Anda di halaman 1dari 19

1.

ETER

1.1 Pengertian Eter

Eter adalah nama segolongan senyawa organik yang mengandung


unsur unsur C, H, dan O dengan rumus umum R-O-R'. Bila rumus umum ini
dikaitkan dengan rumus air (HOH), maka eter dapat dianggap sebagai turunan
dialkil dari senyawa air. Eter atau alkoksialkana merupakan senyawa turunan
alkana. Satu atom H rantai alkana diganti oleh gugus alkoksi sehingga eter
mamiliki dua gugus alkil.

RH R OR'

alkana eter

Rumus umum struktur : R O -R'

Rumus umum molekul : CnH2n+2

1.2 Pembuatan Eter

Umumnya eter dibuat dari dehidrasi alkohol. Dietil eter dapat dibuat
melalui pemanasan etanol dengan asam sulfat pekat pada suhu sekitar 140C
hingga reaksi dehidrasi sempurna.

Bila uap etanol dan alkohol-alkohol primer suhu rendah yang lain
dilewatkan di atas suatu alumina pada suhu 250-260 C maka akan terjadi
dehidrasi pada alkohol tersebut dan menghasilkan eter.

2 C2H5OH C2H5-O-C2H5 + H2O

Di laboratorium dan industri, yang lazim digunakan sebagai penarik air


adalah H2SO4. Dalam cara ini, rangkaian reaksinya adalah sebagai berikut:
(1) C2H5OH + H2SO4 C2H5OSO3H + H2O

(2) C2H5OSO3H + C2H5OH C2H5-O-C2H5 + H2SO4

Asam sulfat yang diperoleh dalam langkah (2) dapat bereaksi


kembali dengan etanol seperti yang dituliskan dalam langkah (1). Oleh
karena itu cara pembuatan eter seperti ini dinamakan "proses eterifikasi
kontinyu". Secara teoritik, dapat diduga bahwa dengan sekali penambahan
asam sulfat dapat digunakan untuk membuat eter dengan jumlah alkohol
yang tidak terbatas. Dalam kenyataannya, setelah jangka waktu tertentu,
asam sulfatnya harus diperbarui karena ada sebagian yang tereduksi
menjadi asam sulfit.

Dalam pembuatan eter dengan cara ini diperlukan suhu yang relatif
rendah karena dalam keadaan panas etil hidrogensulfat (C2H5OSO3H)
dapat terdekomposisi menjadi etilena dan asam sulfat. Suhu yang
diperlukan adalah 120-140 C, dengan katalis Al2(SO4)3. Bila reaksi
berlangsung pada suhu 145 C, memberikan hasil etilena.

Perlu diketahui bahwa pembuatan eter dengan menggunakan asam


sulfat ini hanya memberikan hasil sebaik-baiknya untuk eter suku rendah
dengan rantai linier. Bila diterapkan untuk membuat eter suku tinggi dan
bercabang, ternyata lebih banyak menghasilkan etena.

Pembuatan eter dari alkohol

CH3CH2OH + HOCH2CH3H2SO4 CH3CH2OCH2CH3 + H2O

a.Menurut Sintesis Eter Williamson

Eter dapat dibuat dengan mereaksikan suatu alkil halida


(haloalkana) dengan suatu alkoksida. Alkoksida dapat dibuat dengan
mereaksikan suatu alkohol primer dengan suatu basa seperti NaOH.
Contoh:

C2H5Br + Na-OC2H5 NaBr + C2H5-O-C2H5


b. Mereaksikan Alkil Halida dengan Perak Iodida

Alkil halida jika direaksikan dengan perak iodida akan


menghasilkan eter dan garam perak halida. Contoh:

2 C2H5I + Ag2O C2H5-O-C2H5 + 2 AgI

Eter mempunyai struktur rantai C-O-C yang mempunyai sudut


ikatan sebesar 104,5 dan jarak antara atom C dengan O adalah sekitar 140
pm. Halangan rotasi untuk ikatan C-O sangat kecil. Ikatan oksigen dalam
eter, alkohol dan air sangatlah mirip. Pada teori ikatan valensi, hibridisasi
oksigen adalah sp3.

Oksigen lebih elektronegatif daripada karbon, dengan demikian


hidrogen alfa eter bersifat lebih asam daripada hidrokarbon sederhana,
tetapi jauh kurang asam dibandingkan dengan hidrogen alfa golongan
karbonil (seperti aldehida dan keton).

c.Kondensasi Ullmann

Kondensasi Ullmann mirip dengan metode Williamson, kecuali


substratnya adalah aril halida. Reaksi ini umumnya memerlukan katalis,
misalnya tembaga.

d.Adisi elektrofilik alkohol ke alkena

Alkohol dapat melakukan reaksi adisi dengan alkena yang


diaktivasi secara elektrofilik.

R2C=CR2 + R-OH R2CH-C(-O-R)-R2

Katalis asam diperlukan agar reaksi ini dapat berjalan. Biasanya


merkuri trifluoroasetat (Hg(OCOCF3)2) digunakan sebagai katalis.

e.Pembuatan epoksida
Epoksida biasanya dibuat melalui oksidasi alkena. Eposida yang
paling penting dalam industri adalah etilena oksida, yang dihasilkan
melalui oksidasi etilena dengan oksigen. Epoksida lainnya dapat
dihasilkan melalui dua cara:

1). Melalui oksidasi alkena dengan peroksiasam seperti Asammeta-


kloroperoksibenzoat (m-CPBA).

2) Melalui substitusi nukleofilik intramolekuler halohidrin

3 Reaksi pada eter

Eter secara umumnya memiliki reaktivitas kimia yang rendah, walaupun ia


lebih reaktif daripada alkana. Beberapa contoh reaksi penting eter adalah sebagai
berikut.[

a. Pembelahan eter

Walaupun eter tahan terhadap hidrolisis, ia dapat dibelah oleh asam-asam


mineral seperi asam bromat dan asam iodat. Asam klorida hanya membelah
eter dengan sangat lambat. Metil eter umumnya akan menghasilkan metil
halida:

ROCH3 + HBr CH3Br + ROH

Reaksi ini berjalan via zat antara onium, yaitu [RO(H)CH3]+Br-.

Beberapa jenis eter dapat terbelah dengan cepat menggunakan boron


tribomida (dalam beberapa kasus aluminium klorida juga dapat digunakan)
dan menghasilkan alkil bromida.Berganting pada substituennya, beberapa eter
dapat dibelah menggunakan berbagai jenis reagen seperti basa kuat.
a.Pembentukan peroksida

Eter primer dan sekunder dengan gugus CH di sebelah oksigen eter, dapat
membentuk peroksida, misalnya dietil eter peroksida. Reaksi ini memerlukan
oksigen (ataupun udaara), dan dipercepat oleh cahaya, katalis logam,
dan aldehida. Peroksida yang dihasilkan dapat meledak. Oleh karena ini,
diisopropil eter dan tetrahidrofuran jarang digunakan sebagai pelarut.

b.Sebagai basa Lewis

Eter dapat berperan sebagai basa Lewis maupun basa Bronsted. Asam kuat
dapat memprotonasi oksigen, menghasilkan "ion onium". Contohnya, dietil eter
dapat membentuk kompleks dengan boron trifluorida, yaitu dietil eterat
(BF3.OEt2). Eter juga berkooridasi dengan Mg(II) dalam reagen Grignard. Polieter
(misalnya eter mahkoya) dapat mengikat logam dengan sangat kuat.

c.Reaksi Oksidasi Eter

Dengan campuran (K2Cr2O7 + H2SO4), eter mengalami oksidasi dengan hasil


seperti pada oksidasi alkohol asalnya. Sebagai contoh, dietil eter (yang dibuat dari
etanol) bila direaksikan dengan (K2Cr2O7 + H2SO4) menghasilkan asetaldehida.
C2H5-O-C2H5 2 CH3CHO

d.Reaksi Eter dengan Asam

1).Dengan HI Dingin

Dengan asam iodida dingin, eter menghasilkan alkohol dan alkil iodida.
Contoh: C2H5-O-C2H5 + HI C2H5OH + C2H5I

2).Dengan H2SO4 Dingin

Dengan asam sulfat pekat dingin, eter dapat larut. Pemanasan larutan eter
dalam asam sulfat pekat mengakibatkan terbentuknya alkohol dan alkil
hidrogensulfat. Contoh: C2H5-O-C2H5 + H2SO4 C2H5OH + C2H5HSO4
e.Reaksi Hidrolisis Eter

Bila eter dididihkan dalam air yang mengandung asam (umumnya H2SO4)
terjadilah hidrolisis yang memberikan hasil alkohol. Contoh:

C2H5-O-C2H5 + H2O 2 C2H5OH

f.Reaksi Eter dengan Halogen

Halogen(klor atau brom) dapat mensubstitusi atom H yang terikat pada


atom C alfa (atom C yang berikatan dengan atom O) dalam suatu eter.

C2H5-O-C2H5 + Cl2 CH3CHCl-O-C2H5 + HCl

4.Tata Nama Eter

Penamaan eter dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penamaan alkil eter
(Cara Trivial) dan Menurut sistem IUPAC, gugus OR disebut gugus
alkoksi sehingga penataan nama senyawa eter dimulai dengan nama gugus alkoksi
(alkoksialkana) diikuti oleh nama rantai utamanya.

1. Penamaan Alkil Eter (Trivial)

Nama kedua gugus alkil disebut lebih dahulu (diurutkan berdasarkan


abjad), kemudian di tambahkan eter. Jika kedua gugus alkil sama,
diawalan di. Tata nama trivial untuk senyawa eter sangat sederhana dengan
menyebutkan nama-nama gugus yang terikat pada atom oksigen dan
kemudian ditambahkan kata eter. Contohnya adalah CH3-O-CH2CH3 diberi
nama etil metil eter, sedangkan CH3CH2-O-CH2CH3 diberi nama dietil eter.

2. Penamaan Alkoksialkana (IUPAC)

Penataan nama senyawa eter dimulai dengan nama gugus alkoksi diikuti
oleh nama rantai utamanya. Gugus alkoksi dianggap sebagai cabang yang
terikat pada rantai induk. Menurut tata nama IUPAC, eter diberi nama sebagai
alkoksialkana, dalam arti bahwa eter dipandang sebagai turunan alkoksi
suatu alkana. Contohnya adalah metoksimetana, metoksietana, dan 2-
metoksipentana yang rumus strukturnya berurutan adalah sebagai berikut:

Bila senyawa yang menurunkannya adalah alkena, maka nama yang


diberikan adalah alkoksialkena. Sebagai contoh adalah 1-metoksipropena
yang mempunyai rumus CH3OCH=CHCH3.

Eter yang memngandung gugus aril dinamakan Alkoksiarena. Sebagai


contoh adalah Metoksibenzena yang rumus strukturnya sebagai berikut:

Di bawah ini Penataan Nama Eter Menurut Trivial dan IUPAC

Nama IUPAC
Rumus Struktur Eter Nama Trivial
(alkoksialkana)

CH3 O CH3 Dimetil eter Metoksi metana

CH3 O CH2 CH3 Etil metil eter Metoksi etana

CH3 CH2 O CH2 CH3 Dietil eter Etoksi etena

5.Sifat-Sifat Eter

Sifat-sifat eter yaitu pada keadaan standar, hampir seluruh senyawa eter
berwujud cair, kecuali dimetil eter (gas). Jika dibandingkan dengan senyawa
alkohol, titik didih dan titik leleh eter lebih keci. Ini terjadi karena antar molekul
eter tidak membentuk ikatan hidrogen. Eter juga cenderung bersifat nono polar,
sehingga kelarutannya dalam air sangat kecil. Selain itu eter bersifat mudah
terbakar. Dibandingkan terhadap alkohol, eter jauh kurang reaktif kecuali dalam
hal pembakaran.Eter jauh lebih mantap (lebih kurang reaktif) dibandingkan
alkohol. Eter tidak bereaksi dengan logam natrium. Sifat ini dapat digunakan
untuk membedakan alkohol dengan eter.
A. Sifat-sifat fisika

1. Eter adalah cairan tidak berwarna yang mudah menguap dengan bau yang
khas.

2. Eter tidak larut air, akan tetapi larut dalam pelarut nonpolar.

3. Eter mudah terbakar dengan nyala bening yang jernih karena uap eter
membentuk campuran yang eksplosif dengan udara.

4. Eter dapat melarutkan lemak, minyak, resin, alkaloid, brom, dan iod.

Beberapa alkil eter

Titik Titidk Momen


Kelarutan dalam 1
Eter Struktur lebur didih dipol
L H2O
(C) (C) (D)

CH3-O-
Dimetil eter -138,5 -23,0 70 g 1,30
CH3

CH3CH2-
Dietil eter -116,3 34,4 69 g 1,14
O-CH2CH3

Larut pada semua


Tetrahidrofuran O(CH2)4 -108,4 66,0 1,74
perbandingan

Larut pada semua


Dioksana O(C2H4)2O 11,8 101,3 0,45
perbandingan
B. Sifat-sifat kimia

1. Eter sedikit polar karena sudut ikat C-O-C eter adalah 110 derajat, sehingga
dipol C-O tidak dapat meniadakan satu sama lainnya.

2. Eter lebih polar daripada alkena, namun tidak sepolar alkohol, ester, ataupun
amida.

3. Eter dapat dipisahkan secara sempurna melalui destilasi.

4. Eter secara umumnya memiliki reaktivitas kimia yang rendah, walaupun ia


lebih reaktif daripada alkana

5 Mudah terbakar

- Pada umumnya bersifat racun

Bersifat anastetik (membius)

2. Epoksida

Epoksida adalah senyawa eter siklik dengan cincin yang memiliki tiga
anggota. Struktur dasar dari sebuah epoksida berisi sebuah atom oksigen yang
diikat pada dua atom karbon berdekatan yang berasal dari hidrokarbon.
Tegangan dari cincin dengan tiga anggota ini membuat senyawa epoksida
menjadi lebih reaktif daripada eter asiklik.

Karakteristik dari senyawa epoksida adalah gugus oksiran yang terbentuk


oleh oksidasi dari senyawa olefinik atau senyawa aromatik ikatan ganda.
Senyawa epoksida merupakan senyawa yang sangat penting sama seperti
produk kimia lainnya, misalnya resin. Epoksida minyak, yang produksinya
mencapai sekitar level 50.000 ton per tahun, memiliki fungsi utama
sebagai plastisizer dan stabilisator pada PVC (Gunstone, 1996).

Bentuk gugus epoksi, antara lain :

Terminal

Internal

Dan mungkin memiliki pengganti pada atom karbon selain hidrogen, misalnya:

Gugus epoksi dapat pula menjadi bagian dalam sebuah struktur cincin, seperti:
Senyawa epoksida dapat dibuka dengan mudah, di bawah kondisi asam atau basa.
Contohnya, hidrolisis propilen oksida yang dikatalis dengan senyawa asam atau
basa untuk menghasilkan propilen glikol.

Epoksida merupakan gugus yang sangat reaktif, terutama dalam larutan


asam karena akan menaikkan kecepatan pembukaan cincin oksida dengan cara
protonasi kepada atom oksigen dan berinteraksi dengan berbagai macam reagen
nukleofilik (Gunstone, 1996).

Salah satu produk penting industri petrokimia yang dapat dihasilkan dari
minyak nabati adalah senyawa polihidroksi trigliserida. Senyawa ini banyak
digunakan sebagai bahan poliuretan, bahan aditif plastik, pelumas, surfaktan, dll
sehingga kebutuhan akan senyawa ini menjadi sangat tinggi. Senyawa
polihidroksi trigliserida dihasilkan melalui reaksi hidroksilasi. Reaksi hidroksilasi
meliputi dua tahap reaksi, yaitu reaksi epoksidasi dan reaksi pembukaan cincin
oksiran. Pada penelitian ini akan dibahas lebih mendalam mengenai reaksi
epoksidasi.
Karena kereaktifan yang tinggi dari cincin oksiren, epoksida dapat berlaku
sebagai bahan baku untuk sintesis berbagai macam varietas kimia, seperti alkohol,
glikol, alkanolamin, komponen karbonil, komponen olefin, dan polimer, seperti
poliester, poliuretan, dan resin epoksi (Dinda et al, 2008).

A. Pembuatan Epoksida

Reagen (produk): HX = H2 (alkohol), H2O (diol), ROH (alkoksi


alkohol), RCOOH (asiloksi alkohol), RCONH2 (asilamino alkohol), H2S
(merkapto alkohol), HCN (cyano alkohol), HBr (bromo alkohol). Reaksi
epoksidasi (terutama yang berasal dari triasilgliserol) dengan alkohol
polihidrik menghasilkan komponen polihidroksi yang mana dapat
direaksikan dengan diisosianat untuk menghasilkan poliuretan. Epoksida
dapat dikonversi menjadi keton melalui reaksi dengan natrium iodida
dalam polietilen glikol (Gunstone, 1996).

B. Tata Nama

Senyawa yang mengandung gugus fungsional epoksida dapat


disebut sebagai epoksi, epoksida, oksirana, dan etoksilin. Epoksida
sederhana terkadang dirujuk sebagai oksida. Karenanya, epoksida etilena
(C2H4) merupakan etilena oksida (C2H4O). Kebanyakan senyawa ini
memiliki nama trivial, etilena oksida disebut sebagai "oksirana." Beberapa
nama menekankan kehadiran gugus fungsionalepoksida, seperti pada
senyawa 1,2-epoksisikloheptana, yang dapat pula disebut sebagai 1,2-
heptena oksida.

Suatu polimer yang terbentuk dari prekursor epoksida disebut


sebagai epoksi, tapi material tersebut tidak mengandung gugus epoksida
(atau hanya berisi beberapa gugus epoksi sisa yang tetap tidak bereaksi
dalam pembentukan resin).

C. Reaksi
Reaksi pembukaan-cincin mendominasi reaktivitas epoksida
mereka adalah elektrofil yang potensial. Alkohol, air, amina, tiol dan
banyak pereaksi lainnya dapat bertindak sebagai nukleofil untuk reaksi ini.
Reaksi ini adalah dasar bagi pembentukan perekat epoksi dan produksi
glikol. Dalam kondisi asam, posisi serangan nukleofil dipengaruhi baik
oleh efek sterik (seperti yang biasa terlihat dalam reaksi SN2) dan oleh
kestabilan karbokation (seperti yang biasa terlihat dalam reaksi
SN1). Hidrolisis suatu epksida dalam kehadiran suatu katalis
asam menghasilkan suatu glikol. Hidrolisis mensyaratkan adisi
nukleofilik air ke epoksida. Dalam kondisi basa, nukleofil menyerang
karbon yang kurang tersubstitusi, sesuai dengan pola standar untuk proses
SN2. Ketika diperlakukan dengan tiourea, epoksida diubah menjadi sulfida,
yang disebut thiirana.

Polimerisasi epoksida menghasilkan polieter, misalnya etilena


oksida terpolimerisasi menghasilkan polietilena glikol, juga dikenal
sebagai polietilena oksida.

Epoxides juga mengalami reaksi ekspansi cincin, diilustrasikkan dengan


penyisipan karbon dioksida untuk menghasilkan karbonat siklik
Sebagai kesimpulan, epoksida diproduksi bukan hanya sebagai produk akhir,
tetapi juga sebagai intermediet karena epoksida merupakan komponen yang
sangat bernilai dalam sintesis kimia organik. Sekarang ini, beberapa usaha telah
dilakukan agar reaksi dapat berlangsung secara selektif dengan penggunaan
katalis (Brown et al., 2009).

3. TIOL

Tiol adalah sebuah senyawa yang mengandung gugus fungsi yang terdiri
dari atom sulfur dan atom hidrogen (-SH). Sebagai analog sulfur dari
gugus alkohol (-OH), gugus ini dirujuk baik sebagai gugus tiol ataupun gugus
sulfhidril. Secara tradisional, tiol sering dirujuk sebagai merkaptan. Tiol
Merupakan kelompok dari senyawa organik sulfur yang diturunkan dari hidrogen
sulfida dengan cara yang sama dengan alkohol diturunkan dari air; memiliki ciri
dengan bau yang tidak sedap, dan ditemukan dengan senyawa sulfur lainnya
dalam minyak mentah; contohnya adalah metil merkaptan. Juga dikenal sebagai
tiol.

A.Tata Nama TIOL

Ketika gugus tiol adalah substituen pada alkana, terdapat beberapa cara
penamaan:

Metode yang direkomendasikan oleh IUPAC adalah dengan menambahkan


akhiran -tiol pada nama alkana. Metode ini hampir identik dengan tatanama
alkohol. Misalnya: CH3SH akan menjadi metanatiol.
Metode lama, perkataan merkaptan menggantikan alkhol pada nama analog
alkohol senyawa itu. Misalnya: CH3SH menjadi metil merkaptan. (CH3OH
bernama metil alkohol)

Sebagai sebuah prefiks, istilah sulfanil atau merkapto digunakan. Sebagai


contoh:merkaptopurina.

B. Sifat Fisika TIOL

Bau

Banyak senyawa tiol adalah cairan dengan bau yang mirip dengan
bau bawang putih. Bau tiol sering kali sangat kuat dan menyengat, terutama yang
bermassa molekul ringan. Tiol akan berikatan kuat dengan protein kulit.
Distributor gas alammulai menambahkan berbagai macam tiol yang berbau tajam
ke dalam gas alam yang tidak berbau tersebut setelah kasus peledakan sekolah
New London pada tahun1937 di New London, Texas yang mematikan. Walaupun
demikian, tidak semua tiol berbau tidak sedap. Sebagai
contoh, tioterpineol bertanggung jawab atas aroma sedap buah Citrus paradisi.

Titik didih dan kelarutan

Oleh karena perbedaan elektronegativitas yang rendah antara hidrogen


dengan sulfur, ikatan S-H secara praktis bersifat kovalen nonpolar. Sehingga
ikatan S-H tiol memiliki momen dipol yang lebih rendah dibandingkan dengan
ikatan O-H alkohol. Tiol tidak menampakkan efek ikatan hidrogen, baik terhadap
molekul air, maupun terhadap dirinya sendiri. Oleh karena itu, tiol memiliki titik
didih yang rendah dan kurang larut dalam air dan pelarut polar lainnya
dibandingkan dengan alkohol.

C.Sifat Kimia TIOL

Sintesis
Metode pembuatan tiol mirip dengan pembuatan alkohol dan eter.
Reaksinya biasanya lebih cepat dan berendemen lebih tinggi karena anion sulfur
merupakannukleofil yang lebih baik daripada atom oksigen. Tiol terbentuk
ketikahalogenoalkana dipanaskan dengan larutan natrium hidrosulfida.

CH3CH2Br + NaSH heated in ethanol(aq) CH3CH2SH + NaBr

Selain itu, disulfida dapat dengan mudah direduksi oleh reduktor seperti
litium aluminium hidrida dalam eter kering menjadi dua tiol.

R-S-S-R' R-SH + R'-SH

D. Reaksi Reaksi TIOL

Gugus tiol merupakan analog sulfur gugus hidroksil (-OH) yang


ditemukan pada alkohol. Oleh karena sulfur dan oksigen berada dalam golongan
tabel periodikyang sama, ia memiliki sifat-sifat ikatan kimia yang mirip. Seperti
alkohol, secara umum, ia akan terdeprotonasi membentuk RS (disebut tiolat), dan
secara kimiawi lebih reaktif dari bentuk tiol terprotonasi RSH.

Kimia tiol berhubungan dengan kimia alkohol: tiol


membentuk tioeter,tioasetal, dan tioester, yang beranalogi dengan eter, asetal,
dan ester. Lebih jauh lagi, gugus tiol dapat bereaksi dengan alkena,
membentuk tioeter.

Atom sulfur tiol lebih nukleofilik daripada atom oksigen pada alkohol.
Gugus tiol bersifat sedikit asam dengan pKa sekita 10 sampai 11. Dengan
keberadaan basa,anion tiolat akan terbentuk, dan merupakan nukleofil yang sangat
kuat. Gugus dan anion ini dapat dengan mudah teroksidasi oleh reagen
seperti bromin, menghasilkandisulfida (R-S-S-R).

2R-SH + Br2 R-S-S-R + 2HBr

Oksidasi oleh reagen yang lebih kuat, seperti natrium


hipoklorit atau hidrogen peroksida, menghasilkan asam sulfonat (RSO3H).
R-SH + 3H2O2 RSO3H + 3H2O

4.Sulfida
A.Tata nama

Nama sistematisnya sulfanediida dan sulfida(2), nama IUPAC yang


valid, ditentukan menurut tata nama substitutif dan aditif. Namun, nama sulfida
juga digunakan dalam tata nama IUPAC komposisional tanpa mempedulikan sifat
ikatan yang terlibat. Contoh penamaan tersebut adalah selenium
disulfida dan titanium sulfida, yang tidak mengandung ion sulfida sama sekali.
Sulfida juga digunakan secara non-sistematik, untuk menggambarkan
senyawa yang melepaskan hidrogen sulfida pada pengasaman, atau senyawa yang
mengamdung belerang dalam beberapa bentuk, seperti dimetil sulfida. "Hidrogen
sulfida" sendiri merupakan contoh nama non-sistematis dari sifat ini. Namun, ini
juga merupakan nama trivial, dan nama yang lebih disukai IUPAC untuk sulfana.

B.Sifat kimia
Sulfida tidak ada dalam konsentrasi yang cukup, bahkan dalam air yang
sangat alkalis, tidak terdeteksi pada pH < ~15 (8 M NaOH).[2]

a. Alkalinitas

Anion sulfida dapat mengasimilasi proton dengan rekombinasi:

S2 + H+ SH

Karena penangkapan proton (H+), sulfida memiliki karakter basa.


Dalam larutan akuatik, ia memiliki nilai pKb kurang dari 0. Asam
konjugatnya adalah bisulfida (SH). Dalam larutan akuatik, sebagian besar
ion sulfida dinetralkan.

S2 + H2O SH + OH

C.Reaksi Kimia
Setelah diberi perlakuan dengan asam standar, sulfida berubah
menjadi hidrogen sulfida (H2S) dan garam logam. Oksidasi sulfida
menghasilkan belerang atau sulfat. Logam sulfida bereaksi
dengan nonlogam termasuk iodium, brom,
dan klor membentuk belerang dan garam logam.

8 MgS + 8 I2 S8 + 8 MgI2

Belerang juga bisa dibuat dari sulfida dan oksidator yang tepat:

16 HNO3 + 24 H2S 16 NO + 3 S8 + 32 H2O

Sulfida adalah basa kuat, sehingga larutan sulfida dalam air bersifat
basa, karena mengalami hidrolisis. Larutan sulfida mengeluarkan bau telur
busuk yang khas H2S sebagai hasil hidrolisis.[3]

S2(aq) + H2O(l) HS(aq) + OH(aq) (Kb = 8,3)

HS(aq) + H2O(l) H2S(aq) + OH(aq) (Kb = 110-7)

D. Cara pembuatan

Senyawa sulfida dapat disiapkan dengan beragam cara:[6]

1. Kombinasi langsung unsur-unsurnya:

Contoh: Fe(s) + S(s) FeS(s)


2. Reduksi sulfat:

Contoh: MgSO4(s) + 4 C(s) MgS(s) + 4 CO(g)


3. Presipitasi sulfida tak larut:

Contoh: M2+ + H2S(g) MS(s) + 2 H+(aq)

Anda mungkin juga menyukai