MAKALAH
Biokimia
Oleh
Setyoko (120341521844)
SEPTEMBER 2012
ENZIM DAN KOENZIM
A. Pengertian Enzim
Enzim adalah polimer biologik yang mengkatalisis reaksi kimia yang berlangsung
dalam tubuh. Sebagian besar enzim merupakan protein globuler yang terlarut dalam larutan
tubuh seperti sitoplasma atau cairan tubuh lainnya, lain daripada itu, dengan kemajuan ilmu dan
teknologi telah banyak diidentifikasi bahwa banyak molekul RNA yang ternyata juga berperan
sebagai enzim. Tidak semua protein dalam tubuh adalah enzim. Untuk dapat dikatakan sebagai
enzim, protein tersebut harus memiliki kemampuan untuk mengkatalisis reaksi kimia.
Tanpa adanya enzim, kehidupan yang kita kenal tidak mungkin ada. Sebagai
biokatalisator yang mengatur semua kecepatan semua proses fisiologis, enzim memegang
peranan utama dalam kesehatan dan penyakit. .Meskipun dalam keadaan sehat semua proses
fisiologis akan berlangsung dengan cara yang tersusun serta teratur sementara homeostasis akan
dipertahankan, namun keadaan homeostasis dapat mengalami gangguan yang berat dalam
keadaan patologis. Banyak penyakit yang berkaitan dengan defek pada enzim seperti kekurangan
jumlah atau aktivitas katalitik enzim-enzim kunci. Hal ini dapat disebabkan karena kelainan
genetic, kekurangan gizi atau toksin. Glycogen storage disease (GSD) merupakan contoh dari
banyak kasus penyakit yang berkaitan dengan enzim.
Jenis reaksi yang sering memerlukan partisipasi koenzim adalah oksidoreduksi, reaksi-
reaksi pemindahan gugus dan somerasi, dan yang menghasilkan pembentukan ikatan kovalen
sebaliknya, reaksi lisis, termasuk reaksi hidrolisis seperti yang dikatalis oleh enzim-enzim
saluran pencernaan, tidak memerlukan koenzim.
D. Klasifikasi Enzim
International Union of Biochemistry and Molecular Biology (IUBMB) mengklasifikasi
enzim berdasarkan tipe reaksi yang dikatalisisnya. Berdasarkan tipe reaksi yang dikatalisis itu,
enzim dibagi menjadi 6 kelas dan masing-masing kelas terbagi lagi menjadi subkelas (4-13
subkelas) dan dari subkelas dibagi lagi menjadi subsubkelas. Adapun keenam kelas enzim antara
lain :
1. Oksidoreductase.
Mengkatalisis oksidasi dan reduksi. Contoh : alcohol dehidrogenase (EC1.1.1.1).
2. Transferase.
Mengkatalisis pemindahan gugus seperti : Glikosil, Metil, fosforil, aldehid dan keton. Contoh
: ATP (D-heksosa-6-fosfotransferase/heksokinase) (EC2.7.1.1).
3. Hidrolase
Mengkatalisis pemutusan hidrolitik dalam ikatan C-C, C-O, C-N dan ikatan lain. Contoh :
Beta-Galaktosidase (EC3.2.1.23).
4. Liase
Mengkatalisis pemutusan ikatan C-C, C-O, C-N, dan ikatan lain dengan eliminasi atom yang
menghasilkan ikatan rangkap. Contoh : Fumarat hidratase (Fumarase) (EC4.2.1.2).
5. Isomerase
Mengkatalisis perubahan geometric atau structural di dalam satu molekul. Contoh :
triosafosfat isomerase (EC5.3.1.1).
6. Ligase
Mengkatalisis penyatuan dua molekul yang dikaitkan dengan hidrolisis ATP. Contoh :
Asetil-KoA-karboksilase (EC6.4.1.2).
F. Kinetika Enzim
Laju reaksi yang dikatalisis oleh enzim dipengaruhi oleh :
1. Suhu
Suhu rendah yang mendekati titik beku biasanya tidak merusak enzim. Pada suhu
dimana enzim masih aktif, kenaikan suhu sebanyak 100C menyebabkan keaktifan menjadi 2
kali lebih besar sehingga akan meningkatkan laju reaksi sampai suatu titik yang melebihi
hambatan energi untuk merusak interaksi nonkovalen yang mempertahankan struktur tiga
dimensi enzim, yang kemudian akan menguraikan rantai polipeptida enzim dan akhirnya
mengalami denaturasi, disertai hilangnya kemampuan katalitik enzim. Enzim akan bekerja
dengan baik pada suhu optimum. Di dalam tubuh manusia enzim akan bekerja optimum pada
suhu sekitar 370C.
0
Sebagian besar enzim menjadi tidak aktif pada pemanasan sampai + 60 C. Ini
disebabkan karena proses denaturasi enzim. Dalam beberapa keadaan, jika pemanaasan
dihentikan dan enzim didinginkan kembali aktivitasnya akan pulih. Hal ini disebabkan oleh
karena proses denaturasi masih reversible. pH dan zat-zat pelindung dapat mempengaruhi
denaturasi pada pemanasan ini. Hubungan antara aktivitas enzim dan suhu dapat dilihat pada
gambar berikut.
2. Konsentrasi ion hidrogen (pH)
Karena terdapat komponen asam dan basa dalam protein penyusun enzim, aktivitas
enzim sangat tergantung terhadap pH. Sebagian besar enzim intrasel memperlihatkan
aktivitas optimal pada nilai pH antara 5 dan 9, kecuali beberapa enzim misalnya pepsin (pH
optimum = 2). Hal ini disebabkan oleh :
Pada pH rendah atau tingi, enzim akan mengalami denaturasi.
Pada pH rendah atau tinggi, enzim maupun substrat dapat mengalami perubahan muatan
listrik dengan akibat perubahan aktivitas enzim.
-
Misalnya suatu reaksi enzim dapat berjalan bila enzim tadi bermuatan negatif (Enz ) dan
+
substratnya bermuatan positif (SH ) :
- +
Enz + SH EnzSH
- +
Pada pH rendah Enz akan bereaksi dengan H menjadi enzim yang tidak bermuatan.
- +
Enz + H Enz-H
+ -
Demikian pula pada pH tinggi, SH yang dapat bereaksi dengan Enz , maka pada pH yang
+
ekstrem rendah atau tinggi konsentrasi efektif SH dan Enz akan berkurang, karena itu
kecepatan reaksinya juga berkurang, seperti pada gambar berikut.
G. Denaturasi Enzim
Enzim sebagian besar tersusun oleh protein, sehingga enzim juga memilik sifat-sifat
dari protein yaitu dapat terdenaturasi oleh karena pengaruh lingkungan. Denaturasi protein dapat
muncul dibawah pengaruh dari lingkungan fisik, seperti suhu tinggi, tingkat keasaman dan
tekanan tinggi. Proses denaturasi akan menyebabkan tersebut, tetapi kadang tidak untuk struktur
primernya. Sehingga denaturasi protein dapat bersifat reversibel maupun irreversibel.
Denaturasi bersifat reversibel apabila struktur primer pada protein tersebut tidak
mengalami perubahan, sedang bersifat ireversibel jika protein mengalami kerusakan sampai
tingkat struktur primernya. Beberapa protein yang terdenaturasi, dapat mengalami pelipatan
kembali secara spontan dengan diikuti restorasi dari aktivitas biologiknya. Ied Anfinsen
mengemukakan bahwa struktur primer dari polipeptida sudah cukup untuk mengarahkan proses
pelipatan kembali. Untuk proses renaturasi ini selain dibutuhkan struktur primer yang utuh dari
protein penyusun enzim tersebut, juga dibutuhkan protein aksesori lain seperti protein sidulfid
isomerase, propyl cis-trans isomerase dan chaperonin untuk mempercepat preses pelipatan
kembali tersebut.
nd
Lehninger A, Nelson D , Cox M M . 1993. Principles of Biochemistry 2 : 198-236
Tim penyusun. 1976. Penuntun Praktikum Biokimia Edisi 4. Biokimia FK-UI. Jakarta ;. 98-112.