Anda di halaman 1dari 14

Klasifikasi Soft Tissues Wound

1. Kontusi
Biasanya dihasilkan oleh trauma benda tumpul yang menghasilkan pembentukan
edema dan hematoma pada jaringan subkutan. Hematoma biasanya akan hilang
dengan sendirinya tanpa perawatan kecuali hematoma tersebut besar dan terinfeksi.
Biasanya, kulit dan mukosa di atasnya intact, tetapi jika kontusi berhubungan dengan
laserasi, batas memar harus dieksisi sebelum penutupan. Batas harus diundermine
pada tingkat subkutan untuk membuat penutupan dari lapisan kulit atau mukosa tanpa
ada tekanan. Jika contused laseration melibatkan struktur vital yang tidak
menoleransi pengambilan jaringan, seperti kelopak mata atau hidung, debridement
dan closure primer harus ditunda sampai kontusi selesai. Selama resolusi kontusi,
sering terjadi hypopigmentation atau hyperpigmentation namun tidak permanen.
2. Abrasi
Abrasi merupakan luka yang disebabkan oleh friksi antara objek dan permukaan
jaringan lunak, seperti kotoran, pavement, kaca yang kemudian mengangkat lapisan
epitel dan papiler dadri dermis dan meninggalkan lapisan bleeding dari lapisan
retikular dari dermis yang terekspos. Luka ini biasanya superficial, mengelupasi
epitel, kadang melibatkan lapisan yang lebih dalam. Luka tipe ini bisa sakit karena
terpaparnya ujung saraf dalam lapisan kulit retukular. Perawatan harus dilakukan
untuk membersihkan partikel kecil, kotoran, grease, karbon dan pigmen lainnya dari
lapisan dermal secepatnya untuk mencegah fiksasi dalam jaringan dan pembentukan
tattoo traumatik. Anestesi lokal harus digunakan dan lukanya discrub dengan larutan
sabun ringan, diikuti irigasi salin yang banyak. Untuk mencegah kering dan dessikasi
dari permukaan luka yang terekspos, abrasi harus ditutup dengan lapisan tipis salep
antibiotik, seperti bacitracin, dan dibalut dengan kain kassa katun atau ditutup dengan
kassa cellulose asetat yang berlapis antibiotik.
Epitelialisasi selesai 7 sampai 10 hari setelah injury, tanpa atau dengan jaringan parut
jika epidermal pegs tidak terambil sempurna. Setelah 3 hari, sel epidermal mulai
migrasi ke dermis yang terabrasi. Pada hari ke 14, pembentukan fibroblas dan kapiler
dalam dermis meningkat dan serat elastik baru berkembang selama 3 bulan.
Regenerasi belum sempurna untuk 6-12 bulan.
Jika lukanya meluas secara dalam ke lapisan kulit, jaringan parut dari pembentukan
jaringan granulasi terjadi. Eksisi dari jaringan dermal yang tersisa atau eksisi jaringan
parut sekunder, dengan penutupan primer dari luka kulit dengan suture chromic 4-0
dalam lapisan dermal dan 6-0 suture nylon pada permukaan diindikasikan. Paparan
luka kulit terabrasi ke sinar matahari berlebih selama 6 bulan pertama setelah injury
dapat menyebabkan hiperpigmentasi permanen. Luka yang sedang menyembuhkan ini
dapat memanfaatkan perlindungan dengan agen sunblock dengan faktor perlinfungan
matahari 15 atau lebih tinggi.
3. Laserasi
Laserasi bisa tajam dengan sedikit kontusi pada batas luka. Mereka bisa memiliki
batas kontusi, tidak teratur, atau stellate, seperti yang terlihat dalam injuri tipe
crushing; atau dapat melibatkan avulsi jaringan yang tetap melekat ke struktur di
sekitarnya. Setelah pemeriksaan, debridement, dan irigasi, luka harus membaik dalam
lapisan-lapisan.
a. Laserasi sederhana
Laserasi sederhana bisa bersih, terkontaminasi, atau kontusi. Laserasi yang bersih
dapat repaired dengan sedikit debridement atau preparasi sesuai kebutuhan. Luka
yang terkontaminasi harus dibersihkan dan ditutup secara primer, bahkan jika
penundaan 5 sampai 7 hari setelah trauma dibutuhkan. Luka kontusi harus
dievaluasi dan jaringan diambil sekitar tepi dari luka jika jaringan yang cukup ada,
atau perawatan harus ditunda sampai jaringan kontusi cukup stabil untuk
memberikan penutupan primer luka. Jika laserasi miring dan tidak teratur, bagian
yang miring harus dieksisi dengan jaringan dermal pendukung untuk meberikan
tepi kulit tegak lurus dan untuk mengizinkan closure dengan eversi tepi luka untuk
mencegah pembentukan jaringan parut yang berlebihan. Undermining tepi luka
jaringan lunak berguna untuk suturing jaringan tanpa tekanan berlebih pada tepi
margin. Undermining berlebihan harus dihindari karena kontraksi luka alami
dapat menyebabkan elevasi jaringan pada tepi luka dan jaringan parut berlebih.
Jaringan yang lepas harus dikembalikan ke posisi dan orientasi anatomisnya
semula. Kadang ada indikasi untuk mengganti arah tepi luka dengan Z-plasty atau
untuk membuat jaringan membuat kontraktur jaringan parut pada saat perbaikan
luka primer. Prosedur ini harus dilakukan sebagai prosedur revisi sekunder, jika
diindikasikan.
b. Laserasi stellate
Laserasi tidak teratur biasanya memiliki bagian kontusi karena trauma benturan
benda tumpul yang biasanya berperan dalam tipe injuri ini. Untuk memfasilitasi
penutupan, tepi tidak teratur harus ditrim dengan scalpel blade untuk membuat
tepi luka yang miring tegak lurus. Interrupted suture hharus digunakan untuk
menutup luka sejauh bagian stellate dari tepi luka, ketika laserasi multiple
bertemu. Strangulasi dari ujung flap dipertemukan dengan penempatan interrupted
skin suture melalui bagian kecil jaringan. Suture mattress horizontal intradermal
sebagian yang ditempatkan pada lapisan dermal dari jaringan flap dan keluar kulit
pada bagian besar luka berguna untuk menutup luka segitiga tanpa mengurangi
supply darah pada tip dari flap. Strip adhesive dapat membantu dalam melepas
tekanan pada margin luka.
c. Laserasi seperti flap
Melibatkan undermining yang berarti dari jaringan lunak, biasanya pada jaringan
subkutan atau tingkat supraperiosteal tanpa kehilangan jaringan. Teknik
debridement luka dan preparasi yang sudah didiskusikan sebelumnya harus diikuti
secara cermat. Tidak jarang untuk menemukan debri dalam jaringan dalam di
bawah jaringan yang terflap. Persiapan harus meliputi minimal debridement dari
jaringan terlibat dan pengambilan tepi jaringan miring untuk penutupan yang
tegak lurus. Supply darah yang baik ke struktur fasial akan mendukung jaringan
pada pedicle yang sangat kecil.
Dalam luka flap, balut tekan memainkan peran penting dalam meminimalisasi
ruang mati dan membatasi hematoma dan pembentukan cairan dalam jaringan
yang dalam. Hematoma atau kumpulan limfa dapat terinfeksi atau dapat
mendukung deposisi fibrin dan pembentukan kelebihan jaringan parut di bawah
flap. Luka semisirkular flaplike dari kepala dan leher dapat memiliki Z-plasty atau
W-plasty bergabung untuk lebih mempertemukan tepi kulit sepanjang garis
tekanan kulit dan mencegah deformities dan pembentukan jaringan parut.
4. Injuri Avulsi
Kehilangan sesungguhnya dari luka fasial jarang terjadi. Bahkkan jika evaluasi awal
menyatakan kehilangan jaringan, pemeriksaan cermat biasanya menunjukan bahwa
tepi jaringan telah teretraksi atau tergulung di bawah tepi luka. Jika area kecil dari
jaringan hilang, simple local undermining dari kulit dapat memberikan penutupan
primer tanpa tekanan pada tepi luka. Jika telah ada kehilangan jaringan dan luka tdak
bisa ditutup tanpa ada tekanan dengan local undermining, permukaan lecet harus
ditutup dengan skin graft, local flap, atau apposisi tepi kulit ke membra mukosa. Luka
tidak boleh sembuh dengan jaringan granulasi sekunder karena pembentukan jaringan
parut berlebih.
5. Gigitan binatang
Infeksi gigitan binatang biasanya polymikrobial, Pasteurella spp dan S. Aureus, sering
terlihat. Infeksi yang terjadi dengan spesies Pasteurella biasanya terlihat dalam 24 jam
setelah kejadian, dimana setelah 24 jam, luka cenderung memiliki spesies
Staphylococcus atau Streptococcus.
Luka harus dievaluasi dengan pasien mendapat anestesi okal. Radiograf harus didapat
jika ada edema atau penetrasi tulang atay benda asing dicurigai. Rahang anjing dapat
menghasilkan gaya 200-450psi dan fraktur tulang dengan penetrasi kranial telah
terjadi.
Luka harus diberi debridement dan diirigasi. Luka gigitan binatang tidak ditutup
secara primer, walaupun beberapa pemeriksa mendukung penutupan. Dalam
kebanyakan injuri laserasi, aman untuk menutup luka secara primer setelah dilakukan
persiapan luka tanpa risiko yang meningkat dari perkembangan infeksi. Tipe puncture
(bocor) dari luka tidak boleh dilakukan penutupan secara primer karena sulit
dibersihkan secara adekuat. luka gigitan dengan injuri terbentur yang luas dan luka
yang membutuhkan debridement yang banyak paling baik dirawat dengan delayed
primary closure.
Terapi antibiotik yang sesuai penting untuk mencegah dan merawat infeksi yang
disebabkan oleh gigitan binatang. Untuk profilaksis dari luka yang tidak terinfeksi,
dicloxacilin atau Keflex (cephalexin monohydrate) direkomendasikan. Untuk infeksi
dalam waktu 24 jam setelah kejadian, penicilin atau amoxicillin direkomendasikan.
Jika infeksi berkembang di atas 24 jam setelah injuty, penicillin antistaphylococcal,
seperti diclo xacillin atau cephalexin, disarankan. Gigitan binatang harus dianggap
rentan terhadap tetanus dan harus dirawat secara cermat.
Rabies merupakan pertimbangan seririus dengan gigitan binatang. Pencucian
secepatnya dan teliti dari luka dengan sabun atau larutan scrub merupakan
pencegahan terbaik melawan rabies. Profilaksis postexposure rabies
direkomendasikan untuk pasien yang terserang binatang yang diurigai atau dalam
lokasi geografis yang dimana kejadian rabies tinggi. Ini mengandung vaksin sel
diploid manusia (HDCV) atau globin imun abies (RIG). Jika dibutuhkan, binatany
yang ditangkap dites untuk menentukan kebutuhan perawatan.

Injuri Struktur yang Membutuhkan Perawatan Khusus

1. Bibir
Bibir memberikan tantangan khusus untuk perbaikan setelah trauma karena anatomi
regio batas vermilion yang meliputi transisi jaringan mukosa ke kulit, edema yang
berhubungan dengan jaringan setelah trauma ke area dan secara estetik tidak
menyenagkan dan sulit untuk memperbaiki kerusakan kerutan yang dihasilkan dari
batas vermilion yang
irregular (21-23).
Ketidaksesuaian bahkan
1mm pada vermilion dapat
terlihat oleh observer (21-
24). Jaringan parut atau
kerusakan yang
mempengaruhi aktivitas
sphincter dari otot oris orbicularis memproduksi drooling, kesulitan fungsional saat
makan, dan kesulitan bicara.

Setelah pemeriksaan, suture 5-0 harus diletakkan pada aris mukokutan untuk
mengorientasikan kembali junction (21-25). Luka harus didebridement,
hemostasisnya didapat, dan anestesi lokal pada jaringan sekitar melalui mandibular
nerve block atau mental nerve block. Blok lebih baik untuk mencegah edema yang
tidak diperlukan pada jaringan. Luka kemudian ditutup dalam lapisan-lapisan.
Penyatuan kembali yang baik dari otot orbicularis oris penting jika otot terpisah. Serat
otot cenderung retraksi, yang dapat menyebabkan depressi dari jaringan parut dengan
maturasi luka. Lapisan otot disatukan kembali dengan suture 3-0 atau 4-0, jaringan
kulit dan subkutan ditutup dengan suture chromic 4-0 atau 5-0, kulit harus disatukan
kembali dengan suture nylon 6-0 yang diletakan seimbang, dan lapisan mukosa
disatukan kembali dengan suture chromic 4-0.

Dalam injuri avulsif dari bibir, 25% dari bibir atas dan sampai 25% bibir bawah dapat
hilang tanpa kerusakan fungsional atau estetik. Batas jaringan harus diluruskan,
dengan pengambilan wedge dari jaringan bibir untuk memfasilitasi penutupan. Jika
ada injuri avulsif yang luas, flap Abbe-Estlander antara bibir yang terpengaruh dan
bibir lawan dapat digunakan untuk merotasi jaringan ke area teravulsi. Tipe lain dari
flap rrotasional adalah Karapandzic flap, yang menggunakan jaringnan perioral sekital
oral stoma. Bibir maju bersama orbicularis oris, bundle neurovaskuler, dan mukosa
diatasnya untuk menutup kerusakan. Komplikasi utama adalah berkurangnya ukuran
dari oral stoma (21-28). Kerutan kutan yang jelas menggambarkan unit anatomis
bibir. Kerutan mental membelah bibir dan dagu, kerutan nasolabial mendefinisikan
batas-batas lateral dan dasar hidung memberikan batas superior. Sifat dominan dari
bibir bawah ini penting dalam estetik wajah karena mereka merupakan lokasi paling
baik untuk kamuflase garis jaringan parut dalam perbaikan bibir. Distorsi dari garis ini
dapat merusak
2. Telinga
Dalam penilaian injuri telinga pemeriksaan dari telinga luar, pinna, membran timpani,
dan pendengaran harus dilakukan dan dicatat sebelum perawatan (21-29). Telinga luar
terdiri dari pinna, meatus auditory eksterna, dan membran timpani. Pinna terdiri dari
area pusat tipis dari kartilago avaskulat yang bergantung pada lapisan tipis yang
melapisi kulit untuk supply darahnya. Telinga memiliki supply darah yang baik dan
dapat mempertahankan sebagian besar jaringannya pada perlekatan yang sangat kecil.
Debridement dan manippulasi harus digunakan untuk menjaga jaringan sebanyak
mungkin. Suture harus digunakan pertama kali untuk menyatukan landmark yang
diketahui dan ditempatkan untuk menyatukan jaringan yang berdekatan. Kulit harus
disuture dengan sture nylon 6-0 atau 7-0 atau material suture tipis lainnya. Suturing
dari kartilago biasanya tidak dibutuhkan dan dapat menyebabkan devitalisasi regio
kartilago dan memberikan pathway untuk infeksi. (21-30).
Dalam injuri avusif yang melibatkan bagian tersegmentasi dari telinga luar yang
hilang atau melekat hanya dengan perlekatan flap kecil, jaringan harus dikembalikan
dengan suture ke kulit. Kulit dari dorsum telinga harus di dermabraded dan dilekatkan
ke flap kulit dari regio mastoid untuk vascular bed. Perawatan paska operasi harus
meliputi bed rest, penggunaan bandage, aplikasi es untuk mendinginkan bagian yang
dikembalikan dan mengurangi laju metabolik dalam segmen, perawatan heparin
antikoagulan, dan antibiotik untuk bakteri gram positif.
Amputasi total dari telinga luar merupakan perbaikan dan masalah rekosntruksi yang
sulit. Grafting bedah plastik untuk rekonstruksi telinga luat dengan rusuk tulang
rawan, flap kulit, atau implant silastik atau silikon menghasilkan hasil berbagai
macam dan jarang memenuhi kepuasan. Beberapa keberhasilan tercatat dengan teknik
mikrovaskuler. Arteri temporal superficial atau posterior auricular digunakan, namun
ada masalah dengan ukuran arteri dan drainase vena yang buruk yang membuat
kesulitan.
Rehabilitasi prostetik dari telinga luat dan struktur fasial lainnya telah diperbarui
dengan perkembangan silikon dan material lastis untuk kesesuaian warna,
kenyamanan dan daya tahan. Perlekatan protesa ke kacamata merupakan metode
paling sering digunakan walaupun beberapa protesa ditempelkan dengan lem ke
margin kulit. Kerugian dari melem adalah lem bisa tidak menoleransi minyak atau
keringat, dan reaksi alergi kulit dapat terjadi. Retensi dan fit yang baik dengan
kacamata yang didukung protesa juga sulit didapat. Dengan perkembangan dari
implant osteointegrasi dan teknik peletakan implan pada regio mastoid, zygomatic
buttress, dan tulang pendukung lainnya, alat protesa dapat dijangkar untuk
menggantikan bagian telinga luar yang hilang, orbit, dan hidung.
3. Hidung
Hidung merupakan struktur paling menonjol pada wajah dan sering mengalami
trauma. Banyak injuri menyebabkan fraktur ke struktur bertulan, tanpa atau dengan
keterlibtan jaringan lunak. Seperti dalam perawatan fraktur tulang apapun, tulang
harus diperbaiki sebelum jaringan lunak ditutup. Substruktur tulang dan kartilago dari
hidung eksternal dilapisi oleh otot, jaringan subkutan, dan kulit dan memiliki
membran mukosa yang melapisi internal hidng dan struktur glandural. Seperti struktur
lainnya pada wajah, seluruh hidung memiliki supplai darah yang baik dan kebanyakan
laserasi, luka, dan insisi kulit hidung sembuh cepat. Pemeriksaan hidung internal
membutuhkan nasal speculum, cahaya yang baik, dan suction. Anestesi dengan
larutan 4% atau 10% kokain atau lidokain dengan epinefrin mungkin ibutuhkan untuk
pemeriksaan yang adekuat. Mukosa diinspeksi untuk menemukan adanya laserasi, dan
paparan kartilago dicatat (21-34). Kartilago septal harus dievaluasi untuk
displacementbuckling, dan kemungkinan fraktur. Septum harus dinilai untuk melihat
adanya hematoma, yang akan terlihat sebagai elevasi biru boggy dari mukosa. Sekali
terdiagnosa, hematoma septal harus dievakuasi melalui insisi mukosa kecil atau
dengan aspirasi jarum. Suture chromic 4-0 diletakkan ke dalam dan keluar septum
untuk mencega rekurensi. Jika tidak dirawat, hematoma septal dapat menjadi
terinfeksi den nekrosis sepsis dari kartilago. Kerusakan dan kejatuhan septum, hidung
kehilangan kerangka dukungan, menghasilkan retraksi dari columella dan saddling
dari 1/3 tengah. Septum dapat menjadi tebal ke fibrosis subperichondrial.
Robekan mukosa dapat berhubungan dengan fraktur tulang atau objek yang penetrasi.
Suturing dapat dicoba dengan suture absorbable tipis. Tulang rawan septal yang
terekspos tidak menghasilkan kesulitan selama mukosa masih intact pada sisi lain dari
septum. Jika kaartilago terbelah, flap mukosa didisain untuk menutupi area setidaknya
pada satu sisi.
Laserasi dari kulit tulang harus ditutup setelah inspeksi dan debridement dengan
suture nylon atau nonabsorbable 6-0. Avulsi sebagian dan laserasi luar dalam harus
ditutup oleh suturing lapisan mukosa dengan suture absorbable, meletakkan simpul
sehingga mereka ada di rongga hidung. Kunsi suture harus digunakan untuk
menyatukan landmark untuk memastikan orientasi yang cukup, khususnya nasal rim.
Perbaikan harus kemudian dilanjutkan dengan penyatuan kartilago dengan suture
chromic 5-0dan penutupan kulit dengan suture nylon 6-0. Karena kulit sebaceous
yang tebal pada nasal tip dan tingginya konten bakteri, suture abscessess sering dan
kulit cendeung mengembangkan jaringan parut. Suture harus diambil setelah 4 hari
dan diperkuat dengan adhesive strips.
Luka avulsif hidung dapat membutuhkan skin graft. Skin graft idealnya dilakukan
dengan graft postauricular full thickness, yang memberikan kesesuaian warna dan
tekstur paling baik. Skin graft split-thickness dapat digunakan jika dibutuhkan dan
paling baik didapat dari area tubuh yang terekspos seperti leher atau lengan. Davis
dan Shaheen mencatat hampir 50% graft kompromis akan menggagalkan bahkan
dalam kondisi ideal; graft ini harus digunakan hanya jika kondisi berikut:
a. Tepi luka terpotong bersih dan viable
b. Tidak ada prospek infeksi
c. Perbaikan primer tidak tertunda
d. Tidak ada bagian graft yang lebih dari 0.5 cm dari tepi potongan luka
e. Semua bleeding terkontrol.

Pembentukan abses dalam nasal septum jarang. Jika infeksi berkembang, biasanya
berasal dari infeksi S.aureus dari hematoma nasal septal diikuti nasal trauma. Kedua
pembentukan hematoma dan abses dapat menyebabkan kehancuran kartilago, dengan
sekuel fungsional dan kosmetik, yang terdiri atas deformitas septal, perforasi dan
deformitas saddle hidung. Hematoma nasal septum akan memisahkan suplai darah
mucoperichondrial dari kartilago septal. Nekrosis kartilago terjadi dalam 3 hari dari
ischemia dan tekanan dapat secara cepat cepat dengan pembentukan abses dalam 24
jam. Komplikasi yang mengancam nyawa dari penyebaran infeksi meliputi
osteomyelitis, abses orbital an intracranial, meningitis, dan trombosis sinus cavernous.

Tampilan klinis biasanya meliputi obstruksi hidung dari pembengkakan dari anterior
nasal septum. Ketika 2 stik aplikator didorong melawan septum secara bilateral,
septum harus terasa keras. Jika hematoma ada, konsistensi lembut fluktuant akan
terasa. Drainase sebelumnya dari hematoma nasal septal tidak hanya mencegah
pembentukan abscess tapi juga mencegah kerusakan kartilago yang dapat terjadi tanpa
infeksi. Drainase dan terapi antibiotik meminimalisasi kerusakan yang disebabkan
hematoma septal, tetapi peawatan tidak membelikan kerusakan ke kartilago. Aspirasi
jarum atau insisi dibuat secara bilateral dalam lokasi dependen untuk mencegah
perforasi septal. Drains penrose, nasal packing, atau keduanya digunakan untuk
mencegah akumulasi kembali darah atau pus. Aplikasi alternatif dari nasal stent terdiri
atas 2 buah material Silastik yang diletakkan secara bilateral melawan dinding septal.
Stent ini dijaga oleh suture Prolene trans-septal besar melalui kedua stent dan sptum
secara mattress horizontal. Stent dapat dikombinasikan dengan nasal packing dan
diambil dalam 7-10 hari.

4. Kelopak mata dan Apparatus Nasolacrimal


Pemeriksaan optalmologik yang teliti penting untuk menilai injuri untuk
mengevaluasi dan mencatat ketajaman visual.
Penutupan laserasi yang melibatkan kelopak
mata dilakunan dengan cara yang berlapis
(19-10). Perhatian harus diberikan untuk
penyatuan tepi kelopak mata dan tarsus.
Conjunctiva dan tarsus ditutup dengan sutur
resorbable dengan simpul disembunyikan
untuk mencegah iritasi ke kornea. Otot
orbikular kemudian ditutup diikuti penutupan
kulit. Injuri melibatkan kelopak mata atas
dapat melibatkan lepasnya perlekatan dari
levator aponeurosis dan otot Muller dari tarsal
plate. Otot harus diidentifikasi dan dilekatkan
kembalu ke tarsal plate untuk mencegah
ptosis dan mengembalikan fungsi levator.
Kelenjar lacrimal menghasilkan airmata, yang
mengalir melewati kornea dan masuk ke [s Laserasi yang melibatkan 1/3 tengah dari
kelopak mata harus diinspeksi untuk kerusakan kanalikuli. Perbaikan didapat dengan
memasukan probe lacrimal duct ke puncta dan luka (19-12). Ujung dari duktus yang
terlaserasi diidentifikasi dan disatukan dengan tube silicone polymerik (Crawford
tube). Tube ditinggalkan untuk 8-12 minggu. Jika hanya satu kanalikuli yang intact
dan berfungsi, pasien akan memiliki drainase yang cukup. Jika pasien menunjukan
epiphora paskaoperasi, maka dacryocytorhinostomy diindikasikan.
Injuri avulsif ke kelopak mata dirawat dengan skin graft dan atau flap lokal.
Kerusakan sampai 25% dari panjang kelopak mata dapat ditutup secara primer.skin
graft didapat dari kelopak mata sebelahnya untuk mendapat tekstur dan warna yang
sesuai.
5. Mukosa mulut dan lidah
Laserasi dari mukosa mulut dan lidah harus diinspeksi khususnya untuk potongan gigi
atau restorasi, dan didebride untuk luka lainnya. Luka harus diirigasi dengan teliti
dengan saline dan disuture longgar. Luka mukosa harus disutur degan 3-0 atau 4-0
chromic gut suture. Laserasi yang dalam harus ditutup dalam lapisan-lapisan dengan
chromic gut suture dalam lapisan otot untuk mencegah pembentukan hematoma.
Lidah harus ditutup dalam lapisan-lapisan, dengan 4-0 Vicryl suture dalam lapisan
superficial.
Lidah memiliki supply darah yang banyak dan injuri ke lidah atau dasar mulut dapat
menyebabkan hemoorrhage seriud yang dapat mengancam jalur nafas. Jalur nafas
dapat menjadi kompromis setelah beberapa waktu setelah trauma lidah atau laserasi
dasar mulut jika vena rusak, menghasilkan pembengkakan lidah sampai orofaring.
6. Kelenjar saliva dan duktus
Dengan injuri ke area parotid, pemahaman anatomi penting untuk perawatan yang
baik (21-42 dan 21-43). Nervus fasial keluar foramen stylomastoid, di mana ia
berpisah ke dalam 5 cabang dalam kelenjar. Cabagn temporal dan zygomatik berjalan
ke lengkung zigomatik, dan cabang bukal mengalir papda aspek superfisial dari otot
maseter bersama duktus parotid, cabang mendibula melintasi pembuluh wajah pada
sudut mandibula dan cabang servikal berjalan ke bawah leher. Kelenjar parotid
merupakan kelenjar single-lobed dengan bagian superficial dan dalam ditentukan oleh
hubungannya ke nervus kranial ke-7. Bagian superficial dari kelenjar terletak lateral
ke nervus kranial dan meluas secara anterior ke batas dari otot masseter. Bagian
dalam, terletak medial ke nervus dalam fossa retromandibula. Duktus parotid keluat
kelenjar secara anterior, berjalan sepanjang bagian superficial otot masseter dan
masuk buccinator untuk memasuki rongga mulut berlawanan dengan molar 2 RA.
Adanya struktur multiple dalam regio kecil tersebut menjelaskan morbiditas yang
tinggi yang berhubungan dengan injuri ini. Perawatan injuri kelenjar parotid
bergantung pada ukuran injuri, jika injuri anterior k masseter dan bagian distal duktus
tidak bisa ditemukan, duktus hahrus didrainase secara langsung dalam mulut. Jika
injuri di atas otot masseter, bagian distal dan proksimal dapat dihubungkan
menggunakan stent. Jika injuri dalam kelenjar parotid, perawatan harus melipuuti
penutupan kapsul parotid dan aplikasi balut tekan.
Injuri distal ke kelenjar parotid dan medial ke canthus lateral mata jarang mnyebabkan
kerusakan. Perbaikan dari dahi dan cabang mandibula harus dipertimbangkan karena
persilangan innervasi di area ini lebih sulit diprediksi.
Injuri kelenjar submandibula atau parootid harus dievaluasi dan diperbaiki, jika
memungkinkan. Injuri ke duktus juga harus dinilai. Jika duktus terpotong, perbaikan
sekitar tube polyethylene tipis dibutuhkan. Dari batas anterior dari kelenjar, duktus
parotid meluas ke depan 1 cm di bawah zygoma. Lokasi duktus pada wajah dapat
divisualisasi sebagai 1/3 tengah dari garis dari tragus telinga ke tengah bibir atas.
Duktus panjang sekitar 4-6cm dan diameter 5mm. Duktus stensen berjalan secara
transversal melalui otot buccinator untuk masuk rongga mulut pada mukosa bukal
secara langsung melewati molar 2 RA. Laserasi yang melibatkan duktus parotid
biasanya merusak cabang bukal nervus facial karena dekat.
Ketika duktus parotid laserasi, kedua ujungnya harus ditemukan dan disuture, bagian
distal dari duktus biasanya ditemukan dengan menempatkan probe lacrimal duct atau
cannula polyethylene melalui orifice duktus stensen dalam dinding mukosa rongga
mulut, lateral terhadap molar 2 RA.
Ketika ujung laserasi dari kanalikuli telah ditemukan, mereka diperbaiki dengan
menggunakan Veis stainless steel rod wedges ke dalam black silk. Rodnya dimasukan
melalui punctum ke lokasi laserasi dan kemudian ke bagian tengah kanalikuli untuk
menyesuaikan ujungnya. Laserasi distabilkan dengan suture chromic gut kecil dan rod
dibiarkan selama 4-6 minggu. Ujung bebas dari material silk dari Veirs rod diikat
untuk membantu stabilisasi rod dan digunakan untuk mendapatkannya kembali saat
waktu pengambilan.
7. Scalp dan Dahi
Luka scalp biasanya dapat menyebabkan kehilangan darah karena suplai vaskular
banyak pada regio ini dan ketidakelastisan scalp mencegah kontraksi dan penutupan
pembuluh. Lapisan dari scalp meliputi, skin, subcutaneous tissue, aponeurosis layer,
loose subepicranial space, dan lapisan pericranial.
Pada pasien yang mengalami injuri scalp penting untuk evaluasi untuk injuri
intrakranial yang berhubungan. Inspeksi teliti harus dilakukan untuk mencari bukti
fraktur tengkorak. Karena scalp memiliki suplai dara yang baik dalam jaringan
subkutan juga lapisan pericranial, jaringan teravulsi, skin graft, dan berbagai flap
memiliki kethanan yang tinggi. Hollander et al menemukan tidak ada perbedaan
bermakna dalam laju infeksi laserasi scalp yang diirigasi dibanding yang tidak.
Jika kerusakan avulsi di mana pericranium intact dan penutupan primer tidak
memungkinkan skin graft split thickness dapat digunakan. Prosedur rekonstruksi
sekunder melibatkan berbagai flap rotational dan tingkat lanjut atau ekspansi jaringan
dapat dilakukan setelah healing kerusakan. Jika tulang kranial terekspos dengan
kerusakan avulsif yang besar maka berbagai prosedur flap diindikasikan.
Rekonstruksi alis sulit secara sekunder, usaha untuk memperbaiki laserasi secara
primer tanpa distorsi penting. Alis tidak boleh dicukur, karean pertumbuhan kembali
rambut tidak dapat diprediksi. Penutupan laserasi harus diusahakan mempertahankan
jaringan sebanyak mungkin. Kehati-hatian harus dilakukan untuk mencegah
kerusakan ke folikel rambut yang tersisa. Jaringan parut dapat diambil 6-12 bulan
kemudian dengan insisi yang dibuat paralel ke folikel rambut untuk mencegah injury.

Anda mungkin juga menyukai