Tutorial
Tutorial
Ulkus dekubitus dapat terbentuk pada orang sulit atau tidak bisa merubah posisi tubuhnya
terhadap tekanan, seperti pada pasien dengan paralisis atau kelainan neurologi, pasien yang selalu
berbaring, pasien tua, pasien dengan penyakit akut dan pasien yang menggunakan kursi roda.
Walaupun demikian tidak semua pasien-pasien tersebut akan mendapatkan ulkus decubitus.
Ulkus dekubitus terjadi jika tekanan yang terjadi pada bagian tubuh melebihi kapasitas
tekanan pengisian kapiler, yakni sekitar 32 mmHg3,4 Ulkus dekubitus adalah kerusakan kulit yang
terjadi akibat kekurangan aliran darah dan iritasi pada kulit yang menutupi tulang yang menonjol,
dimana kulit tersebut mendapatkan tekanan dari tempat tidur, kursi roda, gips, pembidaian atau
benda keras lainnya dalam jangka panjang.
Bagian tubuh yang sering mengalami ulkus dekubitus adalah bagian dimana terdapat
penonjolan tulang, yaitu sikut, tumit, pinggul, pergelangan kaki, bahu, punggung dan kepala bagian
belakang. Ulkus dekubitus terjadi jika tekanan yang terjadi pada bagian tubuh melebihi kapasitas
tekanan pengisian kapiler dan tidak ada usaha untuk mengurangi atau memperbaikinya sehingga
terjadi kerusakan jaringan yang menetap. Bila tekanan yang terjadi kurang dari 32 mmHg atau ada
usaha untuk memperbaiki aliran darah ke daerah tersebut maka ulkus dekubitus dapat dicegah.
Menurut National Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP) tahun 1989, ulkus dekubitus
adalah suatu daerah tertekan yang tidak nyeri dengan batas yang tegas, biasanya batas penonjolan
tulang, yang mengakibatkan terjadi iskemik, kematian sel dan nekrosis jaringan.
Morbiditas dan mortalitas pasien yang mempunyai predisposisi untuk terjadinya ulkus
dekubitus akan meningkat karena ada kemungkinan terjadinya komplikasi berupa infeksi. Infeksi
adalah komplikasi penting dan sering pada ukus dekubitus. Infeksi yang terjadi pada ulkus dekubitus
dapat melibatkan kuman aerob dan anaerob.
Setiap bagian tubuh dapat terkena ulkus dekubitus, tetapi bagian tubuh yang paling sering
terjadi ulkus dekubitus adalah daerah tekanan dan penonjolan tulang. Bagian tubuh yang sering
terkena ulkus dekubitus adalah tuberositas ischi (30%)i, trochanter mayor (20%), sacrum (15%),
tumit (10%), lutut, maleolus, siku, jari kaki, scapulae dan processus spinosus vertebrae. Tingginya
frekuensi tersebut tergantung pada posisi penderita.
Gejala klinik yang tampak oleh penderita, biasanya berupa kulit yang kemerahan sampai
terbentuknya suatu ulkus. Kerusakan yang terjadi dapat meliputi dermis, epidermis, jaringan otot
sampai tulang. Berdasarkan gejala klinis, NPUAP mengklasifikasikan ulkus dekubitus menjadi empat
stadium, yakni
1. Stadium 1
Ulserasi terbatas pada epidermis dan dermis dengan eritema pada kulit. Penderita dengan
sensibilitas baik akan mengeluh nyeri. Stadium ini umumnya reversibel dan dapat sembuh
dalam 5 - 10 hari.
2. Stadium 2
Ulserasi mengenai epidermis, dermis dan meluas sampai ke jaringan adiposa.Terlihat eritema
dan indurasi. Stadium ini dapat sembuh dalam 10 - 15 hari.
3. Stadium 3
Ulserasi meluas sampai ke lapisan lemak subkutis, dan otot sudah mulai terganggu dengan
adanya edema, inflamasi, infeksi dan hilangnya struktur fibril. Tepi ulkus tidak teratur dan
terlihat hiper atau hipopigmentasi dengan fibrosis. Kadang-kadang terdapat anemia dan infeksi
sistemik. Biasanya sembuh dalam 3-8 minggu.
4. Stadium 4
Ulserasi dan nekrosis meluas mengenai fasia, otot, tulang serta sendi. Dapat terjadi artritis
septik atau osteomielitis dan sering disertai anemia. Dapat sembuh dalam 3 - 6 bulan.
Berdasarkan waktu yang diperlukan untuk penyembuhan dari suatu ulkus dekubitus dan perbedaan
temperatur dari ulkus dengan kulit sekitarnya, dekubitus dapat dibagi menjadi tiga. Secara umum
penatalaksanaan ulkus dekubitus dibagi menjadi nonmedikamentosa dan medikamentosa.
A. Nonmedikamentosa
Terapi rehabilitasoi medik yang diberikan untuk penyembuhan ulkus dekubitus adalah dengan
radiasi infra merah, short wave diathermy, dan pengurutan. Tujuan terapi ini adalah untuk
memberikan efek peningkatan vaskularisasi sehibgga dapat membantu penyembuhan ulkus.
Sedangkan penggunaan terapi ultrasonik, sampai saat ini masih terus diselidiki manfaatnya
terhadap terapi ulkus dekubitus.
B. Medikamentosa
Keadaan tersebut akan menyebabkan proses penyembuhan luka lebih cepat dan baik.
Untuk hal tersebut dapat dilakukan kompres, pencucian, pembilasan, pengeringan dan
pemberian bahan-bahan topikal seperti larutan NaC1 0,9%, larutan H202 3% dan
NaC10,9%, larutan plasma dan larutan Burowi serta larutan antiseptik lainnya.
Kompres yang diberikan pada ulkus dekubitus adalah semipermiabel dan tertutup, yang
memungkinkan terjadinya pertukaran gas dan transfer penguapan air dari kulit dan
mencegah maserasi kulit. Selain itu, kompres dapat mencegah terjadinya infeksi
sekunder dan mencegah faktor trauma. Tetapi, kompres ini tidak berfungsi baik pada
pasien dengan diaforesis dan eksudat yang banyak.
Beberapa kategori untuk kompres dan topikal yang dapat digunakan adalah
antimikrobial, moisturizer, emollient, topical circulatory stimulant, kompres
semipermiabel, kompres kalsium alginate, kompres hidrokoloid dan hidrogel, penyerap
eksudat, kompres dari basah/lembab ke kering dan ezim dan cairan atau gel pembentuk
film.
Adanya jaringan nekrotik pada ulkus akan menghambat aliran bebas dari bahan
yang terinfeksi dan karenanya juga menghambat pembentukan jaringan granulasi
dan epitelisasi. Oleh karena itu pengangkatan jaringan nekrotik akan mempercepat
proses penyembuhan ulkus. Terdapat 7 metode yang dapat dilakukan antara lain,
Autolytic debridement. Metode ini menggunakan balutan yang lembab untuk
memicu autolisis oleh enzim tubuh. Prosesnya lambat tetapi tidak menimbulkan
nyeri.
Sharp debridement. Teknik ini menggunakan skalpel atau intrumen serupa untuk
membuang jaringan yang sudah mati.
Surgical debridement. Ini adalah metode yang paling dikenal. Ahli bedah dapat
membuang jaringan nekrosis dengan cepat tanpa menimbulkan nyeri.
Perlu pemeriksaan kultur dan tes resistensi. Antibiotika sistemik dapat diberikan
bila penderita mengalami sepsis dan selulitis. Ulkus yang terinfeksi harus
dibersihkan beberapa kali sehari dengan larutan antiseptik seperti larutan H202 3%,
povidon iodin 1%, seng sulfat 0,5%. Radiasi ultraviolet (terutama UVB) mempunyai
efek bakterisidal.
Bahan-bahan topikal misalnya: salep asam salisilat 2%, preparat seng (ZnO,
ZnSO4).
5. Tindakan bedah