Anda di halaman 1dari 3

Tawadhu Sahabat Nabi

Dan rendahkanlah sayapmu terhadap orang-orang yang mengikutimu, Yaitu orang-orang


yang beriman. (QS. Asy-Syuara: 215)

Hadirin Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Pembenahan akhlak merupakan misi kenabian dari Nabi Muhammad Saw., seperti
deklarasinya pada salah satu haditsnya: Innama buisttu li utammima makarimal akhlaq
(sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia). Untuk itu akan kita
temukan kemuliaan akhlak itu pada berbagai cerita Nabi dan para sahabatnya. Seperti pada
kisah berikut ini:

Pada suatu hari Abu Bakar RA dan Ali bin Abi Thalib RA pergi berkunjung ke rumah
Rasulullah Saw Setibanya di depan pintu rumah nabi, satu sama lain saling mendorong
rekannya untuk masuk terlebih dahulu.

Abu Bakar: Kamu duluan, ya Ali!

Ali: Mana mungkin aku akan mendahuluimu, ya Aba Bakr, sedang Rasulullah sendiri pernah
bersabda tentang mu: Belum pernah matahari terbit atau terbenam atas seseorang sesudah
para nabi, lebih utama dari Abu Bakar.

Abu Bakar: Mana mungkin aku akan mendahuluimu, ya Ali, sedang Rasulullah juga pernah
bersabda tentangmu: Aku telah menikahkan wanita terbaik kepada lelaki terbaik, aku
nikahkan putriku Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib.

Ali: Mana mungkin aku akan mendahuluimu, ya Aba Bakar, sedang Nabi Saw pernah
bersabda: Kalau iman umat ini ditimbang dengan iman Abu Bakar, tentu akan berat
timbangan iman Abu Bakar.

Abu Bakar: Mana mungkin aku akan mendahuluimu, ya Ali, sedang Rasulullah Saw pernah
bersabda tentangmu: Dikumpulkan Ali bin Abi Thalib di Mahsyar pada hari Kiamat kelak
dengan berkendaraan bersama Fatimah, Hasan dan Husain, lalu orang-orang bertanya-tanya,
Nabi siapa gerangan itu? Lalu ada yang menjawab, ia bukan nabi, tetapi Ali bin Abi
Thalib dan keluarganya.

Ali: Mana mungkin aku akan mendahuluimu, ya Aba Bakar, sedang Rasulullah Saw pernah
bersabda tentang engkau: Kalau aku harus mempunyai kekasih selain dari Rabbku, tentu aku
akan memilih Abu Bakar sebagai kekasihku.

Abu Bakar: Mana mungkin aku akan mendahuluimu, ya Ali, sedang Rasulullah Saw pernah
bersabda: Pada hari kiamat aku bersama Ali, lalu Allah berfirman kepadaku: Wahai
kekasihku, aku telah pilihkan untukmu, Ibrahim al-Khalil sebagai ayah terbaikmu, dan Aku
telah pilihkan untuk Ali sebagai saudara dan sahabat terbaikmu.
Ali: Mana mungkin aku akan mendahuluimu, ya Aba Bakar, sedang Allah Taala pernah
berfirman tentangmu: Dan orang yang datang membawa kebenaran dan orang yang
membenarkannya, mereka itu adalah orang-orang yang bertaqwa (QS. Az-Zumar: 33)

Abu Bakar: Mana mungkin aku akan mendahuluimu, ya Ali sedang Allah Taala juga telah
mengisyaratkan mu dalam firman-Nya: Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan
dirinya karena mencari kerelaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-
Nya. (QS. Al-Baqarah: 207)

Pada waktu keduanya sedang asyik memperbincangkan keutamaan sahabatnya, Jibril datang
berkunjung kepada Rasulullah Saw, seraya berkata: Ya Rasulullah, di luar sana ada Abu
Bakar dan Ali hendak menemuimu. Pergilah, sambutlah keduanya!

Maka Rasulullah Saw segera bangkit dari duduknya, menyambut mesra dan mempersilakan
masuk kedua sahabatnya yang mulia. Beliau Saw menempatkan Abu Bakar di sebelah
kanannya dan Ali di sebelah kirinya, seraya berkata kepada mereka, Demikianlah kami
kelak dibangkitkan di hari Kiamat.

Akhlak mereka itu persis dengan ayat Allah yang berbunyi:

Dan rendahkanlah sayapmu terhadap orang-orang yang mengikutimu, Yaitu orang-orang


yang beriman. (QS. Asy-Syuara: 215)

Rendahkanlah sayapmu ini berkonotasi agar Rasulullah Saw. Rendah hati atau tawadhu bila
berhadapan dan berinteraksi dengan para sahabatnya. Dan kerendahhatian Rasulullah Saw.
Ini ditiru oleh para sahabat kemudian, maka terbacalah oleh kita sekarang tentang sifat dasar
pengikut Nabi Muhammad Saw. Dari kurun ke kurun, generasi ke generasi. Allah
mengingatkan kita bahwa generasi pengganti yang akan berperan kemudian setelah habis
masa peran orang-orang yang keluar dari ajaran-Nya, memiliki sifat tawadhu, lemah lembut
seperti dalam firman-Nya:

Hai orang-orang yang beriman, siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka
kelak Allah akan mendatangkan sebuah kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun
mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap
keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada
celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha mengetahui. (QS. Al-
Maidah: 54)
Hadirin Jamaah Jumat yang mencari ridha Allah,

Untuk itu, alangkah eloknya bila kita sebagai pengikut Nabi Muhammad Saw. Yang
tawadhu, berhias diri juga dengan sikap tawadhu, terutama dengan sesama umat Sayyidina
Muhammad Saw. Sehingga akan tampak pemandangan sosial yang indah di antara sesama
muslim, saling menghargai, tidak saling merendahkan, saling menutupi, tidak saling
menelanjangi, saling memuji, tidak saling mencela. Energi kita pun tidak digunakan untuk
mencari cacat saudara, tetapi kita gunakan untuk mengerahkan potensi kita agar berdaya guna
hidup di tengah-tengah masyarakat.

Namun perlu diingat, rendah hati ini jangan sampai masuk ke derajat rendah diri. Karena
rendah hati akan berdampak positif, sementara rendah diri akan berdampak negatif. Rendah
hati adalah sebuah keutamaan, sedangkan rendah diri adalah kehinaan. Rendah hati akan
memacu jiwa pemiliknya untuk terus bertanding, sedangkan rendah diri akan meracuni
pemiliknya untuk tidak ikut bertanding, mereka kalah sebelum berperang. Rendah hati adalah
obat kesombongan, sedangkan rendah diri adalah penyakit, yang sementara ini menggerogoti
jiwa umat Nabi Muhammad Saw.

Semoga saja kita termasuk orang yang rendah hati yang tidak rendah diri. Amin ya Rabbal
alamin.

Anda mungkin juga menyukai