Anda di halaman 1dari 5

Adi Mulya Prawira

1506800275

Tugas I : Susunlah pertanyaan penting terkait analisis narkoba dalam urine, paling sedikit
terdapat tujuh pertanyaan!

1. Senyawa apa yang terkandung dalam urine? Dan bagaimana cara menganalisis urine
yang mengandung narkoba?
2. Bagaimana cara menganalisis adanya narkoba dalam urine secara visual dan secara
analisa lab?
3. Untuk menganalisis senyawa narkoba dalam urine, kita harus mengetahui jenis-jenis
narkoba, sifat dan karakteristiknya terlebih dahulu. Sebutkan pembagian jenis narkoba
beserta sifat dan karakteristiknya! (sifat fisik dan sifat kimia senyawa)
4. Metode GC terkenal mampu memisahkan campuran berdasarkan perbedaan distribusi
fase yang terkandung dalam suatu sampel. Apakah metode GC juga dapat menganalisis
kadar narkoba dalam urine? Bagaimana metode kerja analisis senyawa narkoba dalam
urine tersebut?
5. Data keluaran dari hasil analisis GC berupa luas area dan waktu retensi. Apa yang
dimaksud dengan waktu retensi? Apa yang mempengaruhi waktu retensi dari suatu
senyawa?
6. Apa yang dimaksud dengan kalibrasi? Bagaimana cara membuat kurva kalibrasi hasil
analisa GC? Langkah apa yang harus kita lakukan setelah kita mendapatkan data keluaran
GC (luas area dan waktu retensi)?
7. Dalam kolom kromatograf, senyawa narkoba dalam urine akan terelusi. Senyawa narkoba
manakah yang akan terelusi lebih cepat? Mengapa?
8. Apakah ada metode lain selain GC untuk menganalisa kadar narkoba dalam urine?
Metode apakah itu? Bagaimana kelebihan dan kekurangannya jika dibandingkan dengan
metode GC?

Tugas II (nomor 3) :

SOAL 3. Bagaimana cara menganalisis adanya narkoba dalam sampel urine menggunakan GC
dan MS? Informasi apa saja yang anda peroleh dari kedua teknik ini yang digabung dalam
instrumen GC-MS?
Jawab:

Langkah-langkah menganalisis adanya narkoba (ganja) dalam urine seorang pecandu narkoba
menggunakan GC-MS:

a) Mengumpulkan data tentang jenis-jenis narkoba jenis ganja berupa sifat fisik dan sifat
kimianya
b) Membuat larutan standar untuk jenis senyawa ganja, zat aktif dari ganja adalah THC
(Tetra-Hydro-Cannabinol) yang kemudian diteliti dengan variasi konsentrasi/kadar
(contoh: membuat larutan standar ganja dengan kadar 25%, 50%, 75%, dan 100%)
c) Mengukur luas area dan waktu retensi dari setiap kadar larutan standar menggunakan alat
GC (Gas Chromatography)
d) Membuat kurva kalibrasi terhadap larutan standar senyawa THC (Tetra-Hydro-
Cannabinol), dengan data luas area sebagai x dan data kadar larutan standar sebagai y
e) Menganalisis sampel urine dengan alat GC. Dari hasil analisa urine dengan GC ini, akan
didapatkan data luas area dan waktu retensi komponen THC (Tetra-Hydro-Cannabinol)
yang terkandung dalam urine. Waktu retensi untuk suatu komponen sangatlah spesifik,
sehingga waktu retensi dijadikan parameter untuk analisa secara kualitatif (komponen
yang terkandung dalam urine tersebut). Untuk analisa kuantitatif GC didapatkan dari data
luas areanya. Waktu retensi komponen THC (Tetra-Hydro-Cannabinol) yang terkandung
dalam urine akan dibandingkan dengan waktu retensi larutan standar referensi (untuk alat
GC-MS, MS akan mencacah fragmen molekul yang terkandung dalam urine, sehingga
MS akan mendeteksi berapa berat molekul dari senyawa yang terkandung dalam urine
tersebut. Sehingga akan diketahui senyawa yang terkandung dalam urine). Luas area
setiap komponen yang terkandung dalam urine dimasukan kedalam persamaan kurva
kalibrasi sehingga dapat diketahui berapa kadar komponen THC (Tetra-Hydro-
Cannabinol) yang terkandung dalam urine
Gas Kromatografi

Gambar 7. Gas Kromatografi


Gas kromatografi adalah suatu metode analisis yang secara luas digunakan untuk pemisahan,
pengidentifikasian, dan penentuan komponen kimia dalam campuran kompleks yang berdasarkan
adanya perbedaan kecepatan migrasi komponen-komponen yang dipisahkan. Gas kromatografi biasa
digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa yang terdapat pada campuran gas dan dapat
digunakan dalam mengestimasi konsentrasi suatu senyawa dalam fasa gas.
Gas chromatography (GC) dengan detektor flame ionization detector (FID) dapat bekerja untuk
identifikasi kuantitatif dan kualitatif untuk komponen organik volatil (VOCs) dalam pemantauan
polusi udara. Gas chromatograph, GC, terdiri atas kolom, oven dan detektor. Pada GC, sampel masuk
melalui kolom dan akan dipisahkan menjadi komponen-komponen tunggal dan diproses melalui
detektor hydrogen flame ionization. Nyala pada flame ionization detector diproduksi dari pembakaran
hidrogen dengan udara. Ketika sampel dimasukkan, hidrokarbon dibakar dan diionisasi, dan akan
melepaskan elektron. Pengumpul dengan polarizing voltage yang diletakkan dekat nyala akan menarik
elektron bebas, memproduksi arus yang sebanding dengan jumlah hidrokarbon dalam sampel. Sinyal
dari ionisasi nyala kemudian dapat dibaca pada layar atau alat keluaran.
3. Gas Kromatografi Spektroskopi Massa (GC/MS)
Secara umum, gas kromatografi merupakan merupakan instrumen analisis yang dapat diandalkan.
Instrumen gas kromatografi efektif untuk memisahkan suatu campuran menjadi komponen yang
berlainan. Namun, instrumen gas kromatografi tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu
senyawa spesifik secara terpercaya. Untuk itu apabila instrumen gas kromatografi dikombinasikan
dengan instrumen spektroskopi massa, maka akan dihasilkan suatu alat analisis yang baik. Pada alat
ini, GC berfungsi sebagai pemisah dan MS menganalisis masing-masing puncak GC tersebut. Dalam
teknik analisis ini dihasilkan suatu spektra massa dari setiap analit yang terdeteksi, data tersebut akan
digunakan untuk menentukan banyaknya komponen yang tidak diketahui dengan menggunakan teknik
lain.

Gambar 8. GC/MS
Perbedaan GC dengan GC-MS

Sama-sama GC, namun detektornya berbeda. Kalau GC biasanya pakai detektor flame
ionization detector (FID) atau thermal conductivity detector (TCD). Sedangkan kalau GC-MS,
detektornya menggunakan mass spectrometer (spektrometer massa).
GC-MS menggabungkan mass spectrometry dengan GC. GC berfungsi sebagai pemisah,
dan MS menganalisa masing-masing peak GC tersebut. Jadi biasanya GC-MS untuk identifikasi
masing-masing peak saja (qualitative) pada sampel yang tidak diketahui komponen
kandungannya, selebihnya ketika kita cuma butuh analisa kuantitatif dan sudah mengetahui
komponen yang terkandung dalam sample, cukup pake GC dan membandingkan dengan peak
refrensi komponen sampel tersebut.

GC merupakan alat kromatrografi gas yang berfungsi untuk memisahkan suatu


senyawa dengan bantuan gas nitrogen, hidrogen, dll.

GC-MS kerjanya sama dengan GC, tetapi alat tersebut dilengkapi dengan pencacah fragmen
sehingga kita dapat mengetahui pemecahan ion fragmen senyawa dan dapat mengetahui Berat
Molekul senyawa yang di analisis.

Spektroskopi massa (MS) dapat digunakan untuk mengetahui


Rumus Molekul tanpa melalui Analisa Unsur. Misalnya C4H10O,
biasanya memakai cara kualitatif atau kuantitatif, mula-mula
diketahui rumus empiris dulu (CxHyOz)n , kemudian baru
ditentukan BM-nya. Sekarang karena adanya komputer pada
alat GC-MS dapat langsung diketahui Rumus Molekulnya.
Bila kita memasukkan senyawa dalam spektroskopi massa, maka senyawa itu akan ditembaki
oleh elektron dan molekul akan mengalami reaksi fragmentasi. Molekul akan pecah karena
tembakan elektron dalam spektrometer. Pecahnya molekul itu tergantung pada gugus fungsi yang
ada dalam molekul itu, jadi melalui suatu corak tertentu, tidak secara random. Sebelum ini hanya
Spektrometri IR, Resonansi Magnit Inti yang bisa mengetahui gugus fungsi. Dengan adanya
fragmentasi kita juga bisa mengenali senyawa tersebut, sehingga kita bisa mendapatkan cara
tambahan untuk mengetahui apakah senyawa tersebut termasuk golongan alkohol, amin,
karboksilat, aldehid dan lain sebagainya. GC-MS hanya dapat digunakan untuk mendeteksi
senyawa-senyawa yang mudah menguap.

Jadi, GC-MS merupakan kombinasi kekuatan yang simultan untuk memisahkan dan
mengidentifikasi komponen-komponen campuran.

Daftar Pustaka:

Harvey, David. 2000. Modern Analytical Chemistry. 1st ed. USA. The McGra-Hill Companies

Larasati, Dhiajeng Putri. 2012. Perbedaan GC dan GC-MS.


http://dhiajenglarasati.blogspot.co.id/2012/12/perbedaan-gc-dan-gc-ms.html [Diakses
tanggal 15 November 2015]

Mariska, Boni. 2011. Gas Chromatography Mass Spectrometry (GCMS).


http://bonimariska.blogspot.co.id/2011/05/font-definitions-font-face-font.html [Diakses
tanggal 15 November 2015]

Skoog, D.A. (1996). Principles of Instrumental analysis, 7th ed. Saunders College Publisihing.

Anda mungkin juga menyukai