Anda di halaman 1dari 22

Metabolisme adalah suatu proses kimiawi yang terjadi di dalam tubuh

semua makhluk hidup, proses ini merupakan pertukaran zat ataupun suatu
organism dengan lingkungannya. Metabolisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu
metabole yang berarti perubahan, dapat kita katakan bahwa makhluk hidup
mendapat, mengolah dan mengubah suatu zat melalui proses kimiawi untuk
mempertahankan hidupnya. Metabolisme terdiri atas anabolisme dan katabolisme.

1. Anabolisme
Anabolisme adalah reaksi pembentukan molekul sederhana menjadi
molekul yang kompleks. Reaksi anabolisme merupakan peristiwa sintesis
atau penyusunan sehingga memerlukan energi, dan dibentuk reaksi
endergonik. Contoh reaksi anabolisme di antaranya adalah fotosintesis atau
sintesis karbohidrat dengan bantuan energi cahaya matahari, kemosintesis
dengan bantuan energi kimia. Anabolisme adalah proses sintesis molekul
kompleks dari senyawa-senyawa kimia yang sederhana secara bertahap. Proses
ini membutuhkan energi dari luar. Energi yang digunakan dalam reaksi ini dapat
berupa energi cahaya ataupun energi kimia. Energi tersebut, selanjutnya
digunakan untuk mengikat senyawa-senyawa sederhana tersebut menjadi
senyawa yang lebih kompleks. Jadi, dalam proses ini energi yang diperlukan
tersebut tidak hilang, tetapi tersimpan dalam bentuk ikatan-ikatan kimia pada
senyawa kompleks yang terbentuk.
Selain dua macam energi diatas, reaksi anabolisme juga menggunakan energi
dari hasil reaksi katabolisme, yang berupa ATP. Agar asam amino dapat disusun
menjadi protein, asam amino tersebut harus diaktifkan terlebih dahulu. Energi
untuk aktivasi asam amino tersebut berasal dari ATP. Agar molekul glukosa
dapat disusun dalam pati atau selulosa, maka molekul itu juga harus diaktifkan
terlebih dahulu, dan energi yang diperlukan juga didapat dari ATP. Proses
sintesis lemak juga memerlukan ATP. Anabolisme meliputi tiga tahapan dasar.
Pertama, produksi prekursor seperti asam amino, monosakarida, dan nukleotida.
Kedua, pengaktivasian senyawa-senyawa tersebut menjadi bentuk reaktif
menggunakan energi dari ATP. Ketiga, penggabungan prekursor tersebut
menjadi molekul kompleks, seperti protein, polisakarida, lemak, dan asam
nukleat.

1
Senyawa kompleks yang disintesis organisme tersebut adalah senyawa organik
atau senyawa hidrokarbon. Autotrof, seperti tumbuhan, dapat membentuk
molekul organik kompleks di sel seperti polisakarida dan protein dari molekul
sederhana seperti karbon dioksida dan air. Di lain pihak, heterotrof, seperti
manusia dan hewan, tidak dapat menyusun senyawa organik sendiri. Jika
organisme yang menyintesis senyawa organik menggunakan energi cahaya
disebut fotoautotrof, sementara itu organisme yang menyintesis senyawa organik
menggunakan energi kimia disebut kemoautotrof. Reaksi anabolisme
menghasilkan senyawa-senyawa yang sangat dibutuhkan oleh banyak
organisme, baik organisme produsen (tumbuhan) maupun organisme konsumen
(hewan, manusia). Beberapa contoh hasil anabolisme adalah glikogen, lemak,
dan protein berguna sebagai bahan bakar cadangan untuk katabolisme, serta
molekul protein, protein-karbohidrat, dan protein lipid yang merupakan
komponen struktural yang esensial dari organisme, baik ekstrasel maupun
intrasel.
Beberapa macam proses anabolisme yang terjadi pada hewan diantaranya:
a. Kemosintesis
Kemosintesis adalah proses asimilasi karbon yang energinya berasal dari
reaksi-reaksi kimia, dan tidak diperlukan klorofil. Umumnya dilakukan oleh
mikroorganisme, misalnya bakteri. Organisme disebut kemoautotrof. Bakteri
kemoautotrof ini akan mengoksidasi senyawa-senyawa tertentu dan energi
yang timbul digunakan untuk asimilasi karbon. Beberapa macam bakteri
yang tidak mempunyai klorofil dapat mengadakan asimilasi C dengan
menggunakan energi yang berasal dan reaksi-reaksi kimia, misalnya bakteri
sulfur, bakteri nitrat, bakteri nitrit, bakteri besi dan lain-lain. Bakteri-bakteri
tersebut memperoleh energi dari hasil oksidasi senyawa-senyawa tertentu.
Bakteri besi memperoleh energi kimia dengan cara oksidasi Fe2+ (ferro)
menjadi Fe3+ (ferri). Bakteri Nitrosomonas dan Nitrosococcus memperoleh
energi dengan cara mengoksidasi NH3, tepatnya Amonium Karbonat
menjadi asam nitrit dengan reaksi:
Contoh, bakteri nitrit : Nitrosomonas, Nitrosococcus
2NH3 + 3O2 2 HNO2 + 2H2 O +Energi

2
contoh, Bakteri nitrat : Nitrobacter 2 HNO2 + O2 2HNO3 + Energi
contoh, Bakteri belerang : Thiobacillus, Bagiatoa 2S + 2H2 O + 3O2
2H2 SO4 + 284, 4 kal.
Nitrosomonas
(NH4)2CO3 + 3 O2 -> 2 HNO2 + CO2 + 3 H20 + Energi

b. Sintesis Lemak
Lemak dapat disintesis dari karbohidrat dan protein, karena dalam
metabolisme, ketiga zat tersebut bertemu di dalarn daur Krebs. Sebagian
besar pertemuannya berlangsung melalui pintu gerbang utama siklus (daur)
Krebs, yaitu Asetil Ko-enzim A. Akibatnya ketiga macam senyawa tadi
dapat saling mengisi sebagai bahan pembentuk semua zat tersebut. Lemak
dapat dibentuk dari protein dan karbohidrat, karbohidrat dapat dibentuk dari
lemak dan protein dan seterusnya.
Sintesis Lemak dari Karbohidrat:
Glukosa diurai menjadi piruvat > gliserol
Glukosa diubah > gula fosfat > asetilKo-A > asam lemak.
Gliserol+ asam lemak .> lemak.
Sintesis Lemak dari Protein:
Protein> Asam Amino protease
Sebelum terbentuk lemak asam amino mengalami deaminasi lebih
dabulu, setelah itu memasuki daur Krebs. Banyak jenis asam amino yang
langsung ke asam piravat > Asetil Ko-A. Asam amino Serin, Alanin,
Valin, Leusin, Isoleusin dapat terurai menjadi Asam pirovat, selanjutnya
asam piruvat > gliserol > fosfogliseroldehid Fosfogliseraldehid dengan
asam lemak akan mengalami esterifkasi membentuk lemak. Lemak berperan
sebagai sumber tenaga (kalori) cadangan. Nilai kalorinya lebih tinggi
daripada karbohidrat. 1 gram lemak menghasilkan 9,3 kalori, sedangkan 1
gram karbohidrat hanya menghasilkan 4,1 kalori saja.

3
c. Sintesis Protein
Sintesis protein yang berlangsung di dalam sel, melibatkan DNA, RNA
dan Ribosom. Penggabungan molekul-molekul asam amino dalam jumlah
besar akan membentuk molekul polipeptida. Pada dasarnya protein adalah
suatu polipeptida. Setiap sel dari organisme mampu untuk mensintesis
protein-protein tertentu yang sesuai dengan keperluannya. Sintesis protein
dalam sel dapat terjadi karena pada inti sel terdapat suatu zat (substansi)
yang berperan penting sebagai pengatur sintesis protein. Substansi-
substansi tersebut adalah DNA dan RNA.

2. Katabolisme
Katabolisme adalah serangkaian reaksi yang merupakan proses
pemecahan senyawa kompleks menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana
dengan membebaskan energi, yang dapat digunakan organisme untuk
melakukan aktivitasnya. Termasuk didalamnya reaksi pemecahan dan oksidasi
molekul makanan seperti reaksi yang menangkap energi dari cahaya matahari.
Fungsi reaksi katabolisme adalah untuk menyediakan energi dan komponen
yang dibutuhkan oleh reaksi anabolisme.
Sifat dasar yang pasti dari reaksi katabolisme berbeda pada setiap
organisme, dimana molekul organik digunakan sebagai sumber energi pada
organotrof, sementara litotrof menggunakan substrat anorganik dan fototrof
menangkap cahaya matahari sebagai energi kimia. Tetapi, bentuk reaksi
katabolisme yang berbeda-beda ini tergantung dari reaksi redoks yang meliputi
transfer elektron dari donor tereduksi seperti molekul organik, air, amonia,
hidrogen sulfida, atau ion besi ke molekul akseptor seperti oksigen, nitrat, atau
sulfat. Pada hewan reaksi katabolisme meliputi molekul organik kompleks yang
dipecah menjadi molekul yang lebih sederhana, seperti karbon dioksida dan air.
Pada organisme fotosintetik seperti tumbuhan dan sianobakteria, reaksi transfer
elektron ini tidak menghasilkan energi, tetapi digunakan sebagai tempat
menyimpan energi yang diserap dari cahaya matahari.

4
Urutan yang paling umum dari reaksi katabolik pada hewan dapat
dibedakan menjadi tiga tahapan utama. Pertama, molekul organik besar seperti
protein, polisakarida, atau lemak dicerna menjadi molekul yang lebih kecil di
luar sel. Kemudian, molekul-molekul yang lebih kecil ini diambil oleh sel-sel
dan masih diubah menjadi molekul yang lebih kecil, biasanya asetil koenzim A
(Asetil KoA), yang melepaskan energi. Akhirnya, kelompok asetil pada KoA
dioksidasi menjadi air dan karbon dioksida pada siklus asam sitrat dan rantai
transpor elektron, dan melepaskan energi yang disimpan dengan cara mereduksi
koenzim Nikotinamid Adenin Dinukleotida (NAD+) menjadi NADH.
Contoh katabolisme adalah proses pernapasan sel atau respirasi,
Respirasi merupakan oksidasi senyawa organik secara terkendali untuk
membebaskan energi bagi pemeliharaan dan perkembangan makhluk
hidup.Berdasarkan kebutuhan terhadap tersedianya oksigen bebas, dibedakan
atas :
a. Respirasi Aerob
Respirasi aerob adalah respirasi yang memerlukan oksigen bebas
dari udara sebagai penerima elektron terakhir. Oksigen bebas ini digunakan
untuk pembakaran bahan baku. Proses respirasi secara umum dapat kita lihat
sebagai berikut.
C6H12O6 + 6O2 = 6CO2 + H2O + Energi
Dari reaksi di atas, terlihat bahwa respirasi aerob dengan bahan baku
glukosa menghasilkan energi. Karbondioksida (CO2) dibebaskan keluar sel
sebagai sampah. Pada manusia, CO2dilarutkan dalam darah, kemudian
dibuang melalui pernapasan dari paru-paru. Molekul air juga merupakan
sampah dari respirasi dan dibuang lewat plasma darah ke paru-paru,
kemudian dikeluarkan melalui hembusan napas.
Pada tumbuhan, energi yang dihasilkan sebagian berupa panas,
sebagian lagi digunakan untuk aktivitas hidup tumbuhan itu sendiri seperti
untuk proses pembentukan zat organik, proses osmosis, pengaliran
protoplasma, atau pembelahan sel. Penguraian heksosa juga menghasilkan
CO2 dan air (H2O).

5
Respirasi aerob dapat dibedakan menjadi empat tahap, yaitu:
glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs, dan transpor elektron.

1. Glikolisis
Glikolisis adalah rangkaian reaksi kimia penguraian glukosa
(yang memiliki 6 atom C) menjadi 2 asam piruvat (senyawa
yang memiliki 3 atom C) sehingga menghasilkan NADH, dan
ATP. NADH (Nikotinamida Adenina Dinukleotida Hidrogen) adalah
koenzim yang mengikat elektron (H+), sehingga disebut donor
elektron. ATP (adenosin trifosfat) merupakan senyawa berenergi
tinggi. Setiap pelepasan gugus fosfatnya menghasilkan energi.
Pada proses glikolisis, setiap 1 molekul glukosa (6 atom C)
diubah menjadi 2 molekul asam piruvat (3 atom C),
menghasilkan 2 NADH (=6 ATP), dan 2 ATP. Glikolisis
memiliki sifat-sifat, antara lain: glikolisis dapat berlangsung
secara aerob maupun anaerob, glikolisis melibatkan enzim ATP
dan ADP, serta peranan ATP dan ADP pada glikolisis adalah
memindahkan (mentransfer) fosfat dari molekul yang satu ke
molekul yang lain.
Pada sel eukariotik, glikolisis terjadi di sitoplasma (sitosol).
Glikolisis terjadi melalui 10 tahapan yang terdiri dari 5 tahapan
penggunaan energi dan 5 tahapan pelepasan energi.
Reaksi glikolisis dapat dilihat dibawah ini.

6
Skema tahapan glikolisis menunjukkan bahwa energi yang
dibutuhkan pada tahap penggunaan energi adalah 2 ATP. Sementara
itu, energi yang dihasilkan pada tahap pelepasan energi adalah 4

7
ATP dan 2 NADH. Dengan demikian, hasil akhir glikolisis adalah 2
ATP + 2 NADH dan 2 asam piruvat. Piruvat merupakan hasil akhir
jalur glikolisis. Jika berlangsung respirasi aerobik, piruvat memasuki
mitokondria dan segera mengalami proses lebih lanjut.

2. Dekarboksilasi oksidatif
Dekarboksilasi oksidatif akan mengubah asam piruvat
menjadi asetil ko-A. Tahap ini terjadi dalam beberapa reaksi
yang dikatalisis oleh kompleks enzim yang disebut piruvat
dehidrogenase. Enzim ini terdapat pada mitokondria pada sel
eukariotik, sedangkan pada prokariotik terdapat pada sitoplasma.
Tahap-tahap dalam dekarboksilasi oksidatif adalah sebagai
berikut:
Gugus karboksilat (-COO) akan lepas dari asam piruvat
menjadi CO2
Sisa dua atom karbon dari piruvat dalam bentuk
CH3COO- akan mentranfer kelebihan elektronnya pada
molekul NAD+ sehingga terbentuk NADH, dan
molekul dua atom karbon tersebut berubah menjadi
asetat
Pada akhirnya koenzim-A (ko-A) akan diikatkan pada
asetat sehingga membentuk asetil koenzim-A (asetil ko-
A).

Hasil dari dekarboksilasi oksidatif adalah molekul asetil ko-


A, NADH, dan CO2. Satu molekul glukosa akan diubah menjadi
dua molekul asam piruvat dalam glikolisis, artinya proses
dekarboksilasi oksidatif untuk satu molekul glukosa akan
menghasilkan 2 molekul asetil ko-A, 2 NADH, dan 2CO2.

3. Siklus Krebs
Molekul asetil ko-A akan masuk krebs untuk menghasilkan ATP,
NADH, FADH2, dan CO2. Terdapat delapan tahap reaksi dalam

8
siklus krebs yang terus berputar-putar sehingga disebut sebagai
suatu siklus. Siklus Krebs terjadi di matriks mitokondria. Tahap-
tahap dalam siklus krebs adalah sebagai berikut:
Asetil Co-A akan berikatan dengan oksaloasetat membentuk
sitrat, reaksi ini dikatalisis enzim sitrat sintase.
Sitrat akan diubah menjadi isositrat oleh enzim akonitase.
Isositrat akan diubah menjadi alfaketoglutarat oleh ezim
isositrat dehidrogenase. Dalam reaksi ini dilepaskan molekul
CO2 dan dihasilkan NADH.
Alfa-ketoglutarat akan diubah menjadi suksinil ko-A oleh
enzim alfa ketoglutarat dehidrogenase. Dalam reaksi ini
akan dilepaskan CO2 dan dihasilkan NADH.
Suksinil ko-A akan diubah menjadi suksinat oleh enzim
suksinil ko-A sintetase. Pada reaksi ini akan dihasilkan
GTP yang kemudian dapat berupah menjadi ATP.
Suksinat akan diubah menjadi fumarat oleh enzim suksinat
dehidrogenase. Pada reaksi ini akan dihasilkan FADH2
Fumarat akan diubah menjadi malat oleh enzim fumarase.
Malat akan diubah menjadi oksaloasetat oleh enzim malat
dehidrogenase. Pada tahap ini juga dihasilkan NADH.

9
4. Transpor Elektron
Transpor elektron merupakan proses produksi ATP (energi)
dari NADH dan FADH2yang dihasilkan dalam glikolisis,
dekarboksilasi oksidatif, dan siklus krebs. Transfer elektron
terjadi di membran dalam mitokondria, yang dibantu oleh
kelompok-kelompok protein yang terdapat pada membran
tersebut. Proses ini disebut juga dengan fosforilasi oksidatif dan
ditemukan pada tahun 1948 oleh Eugene Kennedy dan Albert
Lehninger.
Transpor elektron merupakan tahapan terakhir dari respirasi
aerob yang nantinya akan menghasilkan ATP dan H2O sebagai
hasil akhirnya. Dalam transfer elektron, oksigen berperan sebagai
penerima elektron terakhir yang nantinya akan membentuk H2O
yang akan dikeluarkan dari sel.Disebut dengan transfer elektron
karena dalam prosesnya terjadi transfer elektron dari satu protein
ke protein yang lain. Elektron yang ditransfer berasal dari NADH
dan FADH2 yang telah terbentuk sebelumnya. Elektron akan
ditransfer dari tingkat energi tinggi menuju tingkat energi yang
lebih rendah sehingga akan melepaskan energi yang akan
digunakan untuk membentuk ATP.
Tahapan transfer elektron adalah sebagai berikut:
NADH akan melepaskan elektronnya (e-) kepada
komplek protein I. Peristiwa ini membebaskan energi
yang memicu dipompanya H+ dari matriks
mitokondria menuju ruang antar membran. NADH
yang telah kehilangan elektron akan berubah menjadi
NAD+.
Elektron akan diteruskan kepada ubiquinon.
Kemudian elektron diteruskan pada komplek protein
III. Hal ini akan memicu dipompanya H+ keluar
menuju ruang antar membran.

10
Elektron akan diteruskan kepada sitokrom c.
Elektron akan diteruskan kepada komplek protein IV.
Hal ini juga akan memicu dipompanya H+ keluar
menuju ruang antar membran.
Elektron kemudian akan diterima oleh molekul oksigen,
yang kemudian berikatan dengan 2 ion H+ membentuk
H2O.
Bila dihitung, transfer elektron dari bermacam-macam
protein tadi memicu dipompanya 3 H+ keluar menuju
ruang antar membran. H+ atau proton tersebut akan
kembali menuju matriks mitokondria melalui enzim yang
disebut ATP sintase.
Lewatnya H+ pada ATP sintase akan memicu enzim
tersebut membentuk ATP secara bersamaan. Karena
terdapat 3 H+ yang masuk kembali ke dalam matriks,
maka terbentuklah 3 molekul ATP.
Proses pembentukan ATP oleh enzim ATP sintase
tersebut dinamakan dengan kemiosmosis.

b. Respirasi Anaerob
Respirasi anaerob adalah proses respirasi yang tidak memerlukan
oksigen. Salah satu contoh proses ini adalah proses fermentasi.
Respirasi anaerob dapat terjadi pada manusia dan hewan jika tubuh
memerlukan energi secara cepat. Pada mikroorganisme seperti bakteri
dan jamur, respirasi anaerob dilakukan karena keadaan lingkungan yang
tidak memungkinkan dan belum memiliki sistem metabolisme yang
kompleks.
Organisme yang melakukan fermentasi di antaranya adalah bakteri
dan protista yang hidup di rawa, lumpur, makanan yang diawetkan,
atau tempat-tempat lain yang tidak mengandung oksigen. Beberapa
organisme dapat berespirasi menggunakan oksigen, tetapi dapat juga
melakukan fermentasi. Organisme seperti ini melakukan fermentasi jika

11
lingkungannya miskin oksigen. Sebagai contoh, sel-sel otot dapat melakukan
respirasi anaerob jika kekurangan oksigen.
Pada fermentasi, glukosa dipecah menjadi 2 molekul asam piruvat,
2 NADH, dan terbentuk 2 ATP. Tetapi, fermentasi tidak bereaksi secara
sempurna memecah glukosa menjadi karbon dioksida dan air, serta ATP
yang dihasilkan pun tidak sebesar ATP yang dihasilkan dari glikolisis.
Dari hasil akhirnya, fermentasi dibedakan menjadi fermentasi asam
laktat dan fermentasi alkohol.
1. Fermentasi Asam Laktat
Fermentasi asam laktat merupakan respirasi anaerob, hasil akhir
fermentasi ini ialah asam laktat yang disebut juga asam susu.
Sebagian masyarakat menyebut asam laktat sebagai asam
kelelahan, karena erat kaitannya dengan rasa lelah. Hal ini terjadi
pada manusia, karena bergerak melebihi batas sehingga terjadi
penimbunan asam laktat yang merupakan hasil akhir fermentasi pada
otot tubuh.
Proses fermentasi juga dimulai dengan glikolisis yang
menghasilkan asam piruvat. Karena pada proses ini tidak ada
oksigen yang merupakan reseptor terakhir, maka asam piruvat diubah
menjadi asam laktat. Kejadian ini berakibat pada elektron yang
tidak meneruskan perjalanannya, tidak lagi menerima elektron
dari NADH dan FAD. Karena tidak terjadi penyaluran elektron,
berarti pula NAD+ dan FAD yang diperlukan dalam siklus krebs juga
tidak terbentuk. Akibatnya, reaksi siklus krebs pun terhenti. Asam
laktat merupakan zat kimia yang merugikan karena bersifat racun
atau toksis.
2. Fermentasi Alkohol
Pada beberapa mikroorganisme, peristiwa pembebasan energi terjadi
karena asam piruvat diubah menjadi asam asetat dan CO2.
Selanjutnya, asam asetat diubah menjadi alkohol. Pada peristiwa
ini, NADH diubah menjadi NAD+. Dengan terbentuknya NAD+,
glikolisis dapat terjadi. Dengan demikian, asam piruvat selalu

12
tersedia, kemudian diubah menjadi energi. Pada fermentasi ini,
energi (ATP) yang dihasilkan dari 1 molekul glukosa hanya 2
molekul ATP, berbeda dengan proses respirasi aerob yang mengubah
1 molekul glukosa menjadi
34 ATP.

Metabolisme Protein

Protein bersama karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi bagi


tubuh. Protein tersusun dari molekul-molekul yang disebut asam amino. Di
dalam tubuh mamalia asam amino terbagi menjadi dua bagian yaitu asam amino
esensial dan non esensial. Asam amino esensial ialah asam amino yang tidak
dapat disintesis oleh tubuh. Asam amino esensial dapat disintesis oleh tubuh
namun tetap diperlukan asupan dari makanan untuk menjaga keseimbangan
asam amino tersebut di dalam tubuh (Burnama, 2011).
Setiap asam amino didegradasi menjadi piruvat atau zat siklus asam sitrat
lainnya dan dapat menjadi prekrusor sintesis glukosa di hepar yang disebut
glikogenik atau glukoneogenik. Untuk beberapa asam amino seperti tirosin dan
fenilalanin, hanya sebagian dari rantai karbonnya yang digunakan untuk
mensintesis glukosa karena sisa rantai karbon di ubah menjadi asetil koa yang
tidak dapat digunakan untuk sintesis glukosa (Burnama, 2011).
Metabolisme protein menurut Suparyanto (2010) dalam Mulasari dan Tri
(2013) yaitu:
a. Penggunaan Protein Untuk Energi
1. Jika jumlah protein terus meningkat protein sel dipecah jadi asam amino
untuk dijadikan energi atau disimpan dalam bentuk lemak.
2. Pemecahan protein jadi asam amino terjadi di hati dengan proses deaminasi
atau transaminasi.
3. Deaminasi merupakan proses pembuangan gugus amino dari asam amino
sedangkan transaminasi adalah proses perubahan asam amino menjadi asam
keto.

13
b. Pemecahan protein
1. Transaminasi yaitu mengubah alanin dan alfa ketoglutarat menjadi piruvat
dan glutamate.
2. Diaminasi yaitu mengubah asam amino dan NAD+ menjadi asam keto dan
NH3. NH3 merupakan racun bagi tubuh, tetapi tidak dapat dibuang oleh
ginjal. Maka harus diubah dulu menjadi urea (di hati) agar dapat dibuang
oleh ginjal.

c. Ekskresi NH3
NH3 tidak dapat diekskresi oleh
ginjal dan harus diubah dulu menjadi
urea oleh hati. Jika hati ada kelainan
(sakit) maka proses pengubahan NH3
akan terganggu dan akan terjadi
penumpukan NH3 di dalam darah
yang menyebabkan terjadinya
uremia. NH3 bersifat meracuni otak
yang dapat menyebabkan koma. Jika
hati telah rusak maka disebut koma
hepatikum.
d. Pemecahan protein
Deaminasi maupun transaminasi merupakan proses perubahan protein
menjadi zat yang dapat masuk ke dalam siklus Krebs. Zat-zat yang dapat masuk
adalah alfa ketoglutarat, suksinil Ko-A, fumarat, oksaloasetat, dan sitrat.

e. Siklus krebs
Siklus ini merupakan proses
perubahan asetil Co-A menjadi
H dan CO2. Proses ini terjadi di
mitokondria. Pengambilan
asetil Co-A di sitoplasma
dilakukan oleh oksaloasetat.

14
Proses pengambilan ini terus berlangsung sampai asetil Co-A di sitoplasma habis.
Oksalo asetat berasal dari asam piruvat. Jika asupan nutrisi kekurangan karbohidrat
maka juga akan kekurangan asam piruvat dan oksaloasetat.
f. Rantai respirasi
Hydrogen hasil utama dari siklus krebs ditangkap oleh carrier NAD menjadi
NADH. Hydrogen dari NADH ditransfer ke flavoprotein, quinon, sitokrom b,
sitokrom c, sitokrom a3, terus direaksikan dengan O2 membentuk H2O dan
energy.
g. Fosforilasi oksidatif
Dalam proses rantai respirasi dihasilkan energy yang tinggi, energy tersebut
ditangkap oleh ADP untuk menambah satu gugus fosfat menjadi ATP.
h. Keratin dan kreatinin
Keratin disintesa di hati dari metionin, glisin, dan arginin. Dalam otot rangka
difosforilasi fosforilkreatin (simpanan energy). Fosforilkreatin dapat mejadi
kreatinin dan gerak urine.

Metabolisme Lemak
Metabolisme Lemak Ada 3 fase:
oksidasi: proses merubah asam lemak menjadi asetil Co-A
Siklus Kreb: proses merubah asetil Co-A menjadi H
Fosforilasi Oksidatif: proses mereaksikan H + O menjadi H2O + ATP
A. Metabolisme Lemak:
1. Di mulut, lemak mulai mengalami tahapan pencernaan, terjadi penyesuaian suhu
tertentu pada saat lemak dikunyah di mulut.
2. Pada lambung, lemak mengalami proses pencernaan dengan bantuan asam dan
enzim menjadi bentuk yang lebih sederhana.
3. Selanjutnya lemak akan memasuki hati, empedu, dan masuk ke dalam usus
kecil.
4. Dari kantung empedu lemak akan bergabung dengan bile yang merupakan
senyawa yang penting untuk proses pencernaan pada usus kecil. Selanjutnya

15
hasil pemecahan tersebut akan diubah oleh enzim lipase pankreas menjadi asam
lemak dan gliserol
5. Kelebihan lemak kemudian disimpan dalam tubuh, dan sebagai akan bergabung
dengan senyawa lain seperti fiber yang akan di keluarkan melewat usus besar.

B. Pencernaan Lemak secara sederhana


1. Makanan akan melewati kerongkongan menuju lambung, tempat penyerapan
lemak berlangsung. Di sini, 10-20% lemak dari makanan dipecah.
2. Lemak tersebut akan memasuki usus kecil, di mana tetes-tetes lemak besar
diuraikan lebih lanjut oleh kontraksi usus (peristaltik) dan emulsifier (asam
empedu dan lesitin) menjadi tetesan lemak yang lebih kecil.
3. Sebagian besar lemak pada makanan berbentuk trigliserida
4. Trigliserida terdiri dari rangka struktur gliserol dengan tiga asam lemak yang
menempel dan menjadi bentuk molekuler seperti huruf besar E.
5. Enzim lipase gastrointestinal memecah trigliserida yang terdapat di tetesan
lemak kecil menjadi asam lemak bebas dan monogliserida, yang cukup kecil
untuk memasuki sel-sel mukosa dinding usus.
6. Untuk itu, molekulmolekul ini harus dapat larut dalam air.
7. Asam empedu membungkus asam lemak bebas, monogliserida, vitamin yang
larut dalam lemak, lesitin dan kolesterol untuk membentuk tetesan mikroskopik
larut air yang disebut misel.
8. Misel kemudian menuju dinding sel dinding usus, di mana asam lemak bebas
dan monogliserida melewati membran dan memasuki sel.
9. Misel sendiri tidak melewati membran. Setelah memasuki sel mukosa, asam
lemak dan monogliserida bergabung lagi menjadi trigliserida.
10. Proses pencernaan selesai dan lemak dapat diedarkan melalui sistem limfatik
menuju sistem peredaran darah lalu ke seluruh tubuh untuk digunakan sebagai
energi atau disimpan di sel lemak yang disebut dengan adiposity (Tika, 2011).

Lemak yang terdapat dalam diet sebagian besar merupakan lemak netral
(trigliserida) yang tersusun atas molekul gliserol, dan 3 molekul asam lemak.
Pelarutan (solubilisasi) hasil lipolisis di dalam garam empedu. Digesti lemak sudah

16
mulai terjadi di mulut dan lambung oleh enzim lipase ludah Lipase ludah dihasilkan
oleh kelenjar Ebner di pemurkaan dorsal lidah. Lipase ludah berfungsi untuk
hidrolisa asam lemak, proses emulsifikasi dan membantu kerja lipase pankreas dan
lipase lambung. Lipase lambung berfungsi untuk hidrolisa asam lemak dan gliserol.
Namun demikian proses digesti lemak dalam mulut dan lambung sangat kecil
jumlahnya. Tetapi bila pankreas mengalami gangguan fungsi, aktifitas lipase ludah
dan lambung akan meningkat. Digesti lemak sebagian besar terjadi di usus halus
yaitu di duodenum oleh enzim lipase pankreas.Enzim ini melakukan hidrolisa semua
trigliserida hanya dalam waktu beberapa menit. Sel epitel usus halus juga
menghasilkan lipase enterik dalam jumlah kecil. Aktifitas enzim lipase pankreas
mencapai puncaknya pada pH 8.0. pH yang lebih rendah dari 3.0 akan merusak
enzim ini (Tika, 2011).

Metabolisme Karbohidrat
Semua jenis karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida, proses penyerapan
ini terjadi di usus halus. Glukosa dan galaktosa memasuki aliran darah dengan jalan
transfer aktif, sedangkan fruktosa dengan jalan difusi. Para ahli sepakat bahwa
karbohidrat hanya dapat diserap dalam bentuk disakarida. Hal ini dibuktikan dengan
dijumpainya maltosa, sukrosa dan laktosa dalam urine apabila mengkonsumsi gula
dalam jumlah banyak. Akhimya berbagai jenis karbohidrat diubah menjadi glukosa
sebelum diikut sertakan dalam proses metabolisme. Proses metabolisme karbohidrat
yaitu sebagai berikut:
1. Glikolisis
Glikolisis adalah rangkaian reaksi kimia penguraian glukosa (yang memiliki
6 atom C) menjadi asam piruvat (senyawa yang memiliki 3 atom C), NADH,
dan ATP. NADH (Nikotinamida Adenina Dinukleotida Hidrogen) adalah
koenzim yang mengikat elektron (H), sehingga disebut sumber elektron
berenergi tinggi. ATP (adenosin trifosfat) merupakan senyawa berenergi tinggi.
Setiap pelepasan gugus fosfatnya menghasilkan energi. Pada proses glikolisis,
setiap 1 molekul glukosa diubah menjadi 2 molekul asam piruvat, 2 NADH, dan
2 ATP (Rochimah, 2009).

17
Glikolisis memiliki sifat-sifat, antara lain: glikolisis dapat berlangsung
secara aerob maupun anaerob, glikolisis melibatkan enzim ATP dan ADP, serta
peranan ATP dan ADP pada glikolisis adalah memindahkan (mentransfer) fosfat
dari molekul yang satu ke molekul yang lain. Pada sel eukariotik, glikolisis
terjadi di sitoplasma (sitosol). Glikolisis terjadi melalui 10 tahapan yang terdiri
dari 5 tahapan penggunaan energi dan 5 tahapan pelepasan energi. Berikut ini
reaksi glikolisis secara lengkap: Dari skema tahapan glikolisis menunjukkan
bahwa energi yang dibutuhkan pada tahap penggunaan energi adalah 2 ATP.
Sementara itu, energy yang dihasilkan pada tahap pelepasan energi adalah 4
ATP dan 2 NADH. Dengan demikian, selisih energi atau hasil akhir glikolisis
adalah 2 ATP + 2 NADH (Rochimah, 2009).
Proses pembentukan ATP inilah yang disebut fosforilasi. Pada tahapan
glikolisis tersebut, enzim mentransfer gugus fosfat dari substrat (molekul
organic dalam glikolisis) ke ADP sehingga prosesnya disebut fosforilasi tingkat
substrat (Rochimah, 2009).

2. Dekarboksilasi oksidatif
Tahapan dekarboksilasi oksidatif, yaitu tahapan pembentukan CO2 melalui
reaksi oksidasi reduksi (redoks) dengan O2 sebagai penerima elektronnya.
Dekarboksilasi oksidatif ini terjadi di dalam mitokondria sebelum masuk ke
tahapan siklus Krebs. Oleh karena itu, tahapan ini disebut sebagai tahapan
sambungan (junction) antara glikolisis dengan siklus Krebs. Pada tahapan ini,
asam piruvat (3 atom C) hasil glikolisis dari sitosol diubah menjadi asetil
koenzim A (2 atom C) di dalam mitokondria. Pada tahap 1, molekul piruvat (3
atom C) melepaskan elektron (oksidasi) membentuk CO2 (piruvat dipecah
menjadi CO2 dan molekul berkarbon 2). Pada tahap 2, NAD+ direduksi
(menerima elektron) menjadi NADH + H+. Pada tahap 3, molekul berkarbon 2
dioksidasi dan mengikat Ko-A (koenzim A) sehingga terbentuk asetil Ko-A.
Hasil akhir tahapan ini adalah asetil koenzim A, CO2, dan 2NADH (Rochimah,
2009).

18
3. Siklus Kreb
Siklus Krebs terjadi di matriks mitokondria dan disebut juga siklus asam
trikarboksilat. Hal ini disebabkan siklus Krebs tersebut menghasilkan senyawa
yang mempunyai gugus karboksil, seperti asam sitrat dan asam isositrat. Asetil
koenzim A hasi dekarboksilasi oksidatif memasuki matriks mitokondria untuk
bergabung dengan asam oksaloasetat dalam siklus Krebs, membentuk asam
sitrat. Demikian seterusnya, asam sitrat membentuk bermacam-macam zat dan
akhirnya membentuk asam oksaloasetat lagi (Rochimah, 2009).

4. Transfer Elektron
Sebelum masuk rantai tanspor elektron yang berada dalam mitokondria,
8 pasang atom H yang dibebaskan selama berlangsungnya siklus Krebs akan
ditangkap oleh NAD dan FAD menjadi NADH dan FADH. Pada saat masuk ke
rantai transpor elektron, molekul tersebut mengalami rangkaian reaksi oksidasi-
reduksi (Redoks) yang terjadi secara berantai dengan melibatkan beberapa zat
perantara untuk menghasilkan ATP dan H2O. Beberapa zat perantara dalam
reaksi redoks, antara lain flavoprotein, koenzim A dan Q serta sitokrom yaitu
sitokrom a, a3, b, c, dan c1. Semua zat perantara itu berfungsi sebagai pembawa
hidrogen/pembawa elektron (electron carriers) untuk 1 molekul NADH2 yang
masuk ke rantai transpor elektron dapat dihasilkan 3 molekul ATP sedangkan
dari 1 molekul FADH2 dapat dihasilkan 2 molekul ATP (Kistinnah, 2009).
Molekul pertama yang menerima elektron berupa . avoprotein,
dinamakan avin mononukleotida (FMN). Selanjutnya, elektron dipindahkan
berturut-turut melewati molekul protein besi-sulfur (Fe-S), ubiquinon (Q atau
CoQ), dan sitokrom (Cyst). Elektron melewati sitokrom b, Fe-S, sitokrom c1,
sitokrom c, sitokrom a, sitokrom a3, dan oksigen sebagai penerima elektron
terakhir. Akhirnya terbentuklah molekul H2O (air). Pada sistem transportasi
elektron, NADH dan FADH2 masingmasing menghasilkan rata-rata 3 ATP dan
2 ATP. Sebanyak 2 NADH hasil glikolisis dan 2 NADH hasil dekarboksilasi
oksidatif masing-masing menghasilkan 6 ATP. Sementara itu, 6 NADH dan 2
FADH2 hasil siklus Krebs masing-masing menghasilkan 18 ATP dan 4 ATP.
Jadi, sistem transportasi elektron menghasilkan 34 ATP (Rochimah, 2009).

19
5. Glikogenesis
Kelebihan glukosa dalam tubuh akan disimpan dalam hati dan otot
(glikogen) ini disebut glikogenesis. Glukosa yang berlebih ini akan mengalami
fosforilasi menjadi glukosa-6-
phospat. Di otot reakssi ini
dikatalis oleh enzim heksokinase
sedangkan di hati dikatalis oleh
glukokinase. Glukosa-6-phospat
diubah menjadi glukosa-1-
phospat dengan katalis
fosfoglukomutase menjadi
glukosa-1,6-biphospat.
Selanjutnya glukosa-1-phospat
bereaksi ddengan uridin
triphospat (UTP) untuk
membentuk uridin biphospat
glukosa (UDPGlc) dengan
katalis UDPGlc pirofosforilase.
Atom C1 pada glukosa yang diaktifkan oleh UDPGlc membentuk ikantan
glikosidik dengan atom C4 pada residu glukosa terminal glikogen, sehingga
membebaskan UDP. Reaksi ini dikatalis oleh enzim glikogen sintase. Molekul
glikogen yang sudah ada sebelumnya harus ada untuk memulai reaksi ini.
Glikogen primer selanjutnya dapat terbentuk pada primer protein yang dikenal
sebagai glokogenin. Setelah rantai glikogen primer diperpanjang dengan
penambahan glukosa tersebut hingga mencapai minimal 11 residu glukosa,
maka enzim pembentuk cabang memindahkan bagian dari rantai 1 ke 4 (panjang
minimal 6 residu glukosa0 pada rantai yang berdekatan untuk membentuk
rangkaian 1 ke 6 sehingga membuat titik cabang pad molekul tersebut. Cabang-
cabang ini akan tumbuh dengan penambahan cabang selanjutnya. Setelah jumlah
residu terminal yang non reduktif bertambaah, jumlah total tapak reaktif dalam
molekul akan meningkat sehinggaa akan mempercepat glikogenesis maupun
glikogenolisis (Mulasari dan Tri, 2013).

20
6. Glikogenolisis
Proses perubahan glikogen menjadi glukosa. atau kebalikan dari glikogenesis.

7. Glikoneogenesis
Proses pembentukan glukosa dari senyawa prekursor karbohidrat pada
jaringan hewan (hati), tumbuhan (biji) dan mikroorganisme Pada hewan
prekursor penting dalam glukoneogenesis :piruvat, gliserol dan asam Amino
Reaksi glukoneogenesis berlangsung di semua organisme dengan pola yang
sama, perbedaan terjadi pada beberapa senyawa metabolit dan sistem
pengaturannya. Perbedaan utama glikolisis dan glukoneogenesis:
Glikolisis : glukosa menjadi piruvat
Glukoneogenesis : piruvat menjadi glukosa
Pengaturan glikolisis dan glukoneogenesis adalah secara berlawanan.
Asetil KoA akan menghambat secara allosterik pembentukan piruvat menjadi
asetil Ko A, tetapi meningkatkan piruvat menjadi oksaloasetat.

21
Kelebihan glukosa pada organisme akan diubah menjadi glikogen (pada
hewan), amilum, sukrosa dan polisakarida yang lain (pada tumbuhan) Glukosa
akan diubah menjadi glukosa nukleotida yakni glukosa-UDP (uridin difosfat)
yang dikatalisis oleh glikogen sintetase untuk pembentukan ikatan a1 menjadi 4,
untuk pembentukan ikatan 1 menjadi 6 oleh glikosil (1 menjadi 6) transferase
atau amilo (1 menjadi 4) menjadi (1 menjadi 6) transglikosilase Glukosa-UDP
juga merupakan substrat bagi sintesis sukrosa sedangkan glukosa-ADP
merupakan substrat bagi sintesis amilum (Najmiatul, 2011).

22

Anda mungkin juga menyukai