Anda di halaman 1dari 4

BRONCHITIS RIZKI WAHYU RAMADHAN

A. DEFINISI
Bronkitis (bronchitis) adalah peradangan (inflamasi) pada selaput lendir (mukosa)
bronchus (saluran pernafasan dari trachea hingga saluran napas di dalam paru-paru). Peradangan
ini mengakibatkan permukaan bronchus membengkak (menebal) sehingga saluran pernapasan
relatif menyempi
Ada dua tipe dasar dari bronchitis:
1. Bronchitis Akut adalah lebih umum dan biasanya disebabkan oleh infeksi virus. Bronchitis akut
mungkin juga disebut chest cold.
Tipe bronchitis ini seringkali digambarkan sebagai lebih buruk daripada selesma yang biasa namun
tidak seburuk pneumonia.
2. Bronchitis Kronis adalah batuk yang bertahan untuk dua sampai tiga bulan setiap tahun untuk
paling sedikit dua tahun. Merokok adalah penyebab yang paling umum dari bronchitis kronis.
Secara klinis, Bronkitis kronis terbagi menjadi 3 jenis, yakni:
a. Bronkitis kronis ringan ( simple chronic bronchitis), ditandai dengan batuk berdahak dan
keluhan lain yang ringan.
b. Bronkitis kronis mukopurulen ( chronic mucupurulent bronchitis), ditandai dengan batuk
berdahak kental, purulen (berwarna kekuningan).
c. Bronkitis kronis dengan penyempitan saluran napas ( chronic bronchitis with obstruction ),
ditandai dengan batuk berdahak yang disertai dengan sesak napas berat dan suara mengi.
B. ETIOLOGI
Penyebabnya yakni virus, bakteri dan alergi. Selain itu saluran napas yang menerima
rangsangan terus-menerus dari asap rokok, asap/debu industri atau keadaan polusi udara yang
menyebabkan keradangan kronis dan produksi lendir yang berlebihan sehingga mudah menimbulkan
infeksi berulang.
1. Penyebab tersering Bronkitis akut adalah virus, yakni virus influenza, Rhinovirus,
Adenivirus, dan lain-lain. Sebagian kecil disebabkan oleh bakteri (kuman),
terutama Mycoplasma pnemoniae, Clamydia pnemoniae,
2. Penyebab utama bronkhitis kronis adalah kebiasaan merokok, kandungan tar pada rokok
bersifat merangang secara kimiawi sehingga dapat menimbulkan kerusakan selaput
lendir saluran-saluran pernafasan.
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Bronchitis Akut
Keluhan yang kerap dialami penderita bronkitis akut, meliputi:
a. Batuk (berdahak ataupun tidak berdahak).
b. Demam (biasanya ringan), rasa berat dan tidak nyaman di dada.
c. Sesak napas, rasa berat bernapas,
d. Kadang batuk darah.
e. Terasa sakit pada sendi-sendi,
f. Lemas seperti saat flu
g. Dada terasa tidak nyeri terutama di belakang tulang dada,
h. Sering diiringi batuk keras dan kering yang hampir terus menerus, dan
terdapat lendir kental/ludah dalam tenggorokan. Apabila ludah yang dikeluarkan
berwarna kuning ketika batuk, maka hal tersebut menandakan adanya infeksi.

2. Bronchitis Kronis
Keluhan dan gejala-gejala klinis Bronkitis kronis adalah sebagai berikut:
a. Batuk dengan dahak atau batuk produktif dalam jumlah yang banyak. Dahak
makin banyak dan berwarna kekuningan (purulen) pada serangan akut
(eksaserbasi). Kadang dapat dijumpai batuk darah.
b. Sesak napas. Sesak bersifat progresif (makin berat) saat beraktifitas.
c. Adakalanya terdengar suara mengi (ngik-ngik).
d. pada pemeriksaan dengan stetoskop (auskultasi) terdengar suara krok-krok
terutama saat inspirasi (menarik napas) yang menggambarkan adanya dahak di
saluran napas.
e. Bronkhitis kronis tidak selalu memperlihatkan gejala, dan baru terasa setelah
usia setengah baya, yaitu adanya penurunan stamina, dan sering batuk-batuk.
Keadaan tersebut akan semakin parah sejalan dengan bertambahnya usia dan
perkembangan penyakit, sehingga menyebabkan kesukaran bernafas, kurangnya
oksigen dalam darah dan kelainan fungsi paru-paru.
D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi Bronkitis Temuan utama pada bronkitis adalah hipertropi kelenjar mukosa
bronkus dan peningkatan jumlah sel goblet dengan infiltrasi sel-sel radang dan oedema pada
mukosa sel bronkus. Pembentukan mukosa yang meningkat mengakibatkan gejala khas yaitu
batuk produktif. Produksi mukus yang terus menerus mengakibatkan melemahnya aktifitas silia
dan faktor fagositosis dan melemahkan mekanisme pertahanannya sendiri.
E. KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien, antara lain :
a. Bronchitis kronik
b. Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering mengalami infeksi berulang
biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas bagian atas. Hal ini sering terjadi pada
mereka drainase sputumnya kurang baik.
c. Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya pneumonia. Umumnya
pleuritis sicca pada daerah yang terkena.
d. Efusi pleura atau empisema
e. Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi supuratif pada bronkus.
Sering menjadi penyebab kematian.
f. Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena ( arteri pulmonalis ) , cabang
arteri ( arteri bronchialis ) atau anastomisis pembuluh darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan
tidak terkendali merupakan tindakan beah gawat darurat.
g. Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada saluran nafas
h. Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-cabang arteri dan vena
pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi arterio-venous shunt, terjadi gangguan oksigenasi
darah, timbul sianosis sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjut akan terjadi
hipertensi pulmonal, kor pulmoner kronik,. Selanjutnya akan terjadi gagal jantung kanan.
i. Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada bronchitis yang berat dan luas
j. Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagai komplikasi klasik dan
jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati dan
limpa serta proteinurea

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Analisa Gas Darah menunjukkan adanya hipoksia dan hiperkapnia
2. Foto thorax tampak adanya konsolidasi di bidang paru menunjukkan terjadinya penurunan
kapasitas paru.
3. Laboratorium Hematrokrit dan Hb meningkat.
4. Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
a. Tes fungsi paru-paru
b. Gas darah arteri
c. Rontgen dada
d. Pemeriksaan sputum (menunjukkan adanya mikroorganisme patogen seperti spesies
Streptococcus)
G. PENATALAKSANAAN
1. Bronchitis Akut
Pada pemeriksaan menggunakan stetoskop (auskultasi), terdengar ronki,wheezing dengan
berbagai gradasi (perpanjangan ekspirasi hingga ngik-ngik) dan krepitasi (suara kretek-kretek
dengan menggunakan stetoskop). Adapun pemeriksaan dahak maupun rontgen dilakukan untuk
membantu menegakkan diagnosa dan untuk menyingkirkan diagnosa penyakit lain.
Sebagian besar pengobatan bronkitis akut bersifat simptomatis (meredakan keluhan). Obat-obat
yang lazim digunakan, yakni:
a. Antitusif (penekan batuk): DMP (dekstromethorfan) 15 mg, diminum 2-3 kali sehari. Codein 10
mg, diminum 3 kali sehari. Doveri 100 mg, diminum 3 kali sehari. Obat-obat ini bekerja dengan
menekan batuk pada pusat batuk di otak. Karenanya antitusif tidak dianjurkan pada kehamilan
dan bagi ibu menyusui. Demikian pula pada anak-anak, para ahli berpendapat bahwa antitusif
tidak dianjurkan, terutama pada anak usia 6 tahun ke bawah. Pada penderita bronkitis akut yang
disertai sesak napas, penggunaan antitusif hendaknya dipertimbangkan dan diperlukan feed back
dari penderita. Jika penderita merasa tambah sesak, maka antitusif dihentikan.
b. Ekspektorant: adalah obat batuk pengencer dahak agar dahak mudah dikeluarkan sehingga
napas menjadi lega. Ekspektorant yang lazim digunakan diantaranya: GG (glyceryl guaiacolate),
bromhexine, ambroxol, dan lain-lain.
c. Antipiretik (pereda panas): parasetamol (asetaminofen), dan sejenisnya., digunakan jika
penderita demam.
d. Bronkodilator (melongarkan napas), diantaranya: salbutamol, terbutalin sulfat, teofilin,
aminofilin, dan lain-lain. Obat-obat ini digunakan pada penderita yang disertai sesak napas atau
rasa berat bernapas. Penderita hendaknya memahami bahwa bronkodilator tidak hanya untuk
obat asma, tapi dapat juga digunakan untuk melonggarkan napas pada bronkitis. Selain itu,
penderita hendaknya mengetahui efek samping obat bronkodilator yang mungkin dialami oleh
penderita, yakni: berdebar, lemas, gemetar dan keringat dingin. Andaikata mengalami efek
samping tersebut, maka dosis obat diturunkan menjadi setengahnya. Jika masih berdebar,
hendaknya memberitahu dokter agar diberikan obat bronkodilator jenis lain.
e. Antibiotika. Hanya digunakan jika dijumpai tanda-tanda infeksi oleh kuman berdasarkan
pemeriksaan dokter.
2. Bronchitis Kronis
Penatalaksanaan Bronkitis kronis dilakukan secara berkesinambungan untuk mencegah
timbulnya penyulit, meliputi:
a. Edukasi, yakni memberikan pemahaman kepada penderita untuk mengenali gejala dan faktor-
faktor pencetus kekambuhan Bronkitis kronis.
b. Sedapat mungkin menghindari paparan faktor-faktor pencetus.
c. Rehabilitasi medik untuk mengoptimalkan fungsi pernapasan dan mencegah kekambuhan,
diantaranya dengan olah raga sesyuai usia dan kemampuan, istirahat dalam jumlah yang cukup,
makan makanan bergizi.
d. Oksigenasi (terapi oksigen)
e. Obat-obat bronkodilator dan mukolitik agar dahak mudah dikeluarkan.
f. Antibiotika. Digunakan manakala penderita Bronkitis kronis mengalami eksaserbasi oleh infeksi
kuman ( H. influenzae, S. pneumoniae, M. catarrhalis). Pemilihan jenis antibiotika (pilihan
pertama, kedua dan seterusnya) dilakukan oleh dokter berdasarkan hasil pemeriksaan.

Anda mungkin juga menyukai