PENDAHULUAN
1. Bagaimana pengambilan dan persiapan pemeriksaan penunjang yang lazim pada penyakit
gastritis
1. Untuk mengidentifikasi pengambilan dan persiapan pemeriksaan penunjang yang lazim pada
penyakit gastritis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Bila pasien didiagnosis terkena Gastritis, biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan
penunjang untuk mengetahui secara jelas penyebabnya.
Pemeriksaan ini meliputi :
1) Pemeriksaan Darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. Pylori dalam darah. Hasil test yang
positif menunjukan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam
hidupnya, tapi itu tidak menunjukan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga
dilakukan untuk memeriksa Anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat Gastritis.
2) Pemeriksaan Pernafasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H. Pylori atau tidak.
3) Pemeriksaan Feses
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif
mengindikasikan terjadi infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam
feses. Hal ini menunjukan adanya perdarahan pada lambung.
4) Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas
Dengan test ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang
mungkin tidak terlihat dengan sinar-X. Test ini dilakukan dengan cara memesukan sebuah selang
kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk kedalam Esopagus, lambung dan
bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum
endoskop dimasukan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani test ini. Jika ada
jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel
(biopsi) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa kelaboratorium untuk
diperiksa. Test ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak
langsung disuruh pulang ketika selesai test ini, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi
menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat test ini. Komplikasi
yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
5) Ronsen Saluran Cerna Bagian Atas
Test ini akan melihat adanya tanda-tanda Gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya
pasien akan diminta menelan cairan Barium terlebih dahulu sebelum dilakukan Ronsen. Cairan
ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika dironsen.
PERSIAPAN DAN PENGAMBILAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA GASTRITIS
1. Pemeriksaan Darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. Pylori dalam darah. Hasil test yang
positif menunjukan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam
hidupnya, tapi itu tidak menunjukan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga
dilakukan untuk memeriksa Anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat Gastritis.
b. Bentuk pemeriksaan :
o Jenis/golongan darah.
o HB.
o Gula darah.
o Malaria.
o Filaria, dll.
c. Persiapan alat :
o Lanset darah atau jarum khusus.
o Kapas alcohol.
o Kapas kering.
o Alat pengukur Hb/kaca objek/botol pemeriksaan, tergantung macam pemeriksaan.
o Bengkok.
o Hand scoon.
o Perlak dan pengalas
d. Prosedur kerja :
o Mendekatkan alat.
o Memberitahu klien dan menyampaikan tujuan serta langkah prosedur.
o Memasang perlak dan pengalas.
o Memakai hand scoon.
o Mempersiapkan bagian yang akan ditusuk, tergantung jenis pemeriksaan.
o Kulit dihapushamakan dengan kapas alcohol.
o Bekas tusukan ditekan dengan kapas alcohol.
o Merapikan alat.
o Melepaskan hand scoon.
2. Pemeriksaan Urine
a. Kegunaan :
o Menafsirkan proses-proses metabolism.
o Mengetahui kadar gula pada tiap-tiap waktu makan (pada pasien DM).
b. Jenis pemeriksaan :
o Urine sewaktu
Urine yang dikeluarkan sewaktu-waktu bilamana diperlukan pemeriksaan.
o Urine pagi
Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur.
o Urine pasca prandial
Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan (1,5-3 jam sesudah makan).
o Urine 24 jam
Urine yang dikumpulkan dalam waktu 24 jam.
c. Persiapan alat :
o Formulir khusus untuk pemeriksaan urine.
o Wadah urine dengan tutupnya.
o Hand scoon.
o Kertas etiket.
o Bengkok.
o Buku ekspedisi untuk pemeriksaan laboratorium
d. Prosedur tindakan :
o Mencuci tangan.
o Mengisi formulir.
o Memberi etiket pada wadah.
o Memakai hand scoon.
o Menuangkan 100 cc urine dari bengkok ke dalam wadah kemudian ditutup rapat.
o Menyesuaikan data formulir dengan data pada etiket.
o Menuliskan data dari formulir ke dalam buku ekspedisi.
o Meletakkan wadah ke dalam bengkok atau tempat khusus bertutup..
o Membereskan dan merapikan alat.
o Melepas hand scoon.
o Mencuci tangan.
Obat-obatan untuk penyakit gastritis umumnya dimakan dua jam sebelum makan dan dua
jam sesudah makan. Adapun dengan tujuan obat diminum dua jam sebelum makan yaitu untuk
menetralisir asam lambung, karena pada saat tersebut penumpukkan asam lambung sudah sangat
banyak dan didalam lambung penderita pasti telah terjadi luka-luka kecil yang apabila terkena
asam akan terasa perih. Kemudian obat yang diminum dua jam sesudah makan bertujuan untuk
melindungi dinding lambung dari asam yang terus diproduksi. Akhirnya dua jam setelah makan,
asam yang di lambung akan terpakai untuk mencerna makanan sehingga sudah ternetralisir dan
tidak akan melukai dinding lambung.
Obat-obatan yang biasanya digunakan:
1. Antasida (Menetralisir asam lambung dan menghilangkan rasa nyeri)
2. Proton pump inhibitor (Menghentikan produksi asam lambung dan menghambat infeksi
bakteri helicobacter pylori)
3. Cytoprotective Agent (Melindungi jaringan mukosa lambung dan usus halus)
4. Obat anti sekretorik (Mampu menekan sekresi asam)
5. Pankreatin (Membantu pencernaan lemak, karbohidrat, protein dan mengatasi gangguan sakit
pencernaan seperti perut kembung, mual, dan sering mengeluarkan gas)
6. Ranitidin (Mengobati tukak lambung)
7. Simetidin (Mengobati dispepsia)
Selain itu penyakit ini dipercaya memiliki beberapa jenis minuman dan makanan yang
kurang baik untuk dikonsumsi yaitu:
1. Minuman yang merangsang pengeluaran asam lambung antara lain : kopi, anggur putih,
saribuah sitrus, dan susu.
2. Makanan yang sangat asam atau pedas seperti cuka, cabai, dan merica (makanan yang
merangsang perut dan dapat merusak dinding lambung).
3. Makanan yang sulit dicerna dan dapat memperlambat pengosongan lambung. Karena hal ini
dapat menyebabkan peningkatan peregangan di lambung yang akhirnya dapat meningkatkan
asam lambung antara lain makanan berlemak, kue tar, coklat, dan keju.
4. Makanan yang melemahkan klep kerongkongan bawah sehingga menyebabkan cairan
lambung dapat naik ke kerongkongan seperti alkohol, coklat, makanan tinggi lemak, dan
gorengan.
5. Makanan dan minuman yang banyak mengandung gas dan juga yang terlalu banyak serat,
antara lain:
Sayur-sayuran tertentu seperti sawi dan kol
Buah-buahan tertentu seperti nangka dan pisang ambon
Makanan berserat tinggi tertentu seperti kedondong dan buah yang dikeringkan
Minuman yang mengandung banyak gas (seperti minuman bersoda).
Selain itu, kegiatan yang dapat meningkatkan gas didalam lambung juga harus dihindari,
antara lain makan permen khususnya permen karet serta merokok.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gastritis adalah proses inflamsi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. Secara
histopastologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltarsi sel-sel radang pada daerah tersebut. Gastritis
merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai di klinik / ruangan penyakit dalam pada umumnya.
Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak 5 6 tahun ini dan menyerang laki-laki lebih banyak dari
pada wanita. Berdasarkan pada manifestasi klini, gastritis dapat dibagi menjadi akut dan kronik. Masalah
yang sering timbul pada gastritis umumnya mengalami masalah keperawatan gangguan rasa nyaman
nyeri. Pasien dan keluarga dengan penyakit gastritis membutuhkan pengawasan diet makanan setelah
pulang dari rumah sakit dan sangat mudah terkena bila tidak mematuhi tentang penatalaksanaan diet
dirumah.
4.2 Saran
Diharapkan mahasiswa benar-benar mampu memahami penyakit Gastritis sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien dengan penyakit Gastritis. Untuk
institusi pendidikan hendaknya lebih melengkapi literatur yang berkaitan dengan penyakit Gastritis,
khususnya asuhan keperawata pada lansia dengan penyakit Gastritis.
DAFTAR PUSTAKA
Baughman dan Haskley.(2000). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Ester, Monica.(2001). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Hirlan.(2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta :
FKUI.
Sineltzer dan Bare G. (2001). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Bakta, I Made, dkk.(2002). Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta:
EGC.
Doengoes, Marilyn E. dkk. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Grace, Pierce & Borley Neil. (2007). At A Glance : Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta : Erlangga.
Misnadiarly. (2009). Mengenal Penyakit Organ Cerna: Gastritis (Dyspepsia atau maag), Infeksi Mycobacteria
pada Ulser Gastrointestinal.Jakarta: PustakaPopuler Obor.