Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FARMASI RUMAH SAKIT

DENGUE FEVER

DisusunOleh:

Anindita Fahma (14/374208/FA/10225)


Candida Alma Pratiwi (14/374190/FA/10213)
Dwinita Andini Palilu (14/374312/FA/10245)
Ronggo Ryan Wicaksono (14/374388/FA/10248)
Tiya Novlita (14/374593/FA/10261)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
DEMAM DENGUE (Dengue Fever)

I. PENDAHULUAN

Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang
ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis, dan
menjangkit luas di banyak negara di Asia Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue,
masing-masing dapat menyebabkan demam berdarah, baik ringan maupun fatal.
Ciri-ciri klinis demam berdarah umumnya ditandai oleh demam tinggi
mendadak, sakit kepala hebat, rasa sakit di belakang mata, otot dan sendi, hilangnya
napsu makan, mual-mual dan ruam. Gejala pada anak-anak dapat berupa demam ringa
yang disertai ruam. Demam berdarah yang lebih parah ditandai dengan demam tingg
yang bisa mencapai suhu 40-41oC selama dua sampai tujuh hari, wajah kemerahan, dan
gelaja lainnya yang menyertai demam berdarah ringan. Berikutnya dapat muncul
kecenderungan pendarahan, seperti memar, hidung dan gusi berdarah, dan juga
pendarahan dalam tubuh. Pada kasus yang sangat parah, mungkin berlanjut pada
kegagalan saluran pernapasan, shock dan kematian. Setelah terinfeksi oleh salah satu
dari empat jenis virus, tubuh akan memiliki kekebalan terhadap virus itu, tapi tidak
menjamin kekebalan terhadap tiga jenis virus lainnya.
Penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat (pada setiap derajat sudah
ditemukan trombositopenia dan hemokonsentrasi), yaitu:
Derajat I

Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji
bendung

Derajat II

Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain.

Derajat III

1
Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan nadi menurun
(20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan
lembap dan anak tampak gelisah.

Derajat IV

Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak
terukur.

Tatalaksana terapi DBD secara umum dibagi menjadi dua kelompok, DBD dengan syok
dan DBD tanpa syok. Tatalaksana terapi DBD tanpa syok yaitu:

Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup, susu,
untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam,
muntah/diare.
Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena
obat-obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.
Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
o Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat
o Kebutuhan cairan parenteral
Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam
Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam
Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
o Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam
o Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah
cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya
memerlukan waktu 2448 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan
setelah pemberian cairan.
Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata laksana
syok terkompensasi (compensated shock)
Tatalaksana terapi DBD dengan syok yaitu:

2
Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secara
nasal.
Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya.
Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB
secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian koloid 10-
20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfusi
darah/komponen.
Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai
membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam
dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis
dan laboratorium.
Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam.
Ingatlah banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak
daripada pemberian yang terlalu sedikit
Penularan demam berdarah pada manusia melalui gigitan nyamuk betina Aedes
yang terinfeksi virus dengue. Penyakit ini tidak dapat ditularkan langsung dari orang ke
orang. Penyebar utama virus dengue yaitu nyamuk Aedes aegypti, tidak ditemukan di
Hong Kong, namun virus dengue juga dapat disebarkan oleh spesies lain yaitu Aedes
albopictus. Jangka masa inkubasi adalah 3 sampai 14 hari, umumnya 4 sampai 7 hari.
Langkah umum untuk mencegah penyakit yang disebarkan oleh nyamuk:

1. Kenakan pakaian lengan panjang dan celana panjang, dan gunakan obat penangkal
nyamuk yang mengandung DEET pada bagian tubuh yang tidak terlindungi.
2. Gunakan kawat nyamuk atau kelambu di ruangan tidak berAC.
3. Pasang obat nyamuk bakar ataupun obat nyamuk cair/listrik di tempat yang dilalui
nyamuk, seperti jendela, untuk menghindari gigitan nyamuk.
4. Cegah munculnya genangan air dengan cara:
buang kaleng dan botol bekas di tempat sampah yang tertutup
ganti air di vas bunga paling sedikit seminggu sekali, dan jangan biarkan ada air
menggenang di pot tanaman
tutup rapat semua wadah air, sumur dan tangki penampungan air.

3
Jaga saluran air supaya tidak tersumbat. - Ratakan permukaaan tanah untuk
mencegah timbulnya genangan air.

II. KASUS

Pasien T laki-lakiusia 37 tahunmasuk RS dengankeluhandemamselama 3 harinaikturun,


mual (-), muntah (-), batukpilek (-), BAK dalambatas normal, BAB cair 3-4 kali sehari,
lendir (-), darah (-).

Pemeriksaan fisik
Tekanandarah : 110/70 mm Hg
Heart rate : 86 kali per menit
Respiration rate : 22 kali per menit
Suhu : 38.6o C

Pemeriksaan Lab
Leukosit : 5.58 x 103/ L
Eritrosit : 5.53 x 106/ L
HB : 15
Hematokrit : 45.4
Trombosit : 75 x 103/ L

Diagnosa
Dengue fever

Terapi
Pantoprazole inj 2 x 40 mg
Psidii 3 X 1 kapsul
Crome inj 3 X 1 ampul
Zibac inj 3 X 1 gram
L-bio 3 X 1 sachet
Cairan Ringer Laktat 20 tpm/ 8 jam

4
III. ANALISIS SOAP (Subjective, Objective, Assessment and Plan)

A. SUBJECTIVE
1. Demam naik turun selama tiga hari
2. Mual (-)
3. Muntah(-)
4. Batuk pilek (-)
5. BAK dalam batas normal
6. BAB cair 3 4 kali sehari, lendir (-), darah (-)

B. OBJECTIVE
1. Pemeriksaan fisik
Parameter Nilai pasien Nilai normal Kesimpulan
Blood pressure 110/70 mmHg <120/80mmHg, DBN
>90/60mmHg
Heart rate 86x/menit 50-90x/menit DBN
Respiration rate 22x/menit 12-18x/menit Meningkat
(takipnea)
Temperature 38.6oC 36.5oC-37.2oC Meningkat
(demam)
*DBN = dalam batas normal

2. Pemeriksaan Lab
Parameter Nilai pasien Nilai normal Kesimpulan
Leukosit 5.58 x 103/ L (4.5-10) x 103/ L DBN
Eritrosit 5.53 x 106/L (4.7-6.1) x 106/ L DBN
HB 15 gm/dL 13.8-17.2 gm/dL DBN
Hematokrit 45.4% 40.7-50.3% DBN
Trombosit 75 x 103/L (15 -40)x 104/L Menurun
(trombositopenia)
*DBN = dalam batas normal

5
3. Diagnosa
Dengue fever

4. Terapi
Pantoprazole inj 2 x 40 mg
Psidii 3 X 1 kapsul
Crome inj 3 X 1 ampul
Zibac inj 3 X 1 gram
L-bio 3 X 1 sachet
Cairan Ringer Laktat 20 tpm/ 8 jam

C. ASSESMENT
Dari pemeriksaan fisik dan data laboratorium, pasien termasuk dalam
pasien demam dengue tanpa perdarahan dan syok karena tidak terjadi kebocoran
plasma (ditandai dengan jumlah eritrosit, leukosit dan hematokrit yang normal)
dan tidak nampak adanya kedaruratan medis seperti bleeding (perdarahan),
kejang, ataupun shock. Namun jumlah trombosit pasien sudah di bawah 100 x
103/L sehingga pasien perlu mendapatkan perawatan di rumah sakit. Untuk
tatalaksana pengobatan dengue fever pada dasarnya bersifat simtomatis
(mengobati gejala, bukan penyebabnya) dan suportif seperti pemberian cairan
oral untuk mencegah dehidrasi. Pemberian infus seperti infus Ringer Laktat juga
dapat dijadikan alternatif rehidrasi. Selain itu ditambahkan antipiretik untuk
menurunkan demam pada pasien.

6
7
1. Problem 1 : Trombositopenia
Dilihat dari jumlah trombosit yang dibawah normal (kurang dari 100.000/L
darah). Hal ini perlu segera diatasi karena jika nilai tombosit menurun drastis
hingga dibawah nilai 50.000/L darah dapat meningkatkan resiko terjadinya
DSS (Dengue Shock Syndrome). Pemberian Psidii (komposisi : ekstrak daun
jambu biji) untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dalam kasus ini
sudah tepat.
2. Problem 2 : Dehidrasi
Kemungkinan disebabkan karena diare (mengeluarkan cairan) dan demam
(mengeluarkan keringat) sehingga perlu diatasi dengan pemberian terapi
rehidrasi via infus karena via oral dirasakan kurang adekuat. Meskipun
begitu terapi rehidrasi oral tetap dapat dijalankan bersamaan dengan terapi
rehidrasi via infus dengan menyarankan pasien minum cairan dan elektrolit
disamping air putih seperti jus buah, sirop dan susu. Pemberian infus Ringer
Laktat sebagai terapi rehidrasi sudah tepat dalam hal ini. Dosis Ringer Laktat
untuk pasien dengue fever adalah 6-7 ml/kg/BB/jam. Namun, pada kasus ini
tidak terdapat informasi berat badan pasien sehingga tidak dapat dihitung
dosis yang seharusnya.
3. Problem 3 : Demam
Belum teratasi dengan obat sehingga perlu diatasi dengan antipiretik.
Meskipun kondisi demam dapat sembuh dengan sendirinya setelah beberapa
waktu namun hal ini akan membuat kondisi tidak nyaman bagi paisen.
Antipiretik yang diberikan adalah parasetamol/asetaminofen. Pemberian
asetosal/salisilat tidak dianjurkan (kontraindikasi) karena dapat
menyebabkan gastritis, perdarahan dan asidosis.
4. Problem 4 : Diare non spesifik (tanpa lendir maupun darah)
Pemberian Zibac injeksi (ceftadizime, antibiotik sefalosporin generasi
ketiga) sebagai tatalaksana diare non spesifik tidak diperlukan karena tidak
ada indikasi bahwa diare disebabkan oleh bakteri. Pemberian L-bio dengan
mekanisme membantu mengembalikan fungsi normal saluran pencernaan
akibat diare sudah cukup dan tepat untuk mengatasi diare non spesifik.Dosis
yang diberikan adalah 3 sachet 1x dalam 1 hari.

8
5. Problem 5 : Penggunaan obat tidak tepat indikasi
Pemberian Crome injeksi tidak diperlukan karena tidak adanya gejala
maupun data lab yang mendukung telah terjadinya kebocoran plasma
(plasma leakage). Begitu juga pemberian pantoprazole injeksi, suatu obat
golongan Proton Pump Inhibitor, tidak diperlukan karena tidak ada gejala
mual, muntah, tukak peptik maupun GERD (Gastroesophageal Reflux
Disease).

D. PLAN
1. Problem 1 : Trombositopenia
Melanjutkan terapi Psidii dengan dosis 3 kali sehari 1 kapsul
Monitor kadar trombosit secara berkala sampai stabil
Waspadai trombositopenia yang diikuti dengan kadar hematokrit yang
meningkat 20% dari kadar normal (implikasi adanya hemokonsentrasi
akibat kebocoran plasma)
Monitor jika muncul gejala efek samping penguunaan Psidii seperti
konstipasi, mual, muntah, mulut kering.
2. Problem 2 : Dehidrasi
Pemberian Ringer Laktat 20 tpm/8 jam
Monitor tanda tanda dehidrasi umum, misalnya lemas, mata cekung,
denyut jantung cepat (>100 detak per menit), mulut kering, dan lainnya
Rekomendasi monitor tanda vital pasien sedikitnya tiap 24 jam
Rekomendasi monitor volume urin pasien (diuresis) sedikitnya setiap 24
jam
3. Problem 3 : Demam
Rekomendasi ke dokter untuk diberikan parasetamol sebagai obat
penurun panas dengan dosis 500 mg 3 kali sehari 1 tablet sampai suhu
tubuh normal (36-37oC)
Monitor suhu tubuh pasien setidaknya setiap 24 jam
Dapat dilakukan lap basah

9
Hati-hati pada saat demam mulai turun, waspadai tanda-tanda munculnya
syok
4. Problem 4 : Diare non spesifik
Lanjutkan pemberian L-Bio 3 sachet dalam 1 hari sampai diare membaik
5. Problem 5 : Penggunaan obat tidak tepat indikasi
Memberikan saran/berdiskusi dengan dokter bahwa Pantoprazole dan
Crome injeksi tidak perlu diberikan
6. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan
Rekomendasi untuk monitor kadar hemtokrit secara berkala
Rekomendasi untuk monitor ada/tidaknya warning sign yang
menunjukkan keadaan pasien yang bertambah parah khusunya pada fase
kritis (hari ke 4-6) seperti:
Nyeri yang parah pada bagian perut
Mual/muntah yang hebat
Perdarahan
Pembengakakan liver
Akumulasi cairan
Rekomendasi untuk monitor tanda-tanda terjadinya syok:
Lesu dan lemah
Nadi cepat dan tidak teraba
Pernafasat cepat/takipnea
Kaki dan tangan terasa dingin/lembab
Kesadaran menurun
Gelisah
Apatis, tidak respon
Kejang-kejang
Pucat dan nampak sianosis circum oral (di sekeliling mulut)
Tekanan darah menurun
Tekanan nadi menyempit <20
Adanya efusi pleura (terutama pada bagian kanan)

10
11
Contoh kartu monitoring untuk penderita dengue

Penilaian hemodinamik

12
IV. Drug Therapeutic Monitoring (DTM)
Nama SubjekTerapetik SubjekToksis ObjekTerapetik ObjekToksis
obat
L-bio 3 X Menurunnya Kembung - -
1 sachet frekuensi BAB Dapat
Menyeimbangkan menyebabkan
flora normal infeksi pada pasien
Mengurangi rasa dengan sistem
tidak nyaman di imun yang
perut. terganggu
Cairan Kembalinya Panas dan Kalsium: 8,6 -
Ringer keseimbangan kemungkinan 10,2 mg/dL
Laktat 20 elektrolit infeksi pada Klorida: 97 107
tpm/ 8
tempat injeksi mEq/L
jam
Trombosis vena Magnesium: 1,3
Ekstravasasi 2.3 mEq/L
Fosfat: 2,5 4,5
mg/dL
Kalium: 3,8 5
mEq/L
Natrium: 135
145 mEq/L
Paraseta rasa tidak enak akibat nyeri abdomen Suhu badan turun Hepatoksik,
mol 3 x demam berkurang, nafsu makan (normal 36,5o parameter :
500 mg rasa nyeri berkurang berkurang, konvulsi, 37,5o C) SGOT > 40
tablet diare, reaksialergi, mU/ml
jaundice, keringat SGPT > 35
berlebihan, mual, mU/ml
muntah, ALT > 1000
ketidaknyamanan IU/L
pada perut, urin
menggelap
Psidii Meningkatnya konstipasi jumlah trombosit -
3x1 jumlah kembali normal
kapsul megakariosit dalam (150.000-
sumsum tulang 450.000/l
sehingga dapat darah)
meningkatkan
jumlah trombosit
Terapi pasien berhasil apabila kondisi pasien:

13
1. Suhu tubuh normal (3637oC)
2. Kadar trombosit normal (150450x103/L)
3. BAB dengan frekuensi normal dan konsistensi tidak cair
4. Kadar eritrosit, hematokrit, Hb, dan leukosit normal
Pasien dapat dipulangkan apabila memenuhi keadaan di bawah ini:
1. Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
2. Nafsu makan membaik
3. Secara klinis nampak perbaikan
4. Hematokrit stabil
5. Jumlah trombosit >50.000/l darah

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 11 2011/2012, Bhuana Ilmu
Populer (Kelompok Gramedia), Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2004, Tata Laksana Demam Berdarah Dengue,
DepartemenKesehatan RI, Jakarta.
Lippincott Willians dan Wilkins, 2013, LIPPINCOTTSNURSINGCENTER.COM.
WHO, 2009, Dengue Guideline For Diagnosis, Treatment, Prevention, and Control,
WHO, Perancis.

14

Anda mungkin juga menyukai