Anda di halaman 1dari 4

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN NYERI PADA TN.

X DENGAN POST OPERASI


BENIGNA PROSTATE HIPERPLASIA(BPH) DI RUANG KENANGA
RSUD MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Disusun Oleh :

MAHARANI INDRIANA KOLI P1337420215081


DEVITA WULANDARI P1337420215096
RESTU YOGI PAHLEVI P1337420215098
BELLIA RAHMA AGNESTASIA P1337420215100
OKI MIFTAKHURRIZQI P1337420215105
SINTA RATRI WARENGGI P1337420215108
ARJU SYAFAATUL MAULA P1337420215114

TINGKAT 3C

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
Prodi DIII Keperawatan Purwokerto
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kelainan kelenjar prostat atau sering disebut Benign Prostatic Hyperplasia
(BPH) merupakan penyakit karena pembesaran prostat. BPH menjadi masalah
ketika kelenjar prostat membesar sehingga menutupi dan menghambat aliran
urine. Hampir 30 juta pria menderita BPH di dunia yaitu sekitar 40% pada usia 40
tahun, 50% pada usia 60-70 th dan mencapai 10% pada usia lebih dari 70 th
(Parsons, 2010).
Di Amerika Serikat, terdapat lebih dari setengah atau (50%) pada laki-laki
usia 60-70 tahun mengalami gejala-gejala BPH dan antara usia 70-90 th sebanyak
90% mengalami gejala-gejala BPH. Di Indonesia pada usia lanjut, beberapa pria
mengalami pembesaran prostat benigna. Keadaan ini dialami oleh 50% pria yang
berusia 60 tahun dan kurang lebih 80% pria yang berusia 80 tahun. Angka
kejadian di wilayah Banyumas RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo tahun 2013
terdapat 95 klien, meningkat pada tahun 2014 yaitu 218 klien, meningkat lagi
pada tahun 2015 menjadi 324 klien, pada tahun 2016 menjadi 354 klien pada
tahun tersebut didapatkan 5% dari seluruh kasus adalah BPH dan hampir 80%
menyerang laki-laki diatas 50 tahun, dan pada tahun 2017 terdapat 144 klien
terhitung hingga bulan Maret (Rekam Medik RSMS, 2017). Masalah keperawatan
pasca operasi BPH seperti gangguan eliminasi urine, resiko infeksi, nyeri dan
cemas.
Penyelesaian masalah pasien BPH jangka panjang yang paling baik adalah
pembedahan, karena pemberian obat-obatan atau terapi non invasif lainnya
membutuhkan jangka waktu yang sangat lama untuk melihat hasil terapi.
Desobstruksi kelenjar prostat akan menyembuhkan gejala obstruksi dan miksi
yang tidak lampias. Hal ini dapat dilakukan dengan operasi terbuka, reseksi
prostat transuretra (TURP) atau insisi prostat transuretra (TIUP atau BNI).
Dari bebagai masalah keperawatan post operasi yang muncul pada kasus
BPH salah satunya adalah nyeri akut. Nyeri akut adalah nyeri yang timbul segera
setelah rangsangan dan hilang setelah penyembuhan, dimana nyeri ini tidak
menetap dan kurang dari 3 bulan. Dengan batasan karakteristik subjektif dan
objektif yaitu data subjektif mengeluh sakit setelah operasi pada luka operasi dan
data objektif ekspreksi wajah meringis dan menahan sakit. Menurut Potter &
Perry nyeri akut secara serius mengancam proses penyembuhan klien dan
merupakan salah satu prioritas masalah keperawatan yang harus segera di tangani.
Apabila nyeri akut post operasi tidak ditangani dapat menghambat kemampuan
klien untuk terlibat aktif dan meningkatkan resiko komplikasi akibat imobilisasi.
Selain itu dampak yang dapat terjadi apabila nyeri akut tidak ditangani adalah
mual, muntah, menggigil, marah atau depresi. Tindakan keperawatan yang saat ini
paling efektif dilakukan untuk mengurangi nyeri adalah teknik manajemen nyeri
nafas dalam, pemberian massage atau kompres hangat pada daerah nyeri yang
bertujuan untuk menciptakan rasa rileks, serta memberikan obat analgetik
berdasarkan resep dokter.
Karena pengelolaan masalah keperawatan nyeri akut post operasi BPH
merupakan salah satu masalah prioritas, maka penulis tertarik untuk mengangkat
laporan kasus berjudul ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN NYERI
PADA TN.X DENGAN POST OPERASI BENIGNA PROSTATE
HIPERPLASIA (BPH) DI RUANG KENANGA RSUD MARGONO
SOEKARJO PURWOKERTO

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menggambarkan asuhan keperawatan dengan nyeri pada tn.x dengan post
operasi benigna prostate hiperplasia(BPH) di ruang kenanga RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan laporan kasus ini adalah penulis mampu :
a) Menggambarkan tinjauan teori asuhan keperawatan nyeri pada Tn. X
dengan post operasi BPH di ruang kenanga RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto.
b) Menganalisis konsep teori dan pengaplikasian asuhan keperawatan nyeri
pada Tn. X dengan post operasi BPH di ruang kenanga RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto.

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Profesi Keperawatan
Memberikan masukan atau saran bagi profesi keperawatan, khususnya
perawat klinik sebagai panduan dalam pengelolaan keperawatan klien post
operasi BPH.
2. Bagi Rumah Sakit
Laporan kasus ini diharapkan sebagai panduan dalam melakukan asuhan
keperawatan khususnya bagi klien post operasi BPH.
3. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Laporan kasus ini dapat menambah referensi atau pustaka tentang
pengelolaan keperawatan pada kline post operasi BPH.
4. Bagi Penulis
Menambah wawasan agar dapat mengetahui ada tidaknya kesenjangan
antara teori dan praktek sehingga dapat dijadikan pengembangan asuhan
keperawatan klien post operasi BPH.

Anda mungkin juga menyukai