Anda di halaman 1dari 14

Tugas Makalah Geologi Panas Bumi

Johannes Silaban

Geologi / 1506723673

Sistem Geothermal merupakan suatu sistem panas bumi yang mempunyai elemen-elemen
penting yang berguna untuk mentrasfer panas dari dalam bumi menuju kerak bumi. Elemen-elemen
tersebut terdiri atas sumber panas, batuan reservoar, caprock dan fluida.

1. Sumber Panas

Sumber panas yang digunakan dalam sistem panas bumi bermacam-macam. Sumber panas
tersebut akan digunakan dalam pembangkit listrik tenaga panas bumi. Sumber panas tersebut
berasal dari :

Aliran air hujan yang masuk ke dalam akuifer dan bercampur dengan magma kemudian
terpanaskan oleh magma dan fluida itu akan terbawa menuju reservoar dan ditutup oleh
caprock atau batuan kedap air yang bersifat impermeabel kemudian akan keluar
menghasilkan uap ataupun air panas yang disemburkan.
Batuan Intrusif atau ekstrusif (batuan plutonik) akibat kontak dengan batuan disekitarnya
Panas yang ditimbulkan dari mineral-mineral radioaktif

2. Reservoar

Reservoar panas bumi merupakan tempat penampungan fluida yang terbawa dari sumber
panas. Batuan yang terdapat di reservoar merupakan batuan dengan porositas dan permeabilitas
yang tinggi dan biasanya reservoar ini terdapat di daerah gunung api purba (post volcanic) karena
adanya post volcanic tersebut menyebabkan dinginnya magma sehingga dapat dijadikan komponen
reservoar yang disebut sumber panas. Fluida yang panas akan terbawa ke reservoar dan jika fluida
tersebut sudah mendingin maka fluida tersebut akan kembali ke bawah.

3. Caprock

Caprock merupakan batuan yang bersifat menahan fluida agar tidak sampai ke permukaan. Sifat
dari batuan ini yaitu impermeabel atau tidak dapat dilalui air sehingga jika fluida sudah sampai di
reservoar maka uap yang berasal dari panas tersebut akan keluar dari caprock. Batuan Caprock ini
akan terpengaruh oleh alterasi hidrotermal dikarenakan adanya pengisian mineral silika atau mineral
lempung.

4. Fluida

Menurut Nicholson (1993) menyebutkan ada 4 macam fluida panas bumi yang terdiri atas :
air meteorik atau air permukaan, yaitu

air yang berasal dari presipitasi atmosferik atau hujan yang mengalami sirkulasi dalam
kedalaman beberapa kilometer.
Air formasi atau connate water yang merupakan air meteorik yang terperangkap dalam
batuan sedimen dalam kurun waktu yang lama. Air connate akan mengalami interaksi yang
intensif dengan batuan yang menyebabkan air ini menjadi lebih saline.
Air metamorforik yang berasal dari modifikasi khusus dari air connate yang berasal dari
rekristalisasi mineral hydrous menjadi mineral yang kurang hydrous selama
prosesmetamorfisme batuan
Air magmatik, menurut Ellis & Mahon (1977) membagi fluida magmatik menjadi dua jenis
yaitu air magmatik yang berasal dari magma namun pernah menjadi bagian dari air meteorik
dan air juvenile yang belum pernah menjadi bagian dari meteorik

2.1. Sistem Panas Bumi Konduksi

Perpindahan panas secara konduksi merupakan perpindahan panas yang disebabkan oleh
adanya cekungan sedimen atau geopressure, sistem ini diakibatkan oleh proses pengendapan yang
cepat dan pembentukan sesar atau patahan yang pada beberapa bagian cekungan terbentuk
caprock sehingga panas akan mengalir melalui batuan yang bersifat impermeabel dan lapisan batuan
yang memiliki konduktivitas rendah. Akibat yang ditimbulkan dari sistem ini terbentuknya porositas
atau permeabilitas sekunder pada batuan sedimen yang dominan yang pada akhirnya menghasilkan
permeabilitas reservoir panas bumi yang besar, lebih besar dibandingkan dengan permeabilitas
reservoir pada lapangan panas bumi.
2.1.2. Hot Dry Rock

Reservoir ini memiliki kedalaman yang sangat dalam sehingga permeabilitasnyamenjadi


lebih kecil. Sumber panas yang tinggi dalam batuan impermeabel berasal dari intrusi magma atau
gradient geothermalnya. Tidak terdapat fluida pada batuan yang impermeable. Pemanfaatannya
dilakukan dengan cara membor reservoir ini dengan membuat artificial reservoir (injeksi air dingin
pada lapisan batuan panas yang impermeable), kemudian
dilakukan hydraulic fracturing(rekahan buatan) dimana air diinjeksikan dengan tekanan yang
besar sehingga mengakibatkan rekahan di reservoir.

2.2. Sistem Panas Bumi secara Konveksi

Perpindahan panas secara konveksi terjadi karena karena gaya apung (bouyancy). Air karena
gaya gravitasi selalu mempunyai kecenderungan untuk bergerak kebawah, akan tetapi apabila air
tersebut kontak dengan suatu sumber panas maka akan terjadi perpindahan panas sehingga
temperatur air menjadi lebih tinggi dan air menjadi lebih ringan. Keadaan ini menyebabkan air yang
lebih panas bergerak ke atas dan air yang lebih dingin bergerak turun ke bawah, sehingga terjadi
sirkulasi air atau arus konveksi.

Sistem ini biasanya terjadi pada daerah dengan geological setting dan memiliki elevasi
dengan adanya patahan atau lipatan dengan lapisan batuan permeable dan batuan panas seperti
batuan plutonik dengan berada pada daerah recharge atau daerah resapan.
2.2.1. Sistem Konveksi dengan High Entalpy

Sistem ini ditemukan pada daerah sistem tektonik yang aktif dan berada di area
patahan,graben atau rifting. Sistem dengan temperatur tinggi berada pada gradien geothermal
dengan rata-rata 30 derajat celcius per kilometer dan juga berada pada daerah volcanogenic dengan
komposisi andesit tinggi.

2.2.2. Sistem Konveksi dengan Vapor Dominated

Sistem ini didominasi oleh uap dengan manifestasi yaitu steaming ground, mata air sulfat,
dan fumarol dengan temperatur konstan.Perubahan air menjadi uap berasal dari air meteorik yang
terkumpul di akuifer dan akan bercampur dengan sumber, air akan mengalami suhu dan tekanan
yang tinggi dengan suhu berkisar 236 derajat celcius. Air akan menuju ke reservoar dengan
permeabilitas dan porositas yang tinggi. Uap akan menuju ke permukaan melalui rekahan-rekahan
yang ada di bawah permukaan dan tekanan yang berasal dari reservoar akan dikontrol oleh uap.

2.2.3. Sistem Konveksi dengan Liquid Dominated

Perpindahan panas dengan Liquid Dominated dikontrol oleh sumber panas dari magma pada
ketinggian 8km atau lebih dan perpindahan panas terjadi adanya caprock dan aliran air yang
mengalir akan rechargable sehingga membuat energi terlepas sehingga temperatur dan tekanan di
reservoir akan berubah seiring dengan kedalamannya. Semakin tinggi kedalamannya maka semakin
tinggi tekanannya. Air tersebut akan bercampur dengan kandungan kimia seperti NaCl, SO2, dan
akan membawa kandungan kimia tersebut sebagai manifestasi panas bumi dan akan terjadi
konduksi di atas reservoir.
2.2.4. Sistem Konveksi Liquid dominated dan Low Relief

Perpindahan panas bumi tersebut berada pada topografi rendah dan karena aliran air akan
mencapai permukaan dan menutup zona upflow yaitu zona dimana air akan menuju reservoir
dengan membawa kandungan kimia sehingga akan terkondensasi menjadi uap. Sistem ini
dikarakterisasi oleh spring dan pools pada air klorida. Aliran lateral akan memungkinkan tetapi tidak
seluas di daerah high relief, zona dua fase atau steam ada tetapi tidak setebal dalam system high
relief.

2.2.5. Sistem konveksi Liquid dominated dan High Relief

Sistem ini berada pada zona busur vulkanik dikarenakan banyaknya batuan andesit. Sirkulasi
panas dari sistem ini berasal dari panas yang ditimbulkan dari batuan plutonik dan topografi yang
curam. Karena topografi dan gradien hidrologi, mata air klorida biasanya ditemukan jauh dari
sumber panas dan reservoir utama hingga beberapa kilometer jauhnya. Jadi, pada sistem panas
bumi dengan relief terjal berupa pegunungan, air klorida akan ditemukan pada zona outflow bukan
pada zona upflow seperti pada sistem panas bumi relief datar.

2.3. Geothermal Play berdasarkan kondisi geologi

Geothermal play merupakan sistem geothermal berdasarkan sistem tektonik dan cekungan
sedimen. Geothermal play terbagi atas 2 bagian yaitu berdasarkan Moeck Beardsmore dan Brophy
Occurence. Berdasarkan Moeck Beardsmore terdiri atas :

Convection-Dominated : Magmatic (CV1)

Pada sistem ini panas berasal dari magma chamber yang masih aktif pada lapangan vulkanik
yang masih aktif. Sistem ini terjadi dari tectonic setting yaitu pada Mid oceanic Ridge, Hotspot
dan Magmatic Arc. Air meteorik akan tertampung di bawah permukaan bersamaan dengan
batuan-batuan seperti andesit,rhyolite dan akan bercampur dengan kandungan kimia dari
magma kemudian akan terkondensasi membentuk uap dan sebagian air yang naik akan
teralterisasi di zona upflow tetapi akan naik ke permukaan dan menjadi manifestasi panas bumi
seperti mata air panas klorida.
Convection Dominated : Plutonic (CV2)

Sistem panas bumi ini terbentuk oleh adanya tektonik setting yang berasal dari orogen muda
ataupun past orogen kemudian akan membentuk batuan intrusi atau batuan plutonik seperti
batuan sedimen, granit ataupun gabro kemudian terangkat dan akan memanaskan batuan yang
berada disekitarnya oleh karena adanya magma kemudian membentuk manifestasi panas bumi.

Convection Dominated : Ekstensional

Sistem konveksi ini merupakan hasil adanya tarikan antar lempeng yang kemudian akan
membentuk suatu cekungan kemudian air yang berasal dari air hujan akan terkumpul di
cekungan tersebut lalu magma akan memanaskan batuan yang berasal dari hostrock seperti
batuan vulkanik ataupun batuan sedimen kemudian suhu dan tekanan naik dan air akan naik ke
reservoir lalu ditutup oleh cap rock akan tetapi akan tertahan di reservoir sehingga
menyebabkan anomali gradien panas bumi. Daerah ini berhubungan langsung dengan tektonik
seperti pull apart basin, intractratonic rift, back arc ekstension, dan di kompleks metamorfik.
Conduction Dominated : IntracratoniC basin

Daerah Intracratonic basin merupakan daerah satabil tanpa adanya aktivitas vulkanisme dan
aktivitas tektonik yang sangat minim akan tetapi masih terdapat anomali gradien geothermal.
Daerah dengan anomali dihasilkan pada formasi dibawah salt diapire yang memiliki
konduktivitas yang tinggi untuk menghantarkan panas dan kemungkinan cocok untuk dijadikan
reservoir geothermal. Patahan yang terdapat dibawah salt diapire berguna untuk membuat
sirkulasi panas akan gradien geothermal tetap konstan dan batuan hostrocknya terdiri atas
batuan sedimen fluvial dengan permeabilitas tinggi

Conduction Dominated : Orogenic Belt and Foreland Basin

Daerah ini merupakan daerah yang membentuk sirkulasi untuk membangkitkan listrik dari hot
dry rock dan terdapat batuan hostrock dengan unsur radioaktif seperti batuan granit sehingga
dapat dijadikan sistem panasbumi.
3. Manifestasi Panas Bumi

Sistem panas bumi dapat ditandai dengan munculnya manifestasi panas bumi berupa fluida
yang berasal dari dalam bumi dan muncul di permukaan melalui patahan atau batuan permeabel.
Manifestasi panas bumi dapat berupa mata air panas dan endapan yang terdapat disekitar mata air
panas (Saptadji, 2002).

Tipe air panas memiliki karakteristikreservoir yang berbeda-beda. Karakteristik reservoir


berupa temperatur reservoir tinggi dan berada pada kedalaman yang dalam ditandai dengan mata
air panas yang mengandung klorida yang tinggi atau termasuk ke dalam tipe air klorida, sedangkan
air panas yang mengandung dominan sulfat biasanya juga memiliki temperatur tinggi dan dikontrol
oleh kegiatan vulkanik aktif sehingga uap terkondensasi menjadi air permukaan. Tipe air panas
bikarbonat merupakan hasil dari kondensasi uap air dan gas yang berada di bawah permukaan
dengan kandungan oksigen yang sedikit, berada didaerah non vulkanik dan memiliki sistem
temperatur sedang (Nicholson, 1993).
3.1. Mata Air Panas

Mata air panas adalah mata air yang dihasilkan akibat keluarnya air tanah dari kerak bumi
setelah dipanaskan secara geothermal. Air yang keluar suhunya diatas 37 derajat celcius atau bahkan
ada yang suhunya hingga diatas titik didih. Air panas lebih dapat mengencerkan padatan mineral,
sehingga banyak mengandung kalsium, litium dan radium.

Memiliki Ph 6-7
Biasanya memiliki temperature lebih dari 75 derajat celsius
Terdapat silica sinter dan mineral fluida

Dapat terbentuk dalam beberapa tingkatan mulai dari rembesan hingga menghasilkan air dan
uap panas yang dapat dimanfaatkan secara langsung (pemanas ruangan, rumah pertanian atau air
mandi) atau penggerak turbin listrik.

3.2. Solfatara

Uap air (steam) yang keluar melalui rekahan batuan yang bercampur dengan H2S, CO2 dan
kadang SO2 serta dapat mengendapkan sulfur di sekitar rekahan tempat keluarnya (dijumpai
endapan mineral berupa belerang dan mineral ubahan yaitu lempung.

3.3. Sinter Silika

Sinter silika merupakan manifestasi panas bumi dari fluida mata air panas yang berasal dari
reservoir panas bumi mempunyai cukup silika dan mengendap jika suhu menurun hingga 50 derajat
Celsius (Wohltz dan Heiken, 1992). Sinter yang mengandung silika terdapat di area geotermal yang
dekat dengan mata air alkali klorida netral dan biasanya berasal dari reservoir yang memiliki
temperatur 175 derajat celcius (Fournier and Rowe, 1966).
3.4. Travertin

Travertin adalah endapan kalsium karbonat yang dihasilkan oleh mata air, Ketika air
meteorik yang bersikulasi sepanjang rekahan-rekahan di bawah permukaan mengalami pemanasan
oleh magma dan bereaksi dengan batuan karbonat. Biasanya terbentuk sebagai timbunan atau
gundukan di sekitar mata air panas bersuhu sekitar 30 sampai 100 derajat celsius dan dapat
digunakan sebagai indikator suhu reservoir panas bumi berkapasitas energi kecil yang terlalu lemah
untuk menggerakkan turbin listrik tetapi dapat dimanfaatkan secara langsung.

3.5. Warm Ground dan Uap Air

Warm Ground (tanah hangat) menunjukkan sebuah level terendah dalam aktivitas
geothermal. Suhu tanah meningkat pada kedalaman 1m tetapi bukan pada permukaan. Warm
ground atau uap air yang naik ke permukaan akan menaikkan suhu disekitar daerah thermal area
sehingga suhu didaerah ini akan lebih tinggi daripada daerah disekitarnya dan juga lebih tinggi dari
suhu udara didekat permukaan yang kadang-kadang mencapai 30-40 derajat celsius
3.6. Hot Steaming Ground

Hot Ground merupakan hasil konduksi panas dari bawah tanah. Uap panas naik ke
permukaan akan tetapi tidak benar-benar habis. Sebuah lapisan uap tipis yang mengembun dalam
kondisi udara lembab sedangkan pada udara kering tidak ada uap yang teramati.

Uap air yang keluar dalam jumlah sedikit akan bergerak melalui pori-pori dalam tanah atau
batuan yang kenampakannya hanya berupa uap putih dan hangat dan tidak terdengar bunyi dari
tekanan uap yang tinggi seperti fumarol dengan tekanan kecil.
3.7. Fumarol

Uap panas (vapour) yang keluar melalui celah-celah batuan dan kemudian berubah menjadi
uap air (steam), yang umumnya mengandung SO2 yang relatif tinggi serta gas CO2,HF da HCl. Fumarol
yang mengasosiasikan dengan sistem vulkanik-hidrotermal dapat memancarkan uap dengan
kecepatan >150 m/s jika kandungan SO2 dominan, suhu bisa mencapai >130derajat celsius. Fumarol
basah memiliki suhu <100 derajat celsius yang terbentuk dalam sistem dominasi air, fumarol kering
dengan suhu 110-150 derajat terbentuk dalam sistem dominasi uap.

3.8. Acid Hot Spring

Mata air panas dengan ph asam (ph<6) yang terbentuk dari hasil kondensasi gas-gas
magmatik dengan uap panas (vapour) didekat permukaan bumi kemudian melarut dan bercampur
dengan air meteorik dan kemudian keluar menjadi mata air dengan ph asam.

a. Danau Kawah Asam


Terdapat dalam kawah gunung berapi
Berasal dari sistem hidrotermal vulkanik
Memiliki suhu yang tinggi dan ph yang rendah
Airnya adalah produk dari air meteorik yang percampuran dengan air condensat dari
air kondensasi uap dan gas magmatik dari gunung berapi
b. Kolam air panas asam

Ph<3, warna air tidak jelas karena berlumpur, airnya tenang dan mendidih, dan komponen
utama adalah air sulfat dari kondensasi H2S dan juga CO2.

3.9. Hot Pool

Merupakan daerah ubahan erupsi hidrotermal yang pada umumnya mengandung air panas
dan uap panas atau bisa juga campuran dari keduanya. Hot pools terbentuk dari air panas atau uap
pemanas kolam dari air tanah

Adanya kolam air panas di alam juga merupakan salah satu petunjuk adanya sumber daya
panasbumi di bawah permukaan. Kolam air panas ini terbentuk karena adanya aliran air panas dari
bawah permukaan melalui rekahan-rekahan batuan. Pada permukaan air terjadi penguapan yang
disebabkan karena adanya perpindahan panas dari permukaan air ke atmosfir. Panas yang hilang ke
atmosfir sebanding dengan luas area kolam, temperatur pada permukaan dan kecepatan angin.
Kolam air panas dibedakan menjadi tiga, yaitu:

kolam air panas yang tenang (calm pools)


kolam air panas yang mendidih (boiling pools)
kolam air panas yang bergolak (ebulient pools).
Referensi

1. https://www.scribd.com/doc/99792163/Sistem-Panas-Bumi
2. https://www.slideshare.net/zulfakhalida/panas-bumi-40522567
3. Moeck, I. and Beardsmore, G., 2014, February. A new geothermal play typecatalog:
Streamlining exploration decision making. In Proceedings of the Thirty-Ninth Workshop on
Geothermal Reservoir Engineering, Stanford University, Stanford, California.

Anda mungkin juga menyukai