Negara Indonesia adalah salah satu negara yang dilintasi jalur cincin api dunia. Terdapat empat lempeng tektonik dunia yang ada di Indonesia, yaitu lempeng Pasific, lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng Fhilipine yang bertemu di kepulauan Maluku. Akibat dari banyaknya lempeng tektonik yang terdapat di Indonesia adalah seringnya terjadi gempa bumi baik pada intensitas kecil, sedang, maupun pada intensitas yang tinggi. Hal tersebut berakibat pada desain dari bangunan-bangunan di Indonesia yang harus memperhitungkan beban gempa yang terjadi di wilayah dimana bangunan tersebut akan dibangun. Evaluasi terhadap kekuatan struktur bangunan harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya banyak korban jika terjadi bencana. Banyak hal yang mempengaruhi kekuatan dari suatu struktur bangunan, baik dari segi perencanaan maupun dari pelaksanaan. Pengaruh gempa bumi harus dianalisis untuk mengetahui karakteristik gerakan gempa bumi dan karakteristik dinamik dari suatu bangunan tersebut. Spektrum gempa bumi dan perilaku nonlinear dari struktur juga harus dipertimbangkan sebelum merancang bangunan. Konfigurasi bangunan, pengaruh gempa arah horisontal atau vertikal harus diperhitungkan agar dapat mengetahui kerentanan suatu struktur bangunan terhadap gempa bumi. Terdapat dua tipe bangunan dalam perencanaan, bangunan tersebut adalah bangunan beraturan dan bangunan tidak beraturan. Ada beberapa tipe dan penjelasan ketidakberaturan yang tercantum dalam SNI 03-1726-2012. Salah satunya adalah ketidakberaturan geometri vertikal yang didefinisikan ada jika dimensi horisontal sistem penahan gaya gempa di semua tingkat lebih dari 130 persen dimensi horisontal sistem penahan gaya gempa tingkat di dekatnya. Di dalam perencanaan struktur bangunan terdapat faktor keutamaan bangunan yang dilihat dari seberapa pentingnya bangunan tersebut. Menurut SNI 03-1726-2012 terdapat empat kategori risiko. Kategori risiko I adalah Gedung dan non gedung yang memiliki risiko rendah terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk. Contohnya adalah fasilitas pertanian, perkebunan, perternakan, dan perikanan, fasilitas sementara, gudang penyimpanan, rumah jaga dan struktur kecil lainnya. Kategori risiko II adalah Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam kategori risiko I, III, IV, termasuk, tapi ttidak dibatasi untuk. Bangunan yang termasuk meliputi bangunan perumahan, rumah toko dan rumah kantor, pasar, gedung perkantoran, gedung apartemen/ rumah susun, pusat perbelanjaan/ mall, bangunan industri, fasilitas manufaktur, dan pabrik. Kategori risiko III adalah Gedung dan non gedung yang memiliki risiko tinggi terhadap jiwa manusia dan memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar dan atau gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk. Contohnya bagunan bioskop, gedung pertemuan, stadion, fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit gawat darurat, fasilitas penitipan anak, penjara, bangunan untuk orang jompo, pusat pembangkit listrik biasa,fasilitas penanganan air, fasilitas penanganan limbah, pusat telekomunikasi. Kategori risiko IV adalah Gedung dan non gedung yang ditujukan sebagai fasilitas yang penting, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk. Contohnya adalah bangunan-bangunan monumental, gedung sekolah dan fasilitas pendidikan, rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas bedah dan unit gawat darurat, tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan tempat perlindungan lainnya, fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, kantor polisi, garasi kendaraan darurat, fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi, pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan dalam keadaan darurat. Menurut (Ginsar, 2007) dalam penelitiannya menyatakan salah satu varian metode statis nonlinier yang banyak diadopsi dan direkomendasikan oleh standar desain adalah Metode Spektrum Kapasitas (Capacity Spectrum Method, CSM) mengacu pada prosedur dalam ATC-40. Metode ini sering kali disebut metode pushover karena dalam aplikasinya, digunakan analisis beban dorong statis nonlinier (nonlinear static pushover analysis), dimana struktur didorong secara bertahap hingga beberapa komponen struktur mengalami leleh dan berdeformasi inelastis. Hubungan antara perpindahan lateral lantai atap dan gaya geser dasar digambarkan dalam suatu kurva yang menggambarkan kapasitas struktur dan dinamakan kurva kapasitas (capacity curve). Untuk mengetahui prilaku struktur yang ditinjau terhadap intensitas gempa yang diberikan, kurva kapasitas ini kemudian dibandingkan dengan tuntutan (demand) kinerja yang berupa response spectrum berbagai intensitas (periode ulang) gempa. Dalam penelitian ini digunakan software untuk mempermudah dalam pemodelan dan analisis, software yang digunakan adalah SAP 2000 v14. Gedung yang akan di analisis adalah gedung Apartemen Vivo yang berlokasi di Seturan, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Sesuai penjelasan di atas, maka permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Demand Capacity Ratio dari komponen struktur gedung Apartemen Vivo? 2. Dimana terjadinya sendi plastis bangunan gedung Apartemen Vivo? 3. Bagaimana kinerja seismik bangunan gedung Apartemen Vivo dengan metode ATC-40?
1.3 BATASAN PENELITIAN
Batasan penelitian ini adalah : 1. Bangunan yang digunakan adalah bagunan apartemen Vivo yang berlokasi di Seturan, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2. Bangunan diperuntukan untuk hunian dengan sembilan lantai 3. Kombinasi beban adalah beban mati dan beban hidup untuk beban vertikal dan beban gempa sebagai beban horisontal 4. Beban angin tidak diperhitungkan dalam analisis ini 5. Analisis pemodelan menggunakan software SAP 2000 v14 6. Peraturan pembebanan mengacu pada SNI 03-1727-2013 7. Pondasi dan kondisi tanah tidak dievaluasi 8. Perhitungan dan analisis beban gempa mengacu pada peraturan SNI 03-1726-2012 9. Mutu beton pada kolom dan balok (fc) = 25 Mpa. 10. Mutu baja tulangan fy = 350 Mpa ( < 13 mm, polos) 11. Mutu baja tulangan fy = 400 Mpa ( > 13 mm, polos) 12. Pelat lantai kaku sempurna (diafragma)
1.4 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui Demand Capacity Ratio bangunan gedung Apartemen Vivo. 2. Mengetahui letak terjadinya sendi plastis pada bangunan gedung Apartemen Vivo. 3. Megetahui kinerja seismik gedung apartemen dengan metode ATC-40.
1.5 MANFAAT PENELITIAN
Dengan penelitian ini diharapkan : 1. Untuk mengetahui perilaku struktur bangunan terhadap gempa bumi. 2. Untuk dapat dijadikan evaluasi terhadap penanggulangan bencana gempa bumi terhadap struktur bangunan. 3. Diharapkan dapat mencadi acuan untuk perbaikan perencanaan struktur bangunan yang tahan akan bencana gempa.