Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Negara Indonesia adalah salah satu negara yang dilintasi jalur cincin api
dunia. Terdapat empat lempeng tektonik dunia yang ada di Indonesia, yaitu
lempeng Pasific, lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng Fhilipine
yang bertemu di kepulauan Maluku. Akibat dari banyaknya lempeng tektonik
yang terdapat di Indonesia adalah seringnya terjadi gempa bumi baik pada
intensitas kecil, sedang, maupun pada intensitas yang tinggi. Hal tersebut
berakibat pada desain dari bangunan-bangunan di Indonesia yang harus
memperhitungkan beban gempa yang terjadi di wilayah dimana bangunan tersebut
akan dibangun.
Evaluasi terhadap kekuatan struktur bangunan harus dilakukan untuk
meminimalisir terjadinya banyak korban jika terjadi bencana. Banyak hal yang
mempengaruhi kekuatan dari suatu struktur bangunan, baik dari segi perencanaan
maupun dari pelaksanaan. Pengaruh gempa bumi harus dianalisis untuk
mengetahui karakteristik gerakan gempa bumi dan karakteristik dinamik dari
suatu bangunan tersebut. Spektrum gempa bumi dan perilaku nonlinear dari
struktur juga harus dipertimbangkan sebelum merancang bangunan. Konfigurasi
bangunan, pengaruh gempa arah horisontal atau vertikal harus diperhitungkan
agar dapat mengetahui kerentanan suatu struktur bangunan terhadap gempa bumi.
Terdapat dua tipe bangunan dalam perencanaan, bangunan tersebut
adalah bangunan beraturan dan bangunan tidak beraturan. Ada beberapa tipe dan
penjelasan ketidakberaturan yang tercantum dalam SNI 03-1726-2012. Salah
satunya adalah ketidakberaturan geometri vertikal yang didefinisikan ada jika
dimensi horisontal sistem penahan gaya gempa di semua tingkat lebih dari 130
persen dimensi horisontal sistem penahan gaya gempa tingkat di dekatnya.
Di dalam perencanaan struktur bangunan terdapat faktor keutamaan
bangunan yang dilihat dari seberapa pentingnya bangunan tersebut. Menurut SNI
03-1726-2012 terdapat empat kategori risiko. Kategori risiko I adalah Gedung dan
non gedung yang memiliki risiko rendah terhadap jiwa manusia pada saat terjadi
kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk. Contohnya adalah fasilitas
pertanian, perkebunan, perternakan, dan perikanan, fasilitas sementara, gudang
penyimpanan, rumah jaga dan struktur kecil lainnya.
Kategori risiko II adalah Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang
termasuk dalam kategori risiko I, III, IV, termasuk, tapi ttidak dibatasi untuk.
Bangunan yang termasuk meliputi bangunan perumahan, rumah toko dan rumah
kantor, pasar, gedung perkantoran, gedung apartemen/ rumah susun, pusat
perbelanjaan/ mall, bangunan industri, fasilitas manufaktur, dan pabrik.
Kategori risiko III adalah Gedung dan non gedung yang memiliki risiko
tinggi terhadap jiwa manusia dan memiliki potensi untuk menyebabkan dampak
ekonomi yang besar dan atau gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat
sehari-hari bila terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk. Contohnya
bagunan bioskop, gedung pertemuan, stadion, fasilitas kesehatan yang tidak
memiliki unit bedah dan unit gawat darurat, fasilitas penitipan anak, penjara,
bangunan untuk orang jompo, pusat pembangkit listrik biasa,fasilitas penanganan
air, fasilitas penanganan limbah, pusat telekomunikasi.
Kategori risiko IV adalah Gedung dan non gedung yang ditujukan
sebagai fasilitas yang penting, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk. Contohnya
adalah bangunan-bangunan monumental, gedung sekolah dan fasilitas pendidikan,
rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas bedah dan unit
gawat darurat, tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan
tempat perlindungan lainnya, fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, kantor
polisi, garasi kendaraan darurat, fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat
operasi, pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan
dalam keadaan darurat.
Menurut (Ginsar, 2007) dalam penelitiannya menyatakan salah satu
varian metode statis nonlinier yang banyak diadopsi dan direkomendasikan oleh
standar desain adalah Metode Spektrum Kapasitas (Capacity Spectrum Method,
CSM) mengacu pada prosedur dalam ATC-40. Metode ini sering kali disebut
metode pushover karena dalam aplikasinya, digunakan analisis beban dorong
statis nonlinier (nonlinear static pushover analysis), dimana struktur didorong
secara bertahap hingga beberapa komponen struktur mengalami leleh dan
berdeformasi inelastis. Hubungan antara perpindahan lateral lantai atap dan gaya
geser dasar digambarkan dalam suatu kurva yang menggambarkan kapasitas
struktur dan dinamakan kurva kapasitas (capacity curve). Untuk mengetahui
prilaku struktur yang ditinjau terhadap intensitas gempa yang diberikan, kurva
kapasitas ini kemudian dibandingkan dengan tuntutan (demand) kinerja yang
berupa response spectrum berbagai intensitas (periode ulang) gempa.
Dalam penelitian ini digunakan software untuk mempermudah dalam
pemodelan dan analisis, software yang digunakan adalah SAP 2000 v14. Gedung
yang akan di analisis adalah gedung Apartemen Vivo yang berlokasi di Seturan,
Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Sesuai penjelasan di atas, maka permasalahan yang akan dibahas adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana Demand Capacity Ratio dari komponen struktur
gedung Apartemen Vivo?
2. Dimana terjadinya sendi plastis bangunan gedung Apartemen
Vivo?
3. Bagaimana kinerja seismik bangunan gedung Apartemen Vivo
dengan metode ATC-40?

1.3 BATASAN PENELITIAN


Batasan penelitian ini adalah :
1. Bangunan yang digunakan adalah bagunan apartemen Vivo yang
berlokasi di Seturan, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
2. Bangunan diperuntukan untuk hunian dengan sembilan lantai
3. Kombinasi beban adalah beban mati dan beban hidup untuk
beban vertikal dan beban gempa sebagai beban horisontal
4. Beban angin tidak diperhitungkan dalam analisis ini
5. Analisis pemodelan menggunakan software SAP 2000 v14
6. Peraturan pembebanan mengacu pada SNI 03-1727-2013
7. Pondasi dan kondisi tanah tidak dievaluasi
8. Perhitungan dan analisis beban gempa mengacu pada peraturan
SNI 03-1726-2012
9. Mutu beton pada kolom dan balok (fc) = 25 Mpa.
10. Mutu baja tulangan fy = 350 Mpa ( < 13 mm, polos)
11. Mutu baja tulangan fy = 400 Mpa ( > 13 mm, polos)
12. Pelat lantai kaku sempurna (diafragma)

1.4 TUJUAN PENELITIAN


Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui Demand Capacity Ratio bangunan gedung
Apartemen Vivo.
2. Mengetahui letak terjadinya sendi plastis pada bangunan gedung
Apartemen Vivo.
3. Megetahui kinerja seismik gedung apartemen dengan metode
ATC-40.

1.5 MANFAAT PENELITIAN


Dengan penelitian ini diharapkan :
1. Untuk mengetahui perilaku struktur bangunan terhadap gempa
bumi.
2. Untuk dapat dijadikan evaluasi terhadap penanggulangan bencana
gempa bumi terhadap struktur bangunan.
3. Diharapkan dapat mencadi acuan untuk perbaikan perencanaan
struktur bangunan yang tahan akan bencana gempa.

Anda mungkin juga menyukai