri. Namun beberapa virus, jamur, dan protozoa juga dapat ditemukan pada
orang sehat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ruang lingkup mikroorganisme flora normal ?
2. Bagaimana penyebaran mikroba di tanah ?
3. Bagaimana penyebaran mikroba di air ?
4. Bagaimana penyebaran mikroba di udara ?

C. Tujuan
1. Menjelaskan mikroorganisme flora normal.
2. Menjelaskan penyebaran mikroba di tanah, air dan di udara.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mikroorganisme Flora Normal


Flora normal adalah mikroorganisme yang menempati suatu daerah tanpa
menimbulkan penyakit pada inang yang ditempati. Tempat paling umum dijumpai
flora normal adalah tempat yang terpapar dengan dunia luar yaitu kulit, mata,
mulut, saluran pernafasan atas, saluran pencernaan dan saluran urogenital. Kulit
normal biasanya ditempati bakteria sekitar 102106 CFU/cm2.1
Flora normal yang menempati kulit terdiri dari dua jenis yaitu flora normal
atau mikroorganisme sementara (transient microorganism) dan mikroorganisme
tetap (resident microorganism). Flora transien terdiri atas mikroorganisme non
patogen atau potensial patogen yang tinggal di kulit atau mukosa selama kurun
waktu tertentu (jam, hari, atau minggu), berasal dari lingkungan yang
terkontaminasi atau pasien. Flora ini pada umumnya tidak menimbulkan penyakit
(mempunyai patogenisitas lebih rendah) dan jumlahnya lebih sedikit
dibandingkan flora tetap. Pada kondisi terjadi perubahan keseimbangan, flora
transien dapat menimbulkan penyakit.2
The Association for Professionals in Infection Control (APIC) memberikan
pedoman bahwa mikroorganisme transien adalah mikroorganisme yang diisolasi
dari kulit, tetapi tidak selalu ada atau menetap di kulit. Mikroorganisme transien,
yang terdiri atas bakteri, jamur, ragi, virus dan parasit, terdapat dalam berbagai
bentuk, dari berbagai sumber yang pada akhirnya dapat terjadi kontak dengan

1
Trampuz, Andrej and Widmer, A.F., 2004, Hand Hygiene : A Frequently Missed Livesaving
Opportunity During Patient Care, Mayo Clinic Proceedings, Boyce JM, Pittet D, Healthcare
Infection Control Practices Advisory Committee, ICPAC/SHEA/ APIC/IDSA Hand Hygiene Task
Force. Guideline for hand hygiene in health-care settings. Recommendations of the Healthcare
Infection Control Practices Advisory Committee and the HICPAC/SHEA/APIC/IDSA Hand
Hygiene Task Force. MMWR Recomm Rep. 2002
2
Jawetz, Melnick, and Adelbergs, 2005, Mikrobiologi Kedokteran, Alih bahasa oleh Mudihardi,
E., Kuntaman, Wasito, E.B., Mertaniasih, N.M., Harsono, S., dan Alimsardjono, L., Jakarta:
Salemba Medika

3
kulit. Biasanya mikroorganisme ini dapat ditemukan di telapak tangan, ujung jari
dan di bawah kuku.3
Kuman patogen yang mungkin dijumpai di kulit sebagai mikroorganisme
transien adalah Escherichia coli, Salmonella sp., Shigella sp., Clostridium
perfringens, Giardia lamblia, virus Norwalk dan virus hepatitis A. Sementara flora
tetap adalah flora yang menetap di kulit pada sebagian besar orang sehat yang
ditemukan di lapisan epidermis dan di celah kulit.4 Flora tetap terdiri atas
mikroorganisme jenis tertentu yang biasanya dijumpai pada bagian tubuh tertentu
dan pada usia tertentu pula, jika terjadi perubahan lingkungan, mereka akan segera
kembali seperti semula. Adanya lemak dan kulit yang mengeras membuat flora
tetap sulit lepas dari kulit meskipun dengan surgical scrub. Oleh karena itu, dokter
ahli bedah diharuskan memakai sarung tangan, salah satu alasannya adalah karena
tidak mungkin menghilangkan semua flora atau mikroorganisme yang terdapat di
kulit.5 Flora tetap yang paling sering dijumpai adalah Staphylococcus epidermidis
dan stafilokokus koagulase negatif lainnya, Corynebacterium dengan densitas
populasi antara 102-103 CFU/cm2.6
Flora tetap tidak bersifat patogen, kecuali Staphylococcus aureus. Bakteri
ini dapat menyebabkan penyakit jika telah mencapai jumlah 1.000.000 atau 106
per gram, suatu jumlah yang cukup untuk memproduksi toksin. Flora anaerobik
seperti Propionibacterium acne, tinggal di lapisan kulit lebih dalam, dalam folikel
rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebasea P. acne menempati bagian kulit
yang berminyak. Sedikit populasi jamur (Pityrosporum) juga ditemukan sebagai
mikroorganisme tetap. Jenis dan jumlah mikroorganisme tetap bervariasi dari satu

3
Synder, Peter, O., 1988, A., Safe Hands Wash Program for Retail Food Operations, Hospitaly
Institute of Technology and Management. St. Paul, MN. www.sproutnet.com
4
Synder, Peter, O., 1988, A., Safe Hands Wash Program for Retail Food Operations, Hospitaly
Institute of Technology and Management. St. Paul, MN. www.sproutnet.com
5
Jawetz, Melnick, and Adelbergs, 2005, Mikrobiologi Kedokteran, Alih bahasa oleh Mudihardi,
E., Kuntaman, Wasito, E.B., Mertaniasih, N.M., Harsono, S., dan Alimsardjono, L., Jakarta:
Salemba Medika
6
Trampuz, Andrej and Widmer, A.F., 2004, Hand Hygiene : A Frequently Missed Livesaving
Opportunity During Patient Care, Mayo Clinic Proceedings, Boyce JM, Pittet D, Healthcare
Infection Control Practices Advisory Committee, ICPAC/SHEA/ APIC/IDSA Hand Hygiene Task
Force. Guideline for hand hygiene in health-care settings. Recommendations of the Healthcare
Infection Control Practices Advisory Committee and the HICPAC/SHEA/APIC/IDSA Hand
Hygiene Task Force. MMWR Recomm Rep. 2002

4
individu ke individu lainnya dan berbeda di antara regio tubuh. Sebagian besar
mikroorganisme tetap tidak berbahaya.7 Flora transien akan mati atau dapat
dihilangkan dengan cuci tangan, sedangkan flora tetap yang sering dijumpai di
bawah kuku, sulit dihilangkan. Flora tetap akan selalu ada dan bertahan hidup
(survive), apalagi tempat tersebut menyediakan lingkungan yang mendukung
pertumbuhan mikroba. Berkeringat berlebihan atau pencucian dan mandi tidak
menghilangkan atau mengurangi secara bermakna jumlah flora tetap. 8 Menurut
penelitian Price (1938), yang ditulis pada WHO guideline on hand hygiene in
health care, menyatakan bahwa bakteri yang dapat diidentifikasi pada tangan
dapat dibagi atas dua kategori, residen atau transien.
Flora residen meliputi mikroorganisme yang menempati bagian bawah
selsel superfisial pada stratum corneum dan juga dapat ditemukan pada
permukaan kulit. Spesies dominan yang dapat ditemukan adalah Staphylococcus
epidermidis. Bakteri residen lain termasuk S. hominis dan jenis staphylococci
lainnya, selanjutnya diikuti oleh bakteri-bakteri coryneform seperti
propionibacteria, corynebacteria, dermobacteria dan micrococci. Jamur yang
paling banyak pada flora normal kulit adalah Pityrosporum sp. Flora residen pada
kulit memiliki 2 fungsi proteksi : antagonis terhadap mikroorganisme yang
merugikan dan kompetisi terhadap nutrisi pada ekosistem. Secara umum flora
residen jarang dikaitkan dengan infeksi, namun dapat menyebabkan infeksi pada
daerah steril tubuh, mata atau kulit yang mengalami kerusakan. Flora transien
adalah mikroorganisme yang secara normal tidak dijumpai pada permukaan
tangan. Flora transien berkoloni, bertahan dan berkembang biak pada telapak
tangan. Biasanya koloni flora transien didapat melalui kontak kulit dengan kulit
yang memiliki koloni flora transien. Kemampuan transmisi dari flora transien
dipengaruhi oleh jenis flora transien, jumlah flora normal pada kulit, dan tingkat

7
Strohl, W.A., Rouse,H, Fisher,B.D, 2001, Lippincotts Illustrated Reviews: Microbiology,
Lippincott Pennsylvania: Williams & Wilkins
8
Synder, Peter, O., 1988, A., Safe Hands Wash Program for Retail Food Operations, Hospitaly
Institute of Technology and Management. St. Paul, MN. www.sproutnet.com

5
kelembaban kulit. Beberapa contoh flora transien yang dominan adalah S. aureus,
basil gram negatif atau yeast.9

B. Penyebaran Mikroba Tanah, Air dan Udara


1. Mikroba Tanah
Mikrobiologi tanah adalah bagian disiplin mikrobiologi yang mempelajari
kehidupan, aktivitas, dan peranan mikroorganisme di dalam tanah. Tanah
merupakan lingkungan kompleks yang ditempati mikroorganisme beraneka
ragam. Ciri-ciri lingkungan tanah bervariasi menurut letak dan iklimnya. Tanah
juga memiliki kedalaman, sifat-sifat fisik, komposisi kimiawi dan asal yang
berbeda. Komposisi tanah terdiri dari materi nonorganik 45% ( Si, Al, Fe, Ca, Mg,
K, Na, P, dan lain-lain), materi organik 5 % (karbohidrat, protein, lipid, dan lain-
lain), air (25 %) dan udara (25 %). Sementara organisme di tanah terdiri dari
vertebrata, invertebrata, dan mikroorganisme10. Golongan-golongan utama yang
menyusun populasi mikroorganisme tanah terdiri atas prokariotik (bakteri dan
actinomycetes, fungi, algae), mikrofauna (protozoa dan archezoa), mezofauna
(nemathoda) makrofauna (semut, cacing tanah, dan lainnya), dan mikrobiota
(mycoplasma, virus, viroid dan prion). Tetapi mikrobiologi tanah memfokuskan
pada bakteri, jamur, dan virus yang terdapat pada tanah. Dipermukaan tanah
terdapat mikroorganisme dalam jumlah dan variasi yang banyak. Hal tersebut
karena permukaan tanah mengandung banyak sumber makanan dari tumbuhan
dan hewan. Biota tanah membentuk sistem berdasarkan energi dan sumber yang
dihasilkan dari proses dekomposisi tumbuhan dan hewan. Dekomposer primer
tanah adalah bakteri dan jamur. Dekomposer mengurai, mendaur ulang energi,
karbon, dan nutrisi dalam tumbuhan dan hewan mati menjadi bentuk yang dapat
dimanfaatkan oleh tumbuhan. Karena itu, mikroorganisme memegang peran
penting dalam proses kehidupan di bumi11. Tanah merupakan suatu campuran

9
Jawetz, Melnick, and Adelbergs, 2005, Mikrobiologi Kedokteran, Alih bahasa oleh Mudihardi,
E., Kuntaman, Wasito, E.B., Mertaniasih, N.M., Harsono, S., dan Alimsardjono, L., Jakarta:
Salemba Medika
10
Waluyo, L. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang
Press.
11
Ahira, A. 2011. Mikrobiologi Tanah. http://www.anneahira.com/mikrobiologi-tanah.htm..

6
bahan-bahan organik yang padat, misalnya: batu-batuan , mineral, air ,uadara dan
jsad hidup beserta produk dari haisil pembusukan. Tanah yang subur mengandung
sejumlah binatang-binatang molai dari bentuk mikroskopis, nematoda, serangga,
sampai hewan mamalia seperti tikus. tanah banyak mengandung bahan -bahan
yang dibutuhkan oleh organisme, karena didalam tanah juga terkandung bahan
organik, Didalam tanah juga terjadi interaksi antara tumbuhan dan mikroba yang
dapat merugikan atau menguntungkan tumbuhan. Beberapa mikroorganisme tanah
bersifat patogenik terhadap tumbuhan dan menyebabkan penyakit pada perakaran
sehingga menjadi layu dan busuk. Banyak tumbuhan bersimbiosis dengan jamur
bernama mikoriza. Mikoriza meningkatkan kemampuan tumbuhan untuk
menyerap nutrisi dan air. Interaksi antara mikroorganisme tanah dan akar
tumbuhan banyak dikaji dalam ilmu mikrobiologi tanah. Mikroorganisme tanah
juga bermanfaat bagi kehidupan manusia. Salah satunya adalah bakteri
actinomycetes yang menghasilkan antibiotik. Tanah adalah tempat hidup bakteri-
bakteri penting. Mikroorganisme tanah dapat menguraikan zat beracun yang
berasal dari polusi. Hal ini menjadi dasar bioremediasi, yaitu penggunaan
mikroorganisme untuk mendetoksifikasi dan menguraikan zat berbahaya dalam
lingkungan atau setruktur tanah. struktur tanah, kandungan gizi, ketersediaan hara,
dan menahan kapasitas air semuanya dipengaruhi oleh, atau tergantung pada,
mikroorganisme tanah. Semua mikroorganisme tersebut adalah biota tanah yang
berfungsi di ekosistem bawah tanah di akar tumbuhan dan sampah sebagai sumber
makanan.

2. Mikroba Air
Air merupakan komponen esensial bagi kehidupan jasad hidup. Akan tetapi
dapat juga merupakan suatu substansia yang membawa malapetaka, karena air
dapat membawa mikroorganisme patogen dan zat-zat kimia yang bersifat racun.12
Menurut Dwidjoseputro (1989), air tanah mangandung zat-zat anorganik
maupun zat-zat organic yang merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan dan

12
Tarigan, J., 1988, Pengantar Mikrobiologi Umum. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta.

7
perkembangan mikroorganisme (kehidupan mikroorganisme). Mikroorganisme
yang autotrof merupakan penghuni pertama dalam air yang mangandung zat-zat
anorganik. Sel-sel yang mati merupakan bahan organic yang memungkinkan
kehidupan mikroorganisme yang heterotrof. Temperatur juga ikut menentukan
populasi mikroorganisme di dalam air. Pada temperature sekitar 30oC merupakan
temperatur yang baik bagi kehidupan bakteri pathogen yang berasal dari hewan
maupun manusia. Sinar matahari (terutama sinar ultraviolet) memang dapat
mematikan bakteri, akan tetapi daya tembus sinar ultraviolet ke dalam air tidak
maksimal. Air yang berarus deras kurang baik bagi kehidupan bakteri. Hal ini
berkaitan dengan tidak maksimalnya perkembangbiakan bakteri, karena
kebanyakan bakteri memerlukan media/substrat yang tenang untuk
perkembangbiakannya.13
Air sumur pada umumnya lebih bersih daripada air permukaan, karena air
yang merembes ke dalam tanah itu telah difiltrasi (disaring) oleh lapisan tanah
yang dilewatinya, namun kebersihan air secara kasat mata belum tentu
mengindikasikan terbebasnya air tersebut dari kontaminasi bakteri, kebersihan dan
kontaminasi bakteri pada air sumur sangat berkaitan erat dengan lingkungan
sekitar sumur.14 Temperature yang optimum sepanjang tahun di Indonesia ini
menyebabkan air di alam terbuka selalu mengandung mikroorganisme
Kandungan mikroorganisme dalam air alami sangat berbeda tergantung
pada lokasi dan waktu. Apabila air merembes dan meresap mealalui tanah akan
membawa sebagaian mikroorganisme bagian tanah yang lebih dalam. Air tanah
pada umumnya paling sedikit mengandung mikroorganisme dan air tanah yang
terdapat pada bagian yang dalam sekali hampir tidak mengandung
mikroorganisme. Sebaliknya air permukaan sering banyak mengandung
mikroorganisme yang berasal dari tanah dan dari organisme yang terdapat di
danau-danau dan sungai-sungai. Kehadiran mikroba di dalam air akan
mendatangkan keuntungan dan kerugian.15

13
Dwidjoseputro, Prof.Dr.D. 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Surabaya.
14
Mukono, Nurdin. 2007. Prinsip Dasar Kesling. Surabaya: Airlangga University.
15
Dwidjoseputro, Prof.Dr.D. 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Surabaya.

8
3. Mikroba Udara
Udara tidak mempunyai flora alami, karena organisme tidak dapat hidup
dan tumbuh terapung begitu saja di udara. Flora mikroorganisme udara terdiri atas
organisme-organisme yang terdapat sementara mengapung di udara atau terbawa
serta pada partikel debu. Setiap kegiatan manusia agaknya menimbulkan bakteri
di udara, batuk, dan bersin menimbulkan aerosol biologi (yaitu kumpulan partikel
di udara). Kebanyakan partikel dalam aerosol biologi terlalu besar untuk mencapai
paru-paru, karena partikel-partikel ini tersaring pada daerah pernapasan atas.
Sebaliknya, partikel-partikel yang sangat kecil mungkin mencapai tapak-tapak
infektif yang berpotensi. Jadi, walaupun udara tidak mendukung kehidupan
mikroorganisme, kehadirannya hampir selalu dapat ditunjukkan dalam cuplikan
udara. Jumlah dan macam mikroorganisme dalam suatu volume udara akan
bervariasi sesuai dengan lokasi, kondisi cuaca dan jumlah orang yang ada. Daerah
yang berdebu hampir selalu mempunyai populasi mikroorganisme atmosfer yang
tinggi. Sebaliknya, hujan, salju atau hujan es akan cenderung mengurangi jumlah
organisme di udara dengan membasuh partikel-partikel yang lebih berat dan
mengendapkan debu.
Menurut Unus Suriawiria (1985), kompisisi baku udara yang kita hisap
setiap saat, sudah diketahui sejak lama. Walaupun begitu sejalan dengan semakin
kompleknya masalah pencemaran udara maka komposisi tersebut banyak yang
berubah, khususnya karena terdapat komponen asing/mikroorganisme. 16 Mikroba
yang ada di udara berasal dari habitat perairan maupun terestrial. Mikroba di
udara pada ketinggian 300-1,000 kaki atau lebih dari permukaan bumi adalah
organisme tanah yang melekat pada fragmen daun kering, jerami, atau partikel
debu yang tertiup angin. Mikroba tanah masih dapat ditemukan di udara
permukaan laut sampai sejauh 400 mil dari pantai pada ketinggian sampai 10.000
kaki. Mikroba yang paling banyak ditemukan yaitu spora jamur, terutama
Alternaria, Penicillium, dan Aspergillus. Mereka dapat ditemukan baik di daerah
kutub maupun tropis. Mikroba yang ditemukan di udara di atas pemukiman
penduduk di bawah ketinggian 500 kaki yaitu spora Bacillus dan Clostridium,

16
Unus Suriawiria. 1985. Pengantar Mikrobiologi Umum. Angkasa Buning. Bandung.

9
yeast, fragmen dari miselium, spora fungi, serbuk sari, kista protozoa, alga,
Micrococcus, dan Corynebacterium, dan lain-lain. Dalam debu dan udara di
sekolah dan bangsal rumah sakit atau kamar orang menderita penyakit menular,
telah ditemukan mikroba seperti bakteri tuberkulum, streptokokus,
pneumokokus, dan staphylokokus. Bakteri ini tersebar di udara melalui batuk,
bersin, berbicara, dan tertawa. Pada proses tersebut ikut keluar cairan saliva dan
mukus yang mengandung mikroba. Virus dari saluran pernapasan dan beberapa
saluran usus juga ditularkan melalui debu dan udara. Patogen dalam debu
terutama berasal dari objek yang terkontaminasi cairan yang mengandung
patogen. Tetesan cairan (aerosol) biasanya dibentuk oleh bersin, batuk dan
berbicara. Setiap tetesan terdiri dari air liur dan lendir yang dapat berisi ribuan
mikroba. Diperkirakan bahwa jumlah bakteri dalam satu kali bersin berkisar
antara 10.000 sampai 100.000. Banyak patogen tanaman juga diangkut dari satu
tempat ke tempat lain melalui udara dan penyebaran penyakit jamur pada tanaman
dapat diprediksi dengan mengukur konsentrasi spora jamur di udara.

10
BAB III
KESIMPULAN

Mikroorganisme memiliki jumlah yang lebih besar dibandingkan penduduk


bumi, dengan kata lain mikroorganisme dapat berada dimanapun, diudara, pada
makanan, bahkan dapat masuk ke dalam tubuh manusia secara alami, dengan
jangka hidup menetap atau hanya sementara. Mikroorganisme tetap/normal
(resident flora/indigenous) yaitu mikroorganisme jenis tertentu yang biasanya
ditemukan pada bagian tubuh tertentu dan pada usia tertentu dan pada usia
tertentu. Keberadaan mikroorganismenya akan selalu tetap, baik jenis ataupun
jumlahnya, jika ada perubahan akan kembali seperti semula. Flora normal/tetap
yang terdapat pada tubuh merupakan organisme komensal. Flora normal yang
lainnya bersifat mutualisme. Flora normal itu sendiri jika terdapat pada tubuh
dalam jumlah yang normal tidak akan merugikan inangnya, namun bila dala
jumlah berlebihan dapat menimbulkan penyakit. Banyak faktor yang
mempengaruhi fluktuatifnya jumlah mikroba pada tubuh manusia, antar lain:
umur, hormon, penerapan prinsip kesehatan dan kondisi lingkungan.
Mikroba terdapat dimana-mana di sekitar kita ada yang menghuni tanah, air,
dan udara. Studi tentang mikroba yang ada di lingkungan alamiahnya disebut
ekologi mikroba. Ekologi merupakan bagian biologi yang berkenaan dengan studi
mengenai hubungan organism atau kelompok organisme dengan lingkungannya.
Ekologi mikroba sangat berperan membantu memperbaiki kualitas lingkungan.
Bagian dari mikrobiologi yang mempelajari tentang peranan mikroorganisme di
dalam lingkungan adalah mikrobiologi lingkungan. Lingkungan yang dimaksud
terutama terdiri dari air, udara, dan tanah.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ahira, A. 2011. Mikrobiologi Tanah. http://www.anneahira.com/mikrobiologi-


tanah.htm..
Dwidjoseputro, Prof.Dr.D. 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan.
Surabaya.
E., Kuntaman, Wasito, E.B., Mertaniasih, N.M., Harsono, S., dan Alimsardjono,
L., Jakarta: Salemba Medika
Jawetz, Melnick, and Adelbergs, 2005, Mikrobiologi Kedokteran, Alih bahasa
oleh Mudihardi, E., Kuntaman, Wasito, E.B., Mertaniasih, N.M., Harsono, S., dan
Alimsardjono, L., Jakarta: Salemba Medika
Mukono, Nurdin. 2007. Prinsip Dasar Kesling. Surabaya: Airlangga University.
Strohl, W.A., Rouse,H, Fisher,B.D, 2001, Lippincotts Illustrated Reviews:
Microbiology, Lippincott Pennsylvania: Williams & Wilkins
Synder, Peter, O., 1988, A., Safe Hands Wash Program for Retail Food
Operations, Hospitaly Institute of Technology and Management. St. Paul, MN.
www.sproutnet.com
Tarigan, J., 1988, Pengantar Mikrobiologi Umum. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta.
Trampuz, Andrej and Widmer, A.F., 2004, Hand Hygiene : A Frequently Missed
Livesaving Opportunity During Patient Care, Mayo Clinic Proceedings, Boyce
JM, Pittet D, Healthcare Infection Control Practices Advisory Committee,
ICPAC/SHEA/ APIC/IDSA Hand Hygiene Task Force. Guideline for hand
hygiene in health-care settings. Recommendations of the Healthcare Infection
Control Practices Advisory Committee and the HICPAC/SHEA/APIC/IDSA
Hand Hygiene Task Force. MMWR Recomm Rep. 2002
Unus Suriawiria. 1985. Pengantar Mikrobiologi Umum. Angkasa Buning.
Bandung.
Waluyo, L. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang Press.

12

Anda mungkin juga menyukai