Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang
sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya
peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan
manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa
memahami konsep dasar dari kurikulum.
Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Sebagai suatu rencana atau program, kurikulum tidak akan bermakna manakala
tidak diimplementasikan dalam bentuk pembelajaran. Demikian juga sebaliknya,
tanpa kurikulum yang jelas sebagai acuan, maka pembelajaran tidak akan
berlangsung secara efektif.
Dengan diterapkannya kebijakan pemerintah (Depdiknas) yaitu kurikulum
2013 hal ini ditunjukkan untuk mempermudah guru dalam mengajar, mendidik,
dan mengembangkan pendidikan. Kurikulum 2013 ini dilaksanakan karena di
anggap kurikulum ini unik, beda dan penuh dengan penanaman sikap,
pengetahuan, nilai, dan karakter peserta didik dibandingkan dengan kurikulum
sebelumnya. Bedanya yaitu: Semua silabus, rencana pembelajaran (RPP), buku
pegangan guru, dan buku pegangan siswa disediakan oleh pemerintah dengan
harga yang terjangkau. Selain itu kurikulum ini menitik beratkan kepada sikap,
pengetahuan, keterampilan, karakter yang berdasarkan pada pendekatan ilmiah
atau sientific approach serta korelasi antara pembelajaran dengan agama.
Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
komponen. Komponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat
diidentifikasi dengan cara mengkaji suatu kurikulum lembaga pendidikan itu. Dari
hal tersebut kita dapat mengetahui pengertian dan dimensi kurikulum serta fungsi
dan peranan suatu komponen kurikulum terhadap komponen kurikulum yang lain.
Namun, dalam makalah ini, kami hanya membahas pengertian kurikulum
berkaitan dengan dimensi ide, dimensi rencana, dimensi aktivitas, dan dimensi
hasil.
Dari pembahasan mengenai kurikulum yang akan dibahas pada bab
pembahasan diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memperkuat profesi

1
para calon pendidik, para pendidik, pembina pendidikan dan seluruh profesi
dalam dunia pendidikan. Pengetahuan semacam ini diharapkan dapat menguak
misteri tugas penting mulai dari usaha penyusunan suatu kurikulum sampai
kepada penggunaannya di tingkat sekolah. Berdasarkan latar belakang inilah maka
dipandang perlu untuk membahas lebih jauh tentang kurikulum dari sudut pandag
dimensi kurikulumnya. Secara spesifik, akan dibahas melalui makalah yang
berjudul Pengertian Kurikulum Dikaitkan dengan Dimensi ini.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas dapat dirumuskan
beberapa rumusan masalah adalah sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimana pengertian kurikulum jika dikaitkan pada suatu dimensi ?
1.2.2 Bagaimana pengertian kurikulum jika dikaitkan pada suatu dimensi
ide?
1.2.3 Bagaimana pengertian kurikulum jika dikaitkan pada suatu dimensi
rencana?
1.2.4 Bagaimana pengertian kurikulum jika dikaitkan pada suatu dimensi
aktivitas?
1.2.5 Bagaimana pengertian kurikulum jika dikaitkan pada suatu dimensi
hasil?

1.3 Tujuan
Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai pada penulisan makalah ini antara
lain sebagai berikut :
1.3.1 Mampu mendekripsikan pengertian kurikulum yang dikaitkan pada
suatu dimensi.
1.3.2 Mampu mendekripsikan pengertian kurikulum yang dikaitkan pada
suatu dimensi ide.
1.3.3 Mampu mendekripsikan kurikulum jika dikaitkan pada suatu dimensi
rencana.
1.3.4 Mampu mendekripsikan kurikulum jika dikaitkan pada suatu dimensi
aktivitas.

2
1.3.5 Mampu mendekripsikan kurikulum jika dikaitkan pada suatu dimensi
hasil.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat pada penulisan makalah ini yaitu sebagai
berikut :
1.4.1 Bagi penulis
Penulis yang merupakan seorang mahasiswa, dalam penulisan
makalah ini mendapat manfaat berupa pengetahuan tentang
kurikulum yang nantinya sangat berguna dalam profesi di bidang
pendidikan dan sangat bermanfaat saat ini sebagai seorang calon
pendidik.
1.4.2 Bagi pembaca
Bagi pembaca dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan
dan memperkuat profesi para calon pendidik, para pendidik,
pembina pendidikan dan seluruh profesi dalam dunia pendidikan.
Pembaca dapat mengetahui sebuah tugas penting dalam dunia
pendidikan mulai dari usaha penyusunan suatu kurikulum sampai
kepada penggunaannya di tingkat sekolah.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kurikulum Dikaitkan dengan Dimensi


Pengertian kurikulum senantiasa berkembang terus sejalan dengan
perkembangan teori dan praktik pendidikan. Dengan beragamnya pendapat
mengenai pengertian kurikulum, maka secara teoretis kita agak sulit menentukan
satu pengertian yang dapat merangkum semua pendapat.
Curriculum berasal dari bahasa Yunani yakni kata Curir artinya pelari
dan Curere artinya ditempuh atau berpacu. Kurikulum diartikan jarak yang
harus ditempuh oleh pelari. Mengambil makna yang terkandung dari rumusan
tersebut, kurikulum dalam pendidikan diartikan sejumlah mata pelajaran yang
harus ditempuh atau diselesaikan anak didik untuk memperoleh ijazah. Kurikulum
sebagai program pendidikan harus mencakup:
(1) Sejumlah mata pelajaran atau organisasi pengetahuan;
(2) pengalaman belajar atau kegiatan belajar;
(3) program belajar (plan for learning) untuk siswa;
(4) hasil belajar yang diharapkan.
Dari rumusan tersebut, kurikulum diartikan program dan pengalaman
belajar serta hasil-hasil belajar yang diharapkan, yang diformulasikan melalui
pengetahuan dan kegiatan yang tersusun secara sistematis, diberikan kepada siswa
di bawah tanggung jawab sekolah untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan pribadi dan kompetensi sosial siswa (Nana Sudjana).
Sehubungan dengan banyaknya definisi tentang kurikulum, dalam
implementasi kurikulum kiranya perlu melihat definisi kurikulum yang tercantum
dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 1 ayat (19) yang berbunyi: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Lebih lanjut pada pasal 36 ayat (3) disebutkan bahwa
kurikulum disusun sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:

4
1. Peningkatan iman dan takwa;
2. Peningkatan akhlak mulia;
3. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
4. Keragaman potensi daerah dan lingkungan;
5. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
6. Tuntutan dunia kerja;
7. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
8. Agama;
9. Dinamika perkembangan global;
10. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Pasal ini jelas menunjukkan berbagai aspek pengembangan kepribadian
peserta didik yang menyeluruh dan pengembangan pembangunan masyarakat dan
bangsa, ilmu, kehidupan agama, ekonomi, budaya, seni, teknologi dan tantangan
kehidupan global. Artinya, kurikulum haruslah memperhatikan permasalahan ini
dengan serius dan menjawab permasalahan ini dengan menyesuaikan diri pada
kualitas manusia yang diharapkan dihasilkan pada setiap jenjang pendidikan.
Berdasarkan banyaknya definisi kurikulum tersebut, beberapa ahli
mengelompokkan dan mengkaitakan pengertian kurikulum dengan beberapa
dimensi. R.Ibrahim (2005) mengelompokan kurikulum menjadi 3 dimensi, yaitu
kurikulum sebagai substansi, kurikulum sebagai sistem dan kurikulum sebagai
bidang studi. Dimensi pertama memandang kurikulum sebagai rencana kegiatan
belajar bagi siswa di sekolah atau sebagai perangkat tujuan yang ingin dicapai.
Dimeni kedua memandang kurikulum sebagai bagian dari sistem persekolahan,
sistem pendidikan dan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencangkup
struktur personalia dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun kurikulum,
melaksanakan evaluasi dan menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem adalah
tersusunnya suatu kurikulum dan fungsi dari sistem kurikulum adalah memelihara
kurikulum agar tetap dinamis. Dimensi ketiga memandang kurikulum sebagai
suatu bidng studi yaitu bidang studi kurikulum. Hal ini merupakan kajian para ahli
kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Mereka yang mendalami bidang
kurikulum mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum, melalui studi
kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, sehingga

5
menemukan hal-hal baru yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi
kurikulum.
Ahli selanjutnya, adalah Nana Syaodih Sukmadinata (2005)
mengemukakan pengertian kurikulum ditinjau dari tiga dimensi, yaitu sebagai
ilmu, sebagai sistem dan sebagai rencana. Kurikulum sebagai ilmu dikaji konsep,
asumsi, teori-teori dan prinsip dasar tentang kurikulum. Kurikulum sebagai sistem
dijelaskan kedudukan kurikulum dalam hubungannya dengan sistem-sistem lain,
komponen-komponen kurikulum, kurikulum dalam berbagai jalur, jenjang, jenis
pendidikan, manajemen kurikulum dsb. Kurikulum sebagai rencana diungkap
beragam rencana dan rancangan atau desain kurikulum. Rencana bersifat
menyeluruh untuk semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan atau khusus untuk
jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Demikian pula, dengan rancangan
atau desain terdapat desain berdasarkan konsep, tujuan, isi, proses, masalah, dan
kebutuhan siswa.
Said Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa pada saat sekarang
istilah kurikulum memiliki empat dimensi pengertian, dimana satu dimensi
dengan dimensi lainnya saling berhubungan. Keempat dimensi kurikulum
tersebut, yaitu (1) kurikulum sebagai suatu ide/ gagasan ; (2) kurikulum sebagai
suatu rencana tertulis yang sebenarnya merupakan suatu perwujudan dari
kurikulum sebagai suatu ide ; (3) kurikulum sebagai suatu kegiatan/ aktivitas ; (4)
kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari kurikulum
sebagai suatu kegiatan.
Tabel 1. Dimensi Kurikulum
KURIKULUM :
Seperangkat program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan-tujuan pendidikan.

DIMENSI WUJUD
1. Kurikulum sebagai ide Buah pikiran/gagasan yang bersifat
konseptual
2. Kurikulum sebagai rencana Perangkat rencana/dokumen pembelajaran
3. Kurikulum sebagai proses Proses yang sudah terlaksana di lapangan

6
4. Kurikulum sebagai hasil Hasil yang telah dicapai oleh peserta didik

Penjelasan lebih lanjut mengenai pengertian kurikulum jika dikaitkan


dengan dimensi ide, dimensi rencana dan dimensi aktivitas dan dimensi hasil akan
dijelaskan pada sub bab selanjutnya.

2.2 Pengertian Kurikulum Dikaitkan dengan Dimensi Ide


Jika dikaitkan dengan dimensi ide pada dasarnya kurikulum mengandung makna
bahwa kurikulum itu adalah sekumpulan ide yang dijadikan pedoman dalam
pengembangan kurikulum selanjutnya. Kurikulum dalam dimensi sebagai ide atau
konsepsi adalah kurikulum dalam pengertian yang paling dinamik dibandingkan
kurikulum dalam dimensi lainnya. Kurikulum sebagai suatu ide pada dasarnya
merupakan sekumpulan ide-ide yang dipikirkan untuk mengembangkan
kurikulum baik dalam skala terbatas (mikro), maupun skala yang luas (makro).
Dapat dikatakan setiap orang yang terlihat dalam usaha pendidikan,
langsung maupun tidak langsung memiliki kurikulum dalam dimensi ini. Setiap
orang yang mencurahkan pemikirannya terhadap proses pembelajaran di sekolah,
tentang apa yang harus dipelajari siswa, tentang apa yang harus dilakukan oleh
pelaksana pendidikan di lembaga pendidikan, memiliki kurikulum dalam ide atau
konsepsi. Apa yang diperkirakan dalam pemikiran tiap orang dalam hal ini
sebetulnya adalah kurikulum yang ada pada dirinya. Apa yang ada itu adalah yang
ideal menurut pandangannya yaitu yang terbaik harus ada dalam dirinya. Oleh
karena itu dengan kurikulum yang ada pada orang lain, walaupun orang itu teman
sekelasnya, sejawatnya atau orang tuanya sekalipun. Dalam realitas sehari-hari
kurikulum dalam dimensi ini berhadapan satu dengan yang lainnya (Hermawan,
2012).
Apabila kurikulum yang dipikirkan setiap anggota masyarakat sejalan
dengan apa yang diperkirakan pengambilan keputusan tertinggi maka terjadi suatu
konfirmasi antara satu dengan yang lainnya. Maka dalam kenyataan yang
demikian perubahan kurikulum dalam dimensi rencana tidak banyak
menimbulkan keluhan apalagi penentangan. Sebaliknya apabila kurikulum yang
dipikirkan berbeda, apalagi bertentangan, maka kurikulum yang dihasilkan dalam

7
bentuk rencana tertulis akan menimbulkan keresahan masyarakat. Oleh karena itu
tidak mengherankan apabila Tyler menekankan penelitian mengenai siswa,
masyarakat, dan sebagainya dalam usaha untuk menetapkan suatu kurikulum
sebagai ide yang akan diterjemahkan menjadi kurikulum sebagai suatu rencana
tertulis. Buku-buku teks kurikulum lainnya juga menekankan akan pentingnya apa
yang dipikirkan masyarakat tersebut dan memasukan kedalam apa yang
dinamakan sebagai pondasi/landasan kurikulum (Setiawan, 2011).
Pada proses pengembangan kurikulum, kurikulum sebagai ide atau
konsepsi ini terlihat jelas pada waktu proses awal yaitu proses ajang pendapat baik
dalam suatu tim yang masing-masing anggotanya mempunyai kedudukan sejajar
maupun dalam suatu pertemuan konsultasi antara beberapa pengambilan
keputusan. Keterampilan yang ada pada anggota tim diperlukan untuk
membangun kurikulum dalam dimensi sebagai rencana. Pengertian kurikulum
yang berkaitan dengan dimensi ini diantaranya (Pasaribu, 2012) :
1. ... the content of instruction without reference to instructional ways or
means ( Henry C. Morrison, 1940).
2. ...curriculum is the substance of the school program. It is the content
pupils are expected to learn (Donald E. Orlosky and B.Othanel
Smith,1978).
3. ... curriculum it self is a construct or concept, a verbalization of an
extremely complex idea or set of ideas ( Olivia, 1997).
(Disadur dari Konsep Dasar Kurikulum, Kurtek UPI 2008)

2.3 Pengertian Kurikulum Dikaitkan dengan Dimensi Rencana


Makna dari dimensi kurikulum ini adalah sebagai seperangkat rencana dan
cara mengadministrasikan tujuan, isi, dan bahkan pelajaran serta cara yang
digunakan untuk pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran guna
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Adanya perhatian yang lebih besar terhadap
kurikulum dalam dimensi ini adalah kurikulum yang memiliki bentuk nyata dan
mudah terlihat karena tertulis. Pengertian kurikulum yang berkaitan dengan
dimensi ini diantaranya (Pasaribu, 2012) :

8
1. ...a curriculum is a plan for learning; therefore, what is known about
the learning process and the development of the individual has bearing
on the shaping of curriculum (Hilda Taba,1962).
2. ...all planned learning outcomes for which the school is responsible
(W. Popham and Eva L.Baker, 1970).
3. ...the planned and guided learning experiences and intended learning
outcomes, formulated through the systematic reconstruction of
knowledge and eperience of the school, for learners continuous and will
full growth in personal-social competence (Daniel Tanner and Laurer
Tanner, 1975).
(Disadur dari Konsep Dasar Kurikulum, Kurtek UPI 2008)
Pada dasarnya kegiatan merencanakan meliputi penentuan tujuan
pengajaran, menentukan bahan pelajaran, menentukan alat dan metode dan alat
pengajaran dan merencanakan penilaian pengajaran. Dengan demikian kegiatan
merencanakan merupakan upaya yang sistematis dalam upaya mencapai tujuan,
melalui perencanaan yang diharapkan akan mempermudah proses belajar
mengajar yang kondusif.
Sebagaimana beberapa pengertian tentang kurikulum yang disampaikan
sebelumnya, kurikulum adalah sebuah perencanaan pembelajaran, oleh karenanya
pengetahuan tentang proses belajar dan pengembangannya merupakan dasar
dalam menyusun sebuah kurikulum. Perumusan proses belajar yang efektif
menjadi sangat penting untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Konsep kurikulum
sebagai perencanaan pembelajaran, juga terdapat dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, dalam UU ini disebutkan bahwa
yang dimaksud dengan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran, dan cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan pembelajaran.
Definisi sebagaimana dalam Undang-Undang Sistem Penididikan
Nasional bahwa kurikulum itu adalah sebuah perencanaan yang di dalamnya
memiliki beberapa komponen yang membentuknya. Komponen-komponen itu
adalah komponen tujuan, komponen isi dan bahan pelajaran, serta komponen cara
yang digunakan untuk menyampaikan isi dan bahan pelajaran itu. Tujuan

9
pendidikan merupakan arah yang harus dicapai oleh proses penyelenggaraan
pendidikan nasional. Berbagai visi dan misi sekolah yang secara jenjang dan
kondisi lingkungan berbeda-beda, namun tetap bermuara maupun sebuah bentuk
formulasi dari tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu, hirarki dan
pemahaman yang komprehensif terhadap pencapaian tujuan pendidikan nasional
sangat penting untuk diperhatikan oleh seluruh penyelenggara dan stakeholders
pendidikan.
Dalam kegiatan perencanaan langkah pertama yang harus ditempuh oleh
guru adalah menentukan tujuan yang hendak dicapai. Berangkat dari tujuan yang
kongkrit akan dapat dijadikan patokan dalam melakukan langkah dan kegiatan
yang harus ditempuh termasuk cara bagaimana melaksanakanya. Dalam
pandangan (Wamendik, 2013) ada beberapa istilah yang berkenaan dengan tujuan,
antara lain aim goals dan objective. Pada materi ini yang dimaksud tujuan adalah
objective, yaitu tujuan pokok bahasan yang lebih spesifik, merupakan hasil proses
belajar mengajar. Setiawan (2011) mengklasifikasikan tujuan tersebut menjadi
tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan menurut
Hernawan (2012) ada beberapa sumber tujuan pengajar yaitu: kebutuhan anak,
kebutuhan masyarakat, ilmu pengetahuan, dan filsafat.
Sujana (2000) memberi beberapa pentujuk tentang cara merumuskan tujuan
pengajaran yaitu:
a. Tujan hendaknya mengandung unsure proses dan produk.
b. Tujuan harus bersifat spesifik dan dinyatakan dalam bentuk prilaku nyata.
c. Mengandung pengalaman belajar yang diperlukan untuk mencapai tu-juan
yang dimaksudkan.
d. Pencapaian tujuan kadang kala membutuhkan waktu ralatif lama (tak dapat
dicapai dengan segera).
e. Harus realistis dan dapat dimaknai sebagai kegiatan belajar atau pe-ngalaman
belajar tertentu.
f. Harus komprehensif, artinya mencakup semua aspek dan tujuan yang ingin
dicapai sekolah.
Dalam merencanakan proses pembelajaran maka langkah kedua adalah
menetapkan bahan pelajaran. Dalam pandangan Sujana (2000) bahan pelajaran

10
mencangkup tiga komponen, yaitu ilmu pengetahuan, proses dan nilai-nilai.
Dalam hal ini tiga kompunen tersebut dapat dirinci sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai sekolah.
Dalam menentukan bahan pelajaran bukanlah pekerjaan yang mudah akan
tetapi pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi yang serius, karena bahan
pelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan sosial di samping-
perkembanga ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga dalam menentu-kan
bahan pelajaran perlu memperhatikan beberapa hal yaitu: signifikan-si, kegunaan,
minat, dan perkembangan manusiawi (Wamendik, 2013). Yang harus diperhatikan
adalah bagaimana bahan pelajaran yang akan disajikan kepada anak didik
dirancang dan diogarnisir dengan baik. Nasution (Pasaribu, 2012) mengartikan
organisasi kurikulum sebagai pola atau bentuk bahan pelajaran yang disusun dan
disampaikan pada murid. Sedangkan menurut Herry, dkk (2008) bahwa organisasi
kurikulum mencangkup urutan, aturan dan integrasi kegiatan-kegiatan sedemikian
rupa guna mencapai tujuan-tujuan.
Wamendik (2013) menjelaskan beberapa jenis organisasi kurikulum yang
dapat digunakan untuk mencapai tujuan pengajaran yaitu sebagai berikut: (1)
organisasi kurikulum berdasarkan atas pelajaran, (2) organisasi kurikulum
berdasarkan kebutuhan anak, (3) organisasi kuriku-lum berdasarkan masalah-
masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, guru sebagai pengembang
kurikulum di sekolah sudah seharusnya data memilih jenis organisasi kurikulum
yang sesuai dengan kebutuhan.
Penentuan metode mengajar adalah merupakan langkah ketiga dari tugas
guru sebagai pengembang kurikulum di sekolah. Menentukan me-tode mengajar
ini erat dengan hubungannya pemilihan strategi belajar me-ngajar yang paling
efektif dan efensien dalam melakukan proses belajar mengajar guna mencapai
tujuan pengajaran. Sujana (2000) mengartikan strategi pengajaran sebagai
kegiatan yang dipilih guru dalam proses belajar mengajar, yang dapat diberikan
kemudahan atau fasilitas kepada anak didik menuju tercapainya tujuan
pengajaran.
Menurut Sujana (2000) ada beberapa hal yang harus menjadi bahan
pertimbangan dalam menentukan metode mengajar yang akan di-gunakan, yaitu:

11
(1) tujuan pengajaran yang ingin dicapai, (2) bahan pela-jaran yang akan
diajarkan, (3) jenis kegiatan belajar anak didik yang dii-nginkan. Ada beberapa
metode mengajar yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam proses
belajar mengajar, yaitu ceramah, tanya jawab, diskusi, resitasi, belajar kelompok,
dan sebagainya.
Sedangkan langkah ke empat dalam merencanakan pembelajaran adalah
merencanakan penilaian pelajaran. Penilaian pada dasarnya adalah suatu proses
menentukan nilai dari suatu obyek atau peristiwa dalam kon-teks situasi tertentu
(Sujana, 2000). Di sisi lain, Hernawan (2012) mengatakan bahwa penilaian
berbeda dengan tes dan pengukuran. Tes merupakan bagian integral dari
pengukuran, sedangkan pengukur-an hanya merupakan salah satu langkah yang
mungkin digunakan dalam kegiatan penilaian.

2.4 Pengertian Kurikulum Dikaitkan dengan Dimensi Aktivitas


Kurikulum sebagai dimensi aktivitas memandang bahwa kurikulum
merupakan segala aktivitas dari guru dan siswa dalam proses pembelajaran di
sekolah. Pada dimensi ini kadang-kadang disebut pula kurikulum sebagai realita
atau sebagai eksperiensial. Istilah realita dipergunakan karena kurikulum dalam
dimensi ini adalah kurikulum yang sesungguhnya terjadi di lapangan. Istilah
eksperential memperlihatkan cara memandang dari perspektif siswa. Siswa
mungkin saja memiliki kurikulum sebagai ide tetapi apa yang dialaminya adalah
kurikulum sebagai kenyataan, sebagaimana yang dialaminya. Keduanya, ide dan
pengalaman mungkin sejalan tetapi mungkin juga berbeda. Dilihat dari sudut
pengembangan kurikulum, kurikulum sebagai suatu ide/konsepsi dengan
kurikulum sebagai suatu rencana dan kurikulum sebagai suatu kegiatan/proses
merupakan suatu kelanjutan yang berkesinambungan. Kesinambungan ini
merupakan satu hal yang penting dan kritis dalam kegiatan pengembangan
kurikulum. Apabila kesinambungan tersebut mengalami persoalan maka ide yang
dimaksudkan dalam tahap pertama pengembangan kurikulum tidak akan
mencapai sasarannya. Pengertian-pengertian kurikulum yang berkaitan dengan
dimensi ini, diantaranya (Pasaribu, 2012):

12
1. ....The curriculum [is a design, made] by all of those who are most
intimately concerned with the activities of the life of the children while
they are in school... a curriculum must be as flexible as life and living. It
cannot be made beforehand and given to pupils and teachers to
install.[also it/...represents those learning each child selects, accepts,and
incorporates into himself to act with, in, and upon in subsequent
experiences (L. Thomas Hopkins, 1941).
2. [the curriculum is] the...stream of guided activities that constitutes the
life of young people and their elders. [in a much earlier book, Rugg
disapprovingly spoke of the traditional curriculum as one....passing on
description of earlier cultures and to perpetuating dead languages and
abstract techniques which were useful to no more than a negligible
fraction of our population (Harold Rugg, 1947).
3. All of the activities that are provided for the students by the school
constituttes its curriculum (Harold Alberty, 1953).
(Disadur dari Konsep Dasar Kurikulum, Kurtek UPI 2008)
Dalam penjelasan sebelumnya, kita ketahui bahwa melaksanakan kurikulum
merupakan kegiatan inti dari proses perencanaan, karena tidak akan mempunyai
makna apa-apa jika rencana tersebut tidak dapat direncanakan. Melaksanakan
kurikulum yang dimaksudkan dalam studi ini guru mampu mengimpletasikannya
dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar pada dasarnya dapat
berlangsung di dalam dan di luar sekolah dan di dalam jam pelajaran atau di luar
jam pelajaran yang telah dijadwalkan (Wamendik, 2013).
Dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar, seyogyanya seorang
guru memahami langkah-langkah yang harus ditempuh. Apapun langkah-langkah
yang harus ditempuh dalam proses belajar mengajar meliputi tahap permulaan,
tahap pengajaran dan tahap penilaian serta tindak lanjut (Sujana, 2000).
Disamping itu dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar, perlu
diperhatikan pula bagaimana proses kegiatan siswa dalam belajar. Kegiatan
belajar siswa dibagi dalam 3 kategori, yaitu sebagai berikut.
a. Kegiatan siswa dalam belajar mandiri, artinya setiap anak yang ada di kelas
melakukan kegiatan belajar masing-masing. Kegiatan belajar tersebut

13
mungkin sama atau mungkin pula berbeda antara seorang siswa dengan siswa
lainnya.
b. Kegiatan siswa dalam belajar kelompok, artinya siswa melakukan kegiatan
dalam situasi kelompok, misalnya bediskusi dalam memecahkan masalah.
c. Kegiatan siswa dalam pembelajaran klasikal, artinya semua siswa dalam
waktu yang sama, misalnya bila guru mengajar dengan metode ceramah,
maka kegiatan belajar siswa termasuk metode belajar klasikal.
Kemudian jika kita tinjau kurikulum dikaitkan dengan dimensi aktivitas
berdasarkan kurikulum 2013, maka proses yang terjadi di dalam kelas lebih
mengutamakan kreativitas peserta didik yang diperoleh melalui kegiatan
observing (mengamati), questioning (menanya), experimenting (mencoba),
assosiating and networking (menalar dan membentuk jejaring), communicating
(mengkomunikasikan). Berdasarkan paparan Wamendik, dipaparkan bahwa
pembelajaran berbasis kecerdasan tidak akan memberikan hasil signifikan ( hanya
peningkatan 50%) dibandingkan yang yang berbasis kreativitas (sampai 200%).

2.5 Pengertian Kurikulum Dikaitkan dengan Dimensi Hasil


Definisi kurikulum sebagai dimensi hasil memandang kurikulum itu
sangat memerhatikan hasil yang akan dicapai oleh siswa agar sesuai dengan apa
yang telah direncanakan dan yang menjadi tujuan dari kurikulum tersebut.
Kalangan pakar dan praktisi pendidikan modern, banyak yang berpandangan
bahwa kurikulum itu bukan semata-mata mengandung makna sebagai sebuah
rumusan ide, gagasan, rencana, proses, maupun kegiatan instruksional di dalam
kelas. Merupakan sesuatu yang kontradiktif, bilamana kurikulum hanya dimaknai
sebagai sebuah rencana, proses, dan tindakan saja, padahal akhir dari kegiatan
instruksional di mana kurikulum itu diterapkan adalah hasil belajar. Pengertian-
pengertian kurikulum yang berkaitan dengan dimensi ini, diantaranya (Ruhimat,
Toto, dkk. 2011: 8):
1. ....a structured series of intended learning outcomes (Mauritz Johnson,
Jr., 1967).

14
2. Curriculum is defined as an plan for achieving intended learning
outcomes: a plan concerned with what is to be learned and with the
results of instruction (Unruh and Unruh, 1984).
3. segala usaha yang dilakukan oleh sekolah untuk memperoleh hasil yang
diharapkan dalam situasi di dalam ataupun di luar sekolah (Hilda Taba
dalam Nasution, 1993).
(Disadur dari Konsep Dasar Kurikulum, Kurtek UPI 2008)
Adapun pandangan atau anggapan yang sampai saat ini masih lazim
dipakai dalam dunia pendidikan dan persekolahan di negara kita, adalah
kurikulum merupakan suatu rencana tertulis yang disusun guna memperlancar
proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan rumusan pengertian kurikulum seperti
yang tertera dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Dalam Kerangka Dasar Kurikulum Berbasis Kompetensi,
pengertian kurikulum yang digunakan mengacu pada pengertian seperti yang
tertera dalam UU tersebut dengan penekanan pada rencana dan pengaturan
tentang kompetensi yang dibakukan untuk mencapai tujuan nasional dan cara
pencapainnya disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah dan
sekolah/madrasah.
Jika kita bandingkan dengan kerangka kurikulum 2013, dimensi hasil juga
ada. Dalam kurikulum 2013, kurikulum merupakan suatu produk dalam bidang
pendidikan khususnya yang mengharapkan atau memiliki tujuan agar insan
Indonesia produktif, kreatif, inoatif, afektif melalui penguatan sikap, keterampilan
dan pengetahuan yang terintegrasi.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.1.1 Curriculum dalam bahasa Yunani berasal dari kata Curir artinya
pelari dan Curere artinya ditempuh atau berpacu. Jika dikaitkan
dengan dimensi, kurikulum dikelompokkan menjadi dimensi ide,
dimensi rencana, dimensi aktivitas dan dimensi hasil.
3.1.2 Kurikulum sebagi ide/gagasan mengandung makna bahwa
kurikulum itu adalah sekumpulan ide yang akan dijadikan pedoman
dan pengembangan kurikulum selanjutnya.
3.1.3 Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang merupakan
perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide,
3.1.4 Kurikulum sebagai suatu kegiatan yang sering pula disebut dengan
istilah kurikulum sebagai suatu realita atau implementasi kurikulum.
Secara teoritis dimensi kurikulum ini adalah pelaksanaan dari
kurikulum sebagai suatu rencana tertulis.
3.1.5 Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari
kurikulum sebagai suatu kegiatan.
3.2 Saran
Kurikulum yang merupakan salah satu komponen untuk menjalankan
pembelajaran hendaknya kita pahami dengan mendalam agar kita bisa
melaksanakan pembelajaran dengan baik. Kurikulum yang disusun
berdasarkan keadaan dan kebutuhan masyarakat terkini.

16
DAFTAR PUSTAKA
Hernawan, A.H dan Susilana, R. 2012. Konsep Dasar Kurikulum. Tersedia
[online] pada http://kurtek.upi.edu/psb/wp-
content/uploads/2011/04/Modul-1-Konsep.pdf. Diakses pada
tanggal 31Agustus 2015.
Herry, Asep Hernawan dan Rudi Susilana, 2008. Konsep Dasar Kurikulum.
Tersedia dalam [www.upi.ac.id]. Diakses pada 31Agustus 2015.
Khofifi, M. 2009. Perencanaan Pembelajaran dengan Kurikulum. Artikel.
Tersedia pada : http://khofif.wordpress.com/2009/10/29/perencanaan-
pembelajaran-dengan-pengembangan-kurikulum/ (diakses pada 1 September
2015)
Setiawan, A. 2011. Perkembangan Pendidikan di Indonesia. Artikel. Tersedia
pada : http://adysetia1.blogspot.com/2011/11/perkembangan-
pendidikan-indonesia.html (Diakses pada 1 September 2015).
Pasaribu, D. 2012. Pengertian dan Fungsi Kurikulum. Artikel. Tersedia pada :
http://dianbeboh.blogspot.com/2012_09_01_archive.html (Diakses
pada 1 September 2015).
Sujana, Nana. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Wamendik. 2013. Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013. Tersedia pada
kemdikbud.go.id/kemdikbud/dokumen/.../Paparan%20Wamendik.p
df. Diakses pada tanggal 31 Agustus 2015.

17

Anda mungkin juga menyukai