Anda di halaman 1dari 13

DASAR TEORI LAJU ENDAP DARAH

Prinsip : Kecepatan endap darah atau laju endap darah adalah mengukur kecepatan sedimentasi
sel eritrosit di dalam plasma. Satuannya mm/jam. Proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan)
darah ini diukur dengan memasukkan darah kita ke dalam tabung khusus selama satu jam. Makin
banyak sel darah merah yang mengendap maka makin tinggi Laju Endap Darah (LED)-nya.

Landasan teori : Di dalam tubuh, suspensi sel-sel darah merah akan merata di seluruh plasma
sebagai akibat pergerakan darah. Akan tetapi jika darah ditempatkan dalam tabung khusus yang
sebelumnya diberi antikoagulan dan dibiarkan 1 jam, sel darah akan mengendap dibagian bawah tabung
karena pengaruh gravitasi. Laju endap darah ( LED ) berfungsi untuk mengukur kecepatan pengendapan
darah merah di dalam plasma ( nm/jam ). Tiga fase LED meliputi :
1. Fase pengendapan lambat I
Beberapa menit setelah percobaan dimulai, sel darah merah dalam keadaan melayang, sulit
mengendap 1-30 menit 0

2. Fase pengendapan cepat


Terjadi setelah darah saling berikatan membentuk rauleaux permukaan relatife kecil , masa
menjadi lebih berat ( 30-60 menit )
3. Fase pengendapan lambat II
Terjadi setelah sel darah mengendap, menampak di dasar tabung ( 60-120 menit )

Dalam keadaan normal nilai LED jarang melebihi 10 nm per jam. LED ditentukan dengan mengukur
tinggi cairan plasma yang kelihatan jernih berada di atas sel darah merah yang mengendap pada akhir 1
jam ( 60 menit ). Nilai LED meningkat pada keadaan seperti kehamilan ( 35 mm/jam ), menstruasi, TBC
paru-paru ( 65 mm/jam ) dan pada keadaan infeksi terutama yang disertai dengan kerusakan jaringan.
Metode yang dianjurkan oleh ICSH ( International Comunitet for Standardization in Hematology ) adalah
cara westergren.
Nilai normal :

Metode Westergreen :

Pria : 0 10 mm/jam

Wanita : 0 1
DASAR TEORI MENGHITUNG JUMLAH SEL-SEL DARAH

DASAR TEORI HEMATOKRIT

I. HEMOGLOBIN (Hb)

Haemoglobin adalah suatu protein yang membawa oksigen dan yang memberi warna merah pada sel
darah merah. Dengan kata lain haemoglobin merupakan komponen yang terpenting dalam eritrosit.
Haemoglobin juga merupakan protein yang kaya zat besi yang memiliki afinitas (daya gabung)
terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxsihaemoglobin di dalam sel darah merah.
Jumlah haemoglobin dalam darah normal ialah 15 gram setiap 100 ml darah, dan jamlah itu biasanya
disebut 100persen. Menurut Costill (1998:48), haemoglobin adalah zat yang terdapat dalam butir
darah merah. Haemoglobin sebenarnya adalah merupakan protein globuler yang di bentuk dari 4 sub
unit, dan setiap sub unit mengandung hame.
Hame ini di buat dalam mitokokondria dan menambah acetid acid manjadi alpha ketoglutaricacid +
glicine membentuk pyrrole compound menjadi protopophyrine II yang dengan Fe berubah menjadi
hame. Selanjutnya 4 hame bersenyawa dengan globulin membentuk haemoglobin. Menurut Poppy
Kumaila dalam Kamus Saku Kedokteran Dorland (1996 :499) Haemoglobin adalah pigmen pembawa
oksigen eritrosit, dibentuk oleh eritrosit yang berkembang dalam sumsum tulang, merupakan empat
rantai polipeptida globin yang berbeda, masing-masing terdiri dari beberapa ratus asam amino.
Haemoglobin memerankan peranan penting dalam pengangkutan oksigen selama ia dapat kembali
mengikat oksigen. Haemoglobin cenderung mengikat oksigen apabila lingkungannya penuh dengan
oksigen dan melepaskan oksigen dalam lingkungan yang relatif rendah oksigennya. Ini berarti
haemoglobin mengambil oksigen dalam paru dan melepaskan ke jaringan-jaringan seperti otot aktif.
Pada orang-orang yang mengandung haemoglobin normal, kapasits darahnya membawa oksigen kira-
kira 20 mL oksigen per 100 mL darah. Hampir alam semua keadaan, darah mengandung banyak
sekali oksigen ketika bergerak melalui paru.

II. LAJU ENDAP DARAH

Laju Endap Darah (LED) atau dalam bahasa inggrisnya Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR)
merupakan salah satu pemeriksaan rutin untuk darah. Proses pemeriksaan sedimentasi
(pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan darah kita ke dalam tabung khusus selama satu
jam. Makin banyak sel darah merah yang mengendap maka makin tinggi Laju Endap Darah (LED)-
nya.
Tinggi ringannya nilai pada Laju Endap Darah (LED) memang sangat dipengaruhi oleh keadaan tubuh
kita, terutama saat terjadi radang. Namun ternyata orang yang anemia, dalam kehamilan dan para
lansia pun memiliki nilai Laju Endap Darah (LED) yang tinggi. Jadi orang normal pun bisa memiliki
Laju Endap Darah (LED) tinggi, dan sebaliknya bila Laju Endap Darah (LED) normalpun belum tentu
tidak ada masalah. Jadi pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) masih termasuk pemeriksaan
penunjang, yang mendukung pemeriksaan fisik dan anamnesis dari sang dokter.
Bila memang Fe-nya yang turun tentunya harus cukup mengkonsumsi tablet besi (Sulfusferrosus).
Sekarang bentuknya tablet berbagai ragam. Ada yang disatukan dengan Effervescent, atau dengan
Vitamin B, dan sebagainya. Sedangkan bila kadar proteinnya yang turun, tentunya harus konsumsi
makanan atau minuman tinggi protein. Ini pun bentuknya sudah beragam, ada yang berbentuk susu,
berbentuk minuman bertenaga dan yang paling banyak mungkin berbentuk makanan lauk-pauk
sehari-hari.

III. WAKTU PENDARAHAN

A. Prosedur Pekerjaan

1. Menentukan Nilai Hematokrit

a) Memasukan darah ke dalam mikro kapiler hematokrit yang susah mengandung anti
koagulan(mikro kapiler warna merah), menutup salah satu ujung kapiler dengan
kristoseal
b) Kemudian kapiler yang sudah berisi darah tersebut di centrifuge dengan kecepatan
3000rpm selama 15 menit
c) Membaca volume sel-sel darah yang sudah terpisah dalam kapiler dengan alat
pembaca mikrokapiler (mikro capillery reader atau skala hematokrit) yang disediakan
d) Menghitung nilai hematokrit
Nilai Hematokrit = volume sel-sel darah X 100 %
volume darah
2. Penentuan Waktu Pendarahan
Menusuk ujung jari vaccinostyle steril kemudian mencatat dengan tepat waktu saat
arah pertama keluar, mengisap tetesan darah dengan kertas isap sampai darah tidak
keluar lagi dan mencatat waktunya.
C. Penentuan Waktu Pembekuan Darah
1. Menusuk ujung jari, tetes darah yang keluar diisap ke dalam pipa mikro kapiler
yang tidak berheparin (mikro kapiler warna biru). Mencatat dengan tepat saat tetes
darah masuk kapiler.
2. Menggenggam mikro kapiler dengan tangan selama 15 menit. Setelah itu
mematahkan sdikit demi sedikit kapiler tersebut setiap satu menit sampai terbentuk
benang fibrin pada patahannya
3. Mencatat waktu pada saat terjadi benang fibrin. waktu antara penghisapan darah
kedalam kapiler dan saat mulai terbentuk benang fibrin adalah waktu pembekuan.
a. Penentuan Waktu Pendarahan
Dalam menentukan waktu pendarahan menggunakan stopwatch, didapatkan data
bahwa waktu pendarahannya adalah selama 8,82 detik
b. Penentuan Waktu Pembekuan Darah
Waktu pembekuan darah selama percobaan adalah 13, 3 menit.
c. Pembahasan
Hematokrit adalah persentase volume seluruh SDM yang ada dalam darah yang
diambil dalam volume tertentu. Untuk tujuan ini, darah diambil dengan semprit dalam
suatu volume yang telah ditetapkan dan dipindahkan kedalam suatu tabung khusus
berskala hematokrit. Untuk pengukuran hematokrit ini darah tidak boleh dibiarkan
menggumpal sehingga harus diberi anti koagulan. Setelah tabung tersebut
dipusingkan / sentripus dengan kecepatan dan waktu tertentu, maka SDM akan
mengendap. Dari skala Hematokrit yang tertulis di dinding tabung dapat dibaca
berapa besar bagian volume darah seluruhnya. Nilai hematokrit yang disepakati
normal pada laki laki dewasa sehat ialah 45% sedangkan untuk wanita dewasa
adalah 41%.
Darah dengan antikogulan isotonic dalam tabung dipusing selama 30 menit dengan
kecepatan 3000 rpm sehingga eritrosit dipadatkan kecepatan 3000 rpm sehingga
eritrosit dipadatkan membuat kolom dibagian bawah dan tabung tingginya kolom
mencerminkan nilai hematokrit. Intinya Darah dicentrifuge supaya eritrosit
mengendap.
Prinsip pemeriksaan hematokrit cara manual yaitu darah yang mengandung
antikoagulan disentrifuse dan total sel darah merah dapat dinyatakan sebagai persen
atau pecahan desimal (Simmons A, 1989). Penetapan nilai hematokrit cara manual
dapat dilakukan dengan metode makrohematokrit atau metode mikrohetokrit. Pada
cara makrohematokrit digunakan tabung Wintrobe yang mempunyai diameter dalam
2,5 3 mm,panjang 110 mm dengan skala interval 1 mm sepanjang 100 mm dan
volumenya ialah 1 ml. pada cara mikrohematokrit digunakan tabung kapiler yang
panjangnya 75 mm dan diameter dalam 1 mm, tabung ini ada dua jenis, ada yang
dilapisi antikoagulan Na2EDTA atau heparin dibagian dalamnya dan ada yang tanpa
koagulan. Tabung kapiler dengan anti koagulan dipakai bila menggunakan darah tanpa
anti koagulan seperti darah kapiler, sedangkan tabung kapiler dengan antikoagulan
dipakai bila menggunakan darah dengan anti koagulan seperti darah vena
(Wirawan,dkk 2000). Metode mikrohematokrit mempunyai keunggulan lebih cepat dan
sederhana. Metode mikrohematokrit proporsi plasma dan eritrosit (nilai hematokrit)
dengan alat pembaca skala hematokrit.
Nilai normal dalam hematokrit adalah:
a. Pria : 47 +/- 7 %
b. Wanita : 42 +/- 5 %
c. Bayi baru lahir : 54 +/- 10 %
d. bayi 3 bulan : 38 +/- 6 %
e. bayi 3-6 tahun : 40 +/- 4 %
f. 10 12 tahun : 41 +/- 4 %
Pada percobaan, praktikan menggunakan sampel darah wanita dan mendapat data
hematokrit sebesar 44, artinya wanita tersebut memiliki nilai hematokrit normal untuk
darahnya.
Pendarahan adalah peristiwa keluarnya darah dari pembuluh darah karena pembuluh
tersebut mengalami kerusakan. Kerusakan ini bisa disebabkan oleh benturan fisik,
sayatan, atau pecahnya pembuluh darah yang tersumbat. Pada percobaan dalam
praktikum, praktikan menghitung waktu pendarahan menggunakan stopwatch.
Waktu pembekuan adalah waktu yang diperlukan dari saat darah keluar sampai
berbentuk benang fibrin pada proses pembekuan darah. Pada penderita hemofilia
darah sukar sekali membeku. Hemofilia, yaitu penyakit yang mengakibatkan darah
sukar membeku. Jika si penderita mengalami luka ringan, dapat mengakibatkan
pendarahan yang serius. Dalam praktikum yang lalu, Waktu pembekuan darah yaitu
13,3 menit.
Vitamin K berperan penting dalam proses pembekuan darah serta mencegah
perdarahan. Kekurangn vitamin K bisa meningkatkan risiko perdarahan tidak
terkontrol. Vitamin K mengontrol proses pembekuan darah karena berkaitan langsung
dengan prothrombin, plasma protein yang diubah menjadi thrombin selama proses
pembekuan darah. Thrombin ini selanjutnya akan mengubah fibrinogen menjadi fibrin,
protein yang tidak larut air yang akan memampatkan pengentalan darah. Jika tidak
ada vitamin K maka prothrombin tidak akan terbentuk. Kekurangan prothombin akan
mengurangi jumlah thrombin yang sangat bereperan dalam proses pembekuan darah.
Kekurang thrombin akan meningkatkan kecenderungan tubuh mengalami perdarahan
jika mengalami luka.

BAB II
ISI
A. HAEMOGLOBIN
1. Tanggal praktikum : 6 Agustus 2011
2. Tujuan : Untuk mengetahui kadar hemoglobin pada seseorang.
3. Dasar Teori
Hemoglobin merupakan protein sel darah merah ( SDM ) yang fungsinya antara lain :
a. Mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan dan CO2 dan jaringan ke paru-paru
b. Memberi warna merah pada darah
c. Mempertahan kan keseimbangan asam basa dalam tubuh
Hemoglobin mengandung protein globin yang berkaitan dengan hem ( senyawa besi
protein ), mempunyai berat molekul 64450 dalton. Di dalam darah mengandung Hb
antara 7,8 12,2 mM/l atau 12,6 18,4 gr/dl, tergantung pada jenis kelamin dan
umur individu.
Pada setiap tetramer Hb mampu mengikat 4 atom oksigen yang terikat pada atom
ferro ( Fe 2+ ) dalam hem. Hemoglobin yang berikatan dengan oksigen disebut
oksihemoglobin ( HbO2 ) sedang yang telah melepaskan oksigen disebut
deoksihemoglobin ( HbCO ) jika Hb mengikat gas CO hasil pembakaran yang tidak
sempurna. Ikatan Hb dengan CO, 200 kali lebih kuat disbanding ikatan Hb dengan
oksigen. Dalam keadaan tertentu, Hb juga dapat berikatan sehingga besi teroksidasi (
Fe3+ ) membentuk methemoglobin ( Met Hb atau Hb ( Fe3+ ). Hb dalam bentuk
MetHb akan menyebabkan kemampuan mengikat oksigennya menjadi hilang.
Beberapa derivate hemoglobin satu sama lain dapat dibedakan dengan cara
pengenceran. HbO2 pada pengenceran terlihat berwarna merah kekuningan, HbCO
berwarna merah terang ( carmine tint ) sedang deoksihemoglobin ( Hb ) berwarna
kecoklatan.
4. Prinsip
Hemoglobin dengan larutan K2Fe ( CN )6 berubah menjadi methemoglobin kemudian
menjadi hemoglobin sianida ( HiCN ) oleh KCN dengan absorbansi maksimum pada
540 nm. Pengaturan pH dilakukan dengan menambah KH2FO4, untuk mempercepat
lisis eritrosit dan mengurangi kekeruhan HiCN ditambah non ionic detergent.
Absorbansi warna berbanding lurus dengan konsentrasi Hb.
5. Bahan dan Alat
a. Bahan : darah kapilerm darah vena-EDTA, akuabides dan reagen
sianmethemoglobin
b. Alat : Erlenmeyer, tabung reaksi, spektrofotometer.
6. Cara Kerja
a. Disiapkan 3 tabung reaksi seukuran 5 ml masing-masing diberi label reagen blanko
( RB ) Reagen standarr ( RTD ) dan Reagen Sampel ( RPL )
b. Tabubg RB diberi 5000 l ( 5 cc ) Reagen Hb Cyanida
c. Tabung RTD diberi 20 l sample darah standard an ditambah dengan 5000l
Reagen Hb Cyanida dicampur hingga homogeny
d. Tabung RPL diberi 20 l sample darah dan ditambah dengan 5000 l Reagen Hn
Cyanida didiamkan selama 3 menit pada suhu kamar
e. Diukur absorbansi RTD dan abs ( RPL ) terhadap reagen blanko pada panjang
gelombang 578 nm
Perhitungan
Hb = Abs RPL X 15 G/DL
Abs RTD
Nilai normal :
a. Wanita : 12-16 g/dl
b. Pria : 14-18 g/dl
c. Bayi : 10-15 g/dl
d. Balita : 11-14 g/dl
e. Anak-anak : 12-16 g/dl
f. Bayi baru lahir : 16-25 g/dl
g. Bayi belum lahir : masih mengandung Hb fetal dari plasenta
7. Hasil dan pembahasan :
a. Tanggal : 6 agustus 2011
b. Waktu : 11.00 WIB
c. Tempat : AKBID Paguwarmas Maos Cilacap
d. Nama probandus : Siska Paradesa
e. Umur : 19 tahun
f. Hasil : 11,5 gr%
g. Pembahasan : Telah dilakukan pemeriksaan Hb pada Nn. Siska dengan hasil normal
Kesimpulan :
Hemoglobin merupakan protein sel darah merah ( SDM ) Hemoglobin mengandung
protein globin yang berkaitan dengan hem ( senyawa besi protein ), mempunyai berat
molekul 64450 dalton. Di dalam darah mengandung Hb antara 7,8 12,2 mM/l atau
12,6 18,4 gr/dl, tergantung pada jenis kelamin dan umur individu.
Nilai normal :
a. Wanita : 12-16 g/dl
b. Pria : 14-18 g/dl
c. Bayi : 10-15 g/dl
d. Balita : 11-14 g/dl
e. Anak-anak : 12-16 g/dl
f. Bayi baru lahir : 16-25 g/dl

B. LAJU ENDAP DARAH


1. Tanggal praktikum : 6 Agustus 2011
2. Tujuan : Untuk mengetahui sedimentasi eritrisit dalam darah.
3. Dasar Teori
Laju endap darah (erithrocyte sedimentation rate, ESR) yang juga disebut kecepatan
endap darah (KED) atau laju sedimentasi eritrosit adalah kecepatan sedimentasi
eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan
uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi
akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid,
malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan). Sebagian ahli
hematologi, LED tidak andal karena tidak spesifik, dan dipengaruhi oleh faktor
fisiologis yang menyebabkan temuan tidak akurat.

Pemeriksaan CRP dipertimbangkan lebih berguna daripada LED karena kenaikan kadar
CRP terjadi lebih cepat selama proses inflamasi akut, dan lebih cepat juga kembali ke
kadar normal daripada LED. Namun, beberapa dokter masih mengharuskan uji LED
bila ingin membuat perhitungan kasar mengenai proses penyakit, dan bermanfaat
untuk mengikuti perjalanan penyakit. Jika nilai LED meningkat, maka uji laboratorium
lain harus dilakukan untuk mengidentifikasi masalah klinis yang muncul.
4. Prinsip kerja
Metode yang digunakan untuk pemeriksaan LED ada dua, yaitu metode Wintrobe dan
Westergreen. Hasil pemeriksaan LED dengan menggunakan kedua metode tersebut
sebenarnya tidak seberapa selisihnya jika nilai LED masih dalam batas normal. Tetapi
jika nilai LED meningkat, maka hasil pemeriksaan dengan metode Wintrobe kurang
menyakinkan. Dengan metode Westergreen bisa didapat nilai yang lebih tinggi, hal itu
disebabkan panjang pipet Westergreen yang dua kali panjang pipet Wintrobe.
Kenyataan inilah yang menyebabkan para klinisi lebih menyukai metode Westergreen
daribada metode Wintrobe. Selain itu, International Commitee for Standardization in
Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk menggunakan metode Westergreen.
LED berlangsung 3 tahap, tahap ke-1 penyusunan letak eritrosit (rouleaux formation)
dimana kecepatan sedimentasi sangat sedikit, tahap ke-2 kecepatan sedimentasi agak
cepat, dan tahap ke-3 kecepatan sedimentasi sangat rendah.
5. Alat dan Bahan
a. Alat:
1. Tabung dan rak
2. Tusuk tabung Westergen
b. Bahan:
1. Darah vena (1,6 ml) d
2. dicampur dengan Na Sitrat 3,8% sebanyak 0,4ml
6. Cara Kerja
a. Metode Westergreen
Untuk melakukan pemeriksaan LED cara Westergreen diperlukan sampel darah citrat 4
: 1 (4 bagian darah vena + 1 bagian natrium sitrat 3,2 % atau darah EDTA yang
diencerkan dengan NaCl 0.85 % 4 : 1 (4 bagian darah EDTA + 1 bagian NaCl 0.85%).
Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.
Sampel darah yang telah diencerkan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung
Westergreen sampai tanda/skala 0.
Tabung diletakkan pada rak dengan posisi tegak lurus, jauhkan dari getaran maupun
sinar matahari langsung.
Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm penurunan eritrosit.

Nilai Rujukan
Metode Westergreen :
Pria : 0 - 15 mm/jam
Wanita : 0 - 20 mm/jam
7. Hasil dan Pembahasan
Telah dilakukan pemeriksaan Laju Endap Darah pada:
a. Nama : Susanti
b. Umur : 21tahun
Dari pemeriksaan Laju Endap Darah, didapatkan hasil 39mm/jam (normal).
Kesimpulan :
Laju endap darah (erithrocyte sedimentation rate, ESR) yang juga disebut kecepatan
endap darah (KED) atau laju sedimentasi eritrosit adalah kecepatan sedimentasi
eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan
uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi
akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid,
malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan). Sebagian ahli
hematologi, LED tidak andal karena tidak spesifik, dan dipengaruhi oleh faktor
fisiologis yang menyebabkan temuan tidak akurat.
Hasil normal :
a. Pria : 0 - 15 mm/jam
b. Wanita : 0 - 20 mm/jam

C. WAKTU PEMBEKUAN DARAH


1. Tannggal Praktikum : 6 agustus 2011
2. Tujuan : untuk menentukan lamanya waktu pembekuan darah.
3. Dasar Teori
Test waktu pembekuan digunakan untuk menentukan lamanya waktu yang diperlukan
darah untuk membeku. Adanya gangguan pada factor koagulasi terutama yang
membentuk tromboplastin, maka waktu pembekuan akan memanjang.
4. Prinsip Kerja :
Waktu pembekuan darah selama percobaan adalah 13, 3 menit.
5. Bahan dan Alat
- Bahan : darah
- Alat : spuit 0,5 cc, stopwatch
6. Cara kerja
a. lakukan pengisian vena dengan spui 0,5 cc
b. Darah diletakan pada kaca obyek dan hidupkan stopwatch
c. Tiap 30 detik darah diangkat dengan lidi sampai terjadi pembekuan yang ditandai
dengan adanya benang fibrin
d. Catat waktu terjadinya pembekuan, hasilnya dinyatakan dalam menit nilai normal 2
6 menit
7. Hasil pembahasan
a. Tanggal : 6 agustus 2011
b. Waktu : 11.15 WIB
c. Nama probandus : Siti wahidatun
d. Umur : 18 tahun
e. Hasil : 01:36:52 menit
f. Pembahsan : Telah dilakukan pemeriksaan pembekuan darah pada Nn. Siti dengan
hasil normal
g. Kesimpulan : Test waktu pembekuan digunakan untuk menentukan lamanya waktu
yang diperlukan darah untuk membeku. Adanya gangguan pada factor koagulasi
terutama yang membentuk tromboplastin, maka waktu pembekuan akan memanjang

D. WAKTU PERDARAHAN
1. Tanggal : 6 Agustus 2011
2. Tujuan
a. mendeteksi cacat kualitatif trombosit
b. sebagai tes pra operasi untuk menentukan respon pendarahan
3. Dasar Teori
Terjadinya perdarahan berkepanjangan setelah trauma superfisial yang terkontrol,
merupakan petunjuk bahwa ada defisiensi trombosit. Masa perdarahan memanjang
pada kedaan trombositopenia ( <100.000/mm3 ada yang mengatakan < 75.000
mm3), penyakit Von Willbrand, sebagian besar kelainan fungsi trombosit dan setelah
minum obat aspirin.
Pembuluh kapiler yang tertusuk akan mengeluarkan darah sampai luka itu tersumbat
oleh trombosit yang menggumpal. Bila darah keluar dan menutupi luka , terjadilah
pembekuan dan fibrin yang terbentuk akan mencegah perdarahan yang lebih lanjut .
Pada tes ini darah yang keluar harus dihapus secara perlahan lahan sedemikian rupa
sehingga tidak merusak trombosit. Setelah trombosit menumpuk pada luka ,
perdarahan berkurang dan tetesan darah makin lama makin kecil.
Tes masa perdarahan ada 2 cara yaitu metode Duke dan metode Ivy . Kepekaan
metode Ivy lebih baik, dengan nilai rujukan I 7 menit dan metode Duke dengan nilai
rujukan 1 3 menit.
4. Prinsip Kerja
METODE DUKE
Pra Analitik
a. Persiapan Pasien: tidak memerlukan persiapan khusus
b. Persiapan sample: darah kapiler
5. Prinsip:
Dibuat luka standar pada daun telinga , lamanya perdarahan sampai berhenti dicatat.

a. Hasil yang normal


Sebuah waktu perdarahan normal untuk metode Ivy adalah kurang dari lima menit
dari waktu menusuk sampai semua pendarahan dari luka berhenti. Beberapa teks
memperluas jangkauan normal untuk delapan menit. Nilai normal untuk rentang
metode template sampai delapan menit, sedangkan untuk metode template yang
dimodifikasi, hingga 10 menit dianggap normal. Normal untuk metode Duke tiga
menit.
b. Abnormal hasil
Sebuah waktu perdarahan yang lebih lama dari normal hasil abnormal. Tes harus
dihentikan jika pasien tidak berhenti perdarahan dengan 20-30 menit. Waktu
perdarahan yang lebih lama ketika fungsi normal trombosit terganggu, atau ada angka
yang lebih rendah dari normal trombosit dalam darah.
Sebuah waktu perdarahan lebih lama dari normal dapat menunjukkan bahwa salah
satu dari beberapa cacat hemostasis hadir, termasuk berat trombositopenia , disfungsi
trombosit, cacat pembuluh darah, penyakit Von Willebrand, atau kelainan lain.
c. Kerugian
Dengan metode Duke adalah bahwa tekanan pada pembuluh darah di daerah tusukan
tidak konstan dan hasil yang dicapai kurang dapat diandalkan.
d. Keuntungan
Dengan metode Duke adalah bahwa tidak ada bekas luka tersisa setelah tes.

6. Alat dan bahan


a. Disposable Lanset steril
b. Kertas saring bulat
c. Stop Watch
d. Kapas alkohol
7. Cara kerja :
a. Desinfeksi daun telinga dengan kapas alkohol , biarkan mengering.
b. Buat luka dengan disposable lanset steril panjang 2 mm dalam 3 mm. sebagai
pegangan pakailah kaca objek dibalik daun telinga dan tepat pada saat darah keluar
jalankan stop watch.
c. Setiap 30 detik darah yang keluar diisap dengan kertas saring bulat tetapi jangan
sampai menyentuh luka
d. Bila perdarahan berhenti , hentikan stop watch dan catatlah waktu perdarahan

Catatan :
1. Bila perdarahan 10 menit, hentikan perdarahan dengan menekan luka dengan
kapas alkohol . Dianjurkan untuk diulang dengan cara yang sama atau dengan metode
Ivy.
2. Digunakan untuk bayi dan anak anak
3. Kepekaannya kurang.

7. Hasil
a. Tanggal : 6 agustus 2011
b. Waktu : 11.25 WIB
c. Tempat : AKBID Paguwarmas Maos Cilacap
d. Nama probandus : Susanti
e. Umur : 21 tahun
f. Hasil : 01:08:37 menit
g. Pembahasan : Telah dilakukan pemeriksaan waktu pendarahan pada Nn Siti denagn
hasil normal.
Kesimpulan :
Sebuah waktu perdarahan normal untuk metode Ivy adalah kurang dari lima menit
dari waktu menusuk sampai semua pendarahan dari luka berhenti. Beberapa teks
memperluas jangkauan normal untuk delapan menit. Nilai normal untuk rentang
metode template sampai delapan menit, sedangkan untuk metode template yang
dimodifikasi, hingga 10 menit dianggap normal. Normal untuk metode Duke tiga
menit.

DAFTAR PUSTAKA

Ganong, W. F. Fisiologi Kedokteran. Edisi 14. Jakarta: EGC


Murroy, Robert dkk. 2003. Biokimia Harper. Jakarta: ECG
Saryono. 2009. Biokimia Reproduksi. Jogjakarta: Mitra Cendikia
Setiawan, Bambang dkk. 2005. Mandala Of Health A scientific Journal. Kadar
Methaemoglobin Dan Stress Oksidatif Pada pasien Hiperglikemia. Purwokerto: PPD
UNSOED

Anda mungkin juga menyukai