Anda di halaman 1dari 16

Peningkatan Pelayanan KB

Keluarga berencana merupakan salah satu kebijakan tujuannya untuk menekan laju
pertumbuhan penduduk sekaligus pemerataan penduduk maka akan terjadi kesejahteraan di
Indonesia. Maka, dari itu tulisan ini guna menganalisis kebijakan keluarga berencana untuk
meningkatkan kebijakan KB.

Adistiara herwinanda
10/298809/SP/23991
Politik & Pemerintahan
FISIPOL UGM
2014

0
Daftar Isi

Daftar isi............................................................................................ 1
Bab I pengantar
Pengantar........................................................................................... 2
Bab II policy making process
II.A Agenda Setting.......................................................................... 4
II.B Formulasi Kebijakan................................................................. 5
Analisis SWOT
Faktor Internal.................................................................... 6
Faktor Eksternal................................................................. 6
Bab III Policy Implementation
III.A Proses Iplementasi.................................................................... 9
III.B Proses Monitoring Kebijakan.................................................. 10
Tahapan, Aktor-aktor yang terlibat, Dampak sosial.................. 10
Bab IV Feed Back
Evaluasi kebijakan............................................................................ 12
Bab V Kesimpulan
Kesimpulan....................................................................................... 14
Daftar pustaka................................................................................... 15

1
BAB I
Pengantar
Kebijakan keluarga berencana sangat penting untuk kemajuan Indonesia. Hal ini
berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia di Indonesia, pemeretaan jumlah
penduduk dan menekan pertambahan jumlah penduduk. Sampai saat ini kebijakan KB
telah disempurnakan dari tahun ketahun untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat. Terlebih lagi kepada masyarakat miskin. Sebab, masyarakat miskin
merupakan masyarakat yang renta dalam menanggapi isu keluarga berencana. Mereka
menganggap bahwa banyak anak banyak rejeki. Dengan seiring jaman yang hal itu tidak
sesuai dengan kondisi saat ini dengan kebutuhkan masyarakat yang terus meningkat dan
harga yang kian melambung tinggi. Maka, sangat dibutuhkannya peningkatan pelayanan
program keluarga berencana atau disingkat dengan KB.
Meningkatkan kebijakan KB sangat urgen karena untuk berjalan sesuai dengan
rencana dan meraih tujuan. Tujuannya yaitu pertama, tersampaikan informasi kepada
setiap keluarga di Indonesia. Saya beberapa waktu lalu sempat mengobrol dengan dua
orang peserta KB Rini dan Esti mengeluh tentang sakit yang dialami yaitu mual dan tidak
rutin dalam masa menstrurasi. Dan mereka ketika ikut dalam program KB pengguna
kontrasepsi tidak tahu bahwa hal tersebut merupakan efek samping yang terjadi karena
penggunaan KB1. Kedua, penyelenggaraan yang tidak disalagunakan oleh kepentingan
perseorangan atau lembaga tertentu. Disalah satu daerah dalam pelaksanaan program KB
telah melakukan jual beli alat dan obat kontrasepsi di kabupaten Rote Ndao Provinsi
Nusa Tenggara Timur lalu pada tahun 2013 dinyatakan bersalah kepada lima orang
terdakwa dinas BKKBn2. Padahal alat dan obat kontrasepsi yang ada di kabupaten Rote
Ndao tersebut diperuntukkan untuk masyarakat miskin. Ketiga, meningkatkan jumlah
peserta KB. Jumlah peserta KB terutama pria dalam salah satu penelitian di kelurahan
Lamper Tengah kecamatan Semarang Selatan peserta pria yang berpartisipasi terdapat 11
orang dalam satu desa kelurahan. Hal ini menjadi sangat penting untuk meningkatkan

1
Wawancara dengan Rini dan Esti pukul 16.00 februari 2014
2
Diihat
http://www.tempo.co/read/news/2013/02/19/058462334/Terdakwa-Korupsi-Alat-Kontrasepsi-Divonis-Bers
alah pukul 11:15 PM 25 maret 2014

2
peserta dari KB baik dari pria maupun wanita3. Keempat, meningkatkan partisipasi
oleh para peserta KB untuk lebih aktif. Kelima, peningkatan pelayanan agar tidak stagnan.
Pemerintah mengakui bahwa terjadi stagnan dalam iplementasi program KB hal ini
dikarenakan jumlah yang ikut serta tidak mengalami peningkatan dari tahun ketahun4.
Maka dibutuhkannya peningkatan pelayanan dan jumlah kader yang mensosialisasikan
tentang program KB.
Melihat hal tersebut menjadi motivasi saya menganalisis kebijakan program KB
mengingat bahwa program KB sudah teriplementasi sejak jaman pemerintahan Soeharto
dan telah terjadi perubahan-perubahan undang-undang guna meperbaharui dan
menyesuaikan dengan kebijakan masa kini. Tetapi kali ini saya tidak berpandangan secara
objektif namun subyektifitas. Saya yang menentukan alur berfikir dalam tulisan ini.
Peningkatan pelayanan program KB ini saya pikir penting untuk kita perbaiki dan telaah
lebih dalam sebab hal ini menentukan bagaimana kesejahteraan masyarakat dapat di ukur
dari level terkecil yaitu keluarga. Posisi saya yaitu memandang kebijakan dari sudut
pandang untuk kebijakan dan menganalisis dengan mix scaning mengingat bahwa perlu
untuk mempertimbangkan rasionalitas dari kebijakan ini juga.

3 Anastasia oktaviani iplementasi program keluarga berencana di kelurahan lamper tengah kecamatan semarang selatan.
Studi kasus partisipasi pria dalam program keluarga berencana. Di unduh
http://eprints.undip.ac.id/13133/1/D2A004010_Anastasia_Oktaviani.pdf pada 1 april 2014 pukul 08;14 PM
4
Ddilihat http://www.tempo.co/read/news/2013/06/04/173485668/Pemerintah-Akui-Program-KB-Jalan-di-Tempat
pukul 2:15 AM 25 juni 2014

3
BAB II Policy Making Process (Agenda Setting & Formulasi Kebijakan)

II.A Program KB sebagai Agenda Setting


Roger W. Cobb dan Charles D. Elder mengidentifikasi ada dua macam agenda pokok,
yakni agenda sistemik dan agenda lembaga. Agenda sistemik terdiri dari semua isu yang
menurut pandangan anggota-anggota masyarakat politik pantas mendapatkan perhatian
publik dan mencangkup masalah-masalah yang berbeda dalam yurisdiksi wewenanang
pemerintah yang secara sah ada. Agenda lembaga atau agenda pemerintah terdiri dari
masalah-masalah yang mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh dari pejabat
pemerintah dan aktif atas issu-issu yang berkembang dalam agenda sistemik5.

Kebijakan keluarga berencana merupakan sebuah isu yang harus diangkat karena
mencakup hal yang sangat krusial berkaitan dengan aspek kuantitas, kualitas, mobilisasi,
pembangunan ekonomi, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, sosial, agama,
keamanan, tata ruang, kemampuan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan,
eksploitasi SDA yang menjamin kelestarian lingkungan serta peningkatan kesejahteraan
penduduk.

Melihat dari sudut pandang agenda maka kebijakan keluarga berencana merupakan
agenda pemerintah karena mendapat perhatian atas isu-isu yang berkembang dan
kebutuhan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan terencana
dengan mengupayakan mengurangi populasi dan pemerataan penduduk di Indonesia.
Beberapa faktor yang mempengaruhi mengapa harus adanya kebijakan keluarga
berencana yaitu pertama, mengurangi jumlah penduduk. Kedua, mengurangi jumlah
kematian ibu atau bayi. Ketiga, pemerataan penduduk. Keempat, mengatur jumlah
penduduk agar seimbangantar jumlah penduduk produktif dan non produktif. Kelima,
ketersediaan jumlah pangan sesuai dengan laju pertumbuhan penduduk.

Proses mempengaruhi menjadi agenda setting yaitu kebijakan keluarga berencana


merupakan sebuah wacana yang tidak lepas dari pertumbuhan penduduk dan

5
Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik; Teori dan Proses. Jakarta : PT Buku Kita. h.87

4
pembangunan keluarga dengan jangka panjang maka memicu respon dari pemerintah
memperhatikan akan jumlah penduduk. Kebijakan yang telah berjalan dan diamandemen
secara terus menerus dan dapat dilihat dari aturan perundangan UU no 52 tahun 2009
tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga. Dalam analisis ini
lebih mengacu pada bagian ke enam mengenai perkembangan kependudukan. sebagai
landasan analisis yaitu pada pasal 24, 26, 27 dan 31. Bahwa perlu untuk penegakan
regulasi mengenai petugas program kb dalam pasal 24. Pasal 26 mengenai alat dan obat
yang berhak untuk mengetahui apa efek samping, jangka penggunaan alat atau obat
maupun jenis-jenis alat dan obatnya. Pasal 27 mengenai pemalsuan dan penyalahgunaan
yang pada beberapa waktu lalu tahun 2013 telah terjadi penjual belian secara bebas oleh
lima orang yang terdakwa di provinsi nusa tenggara timur. Pasal 31 pencegahan untuk
mengalami kesakitan dan peningkatan partisipasi aktif keluarga.

II.B. Program KB sebagai Formulasi kebijakan


Seperti yang dijelaskan diatas permasalahan yang ada berkaitan dengan masalah
kependudukan perlu memilih masalah-masalah yang dianggap penting. Untuk
memudahkan dalam formulasi kebijakan maka saya menggunakan analisis SWOT.
Analisis SWOT merupakan analisis untuk menganalisis kondisi internal maupun
eksternal dari suatu organisasi yang selanjutnya digunakan sebagai dasar merancang
strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi penilaian terhadap faktor kekuatan
(strengeth) dan kelemahan (weekness). Sementara analisis eksternal yaitu mencakup
faktor peluang (opportunity) dan tantangan (treath). Saya menganalisis tentang kebijakan
keluarga berencana yang telah dilakukan oleh pemerintah beberapa waktu lalu. Dalam
iplementasinya terdapat beberapa faktor yaitu internal dan eksternal dalam tubuh
pemerintah untuk kebijakan keluarga berencana (KB). Selain melalui analisis SWOT,
analisis akan lebih komprehensif jika dengan cara mix scanning selain pertimbangan akan
rasionalitas yang ada dalam kebijakan keluarga berencana. Analisis dengan mix scaning
merupakan upaya agar analisis yang mampu melihat subtansi dan proses dari kebijakan
keluarga berencana dari upaya pemerintah dalam menjalankan kebijakan program
keluarga berencana.

5
Faktor Internal
Kekuatan Kelemahan
Alasan pemerintah untuk mengatur Kurangnya sosialisasi oleh
laju pertumbuhan yang semakin lama pemerintah sehingga masih sedikit
meningkat dan Indonesia menjadi yang mengikuti kebijakan KB ini.
salah satu dari 4 negara jumlah Pihak-pihak seperti bidan atau dokter
penduduk yang tertinggi di dunia. kandungan yang masih sendikit di
Mengurangi jumlah kematian ibu dan daerah terpencil. Menghambat
bayi sosialisasi kebijakan KB
Jumlah pangan yang terus berkurang Kurangnya pengawasan oleh
karena jumlah penduduk yang terus pemerintah tidak bersifat TOP down
berkurang karena jumlah penduduk sehingga banyak penyelewengan dan
yang terus bertambah kurang sanksi sehingga aparat daerah
Pemadatan wilayah jawa dan tidak melakukan penyelewengan diperjual
adanya pemerataan penduduknya belikan.
sesuai dengan luas wilayah yang Kebijakan yang tidak tepat sasaran
tersedia. yang sebenarnya dipergunakan oleh
masyarakat miskin tetapi sebaliknya
bagi orang-orang yang mempunyai
ekonomi menengah keatas bisa
mendapatkan alat-alat kontrasepsi KB.
Faktor Eksternal
Peluang Ancaman
Keberhasilan pembangunan sangat Pengetahuan dari masyarakat pada
ditentukan oleh kualitas penduduk. umumnya tentang penggunaan KB
Keberhasilan pembangunan ditentukan yang aman dan efek sampingnya
dan merupakan konsekuensi dari secara terperinci agar mengetahui
pembangunan kependudukan, karena resiko yang harus ditanggung belum
penduduk adalah obyek dan subyek smua masyarakat mengetahuinya.
dari pembangunan. Pembangunan Jumlah anggaran yang dikeluarkan

6
harus berpusatkan pada penduduk oleh pemerintah akan semakin banyak
(people-centered development), yaitu karena penggemukan stuktur untuk
pembangunan yang berorientasi badan-badan terkait dengan program
kepada potensi dan kebutuhan KB ini.
penduduk. Dukungan hanya dilakukan oleh
Perbaikan stuktur dan peningkatan beberapa media saja. Dan masih
pengetahuan dari pihak-pihak yang banyak yang masih belum mengerti
terkait dengan program KB seperti apa itu program KB
pemda, dinas kesehatan (rumah sakit,
puskesmas)
Meningkatan promosi kepada
masyarakat secara luas tentang
program KB

Untuk meningkatkan iplementasi kepada masyarakat secara luas maka dilakukannya


pertimbangan yaitu mengandalkan kekuatan dan peluang yang ada yaitu dengan cara
pertama, perbaikan stuktur dan peningkatan pengetahuan dari pihak-pihak yang terkait
dengan program KB seperti kader dan petugas dari KB sebab program KB menjadi alasan
bagi pemerintah untuk melakukan perbaikan regulasi mengenai perkembangan
kependudukan mengingat negara Indonesia merupakan negara diperingkat empat jumlah
penduduk yang tinggi di dunia.
Kedua, Keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh kualitas penduduk.
Keberhasilan pembangunan ditentukan dan merupakan konsekuensi dari pembangunan
kependudukan, karena penduduk adalah obyek dan subyek dari pembangunan.
Pembangunan harus berpusatkan pada penduduk (people-centered development), yaitu
pembangunan yang berorientasi kepada potensi dan kebutuhan penduduk. Dan mengingat
bahwa pemadatan wilayah Jawa dan tidak adanya pemerataan penduduknya sesuai
dengan luas wilayah yang tersedia. Maka dengan begitu mendukung akan adanya
imigrasi yaitu perpindahan penduduk ke daerah luar Jawa agar terciptanya pemerataan
penduduk maupun pembangunan di Indonesia.
KB akan terlaksana dengan baik dengan mempertimbangkan menekan ancaman dan

7
kelemahan dari program KB yaitu pertama, Kurangnya sosialisasi oleh pemerintah
sehingga masih sedikit yang mengikuti kebijakan KB ini. Pihak-pihak seperti bidan atau
dokter kandungan yang masih sedikit di daerah terpencil. Hal ini menghambat sosialisasi
kebijakan KB pengetahuan dari masyarakat pada umumnya tentang penggunaan KB yang
aman dan efek sampingnya secara terperinci untuk mengetahui resiko yang harus
ditanggung oleh masyarakat. Artinya perlu untuk peningkatan pengetahuan petugas.
Petugas memberi tahu secara rinci pengetahuan yang ia miliki tentang kelebihan dan
kelemahan dari program KB. Melalui cara sosialisasi alat dan obat kontrasepsi maupun
kesehatan ibu dan anak.
Kedua, Jumlah anggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah akan semakin banyak
karena penggemukan stuktur untuk badan-badan terkait dengan program KB ini. Maka
dibutuhkan pengawasan oleh pemerintah pusat karena bersifat top-down agar tidak
terjadinya penyalahgunaan wewenang maupun kebijakan dapat teriplementasi dengan
baik.
Kesimpulannya yaitu peningkatan pelayanan KB akan berjalan jika petugas
diperbanyak hingga daerah dan disertai pengetahuan yang cukup mengenai program KB.
Tidak hanya itu namun juga perlu pengawasan kepada petugas dan kader agar tidak
terjadi penyelewengan wewenang. Selain itu dengan dukungan informasi layanan
masyarakat yang ada di media massa maka membawa pengaruh kepada masyarakat luas
dan paham adanya program KB.

8
BAB III: Policy Implementation (Implementasi & Monitoring Kebijakan)
III.A Proses Iplementasi
Kebijakan keluarga berencana mempunyai tujuan untuk memenuhi permintaan
pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas serta mengendalikan angka
kelahiran yang pada akhirnya meningkatkan kualitas penduduk dan mewujudkan
keluarga-keluarga kecil yang berkualitas.
Pemerintah dalam menjalan program kebijakan KB sesuai dengan langkah yang telah
terencana walaupun jumlah partisipasi yang ada masih belum sesuai dengan rencana yang
dianggarkan oleh institusi karena kurangnya tenaga kerja, keadaan lingkungan yang
mendukung akan kebijakan ini terlaksana dengan baik. Pemerataan kebijakan tepat
sasaran yaitu tidak hanya berpusat di jawa.
Sifat pendekatan dari proses iplementasi pada kebijakan KB yaitu bersifat top-down.
Yang dimaksud Top-down adalah melihat proses implementasi sebagai sebuah proses
yang ditentukan dari atas, berjalan dalam secara konsekuental dalam tahap-tahap yang
sudah ditentukan6. Implementasi dilakukan dengan prosedur sesuai dengan rancangan
kerja kesetiap daerah dengan menekan jumlah penduduk, meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam program KB, menurunkan jumlah ibu dibawah umur 19 tahun menjadi
21 tahun, meningkatkan pengetahuan tentang program KB melalui media massa (cetak
maupun elektronik).
Rencana yang telah dibentuk untuk meningkatan kualitas KB hanya dapat berjalan
dengan dukungan sumber daya yang ikut serta, kekuatan aktor-aktor yang terlibat dalam
kebijakan, karakteristik rejim dan institusi yang ikut serta dalam kebijakan tersebut.
Melihat dari rencana melalui dukungan yang ada diatas akan membentuk hasil kebijakan
dengan dampak dan perubahan sosiokultural dalam masyarakat.
Dalam implementasinya pada tahun 2014 ini telah meningkat informasi yang
disalurkan oleh media massa dengan dukungannya iklan-iklan bertajuk KB yang telah di
siarkan oleh media guna mendukung rencana dari program KB ini. Dan reward yang

6
Santoso, Purwo. Analisis Kebijakan publik. 2010. Research Center for Politics and Goverment Jurusan Politik dan
Pemerintahan : Universitas Gadjah Mada Yogyakarta h.128

9
diberikan oleh institusi dalam beberapa waktu lalu kepada sejumlah daerah yang telah
berhasil. Peningkatan dan tepat sasaran rencana program mempengaruhi peningkatan
kepada daerah lain agar bersemangat dalam menjalankan program keluarga berencana ini.
Namun, dalam penjelasan kepada peserta yaitu mengenai tujuan, fungsi dan efek
dalam penggunaan kontrasepsi masih terbilang rendah. Para peserta hanya mengetahui
tujuan dan fungsinya saja. Efeknya tidak dijelaskan secara terperinci yang negatif ataupun
positif. Para peserta program kebijakan KB hanya mengikuti arahan dari para kader
sosialisasi.
III.B Proses Monitoring
Implementasi dalam proses kebijakan keluarga berencana ini bersifat top-down.
Proses monitoring dalam proses kebijakan juga bersifat top-down merupakan turunan dari
logika instumentasi kebijakan yang termuat dalam desain implementasi kebijakan7.
Proses monitoring akan dijelaskan melalui tahapan, aktor-aktor yang terlibah dan
dampaknya.
Tahapan : telah berjalan kebijakan KB selama bertahun-tahun sejak pemerintahan
Soeharto hingga Susilo Bambang Yudhoyono telah mengalami perkembangan. Dan
dengan evaluasi secara terus menerus akan mencapai tujuan dibentuknya kebijakan
keluarga berencana ini. Namun, dalam iplementasinya tidak sesuai karena hanya
beberapa aktor saja yang bekerja dan kurang meratanya sosialisasi.
Aktor-aktor yang terlibat : Aktor-aktor yang terlibat yaitu instansi BKKBn dan
kadernya dalam sosialisasi sudah terlaksana dengan cukup baik. Hanya kurang
pengawasan karena sifat kebijakan top-down maka kurangnya pengawasan dan inovasi
dari para sosialitator kepada para peserta KB. Pengetahuan dan pelatihan kepada para
sosialitator tentang program KB secara dalam perlu digalakkan di beberapa sejumlah
daerah hingga tingkat yang terendah yaitu desa. Dan perlunya juga kerjasama dengan
pihak instansi swasta untuk meningkatkan peserta KB mandiri.
Dampak : dampak sosial yang terjadi di masyarakat sangatlah baik hingga
terciptanya masyarakat yang sejahtera dan menghilangkan sugesti bahwa banyak anak

7
Santoso, Purwo. Analisis Kebijakan publik. 2010. Research Center for Politics and Goverment Jurusan Politik dan
Pemerintahan : Universitas Gadjah Mada Yogyakarta h.147

10
banyak rejeki. Walaupun banyak anak namun memberikan jarak waktu kehamilan dari
kehamilan pertama dan seterusnya. Agar menurunkan jumlah kematian bayi karena
kesiapan dari kandungan seorang ibu. Dengan, adanya pengetahuan tentang KB maka
jumlah kehamilan pada ibu yang berumur dibawah 21th akan menurun. Hal ini dilakukan
dengan cara kerjasama dengan pihak media massa untuk lebih sering menayangkan iklan
mengenai layanan masyarakat KB ini kepada semua pihak. Bertujuan untuk
mensejahterakan masyarakat dengan penataan jumlah penduduk dan psikologis dari
setiap warganegara yang akan menikah.
Dampak sosial jika kebijakan ini dapat teriplementasi dengan baik maka sangatlah
membantu perkembangan negara. sebab dengan mengatur jumlah penduduk dan
pemerataan penduduk akan ada pembangunan di negara Indonesia secara merata dan
tidak terpusat. Dilakukan dengan cara merubah mindset mengenai banyak anak banyak
rejeki bahwa hal itu tidak relevan dengan beberapa tahun belakangan ini mengingat harga
kebutuhan masyarakat yang tidak terjangkau. Dan merubah mental dari masyarakat
partisipasi dalam program KB menghapuskan stigma pernikahan usia dini maupun keikut
sertaan dari peserta laki-laki dalam program KB. Bahwa, program KB tidak hanya
diperuntukkan bagi perempuan saja.
Dampak sosial yang lain yaitu ketika jumlah penduduk yang tidak tinggi dan stagnan
akan membawa dampak jumlah ketergantungan akan menurun dengan dukungan jumlah
penduduk yang produktif hal ini akan membawa kesejahteraan karena jumlah subsidi
yang akan dikeluarkan akan berkurang dan digunakan untuk hal yang lain seperti
pendidikan dan ekonomi. Tak hanya itu jika jumlah penduduk produktif meningkat akan
membawa dampak menurunkan jumlah orang miskin dengan melakukan upaya
pendididikan ataupun pelatihan kepada para penduduk yang produktif untuk pekerjaan
yang layak maupun upah yang sesuai.

11
BAB IV. Feed Back (Evaluasi Kebijakan)
Proses Evaluasi
Proses evaluasi dilakukan karena tidak smua program kebijakan publik meraih hasil
yang di inginkan. Seringkali terjadi, kebijakan publik gagal meraih maksud dan tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian, evaluasi kebijakan ditujukan untuk
melihat sebab-sebab kegagalan suatu kebijakan atau untuk mengetahui apakah kebijakan
publik yang telah dijalankan meraih dampak yang diinginkan.8 Kebijakan KB yang perlu
untuk di evaluasi yaitu tentang 2 hal yang menjadi komponen penting yaitu Komunikasi
dan partisipasi.
Pertama, Pengertian dari komunikasi yang berasal dari bahasa inggris
communication berasal dari kata atau istilah latin yaitu communicatio dan bersumber dari
kata communis yang berarti sama.9 Komunikasi merupakan sebuah penyampaian makna
yang dapat dijelaskan dengan persamaan makna antar pihak yang terlibat tidak hanya
informatif tetapi orang lain mengerti dan paham maupun orang lain bersedia menerima
suatu paham dan melakukan kegiatan atau yang lain. Komunikasi bersifat mengajak.
Komunikasi antar sosialitator dilakukan dengan cara dua arah dan dibutuhkan
media yang tepat agar smua memiliki pengetahuan yang tidak hanya searah.
Dibutuhkannya kader yang memiliki pengetahuan tentang KB dan memberi tahu tentang
tujuan, fungsi dan efek tentang keikut sertaan KB. Menjaring sebanyak-banyaknya
peserta KB baik yang belum menikah ataupun sudah menikah. Agar membentuk keluarga
yang sehat dan sejahtera. Sosialisasi dilakukan dengan pertama mengajak melalui media
massa agar smua warganegara mengetahui tentang program kb, lalu melakukan
penyuluhan pada pertemuan-pertemuan warga seperti arisan, atau acara khusus
penyuluhan program kb. Peserta yaitu laki-laki dan perempuan karena peserta KB tidak
hanya perempuan saja.
Kedua, Partisipasi kepada setiap kepala keluarga untuk memberikan arahan
kepada anggota keluarganya yang telah siap untuk menikah dan pendidikan tentang

8
Jones, charles o 1984 an introduction to study of publik policy. Third edition. Monterey: book/cole publishing
company dalam buku Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik; Teori, Proses dan studi kasus. Jakarta : PT Buku Kita h.
229
9
Prof. Drs Onong Uchjana Effendy, M.A 1984 Ilmu komunikasi teori dan praktek Bandung, Rosdakarya.

12
kesehatan reproduksi atau seks sejak dini agar membentuk pribadi yang sesuai dengan
norma dan budaya yang ada dimasyarakat. Dengan begitu maka akan menurunkan jumlah
aborsi pada anak dibawah umur atau usia sekolah SMP dan SMA10. Partisipasi dari
perempuan ataupun laki-laki juga disamakan. Bahwa program KB tidak hanya tentang
perempuan saja namun juga peran serta dari laki-laki.

10
http://health.liputan6.com/read/2062737/sepertiga-kasus-aborsi-dilakukan-siswi-sma dilihat jam 11:18 17 juni 2014

13
BAB V. Kesimpulan Analisis
Kesimpulan
Kebijakan publik merupakan tugas yang harus dilakukan oleh pemerintah karena
berkaitan dengan masyarakat luas. Agar diakses oleh smua kalangan dari yang miskin
hingga yang kaya dan dari daerah yang terpencil maupun sebaliknya. Namun, kebijakan
perlu dipertimbangkan dari smua aspek yaitu subtansi, konteks dan prosesnya. Kebijakan
KB tidak bisa hanya dipertimbangkan dari segi subtansinya saja namun konteks dan
prosesnya juga. Slama ini yang terjadi hanya mementingkan subtansi dari kebijakan KB
namun tidak mempertimbangkan proses yang harus dilakukan oleh pemerintah.
Kebijakan publik tidak hanya sekedar mengenai administrasi semata namun juga segi
politis, sosial dan budaya yang ada dimasyarakat. Kebijakan publik perlu untuk melihat
konteks wilayah yang akan menjadi tempat iplementasi dan membangun budaya kepada
masyarakat sesuai dengan norma agama yang berlaku.
Seringkali isu kebijakan hanya untuk kepentingan pemerintah bukan masyarakatnya.
Hal ini dikarenakan kurangnya sosialisasi dan pendidikan kepada masyarakat akan
kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah. Alih-alihnya bahwa kekurangan
jumlah orang untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat padahal kebijakan sangat
penting untuk diketahui masyarakat luas. Peran dan partisipasi dari setiap peserta maupun
yang belum menjadi peserta sangatlah penting karena agar terciptanya kehidupan sosial
yang harmonis tidak saling menjelekkan satu sama lain yang mengikuti atau tidak
mengikuti kebijakan.
Maka, tidak hanyalah pemerintah saja namun masyarakat dan pihak-pihak swasta
ataupun media massa sangat penting untuk peningkatan kualitas penduduk dan
masyarakat dengan pendidikan, pengetahuan mengenai kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah. Dengan digalakkannya iklan maupun membangun budaya yang dimasyarakat
mengenai kebijakan yang berwawasan pengetahuan dan kesehatan akan membawa
dampak sosial dalam jangka panjang.

14
Daftar pustaka
Abdul Wahab, Solihin. Analisis kebijaksanaan dari formulasi ke iplementasi
kebijakan negara edisi kedua. 2002. PT Bumi Aksara : jakarta.
Effendy, Onong Uchjana 1984 Ilmu komunikasi teori dan praktek Bandung,
Rosdakarya.
Nugraha, Riant. Public policy. 2009. Gramedia. Jakarta.
Santoso, Purwo. Analisis Kebijakan publik. 2010. Research Center for Politics and
Goverment Jurusan Politik dan Pemerintahan : Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik; Teori dan Proses. Jakarta : PT Buku Kita.

http://health.liputan6.com/read/2062737/sepertiga-kasus-aborsi-dilakukan-siswi-sma
dilihat jam 11:18 17 juni 2014
http://www.tempo.co/read/news/2013/02/19/058462334/Terdakwa-Korupsi-Alat-Kon
trasepsi-Divonis-Bersalah pukul 11:15 PM 25 maret 2014
Anastasia oktaviani iplementasi program keluarga berencana di kelurahan lamper
tengah kecamatan semarang selatan. Studi kasus partisipasi pria dalam program keluarga
berencana.Di unduh
http://eprints.undip.ac.id/13133/1/D2A004010_Anastasia_Oktaviani.pdf pada 1 april
2014 pukul 08;14 PM
http://www.tempo.co/read/news/2013/06/04/173485668/Pemerintah-Akui-Program-
KB-Jalan-di-Tempat pukul 2:15 AM 25 juni 2014

15

Anda mungkin juga menyukai