Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PKPA

DINKES KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT

PLASEBO DAN PREPARAT YANG DIGUNAKAN PADA VITAMIN B12

DISUSUN OLEH:

DIAN MEDINA PERMATASARI (90716309)

RIZA YULIA REZKI (90716333)

DEWI NUR AINI NAJIHA (90716336)

FAJRI ZAKIYYATU SAADAH (90716343)

SHELLA ULFA NURIZKA (90716360)

SUSI SUSILAWATI (90716371)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

T.A 2017/2018
Vitamin B12/ Cyanocobalamin

Bentuk molekul : Mikro molekuler/ molekul kecil


Kelompok : Nutraceutical
BM : 1.355,37 g/mol
Struktur :

Gambar 1.1 Struktur Vitamin B12

Deskripsi :
Cyanocobalamin (biasa disebut vitamin B12) adalah bentuk kimia kompleks dari seluruh vitamin.
Struktur Cyanocobalamin terbentuk berdasarkan cincin corrin, yang memiliki bentuk yang sama dengan
cicin porphyrin yang ditemukan di heme (darah), klorofil, dan sitokrom yang memilki cicin phyrole yang
terikat langsung. Inti ion metalnya yaitu. Cyanocobalamin tidak dapat dibentuk dari tumbuhan atau
hewan, kecuali tipe organisme yang memiliki enzim yang dapat mensistesis cyanocobalamin adalah
bakteri dan archea. Tanaman tinggi tidak memiki kandungan konsentrasi cyanocobalamin dari tanah bila
dibandingkan dengan sel-sel hewan. Cyanocobalamin alaminya ditemukan di dalam makanan yang
mengandung daging (terutama hati dan kerang), telur dan produk susu.

Mekanisme Kerja :
Mekanisme kerja vitamin B12 sangat rumit dan unik. Di dalam sekresi gaster terdapat enzim
transferase yang disebut factor intrinsic (FI). FI mengikat vitamin B12 yang membuat vitamin resisten
terhadap serangan mikroba yang menghuni rongga usus. Dalam bentuk terikat FI vitamin B12 ditranspor
menembus mukosa usus. Di dalam rongga ileum ikatan FI-vitamin B12 membuat kompleks dengan Ca
dan Mg untuk kemudian diabsorbsi oleh dinding usus dan setelah menempel, vitamin B12 dilepaskan
lagi oleh liberating enzyme yang terdapat di dalam sekresi dinding usus. Vitamin B12 yang telah terlepas
kembali kemudian diserap menembus epithel dan masuk ke dalam mukosa usus halus. Mekanisme ini
hanya berlaku untuk hydroxo cobalamine dan cyanocobalamine, tidak berlaku bagi cobalamin derivate
lainnya (chlorocobalamine, nitrocobalamine dan thiocyanocobalamine).
Di dalam darah vitamin B12 ditranspor terkonjugasi pada globulin. Darah orang normal
mengandung vitamin B12 sebesar 200-900 g/ml sedang kapasitas transport maksimal adalah 500-11
g/ml sehingga pada keadaan normal terdapat kejenuhan 60% dari kapasitas maksimal.
Hanya sebagian kecil saja dari vitamin B12 yang terikat pada globulin itu diekskresikan melalui
ginjal ke dalam urin. Kadar vitamin B12 di dalam plasma darah tidak merefleksikan status gizi vitamin
B12 di dalam jaringan. Vitamin B12 yang melebihi kapasitas mengikat vitamin di dalam darah
diekskresikan dalam urin. Pada kondisi konsumsi fisiologis vitamin B12 terutama terdapat dalam cairan
empedu. Konsentrasinya dalam empedu terdapat sepuluh kali di dalam urin. Vitamin B12 terutama
ditimbun di dalam hati. Vitamin B12 yang terdapat di dalam cairam empedu ini berasal dari simpanan di
dalam hati tersebut. Vitamin B12 yang diekskresikan di dalam cairan empedu ini sebagian diserap
kembali di dalam usus halus, melalui lingkaran enterohepatik. Data menunjukkan bahwa cairan empedu
ini mengandung FI yang mendorong penyerapan kembali vitamin B12.

FORMULA VITAMIN B12


Nama Zat Fungsi
Vitamin B12 (100 mcg) Zat aktif
Manitol Eksipien (Pengisi)
Stearic acid Eksipien (Lubrikan)
Magnesium stearat Eksipien (Lubrikan)
Natural cherry flavour Flavour (Perisa)

A. MANITOL
a. Pemerian : Serbuk kristalin putih; atau granul yang mudah mengalir; tidak berbau; rasa manis
b. Fungsi : Pengisi tablet (konsentrasi 10-90% b/b). Manitol tidak higroskopis sehingga dapat
digunakan untuk zat aktif yang sensitif terhadap lembab. Dapat digunakan untuk metode kempa
langsung maupun granulasi basah, banyak digunakan sebagai pengisi tablet kunyah.
c. Kelarutan : 1 bagian larut dalam 5.5 bagian air pada suhu 20 oC, dan dalam 83 bagian etanol
95%; larut dalam basa; praktis tidak larut dalam eter.
d. Stabilitas : Stabil dalam bentuk kering maupun larutan. Harus disimpan dalam wadah tertutup
baik pada tempat sejuk dan kering.
e. Inkompatibilitas : menurunkan bioavailabilitas cimetidine

Manitol, D-manitol, merupakan alkohol gula yang terdapat pada banyak tanaman dan hewan.
Terdapat dalam jumlah kecil pada hampir setiap tumbuhan. Manitol merupakan isomer dengan
sorbitol, dengan perbedaan terletak pada dua polyols dalam orientasi planar pada gugus -OH pada
atom karbon kedua. Sorbitol higroskopis, sementara manitol tidak menyerap lembab, bahkan pada
kelembapan yang cukup tinggi. Manitol stabil dalam keadaan kering dan dalam larutan (Rowe et al.,
2009).

Gambar 1.2 Rumus bangun manitol

Manitol berupa serbuk putih, tidak berbau, kristalin atau berupa granul yang mudah mengalir.
Manitol memiliki rasa manis, kira-kira semanis glukosa, dan memberikan sensasi dingin dalam
mulut. Secara mikroskopik, manitol berbentuk jarum-jarum ortorombik ketika dikristalisasi dari
alkohol. Manitol juga menunjukkan polimorfisme (Rowe et al., 2009).

Manitol digunakan secara luas dalam formulasi farmasetik dan makanan. Dalam farmasi,
manitol sebagian besar digunakan sebagai pengisi (10-90% w/w) dalam formulasi tablet. Manitol
dapat digunakan pada teknik tabletasi langsung dimana manitol terdapat dalam bentuk granular
atau bentuk spray-dried, dan teknik granulasi basah (Rowe et al., 2009). Untuk tujuan terapetik,
manitol diberikan secara parenteral sebagai bahan diuretik osmotik, diagnostik untuk melihat
fungsi ginjal, bahan tambahan pada pengobatan gagal ginjal akut, dan untuk mengurangi tekanan
intacranial serta tekanan intraocular. Apabila diberikan secara oral, manitol tidak diabsorpsi secara
signifikan pada saluran cerna. Efek laksatif dapat terjadi apabila manitol digunakan secara oral
dalam jumlah besar (lebih dari 20 gram sehari harus mencantumkan label penggunaan yang
berlebihan dapat mengakibatkan efek laksatif). Penggunaan manitol secara oral sebagai eksipien
jarang mengakibatkan efek samping pada pasien (Rowe et al., 2009).

B. ASAM STEARAT
a. Sinonim : Acidum stearicum; cetylacetic acid; Crodacid; Cristal G; Cristal S; Dervacid; E570;
Edenor; Emersol; Extra AS; Extra P; Extra S; Extra ST; 1-heptadecanecarboxylic acid; Hystrene;
Industrene; Kortacid 1895; Pearl Steric; Pristerene; stereophanic acid; Tegostearic.
b. Rumus Molekul : C18H36O2
c. Titik Lebur : 69-70o C
d. Struktur :

Gambar 1.3 Struktur Asam Stearat

e. Pemerian : Keras, putih atau kuning samar, agak mengkilap, kristal padat atau bubuk putih ata
kekuningan, memiliki sedikit bau dan rasa lemak.
f. Fungsi : Lubrikan sediaan tablet (1-3 %)
g. Kelarutan : Sangat larut dalam benzen, karbon tetraklorida, kloroform dan eter. Larut dalam
etanol, heksana dan propilenglikol. Praktis tidak larut dalam air.
h. Stabilitas : Asam stearat merupakan bahan yang stabil, dapat ditambahkan antioksidan.
i. Inkompatibilitas : Asam stearat inkompatibilitas dengan sebagian besar logam hidroksida, zat
pereduksi, dan agen pengoksidasi.
j. Penyimpanan : Harus disimpan dalam wadah tertutup rapat di tempat sejuk dan kering.

C. MAGNESIUM STEARAT
a. Sinonim : Dibasic magnesium stearate; magnesium distearate; magnesii stearas; magnesium
octadecanoate; octadecanoic acid, magnesium salt; stearic acid, magnesium salt; Synpro 90.
b. Nama Kimia dan Nomor Registrasi CAS : Octadecanoic acid magnesium salt [557-04-0]
c. Rumus Empiris : C36H70MgO4
d. Rumus Struktur: [CH3(CH2)16COO]2Mg
e. Berat Molekul : 591.24 g/mol
f. Pemerian : serbuk halus, putih, diendapkan atau digiling, serbuk tak terukur dari kerapatan
curah (bulk density) yang rendah, memiliki bau yang samar dan rasa yang khas, berminyak saat
disentuh dan mudah menempel pada kulit.
g. Sifat Khas : Bentuk kristalin magnesium stearat memiliki kemurnian tinggi setelah diisolasi
sebagai trihidrat, dihidrat, dan anhidrat.
Densitas (bulk) : 0.159 g / cm3
Densitas (tapped) : 0.286 g / cm3
Densitas (true) : 1.092 g / cm3
Titik nyala : 2500 C
Flowability : Aliran yang buruk, kohesif
Titik leleh : 117-1500 C (sampel komersial); 126-1300 C (magnesium stearat
kemurnian tinggi).
Luas permukaan : 1.6-14.8 m2/g
Spektrum IR

Gambar 1.4 Spektrum IR Magnesium Stearat


h. Fungsi : digunakan pada kosmetik, makanan, dan formulasi farmasi sebagai lubrikan dalam
pembuatan kapsul dan tablet pada konsentrasi antara 0,25% dan 5% b/b.
i. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol, etanol (95%), eter dan air; Sedikit larut dalam
benzena hangat dan etanol hangat (95%).
j. Stabilitas : Magnesium stearat stabil dan harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat di
tempat sejuk dan kering.
k. Inkompatibilitas : Inkompabilitas dengan asam kuat, alkali, dan garam besi. Hindari
pencampuran dengan bahan pengoksidasi kuat. Magnesium stearat tidak dapat digunakan
dalam produk yang mengandung aspirin, sebagian vitamin, dan kebanyakan garam alkaloid.
l. Spesifikasi farmakope

Pengujian FJP XV PhEur 6.5 USP32-NF27


Identifikasi + + +
Karakter - + -
Batas mikroba + + +
3
- Mikroba aerob 1000 cfu/g 10 cfu/g 1000 cfu/g
- Jamur dan ragi 500 cfu/g 102 cfu/g 500 cfu/g
Asidisitas dan Alkalinitas + + +
Nilai asam dari asam lemak - 195-210 -
0
Titik beku - 53 C -
Nikel - 5 ppm -
Kadmium - 3 ppm -
Luas permukaan spesifik - - +
Kehilangan pada 6.0% 6.0% 6.0%
pengeringan
Klorida 0,1% 0,1% 0,1%
Sulfat 1,0% 1,0% 1,0%
Lead - 10 ppm 0,001%
Logam berat 20 ppm - -
Kandungan stearat/ + + +
palmitat relatif
Kadar (pengeringan, sebagai 4,0-5,0% 4,0-5,0% 4,0-5,0%
Mg)

USP32-NF27 dan PhEur 6.5 menjelaskan magnesium stearat sebagai senyawa


magnesium dengan campuran asam organik padat yang terdiri dari campuran magnesium
stearat dan magnesium palmitat (C32H62MgO4) yang diperoleh dari sumber asal sayuran atau
hewan. Magnesium stearat dibuat baik oleh interaksi larutan magnesium klorida berair dengan
natrium stearat atau dengan interaksi magnesium oksida, hidroksida, atau karbonat dengan
asam stearat pada suhu tinggi.
Magnesium stearat banyak digunakan sebagai eksipien farmasi dan umumnya tidak
beracun pada pemberian oral. Namun, konsumsi oral dalam jumlah banyak dapat menghasilkan
efek pencahar atau iritasi mukosa. Tidak ada informasi toksisitas yang tersedia yang berkaitan
dengan rute normal paparan kerja. Batasan untuk logam berat dalam magnesium stearat telah
dievaluasi dalam jumlah asupan magnesium stearat dan logan berat terburuk dalam sehari.
Penilaian toksisitas magnesium stearat pada tikus telah mengindikasikan bahwa tidak
menyebabkan iritasi pada kulit, dan tidak beracun bila diberikan secara oral atau terhirup.
Magnesium stearat belum terbukti bersifat karsinogenik saat ditanamkan ke dalam kandung
kemih tikus.

LD50 (tikus, inhalasi): >2 mg/L


LD50 (tikus, oral): >10 g/kg

Magnesium stearat bersifat hidrofobik dan dapat menghambat disolusi obat dari bentuk
sediaan padat. Konsentrasi serendah mungkin digunakan dalam formulasi tersebut. Disolusi
kapsul juga sensitif terhadap jumlah magnesium stearat dalam formulasi dan waktu
pencampuran; jumlah magnesium stearat dan waktu pencampuran yang lebih tinggi dapat
menyebabkan pembentukan bubuk bedak hidrofobik yang tidak menyebar setelah kulit kapsul
larut.

Peningkatan koefisien dari variasi pencampuran dan penurunan laju disolusi telah diamati
setelah pencampuran magnesium stearat dalam granulasi tablet. Laju disolusi tablet dan
kehancuran menurun seiring waktu pencampuran meningkat; dan magnesium stearat juga
dapat meningkatkan daya tahan tablet. Waktu pencampuran magnesium stearat harus dikontrol
dengan hati-hati. Magnesium stearat juga mempengaruhi sifat aliran campuran.

Magnesium stearat memiliki bentuk kristal dan amorf. Bentuk kristal telah diisolasi sebagai
trihidrat, dihidrat, dan anhidrat. Bentuk terhidrasi stabil dengan adanya kelembaban, bentuk
anhidrat mengabsorpsi kelembaban pada kelembaban relatif hingga 50%, dan pada kelembaban
yang lebih tinggi rehidrasi membentuk trihidrat. Anhidrat dapat dibentuk dengan pengeringan
bentuk hidrat pada 1050 C.

Belum diketahui secara pasti bentuk magnesium stearat murni yang memiliki sifat lubrikan
terbaik. Di pasaran magnesium stearat umumnya terdiri dari campuran bentuk kristal. Kondisi
pretreatment harus diperhatikan karena adanya resiko konversi bentuk kristal selama
pemanasan. Sifat fisik magnesium stearat dapat bervariasi antar batch dari produsen yang
berbeda karena karakteristik solid-state dipengaruhi oleh variabel manufaktur. Variasi sifat fisik
dari berbagai macam magnesium stearat dari vendor yang sama juga telah diamati. Mungkin
karena variasi ini, belum memungkinkan untuk menguji korelasi hambatan akibat lubrikan
terhadap laju disolusi secara pasti.

Sifat fisik yang bervariasi dari berbagai batch magnesium stearat, seperti luas permukaan
spesifik, ukuran partikel, struktur kristal, kadar air, dan komposisi asam lemak, telah berkorelasi
dengan efektifitas lubrikan.
KEAMANAN

Dalam uji plasebo tablet vitamin B12 dan juga berperan sebagai eksipien tablet, digunakan
manitol, magnesium stearat, asam stearat dan pemanis. Manitol seringkali digunakan sebagai pemanis
sekaligus pengisi, pada beberapa kasus mannitol menyebabkan reaksi alergi dan kejadian hipersnsitif.
Jika digunakan berlebihan secara oral, yaitu dikonsumsi lebih dari 20 gram perhari, manitol dapat
memberikan efek laksatif (Rowe et al., 2003).

Eksipien yang kedua yaitu magnesium stearat, secara umum magnesium stearat digunakan
sebagai eksipien pada sediaan farmasi dan bersifat tidak toksik jika digunakan oral. Tetapi penggunaan
dalam jumlah yang berlebihan dapat menyebabkan iritasi membran mukosa dan memberikan efek
laksatif (Rowe el at., 2003).

Eksipien yang terakhir yaitu asam stearat, secara umum asam stearat digunakan sebagai
eksipien pada produksi sediaan farmasi baik oral maupun topikal, produksi kosmetik, dan makanan.
Asam stearat bersifat non toksik dan tidak menyebabkan iritasi. Tetapi konsumsi asam stearat yang
berlebihan dapat menyebabkan keracunan (Rowe et al., 2003).

Berdasarkan kajian pustaka tersebut, dapat disimpulkan bahwa eksipien tablet atau plasebo
yang digunakan dalam tablet vitamin B12 tersebut bersifat non toksik dan aman digunakan selama
masih dalam batas yang diperbolehkan dan tidak berlebihan.

DAFTAR PUSTAKA

Ilia Volkov, Inna Rudoy, Tamar Freud, Gabriel Sardal, Sody Naimer, Roni Peleg, 2009, Effectiveness of
Vitamin B12 in Treating Recurrent Aphthous Stomatitis, The Journal of the American Board of
Family Medicine: 9-16, doi: 10.3122/jabfm.2009.01.080113.

Paul Dowd, Moritz Shapiro, Kilmo Kang, 1975, Mechanism of Action of Vitamin B12, Journal of the
American Chemical Society: 4754-4757, doi: 10.1021/ja00849a048.

Rowe, R.C., P.J. Sheskey, S.O. Owen, 2005, Handbook of Pharmaceutical Excipients, 5th ed.,
Pharmaceutical Press, London, 453-456.

Rowe, R.C., P.J. Sheskey, S.O. Owen, 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th ed.,
Pharmaceutical Press, London, 404-406; 697.

Anda mungkin juga menyukai