Anda di halaman 1dari 6

KOMPRES HANGAT TERHADAP MOTILITAS USUS

PADA PASIEN APENDIKTOMI

I Made Widastra
I Gede Ardy Wiranata
I Made Oka Bagiarta
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar
Email: widastramade54@yahoo.com

Abstract: Warm Compress On Intestinal Motility of The Patients Appendictomy.


The purpose of this research was to find out the impact of warm compresses on
intestinal motility of the appendectomy patient at Bougenville room, BRSU Tabanan.
This research used nonequivalent control group design with 24 people who are
divided into 2 groups; they are control group and intervention group. Intestinal
motility value can be obtained from the examination in all four quadrants of the
abdomen using a stethoscope. Data were analysed useing t-test independent is p<
(p = 0,000; = 0.05) Which has a significant impact of warm compress on intestinal
motility among appendectomy patients.

Abstrak: Kompres Hangat Terhadap Motilitas Usus Pasien Apendiktomi.


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompres hangat terhadap
motilitas usus pasien apendiktomi di Ruang Bougenville BRSU Tabanan. Penelitian
ini menggunakan rancangan nonequivalent control group design dengan jumlah
sampel 24 orang dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan. Nilai motilitas usus
diperoleh dengan melakukan pemeriksaan di keempat kuadran abdomen
menggunakan stetoskop. Hasil analisis uji menggunakan t-test independent
didapatkan nilai p < (p = 0,000; = 0,05) sehingga Ha diterima yang berarti ada
pengaruh yang signifikan antara kompres hangat dengan motilitas usus pada pasien
apendiktomi

Kata Kunci: kompres hangat; motilitas usus; apendiktomi

Apendisitis merupakan peradangan pada et.al., 2009). Menurut Depkes RI tahun


apendiks yang mengenai seluruh organ 2009, jumlah pasien yang menderita
tersebut (Price & Wilson, 2006). Apendisitis penyakit apendisitis di Indonesia berjumlah
juga merupakan penyakit bedah mayor yang sekitar 27% dari jumlah penduduk di
paling sering terjadi. Walaupun dapat terjadi Indonesia.
di setiap usia, namun insiden yang paling Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
sering terjadi adalah pada usia remaja dan Provinsi Bali pada tahun 2009 apendisitis
dewasa muda (Price & Wilson, 2006). sendiri menduduki peringkat 10 penyakit
Insiden terjadinya apendisitis akut di rawat inap RSUD se-Bali, tercatat 1156
Amerika Serikat pada tahun 2006 ditemukan kasus. Meningkat 87% pada tahun 2011
sekitar 250.000 kasus. Apendisitis akut menjadi 2162 kasus dan menduduki
terjadi 7% dari populasi Amerika Serikat, peringkat 5 penyakit rawat inap RSUD
dengan insiden 1,1 kasus tiap 1000 orang se-Bali. Di BRSU Tabanan pada 3 bulan
per tahun (Eylin, 2009). Kasus apendiktomi terakhir (Juli - September 2013) terdapat
di Valencia, Spanyol selama periode 10 135 kasus apendisitis akut. Apabila dirata-
tahun (1998-2007) teridentifikasi terjadi ratakan terdapat 45 kasus apendisitis akut
44.683 kasus untuk apendiktomi (Andreu dalam sebulan. Dari jumlah kasus sebanyak
135 orang, 69 orang pasien dilakukan Namun, studi terbaru menunjukkan selang
tindakan pembedahan atau apendiktomi dan (NGT) tidak harus secara rutin dipasang
dirawat di ruang Bougenville (Juli setelah operasi abdomen karena pemasangan
September 2013). selang NGT akan meningkatkan insiden
Apabila diagnosis apendisitis sudah jelas komplikasi paru termasuk pneumonia,
tindakan yang paling tepat dilakukan adalah atelektasis dan demam (Kehlet, 2008).
pembedahan apendiks. Pembedahan Menanggapi hal ini, perlunya mencari jalan
merupakan suatu tindakan operatif dengan atau alternative lain untuk mempercepat
membuka dan menampilkan bagian tubuh proses dari pemulihan motilitas usus usus
yang akan di obati dengan cara invasive. pada pasien apendiktomi.
Pasien apendiktomi dapat mengalami Pada umumnya panas memiliki efek
penurunan motilitas usus, hal ini dapat terapeutik, meningkatkan aliran darah ke
disebabkan oleh anestesi dan manipulasi bagian tubuh yang mengalami cedera (Potter
yang dilakukan pada saat pembedahan. & Perry 2006). Menurut Sasmito (2011) dan
Pasien yang belum pulih motilitas ususnya Masanori (2003), kompres hangat dapat
setelah pembiusan dapat menderita ileus memberikan efek berupa meningkatkan
obstruktif atau obstruksi intestinal bila fungsi gastrointestinal, menurunkan tingkat
dalam waktu tersebut diberikan asupan kecemasan, depresi serta tingkat amarah
makanan (Potter & Perry 2006). Semakin pada pasien. Selain itu, kompres hangat juga
lama pemulihan peristaltik usus dari pasien efektif digunakan untuk mengoptimalkan
maka semakin lama juga pasien fungsi saraf, memperbaiki sirkulasi darah
mendapatkan asupan nutrisi dan itu dapat dan metabolisme tubuh serta merangsang
menimbulkan dampak negatif bagi proses peningkatan sel darah putih.
penyembuhan pasien pasca operasi. Dengan latar belakang diatas maka
Semakin lama length of stay pasien di rumah peneliti ingin mengetahui pengaruh kompres
sakit semakin buruk penilaian terhadap hangat terhadap motilitas usus pada pasien
rumah sakit tersebut. Hal itu dikarenakan apendiktomi di ruang Bougenville BRSU
length of stay (LOS) merupakan salah satu Tabanan.
indikator dari penilaian dalam akreditasi
sebuah rumah sakit. Semakin lama METODE
pemulihan pasien pasca operasi, semakin Penelitian ini merupakan Quasi
lama pula pasien dalam posisi tirah baring. Eksperimen dengan rancangan Non
Semakin lama pasien tirah baring akan Equivalent Control Group Design.
meningkatkan terjadinya komplikasi seperti Populasi Penelitian ini adalah semua
pembentukan thrombus sehingga aliran balik pasien apendiktomi yang berada di ruang
vena mengalami hambatan (Windiarto, Bougenville BRSU Tabanan. Sampel yang
2011). digunakan dalam penelitian ini adalah 24
Intervensi yang biasanya dilakukan pada orang (12 orang kelompok perlakuan dan 12
pasien pasca pembedahan untuk kelompok kontrol). Pengambilan sampel
mempercepat pemulihan motilitas usus dilakukan dengan cara Nonprobability
antara lain melakukan ambulasi dini pada Sampling dengan teknik Purposive
pasien. Namun, ambulasi dini memiliki Sampling.
peran kecil hingga tidak berarti dalam Pengumpulan data dilakukan dengan
pemulihan Postoperative ileus, meskipun cara mengukur nilai motilitas usus pada
memiliki kegunaan dalam pencegahan empat kuadran abdomen pasien yang
atelektasis, pneumonia, dan trombisis vena dilakukan selama 1 menit menggunakan
dalam (Bailey, 2010). Selain itu, stetoskop. Untuk tindakan kompres hangat
penggunaan Nasogastric Tube (NGT) dilakukan dengan menggunakan buli-buli
biasanya juga digunakan untuk yang dilapisi kain katun dengan suhu 40o
mempercepat pemulihan motilitas usus.
43o C selama 30 menit pada bagian Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa rata-rata
abdomen kiri. nilai motilitas usus pre-test pada kelompok
Sampel yang terpilih dibagi menjadi dua perlakuan yaitu 1,58, sedangkan nilai rata-
kelompok yaitu kelompok perlakuan dan rata nilai motilitas usus post-test pada
kelompok kontrol. Responden yang telah kelompok perlakuan yang diberikan
dipilih sebagai kelompok perlakuan, pada kompres hangat yaitu 4,92. Untuk nilai
hari ke-0 motilitas akan dihitung selama 1 motilitas usus pre-test yang sering muncul
menit (pre-test). Setelah itu, akan dilakukan yaitu 1 dan nilai motilitas usus post-test
pemberian kompres hangat selama 30 menit yang sering muncul yaitu 5.
sesuai ketentuan. Setelah diberikan kompres
hangat, kemudian dilakukan kembali Tabel 2. Nilai motilitas usus sebelum dan
penghitungan motilitas usus selama 1 menit sesudah pada kelompok kontrol
(Post-test). Pada kelompok kontrol, yang tidak diberikan kompres
responden dihitung motilitas ususnya segera hangat
setelah masuk ruang perawatan.
Penghitungan nilai motilitas usus dilakukan Motilitas Usus
selama 1 menit (Pre-test), didapat hasilnya Kelompok Kontrol
kemudian pasien di biarkan istrahat. Setelah Pre Post
30 menit pasien dihitung kembali motilitas Valid 12 12
ususnya selama 1 menit (Post-test). Missing 0 0
Data yang sudah terkumpul kemudian Mean 2,08 2,33
dilakukan analisis data. Sebelum dilakukan Median 2,00 2,00
uji statistik di setiap kelompok dilakukan uji Mode 2 2
normalitas data menggunakan uji Saphiro Std. Deviation 0,900 0,888
Wilk. Karena semua data berdistribusi Minimum 1 1
normal maka dilanjutkan uji statistik Maximum 4 4
paramertik dengan uji t-test paired
(Dependent t test) pada kelompok perlakuan Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa rata-rata
dan kelompok kontrol. Untuk analisis nilai motilitas usus pre-test pada kelompok
perbedaan antara nilai motilitas usus control yaitu 2,08, sedangkan nilai rata-rata
kelompok kontrol dan perlakuan pasien nilai motilitas usus post-test pada kelompok
apendiktomi dilakukan uji t-test control yang tidak diberikan kompres hangat
independent, dengan derajat kemaknaan yaitu 2,33. Untuk nilai motilitas usus pre-
p < 0,05. test yang sering muncul yaitu 2 dan nilai
motilitas usus post-test yang sering muncul
HASIL DAN PEMBAHASAN yaitu 2.
Hasil dari analisis perbedaan nilai
Tabel 1. Nilai motilitas usus sebelum dan motilitas usus pada kelompok perlakuan dan
sesudah pada kelompok perlakuan kelompok kontrol menggunakan uji t-test
yang diberikan kompres hangat Independent didapatkan hasil Asymp Sig. (2
Motilitas usus Kelompok tailed) sebesar 0,000 yang lebih kecil dari
Perlakuan
nilai penelitian (0,05) yang berarti
Pre Post
hipotesis penelitian diterima, sehingga dapat
Valid 12 12
Missing 0 0
dikatakan terdapat perbedaan yang
Mean 1,58 4,92 signifikan antara nilai motilitas usus
Median 1,00 5,00 kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Mode 1 5 Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat
Std. Deviation 0,996 1,084 pengaruh kompres hangat terhadap motilitas
Minimum 0 3 usus pada pasien apendiktomi di ruang
Maximum 3 7 Bougenville BRSU Tabanan.
Pemberian kompres hangat akan terdapat pengaruh kompres hangat terhadap
memberikan impuls hangat yang diterima motilitas usus pada pasien apendiktomi di
reseptor suhu di bawah kulit abdomen ruang Bougenville BRSU Tabanan.
dihantarkan ke sistem saraf pusat oleh Berdasarkan dari perbedaan yang signifikan
serabut saraf tipe C. Hipotalamus mengatur tersebut, kompres hangat dapat digunakan
kerja sistem saraf autonom. Saraf sebagai suatu intervensi keperawatan dalam
parasimpatis pada neuron postganglion yang perawatan pasien apendiktomi yang
terangsang akan melepaskan asetilkolin. mengalami penurunan motilitas usus.
Asetilkolin yang dilepaskan akan diterima Penurunan motilitas terjadi karena efek dari
oleh reseptor muskarinik pada pleksus anestesi dan manipulasi yang dilakukan
mienterikus intestinal, sehingga pleksus ini pada saat proses pembedahan.
akan terangsang. Salah satu efek dari Pemberian kompres hangat pada daerah
rangsangan pleksus mienterikus yaitu terjadi tubuh akan memberikan sinyal ke
peningkatan kecepatan konduksi gelombang hypothalamus melalui sumsum tulang
eksitatorik disepanjang dinding usus, belakang. Ketika reseptor yang peka
menyebabkan pergerakan motilitas usus terhadap panas dihypotalamus dirangsang,
lebih capat (Sasmito, 2011). Mekanisme ini system effektor mengeluarkan sinyal yang
dibuktikan pada penelitian ini bahwa memulai berkeringat dan vasodilatasi
sebagian besar responden mengalami perifer. Perubahan ukuran pembuluh darah
peningkatan motilitas usus setelah diberikan diatur oleh pusat vasomotor pada medulla
kompres hangat selama 30 menit. oblongata dari tangkai otak, dibawah
Pada kelompok kontrol pada penilaian pengaruh hypotalamik bagian anterior
pre-test didapatkan rata-rata nilai motilitas sehingga terjadi vasodilatasi. Akibat dari
usus sebesar 2,08 dan pada penilaian post- vasodilatasi pembuluh darah akan
test nilai motilitas usus pasien sebesar 2,33 meningkatkan aliran darah splanknik
dengan rata-rata selisih nilai tersebut sebesar (Pembuluh darah sistem gastrointestinal).
0,25. Peningkatan aliran darah tersebut sesuai
Hasil uji statistik yang dilakukan teori yang di kemukakan Sherwood (2011)
menggunakan uji t-test Paired didapatkan akan membawa hormon-hormon yang telah
hasil bahwa nilai signifikansi (2-tailed) dikeluarkan sel-sel kelenjar endokrin seperti
adalah 0,339 yang berarti p>0,05 sehingga gastrin dan motilin dalam darah kemudian
dapat ditarik kesimpulan tidak ada diedarkan. Hormon-hormon ini akan
perbedaan yang signifikan antara nilai menimbulkan efek eksitatorik disepanjang
motilitas usus pre-test dan post-test pada dinding usus dan otot polos, maka akan
kelompok kontrol yang tidak diberikan terjadi motilitas usus.
kompres hangat. Hal ini dikarenakan tidak
dilakukan permberian kompres hangat SIMPULAN
seperti yang dilakukan pada kelompok Berdasarkan hasil analisis dapat diambil
kontrol. Selain itu motilitas usus pasien kesimpulan bahwa hasil pengukuran nilai
apendiktomi dapat dipengaruhi oleh motilitas usus sebelum dan sesudah pada
manipulasi pada usus secara langsung dan kelompok perlakuan yang diberikan
efek agen anestesi yang digunakan pada saat kompres hangat didapatkan nilai minimal,
pembedahan seperti yang telah dipaparkan maksimal, dan rata-rata yang berbeda. Nilai
sebelumnya. minimal pada kelompok perlakuan setelah
Pada penilitian ini didapatkan hasil diberikan kompres hangat memiliki nilai
bahwa terdapat perbedaan yang bermakna yang lebih tinggi dari pada sebelum
antara selisih nilai motilitas usus antara diberikan kompres hangat yaitu 0 dan 3,
kelompok perlakuan dan kontrol dengan pada nilai maksimal, nilai setelah diberikan
nilai p < (0,000 < 0,05). Berdasarkan kompres hangat juga lebih tinggi
hasil tersebut maka Ho ditolak, yang artinya dibandingkan dengan sebelum diberikan
kompres hangat yaitu 7 dan 3, demikian pula stress operasi, kadar elektrolit serta
dengan nilai rata-rata terjadi peningkatan pengalaman operasi sehingga penelitian ini
dari 1,58 kali per menit menjadi 4,92 kali bias lebih baik.
per menit. Pada pengukuran nilai motilitas
usus sebelum dan sesudah pada kelompok DAFTAR RUJUKAN
kontrol yang tidak diberikan kompres hangat Andreu, (2009). Epidemiology of
Appendectomy and Appendicitis in
didapatkan nilai minimal dan maksimal the Valencian Community (Spain),
yang sama yaitu 1 kali per menit dan 4 kali 19982007. Dig Surg 26:406412
per menit. Sedangkan rata-rata terjadi (DOI: 10.1159/000235956)
peningkatan dari 2,08 kali per menit menjadi Bailey, R. (2010). Colorectal Surgery,
2,33 kali per menit. Untuk perbedaan nilai (online),
motilitas usus kelompok perlakuan dan (http://www.expertconsultbook.com,
kontrol dengan uji statistik T-test diakses 23 Desember 2012)
Independent didapatkan hasil bahwa nilai Eylin. (2009). Karakteristik Pasien Dengan
signifikansi (2-tailed) adalah 0,000 yang Diagnosis Histologi Pada Kasus
berarti p<0,05 dengan taraf kepercayaan Apendisitis Berdasarkan Data
95%, maka hipotesis penelitian ini diterima Registrasi Di Departemen Patologi
yaitu ada pengaruh yang signifikan kompres Anatomi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia Rumahsakit
hangat terhadap motilitas usus pada pasien Umum Pusat Nasional Cipto
apendiktomi. Mangunkusumo Pada Tahun 2003-
Pada penelitian ini ditemukan bukti 2007. FK UI.2009
bahwa terdapat pengaruh kompres hangat Kehlet, H. (2008). Postoperative ileus an
terhadap motilitas usus pada pasien update on preventive techniques.
apendiktomi, sehingga diharapkan kepada Section of Surgical Pathophysiology,
rumah sakit penelitian ini sebagai acuan 4074 Rigshospitalet, Copenhagen
dalam memberikan intervensi untuk pasien University, Blegdamsvej 9, 2100
Copenhagen, Denmark
post operasi apendiktomi dalam melakukan
metode pemulihan motilitas usus yang akan Masanori. (2003). Effect Lumbar Skin
digunakan dimana kompres hangat sebagai Warming on Gastric Motility and
Blood Pressure in Humans. Japanese
metode baru untuk mempercepat pemulihan Journal of Physiology, 53, 45-51,
motilitas usus. Untuk lebih lanjut dibuatkan 2003
Standard Operational Procedure (SPO)
pemberian kompres hangat. Selain itu, Potter, P. & Perry, A. (2006). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan Konsep,
pemberian kompres hangat ditambahkan di Proses, dan Praktik. Ed 4. Jakarta :
Clinical Pathway untuk pasien apendiktomi. ECG
Kepada perawat dan petugas kesehatan
lainnya agar dapat memberikan dan Price, S. & Wilson, L. (2006). Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-Proses
menyarankan intervensi kompres hangat Penyakit, Ed.6. Jakarta : EGC
sebagai perawatan pasien apendiktomi yang
bertujuan untuk mempercepat pemulihan Sasmito, N. (2011). Pengaruh Kompres
motilitas usus pasca operasi. Kepada peneliti Hangat Terhadap Motilitas Usus
Pasien Pasca Pembedahan Fraktur
selanjutnya yang tertarik melakukan Eksremitas Bawah Dengan Anestesi
penelitian serupa diharapakan untuk dapat Blok Subaraknoid Di Ruang Sadar
menambahkan jumlah responden agar lebih Pulih Rsud Sidoarjo. (online),
representatif. Selain itu untuk mengurangi (http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedo
wnload/keperawatan/Majalah%20na
terjadinya bias dalam penelitian diharapkan nang%20Bagus%20Samito.pdf,
penelitian selanjutnya dapat mengendalikan diakses 15 Oktober 2013).
faktor-faktor yang mempengaruhi motilitas
saluran cerna seperti kadar gastrin, Sherwood, L. (2011). Fisiologi Manusia
Dari Sel Ke Sistem. Edisi 6. Jakarta :
vasoactive intestinal peptide, substansi P, EGC
Thank you for evaluating AnyBizSoft PDF Converter.

You can only convert 5 pages with the trial version.

To get all the pages converted, you need to purchase the software from:

http://www.anypdftools.com/buy/buy-pdf-converter.html

Anda mungkin juga menyukai