Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gastritis atau yang umum dikenal dengan sebutan Maag adalah penyakit yang sering
terjadi di masyarakat, namun begitu penyakit ini sering diremehkan dan disepelekan oleh
penderitanya. Pada kenyataannya, penyakit gastritis tidak bisa diremehkan. Gastritis adalah
penyakit pencernaan pada lambung yang dikarenakan oleh produksi asam lambung yang
berlebihan. Hal ini mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari mukosa lambung.
Penderitanya merasa akan merasa perutnya perih dan mulas di daerah sekitar ulu hati. Jika hal ini
dibiarkan dan diabaikan berlarut-larut maka akan memicu erosi mukosa lambung. Dalam
beberapa kasus gastritis dapat menyebabkan bisul (ulkus) pada lambung dan peningkatan kanker
perut.
Pada tahun 2004 penyakit gastritis menempati urutan ke 9 dari 50 peringkat utama
pasien rawat jalan di rumah sakit seluruh Indonesia dengan jumlah kasus 218.500 (yanmed
DEPKES RIhttp://bank data depkes.go.id/data).
Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak 5-6 tahun terakhir dan menyerang laki-laki
lebih banyak daripada wanita. Laki-laki lebih banyak mengalami gastritis karena kebiasaan
mengkonsumsi alkohol dan merokok. Faktor-faktor lain yang berkaitan dengan sakit maag
antara lain adalah riwayat keluarga yang menderita sakit maag, kurangnya daya mengatasi atau
adaptasi yang buruk terhadap stres.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengambilan dan persiapan pemeriksaan penunjang yang lazim pada penyakit
gastritis

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengidentifikasi pengambilan dan persiapan pemeriksaan penunjang yang lazim pada
penyakit gastritis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Bila pasien didiagnosis terkena Gastritis, biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan
penunjang untuk mengetahui secara jelas penyebabnya.
Pemeriksaan ini meliputi :
1) Pemeriksaan Darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. Pylori dalam darah. Hasil test yang
positif menunjukan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam
hidupnya, tapi itu tidak menunjukan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga
dilakukan untuk memeriksa Anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat Gastritis.
2) Pemeriksaan Pernafasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H. Pylori atau tidak.
3) Pemeriksaan Feses
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif
mengindikasikan terjadi infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam
feses. Hal ini menunjukan adanya perdarahan pada lambung.
4) Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas
Dengan test ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang
mungkin tidak terlihat dengan sinar-X. Test ini dilakukan dengan cara memesukan sebuah selang
kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk kedalam Esopagus, lambung dan
bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum
endoskop dimasukan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani test ini. Jika ada
jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel
(biopsi) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa kelaboratorium untuk
diperiksa. Test ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak
langsung disuruh pulang ketika selesai test ini, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi
menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat test ini. Komplikasi
yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
5) Ronsen Saluran Cerna Bagian Atas
Test ini akan melihat adanya tanda-tanda Gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya
pasien akan diminta menelan cairan Barium terlebih dahulu sebelum dilakukan Ronsen. Cairan
ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika dironsen.
PERSIAPAN DAN PENGAMBILAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA GASTRITIS
1. Pemeriksaan Darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. Pylori dalam darah. Hasil test yang
positif menunjukan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam
hidupnya, tapi itu tidak menunjukan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga
dilakukan untuk memeriksa Anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat Gastritis.

a. Tempat pengambilan darah untuk berbagai macam pemeriksaan laboratorium :


o Perifer (pembuluh darah tepi).
o Vena.
o Arteri.
o Pada orang dewasa diambil pada ujung jari atau daun telinga bagian bawah.
o Pada bayi dan anak kecil dapat diambil pada ibu jari kaki atau tumit.

b. Bentuk pemeriksaan :
o Jenis/golongan darah.
o HB.
o Gula darah.
o Malaria.
o Filaria, dll.

c. Persiapan alat :
o Lanset darah atau jarum khusus.
o Kapas alcohol.
o Kapas kering.
o Alat pengukur Hb/kaca objek/botol pemeriksaan, tergantung macam pemeriksaan.
o Bengkok.
o Hand scoon.
o Perlak dan pengalas

d. Prosedur kerja :
o Mendekatkan alat.
o Memberitahu klien dan menyampaikan tujuan serta langkah prosedur.
o Memasang perlak dan pengalas.
o Memakai hand scoon.
o Mempersiapkan bagian yang akan ditusuk, tergantung jenis pemeriksaan.
o Kulit dihapushamakan dengan kapas alcohol.
o Bekas tusukan ditekan dengan kapas alcohol.
o Merapikan alat.
o Melepaskan hand scoon.

2. Pemeriksaan Urine

a. Kegunaan :
o Menafsirkan proses-proses metabolism.
o Mengetahui kadar gula pada tiap-tiap waktu makan (pada pasien DM).
b. Jenis pemeriksaan :
o Urine sewaktu
Urine yang dikeluarkan sewaktu-waktu bilamana diperlukan pemeriksaan.
o Urine pagi
Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur.
o Urine pasca prandial
Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan (1,5-3 jam sesudah makan).
o Urine 24 jam
Urine yang dikumpulkan dalam waktu 24 jam.

c. Persiapan alat :
o Formulir khusus untuk pemeriksaan urine.
o Wadah urine dengan tutupnya.
o Hand scoon.
o Kertas etiket.
o Bengkok.
o Buku ekspedisi untuk pemeriksaan laboratorium

d. Prosedur tindakan :
o Mencuci tangan.
o Mengisi formulir.
o Memberi etiket pada wadah.
o Memakai hand scoon.
o Menuangkan 100 cc urine dari bengkok ke dalam wadah kemudian ditutup rapat.
o Menyesuaikan data formulir dengan data pada etiket.
o Menuliskan data dari formulir ke dalam buku ekspedisi.
o Meletakkan wadah ke dalam bengkok atau tempat khusus bertutup..
o Membereskan dan merapikan alat.
o Melepas hand scoon.
o Mencuci tangan.

1. Cara Pengambilan Darah


Darah biasanya diambil pada saat demam tinggi, dari vena cubiti. Pertama-tama
dilakukan palpasi untuk mencari letak vena yang akan diambil. Sebelum pengambilan
kulit sekitarnya diusap dengan antiseptik, misalnya Jodium tincture 2%, atau alkhohol
80%. Setelah itu tidak boleh dilakukan palpasi lagi, juga tidak boleh mengusap jarum
suntik dengan kapas alkohol.
o Volume pengambilan : 10-20 ml untuk dewasa
o 1-5 ml untuk anak- anak
Karena organisme pada bakteri jumlahnya kecil, sebaiknya segera diinokulasikan
kedalam media kultur setelah pengambilan.
Contoh media kultur darah yang digunakan:
o Trypticase Soy Broth, untuk kultur aerob
o Brain Heart Infusion, untuk kultur bakteri aerob atau anaerob
o Thioglikolat broth, untuk kultur anaerob
o Gal medium, untuk kultur Salmonella.
Dapat pula ditransport secara stril dalam tabung mengandung SPS Interval pengambilan :
o endocarditis : 3 kali pengambilan (kultur) dalam 24 jam
o bakterima : 3 kali pengambilan (kutur) dalam 24-48 jam
o pasien yg diberi antibiotik : 4-6 kali pengambilan dalam 48 jam.

2. Cara Pengambilan Tinja atau Usapan Rektal


Tinja diambil dari bagian yang diperkirakan banyak mengandung organisme
penyebab (lendir atau darah), ditampung pada tempat steril, harus segera dibawa ke
laboratorim. Sedangkan usapan rectal diambil dengan kapas lidi steril, diputar (360) pada
mukosa rektal diambil dengan kedalaman 1-2 cm, kemudian dimasukkan media transport
bersama kapas lidi atau kedalam tabung kosong bertutup ulir steril, tutup rapat, segera
dikirim ke laboratorium. Sebaiknya tidak digunakan kertas toilet dalam
pengambilan/penampungan tinja, karena pada umumnya mengandung garam bismuth
yang dapat membunuh mikroorganisme.
3. Cara Pengambilan Urine
Bahan berupa urine dapat diambil dengan berbagai teknik :
o aspirasi supra public
o kateterisasi
o urine pancaran tengah (Mid Stream Urine)
Cara pertama dan kedua hanya dilakukan oleh dokter dengan indikasi tertentu
karena mengandung resiko, harus dilakukan secara aseptik untuk menghindari infeksi.
Volume urine minimal 10 ml dan segera dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Seperti
diketahui urine adalah medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri, terutama bagi
pemeriksaan angka kuman harus segera diperiksa agar tidak terjadi pertumbuhan pesat
sebelum diperiksa. Apabila terpaksa bisa disinpan dalam almari pendingin selama 24 jam,
tetapi dianjurkan tidak lebih dari 8 jam.
Pasien dengan Gastritis Akut tidak memerlukan tindakan pembedahan Gastritis bisa
disembuhkan tetapi tidak bisa sembuh total. Gastritis adalah penyakit yang dapat kambuh apabila
si penderita tidak makan teratur, terlalu banyak makan, atau sebab lain. Biasanya untuk
meredakan atau menyembuhkannya penderita harus meminum obat jika diperlukan. Tetapi
gastritis dapat di cegah, yaitu dengan cara makan teratur, makan secukupnya, cuci tangan
sebelum makan dan jangan jajan sembarangan.

Obat-obatan untuk penyakit gastritis umumnya dimakan dua jam sebelum makan dan dua
jam sesudah makan. Adapun dengan tujuan obat diminum dua jam sebelum makan yaitu untuk
menetralisir asam lambung, karena pada saat tersebut penumpukkan asam lambung sudah sangat
banyak dan didalam lambung penderita pasti telah terjadi luka-luka kecil yang apabila terkena
asam akan terasa perih. Kemudian obat yang diminum dua jam sesudah makan bertujuan untuk
melindungi dinding lambung dari asam yang terus diproduksi. Akhirnya dua jam setelah makan,
asam yang di lambung akan terpakai untuk mencerna makanan sehingga sudah ternetralisir dan
tidak akan melukai dinding lambung.
Obat-obatan yang biasanya digunakan:
1. Antasida (Menetralisir asam lambung dan menghilangkan rasa nyeri)
2. Proton pump inhibitor (Menghentikan produksi asam lambung dan menghambat infeksi
bakteri helicobacter pylori)
3. Cytoprotective Agent (Melindungi jaringan mukosa lambung dan usus halus)
4. Obat anti sekretorik (Mampu menekan sekresi asam)
5. Pankreatin (Membantu pencernaan lemak, karbohidrat, protein dan mengatasi gangguan sakit
pencernaan seperti perut kembung, mual, dan sering mengeluarkan gas)
6. Ranitidin (Mengobati tukak lambung)
7. Simetidin (Mengobati dispepsia)
Selain itu penyakit ini dipercaya memiliki beberapa jenis minuman dan makanan yang
kurang baik untuk dikonsumsi yaitu:
1. Minuman yang merangsang pengeluaran asam lambung antara lain : kopi, anggur putih,
saribuah sitrus, dan susu.
2. Makanan yang sangat asam atau pedas seperti cuka, cabai, dan merica (makanan yang
merangsang perut dan dapat merusak dinding lambung).
3. Makanan yang sulit dicerna dan dapat memperlambat pengosongan lambung. Karena hal ini
dapat menyebabkan peningkatan peregangan di lambung yang akhirnya dapat meningkatkan
asam lambung antara lain makanan berlemak, kue tar, coklat, dan keju.
4. Makanan yang melemahkan klep kerongkongan bawah sehingga menyebabkan cairan
lambung dapat naik ke kerongkongan seperti alkohol, coklat, makanan tinggi lemak, dan
gorengan.
5. Makanan dan minuman yang banyak mengandung gas dan juga yang terlalu banyak serat,
antara lain:
Sayur-sayuran tertentu seperti sawi dan kol
Buah-buahan tertentu seperti nangka dan pisang ambon
Makanan berserat tinggi tertentu seperti kedondong dan buah yang dikeringkan
Minuman yang mengandung banyak gas (seperti minuman bersoda).
Selain itu, kegiatan yang dapat meningkatkan gas didalam lambung juga harus dihindari,
antara lain makan permen khususnya permen karet serta merokok.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gastritis adalah proses inflamsi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. Secara
histopastologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltarsi sel-sel radang pada daerah tersebut. Gastritis
merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai di klinik / ruangan penyakit dalam pada umumnya.
Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak 5 6 tahun ini dan menyerang laki-laki lebih banyak dari
pada wanita. Berdasarkan pada manifestasi klini, gastritis dapat dibagi menjadi akut dan kronik. Masalah
yang sering timbul pada gastritis umumnya mengalami masalah keperawatan gangguan rasa nyaman
nyeri. Pasien dan keluarga dengan penyakit gastritis membutuhkan pengawasan diet makanan setelah
pulang dari rumah sakit dan sangat mudah terkena bila tidak mematuhi tentang penatalaksanaan diet
dirumah.

4.2 Saran
Diharapkan mahasiswa benar-benar mampu memahami penyakit Gastritis sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien dengan penyakit Gastritis. Untuk
institusi pendidikan hendaknya lebih melengkapi literatur yang berkaitan dengan penyakit Gastritis,
khususnya asuhan keperawata pada lansia dengan penyakit Gastritis.
DAFTAR PUSTAKA
Baughman dan Haskley.(2000). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Ester, Monica.(2001). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Hirlan.(2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta :
FKUI.
Sineltzer dan Bare G. (2001). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Bakta, I Made, dkk.(2002). Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta:
EGC.

Doengoes, Marilyn E. dkk. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Grace, Pierce & Borley Neil. (2007). At A Glance : Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta : Erlangga.

Misnadiarly. (2009). Mengenal Penyakit Organ Cerna: Gastritis (Dyspepsia atau maag), Infeksi Mycobacteria
pada Ulser Gastrointestinal.Jakarta: PustakaPopuler Obor.

Anda mungkin juga menyukai