Anda di halaman 1dari 4

Berita Acara Presentasi Kasus Etika Pada hari ini, hari Rabu tanggal 21 Agustus 2013 telah

dipresentasikan kasus etika oleh: Nama : dr. Nur Afifah Judul/ topik : Etika Dokter terhadap TS
dan pasien, etika promosi obat No. ID dan Nama Pendamping : dr. Ken Mardyanah No. ID dan
Nama Narasumber : dr. Abdul Madjid, Sp.M No. ID dan Nama Wahana : RSUD dr. R. Soetijono
Blora Nama Peserta Presentasi No. ID Peserta Tanda Tangan 1. 1. 2. 2. 3. 3. 4. 4. 5. 5. 6. 6. 7.
7. 8. 8. 9. 9. 10. 10. 11. 11. 12. 12. 13. 13. 14. 14. 15. 15. 16. 16. 17. 17. 18. 18. 19. 19. 20. 20.
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya. Pendamping dr.
Ken Mardyanah NIP. 19600226 200604 2 002 No. ID dan Nama Peserta : dr. Nur Afifah
Presenter : dr. Nur Afifah No. ID dan Nama Wahana : RSUD dr. R. Soetijono Blora Pendamping :
dr. Ken Mardyanah TOPIK : Etika Dokter terhadap TS dan pasien, etika promosi obat Tanggal
(kasus) : Nama Pasien : Pasien R No. RM : - Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Ken
Mardyanah Tempat Presentasi : RSUD dr. R. Soetijono Blora OBJEKTIF PRESENTASI o
Keilmuan o Keterampilan o Penyegaran Tinjauan Pustaka o Diagnostik o Manajemen o
Masalah Istimewa o Neonatus o Bayi o Anak o Remaja o Dewasa o Lansia o Bumil o
Deskripsi : Tn.R datang berobat ke dr.T dengan keluhan sering gringgingan. Tn.R sudah cek
gula sebelumnya dan gulanya tinggi, oleh karena itu Tn.R berobat ke dr.T agar gulanya bisa
turun. Setelah dianamnesis, dan diperiksa, Tn.R tidak diberi penjelasan tentang penyakitnya,
hanya diberi selembar resep yang isinya 3 obat tapi tidak mengetahui obat apa saja. dr.R hanya
berpesan untuk minum obatnya 3 kali sehari kemudian menebusnya sebaiknya di apotek
sebelah praktek pribadinya. Tn.R juga tidak menanyakan obatnya apa saja, harus dibeli semua
atau tidak, dan harganya berapa. Kemudian Tn.R membeli obat di apotek sebelah praktek dr.T,
membayar obat habis 500 rb, karena kaget tn.R bertanya isi obatnya apa saja. Kemudian
apotekernya hanya menjawab itu obat khusus dari dokter dan diminum saja sesuai aturan. Sejak
saat itu pasien penasaran ingin mencari tau isi obat mahal itu, kemudian pasien membuka salah
1 kertas pembungkus obat tersebut, ternyata tulisannya adalah supergreen food yang
merupakan suplemen makanan dari suatu produk MLM. Karena merasa ditipu oleh
dr.T,kemudian tn.R pindah ke dr.R. Sewaktu berbincang bincang dengan dr.R, dr.R
membenarkan pernyataan Tn.R. dr. R membicarakan dr.T kalau sering menjadi member obat
MLM, dan suka meminta fee dari perusahaan farmasi lebih besar karena persaingannya dengan
produk MLM. dr.R juga menceritakan dr.T suka memberikan obat yang mahal-mahal yang hanya
isinya suplemen saja kepada pasiennya. Bahan Bahasan Tinjauan Pustaka o Riset
Kasus o Audit Cara Membahas o Diskusi Presentasi dan Diskusi o E-mail o Pos DAFTAR
PUSTAKA: 1. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia. 2002. Kode Etik Kedokteran
Indonesia dan Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Kedokteran Indonesia. Ikatan Dokter Indonesia.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. 3. UU
Republik Indonesia Nomer 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran 4. GP Indonesia. 2007.
Surat Kesepakatan Bersama Etika Promosi Obat antara GP Indonesia dan IDI. Rangkuman
Hasil Pembelajaran Portofolio 1. Deskripsi Kasus Tn.R adalah seorang karyawan perusahaan
kimia. dr.T adalah dokter spesialis penyakit dalam yang menjadi member suatu perusahaan
MLM. dr.T juga sering kedatangan tamu dari perusahaan farmasi obat, dan mendapatkan fee
lebih banyak dari bulan sebelumnya karena perusahaan farmasi obat tersebut menginginkan
obatnya banyak ditulis di resep daripada produk MLM tersebut. Suatu ketika Tn.R datang
berobat ke dr.T dengan keluhan sering gringgingan. Tn.R sudah cek laboraturium sebelumnya
dan membawa hasil laboraturium kepada dokter T. Setelah dianamnesis, dan diperiksa, Tn.R
tidak diberi penjelasan tentang penyakitnya, hanya diberi selembar resep yang isinya 3 obat tapi
tidak mengetahui obat apa saja. dr.R hanya berpesan untuk minum obatnya 3 kali sehari
kemudian menebusnya sebaiknya di apotek sebelah praktek pribadinya. Tn.R menanyakan
tentang penyakitnya kemudian dr.T hanya menjawab itu hanya gulanya sedikit tinggi saja,
kemudian Tn.R menanyakan tentang yang lainnya tapi dr.T tidak menjawab. Tn.R karena segan
akhirnya tidak menanyakan obatnya apa saja, harus dibeli semua atau tidak, dan harganya
berapa. Kemudian Tn.R membeli obat di apotek sebelah praktek dr.T, membayar obat habis 500
rb, karena kaget tn.R bertanya isi obatnya apa saja. Kemudian apotekernya hanya menjawab itu
obat khusus dari dokter dan diminum saja sesuai aturan. Sejak saat itu pasien penasaran ingin
mencari tau isi obat mahal itu, kemudian pasien membuka salah 1 kertas pembungkus obat
tersebut, ternyata tulisannya adalah supergreen food yang merupakan suplemen makanan dari
suatu produk MLM. Karena merasa ditipu oleh dr.T,kemudian tn.R pindah ke dr.A. Sewaktu
berbincang bincang dengan dr.A, dr.A membenarkan pernyataan Tn.R. dr. R membicarakan dr.T
kalau sering menjadi member obat MLM, dan suka meminta fee dari perusahaan farmasi lebih
besar karena persaingannya dengan produk MLM. dr.A juga menceritakan dr.T suka
memberikan obat yang mahal-mahal yang hanya isinya suplemen saja kepada pasiennya. . 2.
Pembahasan a. Klarifikasi Kata Kunci dr.T mendapatkan fee karena sudah memakai banyak
produk obat farmasi X yang ditulis di resep pasien Tn.R datang dengan keluhan gringgingan
dan sudah membawa hasil laboraturium dr.T hanya memberikan penjelasan kalau gulanya
naik sedikit,kemudian ditanya lagi dr.R diam saja dr.R tidak memberikan penjelasan tentang
obat yang ditulis di resep dr.R meminta pasien untuk membeli obat tersebut di apotek sebelah
prakteknya Obat yang ditulis di resep pasien tersebut adalah obat MLM yang belum diketahui
pasien Tn.R pindah ke dr.A, dr.A membicarakan kebiasaan dr.T kepada Tn.R b. Kaidah dasar
Bioetik terkait dalam skenario Beneficence Meminimalisasi akibat buruk Non Malficence
memandang pasien hanya sebagai objek Justice Tidak bisa ditentukan karena tidak ada
2 atau lebih hal yang bisa dibandingkan. Autonomy Tidak Melaksanakan Informed Concent
3. Kewajiban Umum a. Pasal 1 (KODEKI,2002) Setiap dokter harus menjunjung tinggi,
menghayati dan mengamalkan sumpah dokter b. Pasal 2 Seorang dokter harus senantiasa
berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standart profesi yang tertinggi c. Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh
sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi. Penjelasan:
Pelaksanaan profesi kedokteran tidak ditujukan untuk memperoleh keuntungan pribadi, tetapi
lebih didasari sikap perikemanusiaan dan mengutamakan kepentingan pasien. Perbuatan berikut
yang dipandang bertentangan dengan etik: 1) Secara sendiri atau bersama-sama menerapkan
pengetahuan dan keterampilan kedokteran dalam segala bentuk 2) Menerima imbalan selain
daripada yang layak, sesuai dengan jasanya kecuali dengan keihklasan dan pengetahuan dan
atau kehendak pasien 3) Membuat ikatan atau menerima imbalan dari perusahaan farmasi/obat ,
perusahaan alat kesehatan/kedokteran atau badan lain yang dapat mempengaruhi pekerjaan
dokter 4) Melibatkan diri secara langsung atau tidak langsung untuk mempromosikan obat,alat
atau bahan lain guna kepentingan dan keuntungan pribadi dokter. Hal-hal yang dilarang sesuai
kasus berdasarkan KODEKI,2002 : 1) Menjual contoh obat (free sample) yang diterima cuma-
cuma dari perusahaan farmasi 2) Menjuruskan pasien untuk membeli obat tertentu karena dokter
yang bersangkutan telah menerima komisi dari perusahaan farmasi tertentu d. Pasal 7a Seorang
dokter harus dalam setiap praktek medisnya, memberikan pelayanan medis yang kompeten
dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan
penghormatan atas martabat manusia e. Pasal 7b Seorang dokter harus bersikap jujur dalam
berhubungan dengan pasien dan sejawatnya dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya
yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan
penipuan atau penggelapan, dalam menangani pasien f. Pasal 7c Seorang dokter harus
menghormati hak-hak pasien, sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus
menjaga kepercayaan pasien 4. Kewajiban Dokter Teman Sejawat a. Pasal 1 (KODEKI,
2002) Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.
Saya akan memperlakukan teman sejawat saya seperti saudara kandung Saya akan menaati
dan mengamalkan Kode Etik b. Pasal 14 (KODEKI, 2002) Setiap dokter memperlakukan teman
sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan Seseorang yang telah kehilangan
kepercayaan pada seorang dokter, tidak dapat dipaksa untuk kembali mempercayainya. Sangat
tercela, bila mengganti obat dari dokter pertama dan mencela pengobatan dokter pertama
dihadapan pasien. Penggantian atau penghentian obat dapat dilakukan bila yakin bahwa
pengobatan dari dokter pertama memang keliru, menimbulkan efek samping atau tidak
diperlakukan lagi dan bijaksana jika dasarnya dikemukakan. c. Pasal 15 (KODEKI,2004) Setiap
dokter tidak mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan persetujuan atau
berdasarkan prosedur yang etis. Secara etik seharusnya bila seorang dokter didatangi oleh
seorang pasien yang diketahui telah ditangani oleh dokter lain, maka ia segera memberitahu
dokter yang sebelumnya terlebih dahulu melayani pasien tersebut. Hubungan dokter pasien
terputus bila pasien memutuskan hubungan tersebut. Dalam hal ini dokter yang bersangkutan
seyogyanya tetap memperhartikan kesehatan pasien yang bersangkutan sampai dengan saat
pasien telah ditangani oleh dokter lain. 5. Kewajiban Dokter Pasien a. Pasal 1 (KODEKI,
2002) Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.
Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien, dengan memperhatikan kepentingan
masyarakat. Dalam pengertian ini tidak berarti bahwa kepentingan individu pasien
dikorbankan demi kepentingan masyarakat tetapi harus ada keseimbangan pertimbangan antara
keduanya. b. Pasal 51a Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standart profesi dan
standart prosedur kebutuhan medis pasien 6. a. Hak Pasien menurut UU RI Nomor 36 Tahun
2009 Tentang Kesehatan 1) Pasal 5, ayat 1 Setiap orang berhak dalam memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau. 2) Pasal 8 Setiap orang berhak memperoleh
informasi tentang data kesehatan termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang
akan diterima dari tenaga kesehatan. b. Hak Pasien menurut UU RI No.29 tahun 2004 tentang
praktik kedokteran 1) Pasal 52 a. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan
medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) b. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain c.
Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan media d. Menolak tindakan medis c. Kendali
Mutu dan Biaya 1) Pasal 1 Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik
kedokteran atau kedokteran gigi wajib menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya. 7.
Kesepakatan Bersama Etika Promosi Obat a. GP Farmasi Indonesia dan IDI mewajibkan seluruh
elemen pelaku usaha farmasi indonesia yang bergabung dalam GP Farmasi Indonesia dan
kalangan profesi kedokteran yang bergabung dalam IDI menerapkan secara konsekuen
pelaksanaan Etika Promosi Obat dengan penuh tanggungjawab. Poin etika promosi obat dan
kesepahaman yang dimaksud adalah: 1) Seorang dokter dalam melakukan pekerjaan
kedokterannya tidak dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan
kemandirian profesi. Kaitannya dengan promosi obat adalah dokter dilarang menjuruskan pasien
untuk membeli obat tertentu karena dokter tersebut telah menerima komisi dari perusahaan
farmasi tertentu. 2) Dalam hal pemberian donasi kepada profesi kedokteran, perusahaan farmasi
tidak boleh menawarkan hadiah/penghargaan ,insentif, donasi, financial dalam bentuk lain
sejenis, yang dikaitkan dengan penulisan resep atau anjuran penggunaan obat/produk
perusahaan tertentu 3) Pemberian donasi dan atau hadiah dari perusahaan farmasi hanya
diperbolehkan untuk organisasi profesi kedokteran dan tidak diberikan kepada dokter secara
individual b. GP farmasi Indonesia dan IDI meminta kepada Pemerintah dan masyarakat untuk
mengawasi dan memberikan informasi kepada GP Farmasi dan IDI setiap ada penyimpangan
dan pelanggaran atas kesepakatan bersama ini. Untuk tindak lanjut terhadap informasi yang
masuk, GP farmasi dan IDI sepakat membentuk tim khusus c. GP Farmasi dan IDI meminta
kepada DEPKES RI dan konsil kedokteran indonesia untuk mengambil bagian dalam pembinaan
dan pengawasan kepada para pelaku usaha farmasi maupun anggota IDI yang mengabaikan
kesepakatan ini 8. Pelanggaran Disiplin Kedokteran Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
Indonesia (UU No.29 tahun 2004 tentang praktik Kedokteran) a. Pasal 64 Majelis Kehormatan
Disiplin Kedokteran Indonesia bertugas: 1) Menerima pengaduan, memeriksa, dan memutuskan
kasus pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi yang diajukan dan 2) Menyusun pedoman dan
tata cara penanganan kasus pelanggaran disiplin dokter atau dokter gigi. Pengaduan b. Pasal 66
1) Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas tindakan dokter atau
dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukan secara tertulis kepada
Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia. 2) Pengaduan sekurang-kurangnya
harus memuat: a) identitas pengadu; b) nama dan alamat tempat praktik dokter atau dokter gigi
dan waktu tindakan dilakukan; dan c) alasan pengaduan. 3) Pengaduan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) tidak menghilangkan hak setiap orang untuk melaporkan adanya
dugaan tindak pidana kepada pihak yang berwenang dan/atau menggugat kerugian perdata ke
pengadilan. Pemeriksaan c. Pasal 67 Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia
memeriksa dan memberikan keputusan terhadap pengaduan yang berkaitan dengan disiplin
dokter dan dokter gigi. d. Pasal 68 Apabila dalam pemeriksaan ditemukan pelanggaran etika,
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia meneruskan pengaduan pada organisasi
profesi. Keputusan e. Pasal 69 1) Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia
mengikat dokter, dokter gigi, dan Konsil Kedokteran Indonesia. 2) Keputusan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat berupa dinyatakan tidak bersalah atau pemberian sanksi disiplin.
3) Sanksi disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa: a) pemberian peringatan
tertulis; b) rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin praktik; dan/atau c)
kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan kedokteran atau
kedokteran gigi. Pengaturan Lebih Lanjut f. Pasal 70 Ketentuan lebih lanjut mengenai
pelaksanaan fungsi dan tugas Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia, tata cara
penanganan kasus, tata cara pengaduan, dan tata cara pemrriksaan serta pemberian keputusan
diatur dengan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia. g. Pasal 83 1) Pengaduan atas adanya
dugaan pelanggaran disiplin pada saat belum terbentuknya Majelis Kehormatan Disiplin
Kedokteran Indonesia ditangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi di Tingkat Pertama dan
Menteri pada Tingkat Banding. 2) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Menteri dalam
menangani pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membentuk Tim yang terdiri dari
unsur-unsur profesi untuk memberikan pertimbangan. 3) Putusan berdasarkan pertimbangan
Tim dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi atau Menteri sesuai dengan fungsi dan
tugasnya. 1. Solusi Seorang dokter sebaiknya bisa memahami, mengkhayati dan mengamalkan
konsep dasar bioetik serta memahami kewajiban dan hak dokter terhadap pasien dan teman
sejawat, serta non sejawat terkait perusahaan farmasi (promosi obat).

Anda mungkin juga menyukai