Anda di halaman 1dari 9

61

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Persentase Jumlah Larva Aedes aegypti yang Tidak Berhasil Menjadi


Menjadi Stadium Nyamuk Dewasa (Adult Emergence Inhibition, IE%)

a. Uji Normalitas Data Persentase Jumlah Larva Aedes aegypti yang

Tidak Berhasil Menjadi Stadium Nyamuk Dewasa (Adult Emergence

Inhibition, IE%)

Tabel 1. Hasil perhitungan jumlah larva Aedes aegypti yang berhasil menjadi
stadium nyamuk dewasa

Ulangan KELOMPOK PERLAKUAN


ke- K(-) P1 P2 P3 P4 P5
1 25 11 12 8 0 2
2 24 15 13 1 1 1
3 23 14 0 2 1 0
4 24 18 10 6 3 2
Rerata 1,69 3,58 1,51 1,86 3,29
SD 1,13 1,76 1,23 1,92 0,88

Keterangan:
Kelompok K(-): Merupakan kelompok kontrol yang hanya diberi 200ml aquades; Kelompok
P1: Diberi ekstrak daun legundi konsentrasi 0,025% dalam aquades 200ml sejak larva instar III
samapai semua larva kontrol berubah menjadi stadium dewasa; Kelompok P2: ekstrak daun
legundi konsentrasi 0,050% dalam aquades 200ml sejak larva instar III samapai semua larva
kontrol berubah menjadi stadium dewasa; Kelompok P3 : ekstrak daun legundi konsentrasi
0,075% dalam aquades 200ml sejak larva instar III samapai semua larva kontrol berubah
menjadi stadium dewasa; P4: ekstrak daun legundi konsentrasi 0,100% dalam aquades 200ml
sejak larva instar III samapai semua larva kontrol berubah menjadi stadium dewasa; P5:
ekstrak daun legundi konsentrasi 0,125% dalam aquades 200ml sejak larva instar III samapai
semua larva kontrol berubah menjadi stadium dewasa

Hasil perhitungan jumlah larva Aedes aegypti yang berhasil menjadi stadium

nyamuk dewasa pada kelompok K(-), P1, P2, P3, P4, dan P5 yang terdapat

pada tabel 1 diatas, dilanjutkan dengan mengubah data tersebut ke dalam

bentuk persentase larva yang berhasil menjadi stadium dewasa. Hal tersebut
62

dilakukan karena untuk menghitung nilai IE%, jumlah larva Aedes aegypti

yang berhasil menjadi stadium dewasa harus diubah ke dalam bentuk

persentase yang terdapat pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil perhitungan persentase jumlah larva Aedes aegypti yang berhasil
menjadi stadium nyamuk dewasa

Ulangan KELOMPOK PERLAKUAN (%)


ke- K(-) P1 P2 P3 P4 P5
1 100 44 48 32 0 8
2 96 60 52 4 4 4
3 92 56 0 8 4 0
4 96 72 40 24 12 8
Rerata 1,69 3,58 1,51 1,86 3,29
SD 1,13 1,76 1,23 1,92 0,88

Keterangan:
Kelompok K(-): Merupakan kelompok kontrol yang hanya diberi 200ml aquades; Kelompok
P1: Diberi ekstrak daun legundi konsentrasi 0,025% dalam aquades 200ml sejak larva instar III
samapai semua larva kontrol berubah menjadi stadium dewasa; Kelompok P2: ekstrak daun
legundi konsentrasi 0,050% dalam aquades 200ml sejak larva instar III samapai semua larva
kontrol berubah menjadi stadium dewasa; Kelompok P3 : ekstrak daun legundi konsentrasi
0,075% dalam aquades 200ml sejak larva instar III samapai semua larva kontrol berubah
menjadi stadium dewasa; P4: ekstrak daun legundi konsentrasi 0,100% dalam aquades 200ml
sejak larva instar III samapai semua larva kontrol berubah menjadi stadium dewasa; P5:
ekstrak daun legundi konsentrasi 0,125% dalam aquades 200ml sejak larva instar III samapai
semua larva kontrol berubah menjadi stadium dewasa

Pada tabel dapat dilihat jumlah rerata terdapat penurunan persentase jumlah

larva Aedes aegypti yang berhasil menjadi stadium nyamuk dewasa terhadap

peningkatan konsentrasi pada kelompok P1, P2, P3, dan P4 yang tertinggi,

tetapi tidak terdapat penurunan lagi pada kelompok P5, karena nilai rerata pada

kelompok P4 dan P5 adalah sama. Setelah menghitung persentase persentase

jumlah larva Aedes aegypti yang berhasil menjadi stadium nyamuk dewasa,

maka data tersebut dimasukkan ke dalam rumus:

Keterangan:

T : persentase jumlah larva yang berhasil menjadi dewasa pada kelompok perlakuan
63

C: persentase jumlah larva yang berhasil menjadi dewasa pada kelompok kontrol

Hasil perhitungan persentase jumlah larva Aedes aegypti yang tidak berhasil

menjadi stadium nyamuk dewasa (Adult Emergence Inhibiton, IE%) pada kelompok

K(-), P1, P2, P3, P4, dan P5 yang terdapat pada disajikan dalam tabel 3.

Tabel 3. Hasil perhitungan persentase jumlah larva Aedes aegypti yang tidak
berhasil menjadi stadium nyamuk dewasa (Adult Emergence Inhibiton, IE%)
Ulangan KELOMPOK PERLAKUAN (IE%)
ke- K(-) P1 P2 P3 P4 P5
1 - 54,167 50 66,667 100 91,667
2 - 37,5 45,833 95,833 95,833 95,833
3 - 41,667 100 91,667 95,833 100
4 - 25 58,333 75 87,5 91,667
Rerata 1,69 3,58 1,51 1,86 3,29
SD 1,13 1,76 1,23 1,92 0,88

Keterangan:
Kelompok K(-): Merupakan kelompok kontrol yang hanya diberi 200ml aquades; Kelompok
P1: Diberi ekstrak daun legundi konsentrasi 0,025% dalam aquades 200ml sejak larva instar III
samapai semua larva kontrol berubah menjadi stadium dewasa; Kelompok P2: ekstrak daun
legundi konsentrasi 0,050% dalam aquades 200ml sejak larva instar III samapai semua larva
kontrol berubah menjadi stadium dewasa; Kelompok P3 : ekstrak daun legundi konsentrasi
0,075% dalam aquades 200ml sejak larva instar III samapai semua larva kontrol berubah
menjadi stadium dewasa; P4: ekstrak daun legundi konsentrasi 0,100% dalam aquades 200ml
sejak larva instar III samapai semua larva kontrol berubah menjadi stadium dewasa; P5:
ekstrak daun legundi konsentrasi 0,125% dalam aquades 200ml sejak larva instar III samapai
semua larva kontrol berubah menjadi stadium dewasa

Pada tabel dapat dilihat jumlah rerata terdapat peningkatan persentase jumlah

larva Aedes aegypti yang tidak berhasil menjadi stadium nyamuk dewasa (Adult

Emergence Inhibiton, IE%) terhadap peningkatan konsentrasi pada kelompok P1,

P2, P3, dan P4 yang tertinggi, tetapi tidak terdapat peningkatan lagi pada

kelompok P5, karena nilai rerata pada kelompok P4 dan P5 adalah sama.

Rerata jumlah
64

Kelompok
perlakuan

Grafik 1. Hasil perhitungan persentase jumlah larva Aedes aegypti yang tidak

berhasil menjadi stadium nyamuk dewasa (Adult Emergence Inhibiton, IE%)

Hasil perhitungan persentase jumlah larva Aedes aegypti yang tidak berhasil

menjadi stadium nyamuk dewasa (Adult Emergence Inhibiton, IE%) P1, P2, P3, P4,

dan P5 yang terdapat pada tabel 3 diatas, dilanjutkan dengan uji normalitas

shapiro-wilk (p > 0.05) yang terdapat pada tabel 4. Hasilnya menunjukkan data

berdistribusi normal.

Tabel 4. Hasil uji normalitas data persentase jumlah larva Aedes aegypti yang
tidak berhasil menjadi stadium nyamuk dewasa (Adult Emergence Inhibiton, IE%)

Kelompok Perlakuan p-value Keterangan


Perlakuan 1 0.962 Data normal
Perlakuan 2 0.111 Data normal
Perlakuan 3 0.513 Data normal
Perlakuan 4 0.406 Data normal
Perlakuan 5 0.272 Data normal

Keterangan:
65

Kelompok P1: Diberi ekstrak daun legundi konsentrasi 0,025% dalam aquades 200ml sejak
larva instar III samapai semua larva kontrol berubah menjadi stadium dewasa; Kelompok P2:
ekstrak daun legundi konsentrasi 0,050% dalam aquades 200ml sejak larva instar III samapai
semua larva kontrol berubah menjadi stadium dewasa; Kelompok P3 : ekstrak daun legundi
konsentrasi 0,075% dalam aquades 200ml sejak larva instar III samapai semua larva kontrol
berubah menjadi stadium dewasa; P4: ekstrak daun legundi konsentrasi 0,100% dalam aquades
200ml sejak larva instar III samapai semua larva kontrol berubah menjadi stadium dewasa; P5:
ekstrak daun legundi konsentrasi 0,125% dalam aquades 200ml sejak larva instar III samapai
semua larva kontrol berubah menjadi stadium dewasa

b. Uji Homogenitas Data Persentase Jumlah Larva Aedes Aegypti Yang

Tidak Berhasil Menjadi Stadium Nyamuk Dewasa (Adult Emergence

Inhibiton, IE%)
Hasil pengukuran persentase jumlah larva Aedes aegypti yang tidak berhasil

menjadi stadium nyamuk dewasa (Adult Emergence Inhibiton, IE%) pada kelompok

P1, P2, P3, P4, dan P5 yang terdapat pada tabel 3, selanjutnya dilakukan uji

homogenitas levenes (p>0,05). Hasilnya data tidak homogen dimana p-value =

0.020 (p>0,05).

c. Uji One-way Anova Motilitas Spermatozoa Mencit Jantan Dewasa

Perhitungan persentase jumlah larva Aedes aegypti yang tidak berhasil menjadi

stadium nyamuk dewasa (Adult Emergence Inhibiton, IE%) terdapat pada tabel 3,

kemudian untuk mengetahui efek pemberian ekstrak daun legundi maka

dilakukan uji one-way anova (p<0,05). Hasil yang didapatkan pada uji

varians p = 0,000 (p < 0,05) yang artinya paling tidak terdapat perbedaan

persentase jumlah larva Aedes aegypti yang tidak berhasil menjadi stadium

nyamuk dewasa (Adult Emergence Inhibiton, IE%) yang bermakna pada dua

kelompok. Maka selanjutnya dilakukan uji Post Hoc untuk mengetahui

dikelompok mana perbedaan yang bermakna tersebut.


66

d. Uji Post Hoc Persentase Jumlah Larva Aedes Aegypti Yang Tidak

Berhasil Menjadi Stadium Nyamuk Dewasa (Adult Emergence Inhibiton, IE

%)
Pada uji one-way anova didapatkan p < 0,05 sehingga dilanjutkan dengan uji

post hoc, adapun hasil yang didapatkan seperti tertera pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil Uji Post Hoc persentase jumlah larva Aedes aegypti yang tidak
berhasil menjadi stadium nyamuk dewasa (Adult Emergence Inhibiton, IE%)

(J) Kelompok Keterangan


(I) Kelompok Perlakuan p-value
Perlakuan

Perlakuan 1 perlakuan 2 0.000 Bermakna


perlakuan 3 0.249 Tidak bermakna
perlakuan 4 0.019 Bermakna
perlakuan 5 0.001 Bermakna
Perlakuan 2 perlakuan 1 0.000 Bermakna
perlakuan 3 0.000 Bermakna
perlakuan 4 0.122 Tidak bermakna
perlakuan 5 0.746 Tidak bermakna
Perlakuan 3 perlakuan 1 0.249 Tidak bermakna
perlakuan 2 0.000 Bermakna
perlakuan 4 0.001 Bermakna
perlakuan 5 0.000 Bermakna
Perlakuan 4 perlakuan 1 0.019 Bermakna
perlakuan 2 0.122 Tidak bermakna
perlakuan 3 0.001 Bermakna
perlakuan 5 0.213 Tidak bermakna
Perlakuan 5 perlakuan 1 0.001 Bermakna
perlakuan 2 0.746 Tidak bermakna
perlakuan 3 0.000 Bermakna
perlakuan 4 0.213 Tidak bermakna

Keterangan: *: signifikan pada taraf kekeliruan 5%

Berdasarkan tabel 5 diatas terlihat adanya pengaruh perlakuan (pemberian

ekstrak daun legundi) terhadap persentase jumlah larva Aedes aegypti yang
67

tidak berhasil menjadi stadium nyamuk dewasa (Adult Emergence Inhibiton, IE%)

yang bermakna secara statistik pada kelompok ...

Pembahasan

Insect growth regulators menawarkan potensi yang patut dipertimbangkan

dalam mengontrol vektor penyakit pada manusia. Sejumlah bahan sintetik

dan derivat tanaman telah diteliti mengenai aktivitasnya sebagai insect

growth regulator. Pada beberapa penelitian sebelumnya daun legundi

menunjukkan aktivitas insect growth regulator dengan berperan sebagai

Juvenile Hormone Mimics. Aktivitas biologi dari ekstrak daun legundi

sebagai insect growth regulator, berkaitan dengan keberadaan berbagai

macam zat aktif yang terkandung di dalamnya, meliputi terpenoid, alkaloid,

flavonoid yang dapat bekerja secara tunggal atau bersama-sama dalam

aktivitas penghambat perkembangan. Berbagai pengaruh hambatan

perkembangan pada masa pre-emergent yang terjadi seperti penundaan larva

menjadi pupa dan perpanjangan periode pupa, inhibisi pada proses moulting,

dan mortalitas terutama selama proses moulting dan proses melanisasi pada

akhirnya akan menghambat keberhasilan larva mencapai stadium dewasa

(Shaalan et al., 2005).

(Pembahasannya belum selesai ka)


68

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Simpulan Umum
Pemberian ekstrak daun legundi dapat mempengaruhi perkembangan larva

Aedes aegypti menjadi stadium nyamuk dewasa

2. Simpulan Khusus

a. Semakin meningkat konsentrasi ekstrak daun legundi semakin efektif

dalam menghambat perkembangan larva Aedes aegypti menjadi stadium

nyamuk dewasa sampai tingkat konsentrasi tertentu yaitu 0,100%

b. Ekstrak daun legundi (Vitex trifolia L.) memiliki efek penghambat

perkembangan larva Aedes aegypti menjadi stadium dewasa dengan IE50

pada konsentrasi ... dan IE90 pada konsentrasi ...


69

B. Saran

1. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap pengaruh ekstrak daun

legundi (Vitex trifolia L.) sebagai penghambat perkembangan spesies-spesies

nyamuk lainnya yang berperan sebagai vektor penyakit sehingga pemanfaatan

ekstrak daun legundi dapat optimal.


2. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai cara pengolahan daun

legundi yang lebih aplikatif misalnya dekok sehingga hasilnya dapat

disosialisasikan kepada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai