Anda di halaman 1dari 8

Cerpen oleh Taufiq Al-Hakim

Judul buku : KALA SETAN BERTOBAT

Lonceng-lonceng gereja gemerincing menyambut Hari Raya Natal. Suaranya merambati seluruh penjuru
negeri Roma bagai Roh Kudus mengalir di tubuh para pendeta. Saat itu, sesosok asing berjalan
membelah kota menuju Vatikan. Ia menajamkan pendengarannya menguping lantunan-lantunan Injil ;
Sang Perawan hamil dan melahirkan seorang Putra. Ia menamai putranya Yesus, karena sang Putra telah
merelakan dirinya menjadi penebus dosa kesalahan umatnya.

Suara organ mengalun dibawa semilir menusuk-nusuk telinga sosok asing itu. Nada-nada yang mengalun
mengiringi Rosario Al-Masih karya Handel dan Rosario Natal karya Johan Sebastian, ayat-ayat musik
spiritual. Semuanya menuankan Isa yang telah datang membawa cinta pada umat manusia yang telah
dipenuhi keakuan. Cinta yang menyucikan kemanusiaan dari dosa-dosa.

Pada jeda berikut, lantunan Injil itu sampai pada penggal paragraph : Iblis berkata kepada Yesus, Jika
Engkau anak Tuhan, coba katakan pada batu ini agar dia menjadi roti! Yesus menjawab, Manusia tidak
hidup hanya dengan roti, tetapi dengan setiap kata yang keluar dari mulut Tuhan Iblis membawa Yesus
ke atas gunung yang tinggi, lalu memperlihatkan semesta kerajaan dunia berikut keindahannya kepada
Yesus. Kemudian Iblis berkata, Aku akan memberikan semua ini kepadamu jika engkau mau bersujud
kepadaku. Yesus berkata kepada Iblis, Enyahlah kau, hai setan! Sungguh, sudah termaktub bahwa
engkau mesti bersujud kepada Tuhanmu, hanya kepada Dia engkau mesti menghamba.

Mendengar lantunan itu, si sosok asing gemetar. Di relung jiwanya ia menjerit-jerit, O, andai saja saat
itu aku menurutinya!.

Si sosok asing sampai di sebuah kuil seorang Romo dan langsung minta izin untuk menghadap. Baginya,
menempuh jalan ini bukan hal yang mudah. Dalam sorot matanya tergambar semacam kekuatan yang
sangat dahsyat dan urusan yang tidak bisa ditolak, tidak seorang pun yang bisa menghalang-halangi
jalannya, tidak para pendeta, tidak juga para cardinal.

Tiba-tiba pintu gereja terbuka, sosok asing itu segera masuk sambil menunduk khusyuk. Ia langsung
menuju ruangan kepala gereja.

Sang Romo menajamkan tatapannya kepada sosok asing yang tampak dalam rupa seorang lelaki itu.

Engkau!? Tanya sang Romo sambil menggigil.

Ya. Aku!

Apa yang kau inginkan dariku ?

Memasuki dermaga iman.

Apa katamu, hai yang terkutuk ?


Kata-kata itu terucap lebih serupa bisikan dari sang Romo yang tenggelam dalam keheranan dan
kebingungan. Namun, si sosok asing itu cepat-cepat berkata dengan suara meyakinkan dan penuh
ketulusan, Aku tidak mau lagi mendapat sebutan ini. Aku datang kepadamu untuk bertobat. O, celaka
aku jika engkau menganggapku main-main, atau engkau meragukan ucapanku. Segala sesuatu pasti
memiliki akhir. Dan aku, suatu hari nanti mesti melihat kebenaran dan kembali kepada kebaikan, aku
merindukan pelukan Allah. Aku ingin berhenti dari pertempuran panjang yang tidak berharga ini serta
menghindari dosa dan pembangkangan. Aku sudah muak dengan hidangan kejelekan. Aku ingin
mencicipi makanan kebaikan. Ya. Silakan kalian lakukan apa yang kalian inginkan dariku. Siksalah aku
dengan siksa yang paling pedih. Timpakan berbagai hukuman kepadaku, hukuman yang paling berat!
Tetapi, demi Tuhan langit, kalian jangan menghalang-halangi aku untuk sesaat saja mencicipi kebaikan.
Bagaimana rasanya sesuatu yang terus-terusan kalian miliki dan kalian tahan dariku!.

Aku sudah hidup sejak azali! Sudah lama sekali diriku takabur dan besar kepala. Sudah lama sekali diriku
sombong. Sudah lama sekali aku berkata, Dalam genggamanku ada segala-galanya. Aku merasa cukup
dengan diriku sendiri, tidak butuh sesuatu yang bukan milikku dan milik orang-orang yang mengikutiku
dalam kerajaanku. Sungguh, setiap manusia pasti pernah mengikutiku, meski hanya sejenak. Gembalaku
ada di setiap tempat bahkan di antara dinding-dinding gereja ini, di antara para pendeta dan salib-salib
itu. Tetapi apalah arti semua itu jika aku harus terus berada dalam wilayah terlarang. Demi Tuhan kalian,
selamatkanlah aku! Cicipkanlah kebaikan kepadaku, sekali saja! Setelah itu, boleh kalian lemparkan aku
ke Jahanam!

Aku sudah menyarungkan pedangku dan menyingkirkan seluruh muslihatku. Aku hanya ingin menjadi
seorang yang beriman. Inilah yang menjadi keinginanku saat ini, menjadi salah seorang di antara kaum
mukmin yang baik. Menjadi bagian di antara mereka yang pergi ke gereja, bersujud kepada Tuhan sambil
terus membaca Injil serta berbahagia dengan hari kelahiran Yesus! Aku ingin menjadi bagian dari mereka
yang selalu mewiridkan ucapan-ucapan Yesus dan meneladani tindakannya!

Wahai tuan pendeta! Wahai wakil Yesus! Aku datang membungkuk di kedua kaki mu agar tuan mau
menerimaku dengan tangan terbuka, agar tuan bersedia membaptisku. Tuan akan melihatku sebagai
anak gereja yang setia dan tulus.

Betapa terperanjatnya sang Romo mendengar pernyataan sosok asing itu. Hampir saja dia terjatuh dari
kursinya.

Engkau? Engkau , Iblis, sekarang hendak memeluk agama ?

Kenapa tidak? Bukankah dalam kalam Yesus ada ungkapan, Sesungguhnya Tuhan lebih senang kepada
seseorang yang berbuat dosa dan kemudian bertobat daripada kepada sembilan puluh sembilan orang
suci yang tidak memerlukan tobat. Apakah Yesus membeda-bedakan seseorang dengan yang lainnya?
Bukankah di hadapan ampunan semua orang sama? Kenapa kalian menutup pintu tobat untukku?
Sungguh, aku hendak tobat! Masukkan aku dalam agama kalian! Dengarkanlah iman yang bergelora
dalam hatiku ini!
Sang pendeta kebingungan, kalut dan menggigil. Seolah-olah berkata kepada diri sendiri sang pendeta
kemudian berteriak, Tidak! Tidak! Aku tidak kuasa menghadapi masalah ini!

Sayup-sayup suara organ gubahan Palestrina terus mengalun melantunkan senandung Peter Marcellus,
membawa terbang imaji sang Roma ke ufuk renung. Jika Iblis beriman, lalusetelah hari ini, dimana
letak keagungan gereja? Akan jadi apa Vatikan berikut karya dan berbagai peninggalan keagamaannya
yang agung? Semuanya akan menjadi kehilangan makna, gaungnya akan sirna dan sama sekali tak
berarti. Bagaimana pula dengan Sixtine berhias lukisan-lukisan Michael Angelo tentang dosa Hawa,
tentang para nabi, angin topan dan hari perhitungan terakhir? Lalu panel-panel dan dinding ruangan itu,
yang berhias sentuhan kuas Rafael, yang mengisahkan tentang Allah mencipta cahaya, keluar dari
Firdaus dan pembaptisan Yesus !?

Sungguh, Iblis merupakan sasaran utama Kitab Suci Perjanjian Lama, pun Perjanjian Baru. Bagaimana
Iblis bisa dihapus dari keberadaannya tanpa penghapusan seluruh citraan itu, juga makna dan
peperangan-peperangan yang menyemarakkan hati orang-orang mukmin dan memantik imaji mereka!?
Apa makna Hari Perhitungan jika keburukan dihapus dari muka bumi? Apakah pengikut-pengikut setan
sebelum dia beriman akan diadili? Apakah keburukan-keburukan mereka akan dihapus begitu saja jika
tobat Iblis diterima? Kemudian apa jadinya dunia jika telah kosong dari keburukan? Padahal peperangan
ini yang telah membawa Kristen Eropa menjadi pemimpin manusia, peperangan melawan keburukan?
Dan pergulatan batin itu? Juga pergolakan spiritual dan material yang perselisihannya telah menyalakan
percik pemikiran dan fajar ilmu?

Tidak! Masalah ini terlalu beresiko. Bukan hak seorang Romo seperti diriku untuk memisahkan ini.
Menghancurkan dan memisahkan keburukan dari dunia akan menimbulkan ledakan yang tak
terbayangkan.

Sang Romo mengangkat kepalanya, lalu berpaling menatap Iblis dengan berat hati.

Kenapa engkau datang kepadaku, bukan kepada yang lain? Kenapa engkau memilih agama Kristen, tidak
agama yang lain?

Hari Raya Natal yang telah menyadarkan dan mengilhami ku.

Sekarang dengarkan, haiAh, aku tidak tahu lagi bagaimana harus memanggilmu. Tidakkah kau lihat?
Nama mu saja akan menimbulkan masalah jika engkau bertobat. Tidak! Gereja menolak permintaan mu.
Pergilah ke agama lain, terserah engkau mau masuk agama apa!

Iblis pun pergi meninggalkan Sang Bapa.

***

Iblis keluar dari Vatikan dalam keluh dan terhina. Namun ia tak kehilangan harapan. Pintu Tuhan sangat
banyak. Ia masih dapat mendatangi pintu yang lain.
Iblis mendatangi seorang Rabbi Yahudi. Sang Rabbi petinggi Israel itu menerimanya seperti petinggi
Kristen. Sang Rabbi Yahudi lama mendengarkan Iblis berbicara tentang angan-angannya.

Sambil menatap Iblis, Sang Rabbi kemudian berujar,Engkau ingin menjadi seorang Yahudi?

Aku ingin sampai kepada Allah.

Sang Rabbi merenung cukup lama, Jika Allah mengampuni Iblis dan melenyapkan keburukan dari bumi,
lalu dalam hal apa satu bangsa dipilih atas bangsa lain? Bani Israel adalah umat Allah yang terpilih.
Setelah Iblis tobat, tidak akan ada lagi keistimewaan orang Yahudi di atas bangsa yang lain. Bangsa
Yahudi tidak akan lagi lebih unggul daripada ras yang lain. Dominasi ekonomi yang selama ini terus
dipegang oleh Yahudi akan hilang begitu saja dengan hilangnya kejelekan dari jiwa manusia, dengan
lenyapnya kerakusan, dengan matinya ketamakan dan sirnanya egoisme. Keimanan Iblis akan
merontokkan superiotas Yahudi. Ia akan merobohkan kehebatan Bani Israel.

Pendeta Yahudi ini mengangkat kepalanya. Dengan nada sinis ia berkata, Bukan kebiasaan kami
melakukan tabsyir (membujuk orang lain agar menganut agamanya). Kami tidak merasa butuh orang lain
masuk ke dalam agama kami, sekalipun Iblis. Silahkan cari agama lain!

***

Iblis pergi dari hadapan Sang Rabbi dalam keadaan sedih dan kecewa. Namun, Iblis tidak putus asa. Di
hadapannya masih terbuka lebar satu pintu lagi, yaitu agama Islam.

Iblis datang menemui Syaikh Al-Azhar. Syaikh menyambutnya dengan baik. Ia menyimak setiap ucap dan
tujuan yang dikemukakan Iblis kepadanya. Sang Syaikh menatap Iblis seraya berkata, Iblis mau
beriman!? Amal yang sangat bagus. Tapi!

Kenapa? kata Iblis, Bukankah hak manusia masuk ke dalam agama Allah secara berbondong-
bondong? Bukankah Allah telah berfirman dalam Kitab-Nya yang mulia:

Bertasbihlah engkau dengan memuji Tuhanmu dan mintalah ampunan kepada-Nya. Sesungguhnya Dia
Maha Penerima Tobat? Kini, aku bertasbih memuji-Nya dan meminta ampun kepada-Nya. Aku ingin
masuk dalam agama-Nya dengan suka rela. Jika aku sudah Islam dan keislamanku bagus, aku akan
menjadi teladan paling baik bagi mereka yang diberi petunjuk.

Sang Syaikh merenungkan berbagai dampak yang akan terjadi. Jika setan masuk Islam, bagaimana Al-
Quran akan dibaca. Apakah manusia akan mengabaikan audzu billah min asy-syaitan ar-rajim dalam
membaca Al-Quran ? jika kalimat ini sudah diabaikan, akan banyak ayat Al-Quran yang diabaikan.
Padahal, melaknat setan, menghindari tindakan, muslihat dan bisikan setan merupakan bagian besar
yang ditekankan dalam Al-Quran. Bagaimana bisa keIslaman setan diterima tanpa mengancam keajegan
Islam.
Sang Syaikh mengangkat kepala, menatap Iblis dan berkata, Engkau datang kepadaku untuk sesuatu
yang tidak dapat kuhadapi. Masalah ini di luar kuasaku, di atas kewenanganku. Apa yang engkau cari
tidak ada padaku. Bukan aku yang mestinya kau datangi untuk permasalahan ini.

Lalu, kepada siapa lagi aku harus menghadap? Bukankah kalian ini para penghulu agama? Lalu,
bagaimana aku akan sampai kepada Allah? Bukankah seperti itu yang biasa dilakukan orang yang mau
mendekat kepada Allah?

Memang seperti itu. Namun engkau tidak seperti yang lain.

Kenapa? Aku tidak bermaksud membedakan diriku dari yang lain. Aku memang mampu langsung naik
ke langit tinggi untuk berbicara dengan malaikat dan bertemu para nabi, tetapi aku tidak akan
menggunakan kekuatanku itu, tidak juga aku berhasrat untuk sombong diri dengan kesaktianku. Aku
tidak hendak mengetuk pintu langit dengan tongkat kuasa seperti yang dilakukan para malaikat. Aku
tidak bermaksud menggetarkan langit dengan kebisinganku dan mengguncang alam luhur dengan
teriakanku. Aku akan menyarungkan pedangku dan menyerahkan senjataku. Aku akan tunduk seperti
mahkota tunduk kepada pemakainya. Aku bermaksud masuk ke dalam agama ini seperti seorang miskin.
Aku akan melumuri kekuasaanku dengan tanah kehinaan. Aku akan mencari petunjuk dan ampunan di
gereja-gereja, di kuil-kuil dan di masjid-masjid, layaknya seorang hamba paling lemah dan hina.

Sang Syaikh menundukkan kepalanya sejenak. Ia mengusap-usap jenggotnya yang lebat. Kemudian
Syaikh berkata, Niat yang baik. Tidak diragukan lagi. Namun, walaupun begitu, aku tegaskan kembali
bahwa tugasku hanya menjaga keluhuran Islam dan kebesaran Al-Azhar. Bukan hak ku mencampuri
urusan mu.

Ya, kalau begitu, terima kasih!

***

Kata-kata tersebut diucapkan oleh Iblis dengan penuh kelesuan dan rasa kecewa. Iblis pergi membawa
diri yang diluapin keputusasaan. Dia menyususri jalanan bumi tanpa arah. Saat melihat keluguan anak-
anak kecil, hatinya tersayat kerinduan kepada setiap hal yang suci dan murni. Setiap kali melihat amal-
amal baik yang dilakukan oleh manusia, semakin bertambah pula kerinduan Iblis pada kebaikan. Dia
mengintip buah kesalihan, ketakwaan dan keimanan yang meresap di hati kaum Mukmin terpilih.
Semuanya bagai tersimpan di etalase. Iblis mengulurkan tangannya untuk meraih semua itu, tetapi
tangannya terlalu pendek dan lemah. Dia memandanginya dengan tatapan mabuk-kepayang. Terpenjara
dari kebaikan merupakan petaka terbesar yang menimpa setan.

Tiba-tiba Iblis menjerit pilu, lengkingnya menghempas awan menembus langit. Iblis tak tahan menahan
sabar. Dia menggelepar-gelepar seperti orang yang sedang sekarat. Kemudian dia melesat ke alam luhur.

Dengan kedua tangannya dia mengetuk pintu-pintu langit dan berupaya menembus buruj-buruj nya.
Kewarasan dan kesadaran Iblis telah hilang. Ia ibarat peminta-minta di bulan Ramadhan yang sedang
berpuasa. Ia mengetuk setiap pintu rumah siapa saja demi sesuap nasi untuk berbuka. Tiba-tiba muncul
Jibril.
Apa yang kau inginkan?

Bertobat!

Sekarang?

Memangnya aku datang terlambat?

Justru terlalu dini. Saat ini bukan waktunya engkau mengubah sistem yang telah dipatok itu. Belum
saatnya engkau membalik ketetapan yang telah dipastikan. Sudah, sekarang kembalilah, jalani saja
kehidupan biasa mu di muka bumi!

Ah, engkau tidak ada bedanya dengan yang lain! Aku tidak akan kembali. Cicipkanlah kebaikan
kepadaku!

Kebaikan itu diharamkan bagimu. Sudah, sana! Jangan coba-coba menjulurkan tangan mu padanya!

Pohon yang diharamkan? tanya Iblis.

Untuk mu, ya. Dan engkau tidak akan menemukan apa pun yang dapat membantu mu menolak
keputusan ini. Lain hal nya dahulu ketika engkau mendapati Hawa untuk membantu mu, ketika Hawa
membawa Adam mencicipi pohon sial itu.

Tidak adakah rahmat dan maghfirah di sana?

Rahmat dan maghfirah itu tidak bisa melanggar tatanan penciptaan.

Aku makhluk yang paling hina, tidak berguna. Apa untungnya kehadiranku di bumi?

Betul, kau makhluk paling hina. Namun, ketidakhadiranmu di muka bumi akan meruntuhkan tiang-
tiang, mengguncang benteng-benteng, menghancurkan wajah-wajah, mencampur-adukkan bentuk,
memupus warna-warna dan meluluh-lantakkan kepribadian (watak). Keluhuran tidak akan bernilai sama
sekali tanpa ada kehinaan. Kebenaran tidak akan bernilai tanpa kebatilan, tidak juga kesucian tanpa najis.
Tak ada artinya putih tanpa hitam. Tak ada cahaya tanpa kegelapan. Bahkan tak ada kebaikan tanpa
keburukan. Manusia tidak akan mampu melihat cahaya Allah selain dari sela-sela kegelapanmu!
Keberadaanmu merupakan keniscayaan di muka bumi, selama bumi masih tetap menjadi hamparan bagi
sifat-sifat mulia yang dikirimkan oleh Allah kepada umat manusia!

Jadi, keberadaanku niscaya untuk adanya kebaikan itu sendiri?! Diriku yang pekat ini mesti senantiasa
seperti ini untuk memantulkan cahaya Allah! Kalau begitu, aku akan rela menerima nasibku yang
terkutuk ini demi keabadian kebaikan. Tapi, apakah kebencian akan terus melekat padaku dan namaku
senantiasa terlaknat, meski niat yang baik dan tujuan mulia telah merasuki hatiku ?

Ya. Engkau mesti senantiasa dilaknat, sampai pada akhir zaman. Jika laknat sirna darimu, segala sesuatu
akan ikut sirna.
Duh, Tuhanku, maafkanlah aku! Kenapa aku harus menanggung beban yang begitu berat? Kenapa aku
mendapat putusan yang begitu membebani? Kenapa saat ini Engkau tidak menjadikanku seorang
malaikat yang begitu mudah meraih cinta-Mu dan cahaya-Mu, yang karena cinta itu ia diberi pahala
kelembutan dari-Mu dan pujian dari manusia? Padahal aku akan mencintai-Mu dengan cinta tiada tara
tiada banding. Cinta yang membuat diriku rela melakukan pengorbanan yang bahkan tidak dimiliki para
malaikat, tidak juga dikenal manusia. Cinta yang membuatku rela berselendang maksiat kepada-Mu, rela
tampak dalam pakaian durhaka kepada-Mu. Cinta yang tidak memberi kesempatan kepadaku, bahkan
untuk sekadar kemuliaan mengaku cinta kepada-Mu, apalagi berbahagia dengan meraihnya. Cinta yang
jika disembunyikan oleh para ahli ibadah, dada mereka akan penuh cahaya. Dan aku
menyembunyikannya, tetapi cahayanya menolak bahkan untuk sekadar mendekati dadaku.

Iblis menangis tersedu-sedu. Air matanya berjatuhan menimpa bumi. Tidak berupa tetes-tetes air, tetapi
kepingan-kepingan meteor dan bebatuan luar angkasa.

Jibril gelagapan dan segera menghentikan tangis iblis, Sudah! Cukup! Air matamu bercucuran tidak
seperti air mata, berjatuhan di atas kepala para hamba.

Seketika iblis berhenti menangis. Sambil merasakan rasa sakitnya, dan seolah-olah berkata kepada
dirinya sendiri, dia berkata, Ya. Bahkan air mataku pun menjadi malapetaka.

Iblis menyeka air matanya yang membeku. Jibril pun berkata lembut kepadanya, Embanlah nasibmu
dan laksanakan kewajibanmu! Teruskan tugasmu! Engkau jangan jemu-jemu, tidak boleh sedih, dan tidak
boleh memberontak!

Memberontak? Jika aku mau memberontak, tentu aku akan memberontak, akan membangkang, akan
keluar dari sistem. Aku akan mematahkan tongkat kesetiaan dengan kebungkamanku sejenak, dengan
sekejap saja berhenti melaksanakan tugas, dengan sesaat saja tidak menghembuskan keburukan. Dan
bumi, wahai Jibril, akan segera menjadi seperti yang kau sebutkan: tiang-tiangnya akan rubuh dan
benteng-bentengnya akan goncang. Tetapi, aku mencinta, bukan memberontakdan cintaku kepada
Allah merupakan rahasia kekukuhan bangunan bumi-Nya! Rahasia keteraturan tatanan dan sistemnya!

Dengarkan nasehatku! Kembalilah kepada aktivitas biasamu.

Aku kembali mengenakan jubah laknat, tanpa tahu kapan aku bisa menanggalkannya? Para pemeran di
muka bumi biasanya mengalami masa-masa pengkhianatan dan pengingkaran. Tetapi, mereka tahu ada
saat untuk melepaskan diri dari semua itu serta kembali menjadi mulia dan suci. Kesempatan mulia ini
telah diberikan kepada mereka. Sedangkan aku?

Turunlah ke bumi dan tabahlah! Barangsiapa mencinta, ia harus tabah!

Aku berusaha lebih tabah. Sungguh, siapa saja yang mati dalam pertempuran karena Allah, dicatat
sebagai bagian dari para syahid . Dan aku akan tabah di jalan-Nya lebih dari sekadar satu kematian. O,
andai saja ada pertempuranandai saja ada kematianandai saja aku bagian dari balatentara yang mati.
Aku mesti hidup untuk melawan yang kucinta! Setiap saat aku membuat diriku dibenci dan dikutuk
berkali-kaliaku tidak bisa matisampai aku membunuh diriku sendiri, atau aku melemparkannya dalam
peperangan di jalan Allah! Tetapi, aku tinggal dalam rerumpun kebencian dan pertempuran-
pertempuran kemarahan yang lebih buruk dari sekadar terbunuh, bahkan tanpa bisa melihat kasih, tak
bisa menatap ampunan, tak jua bisa rakus menempuh jalan para pejuang.

Jibril menatap rembesan air mata di kedua mata Iblis, lalu segera menghiburnya, Sudahlah, jangan
menangis! Engkau jangan lupa bahwa tetes air matamu merupakan malapetaka. Derai tawa mu juga
bencana! Jangan terlalu perasa, kasihan kepada manusia! Pergilah, bersabarlah dan tegarlah menjalani
takdir mu!

Iblis menundukkan kepalanya, merenung cukup lama. Kemudian dia bergerak dan bergumam, Engkau
benar!

***

Iblis meninggalkan langit sambil menunduk. Ia turun ke bumi, pasrah. Tetapi, saat dia menerobos
angkasa, dari dadanya keluar keluh yang dalam, suaranya menggema pada gemintang dan benda-benda
angkasa. Pada saat yang sama, seakan-akan seluruh keluh itu menyatu dengan dirinya untuk melafalkan
teriakan yang gemuruh itu.

Aku syahid !...Aku syahid !

***

Anda mungkin juga menyukai