Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor yang
berperan penting dalam mewujudkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Melalui pembangunan di bidang kesehatan diharapkan
akan semakin meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat dan
pelayanan kesehatan dapat dirasakan oleh semua lapisan
masyarakat secara memadai (Dinas Kesehatan, 2007).
Kesehatan lingkungan adalah cabang ilmu kesehatan
masyarakat yang berkaitan dengan semua aspek dari alam dan
lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia.
Kesehatan lingkungan didefinisikan oleh World Health
Organization sebagai: aspek-aspek kesehatan manusia dan
penyakit yang disebabkan oleh faktor-faktor dalam lingkungan.
Hal ini juga mencakup pada teori dan praktek dalam menilai dan
mengendalikan faktor-faktor dalam lingkungan yang dapat
berpotensi mempengaruhi kesehatan.Kesehatan lingkungan
mencakup efek patologis langsung bahan kimia, radiasi dan
beberapa agen biologis, dan dampak (sering tidak langsung) di
bidang kesehatan dan kesejahteraan fisik yang luas, psikologis,
sosial dan estetika lingkungan termasuk perumahan, pembangunan
perkotaan, penggunaan lahan dan transportasi (Depkes RI, 2003).
Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat
kesehatan merupakan hal yang essensial di samping masalah
perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan faktor
keturunan.Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap
timbulnya masalah kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2003).
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu
kondisi atau kaadaan yang optimum sehingga berpengaruh positif
terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang
lingkup kesehatan lingkungan antara lain mencakup: perumahan,
pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih,
pembuangan sampah, pembuangan air kotor (limbah) dan
sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan
lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau
mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar merupakan
media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi
manusia yang hidup di dalamnya (Notoadmodjo, 2003).
Polusi atau pencemaran lingkungan umumnya terjadi akibat
pengembangan teknologi dalam usaha meningkatkan kesejahteraan
hidup, misalnya pencemaran air, udara dan tanah akan
mengakibatkan merosotnya kualitas air, udara dan tanah, akibatnya
akan terjadi hal-hal yang merugikan dan mengancam kelestarian
lingkungan. Pencemaran terjadi bila dalam lingkungan terdapat
bahan yang menyebabkan timbulnya perubahan yang tidak
diharapkan baik yang bersifat fisik, kimiawi maupun biologis,
sehingga mengganggu kesehatan, eksistensi manusia dan aktivitas
manusia serta organisme lainnya (Dinas Kesehatan, 2007).
Faktor lingkungan (fisik, biologi dan sosiokultural)
mempunyai kaitan yang erat dengan faktor perilaku misalnya
kebiasaan atau perilaku dalam menggunakan air bersih, membuang
air besar serta membuang sampah di sembarang tempat termasuk
pembuangan limbah. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
pencemaran air tersebut dan menjadi rawan terhadap penyakit
menular bawaan air seperti penyakit kulit, diare dan lain-lain
(Depkes RI, 2003).
Mengingat betapa pentingnya kesehatan lingkungan, maka
pada blok XVII Metodologi Penelitan dan Evidence Based
Medicine, perlu dilakukan kegiatan Tugas Pengenalan Profesi
dengan judul Survei Kesehatan Lingkungan Kampus FK UMP.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran kesehatan lingkungan di Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum


Untuk mengetahui gambaran kesehatan lingkungan di Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
1.3.2. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui kondisi kesehatan lingkungan di FK
Muhammadiyah.
2. Untuk mengetahui masalah kesehatan lingkungan yang ada di
FK Muhammadiyah.

1.4. Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
1. Dapat menambah ilmu pengetahuan tentang kesehatan
lingkungan.
2. Sebagai informasi dan bahan refrensi bagi penelitian-penelitian
selanjutnya, khususnya pada bidang ilmu kesehatan
lingkungan.

1.4.2 Bagi Institusi


1. Untuk upaya rencana program kesehatan lingkungan di Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

2. Untuk melakukan koreksi, memperkecil/memodifikasi terjadinya


bahaya dari lingkungan terhadap kesehatan serta kesejahteraan
hidup manusia di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.

3. Untuk pencegahan, mengefisienkan pengaturan berbagai sumber


lingkungan untuk meningkatkan kesehatan dan juga kesejahteraan
hidup manusia serta untuk menghindarkan dari bahaya penyakit di
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kesehatan Ingkungan


Kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus
ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat
dari manusia (Keman, 2005).
Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu
menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang
sehat dan bahagia (Lesmana, 2013).
Kesehatan lingkungan merupakan bagian dari dasar-dasar kesehatan
masyarakat modern yang meliputi terhadap semua aspek manusia dalam
hubungannya dengan lingkungan, dengan tujuan untuk meningkatkan dan
memperttahankan nilai-nilai kesehatan manusia pada tingkat setinggi-
tingginya dengan jalan memodifisir tidak hanya faktor social dan
lingkungan fisik semata-mata, tetapi juga terhadap semua sifat-sifat dan
kelakkan-kelakuan lingkungan yang dapat membawa pengarh terhadap
ketenangan, kesehatan dan keselamatan organisme umat manusia
(Notoadmodjo, 2003).
Undang-undang No. 23 tahun 1992 pasal 22 menyatakan bahwa
kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat yaitu keadaan lingkungan yang bebas dari resiko
yang membahayakan kesehatan dan keselamatan manusia (Notoadmodjo,
2003).

2.2. Ruang lingkup kesehatan lingkungan


Menurut WHO ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan, yaitu :
1) Penyediaan Air Minum
2) Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
3) Pembuangan Sampah Padat
4) Pengendalian Vektor
5) Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta
manusia
6) Higiene makanan, termasuk higiene susu
7) Pengendalian pencemaran udara
8) Pengendalian radiasi
9) Kesehatan kerja
10) Pengendalian kebisingan
11) Perumahan dan pemukiman
12) Aspek kesling dan transportasi udara
13) Perencanaan daerah dan perkotaan
14) Pencegahan kecelakaan
15) Rekreasi umum dan pariwisata
16) Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk
17) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin
lingkungan.

2.3. Tujuan dan Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan


Adapun tujuan dan ruang lingkup kesehatan
lingkungan secara khusus meliputi usaha-usaha perbaikan atau
pengendalian terhadap lingkungan hidup manusia, yang di
antaranya berupa:
1. Menyediakan air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan
kesehatan.
2. Makanan dan minuman yang diproduksi dalam skala besar dan
dikonsumsi secara luas oleh masyarakat.
3. Pencemaran udara akibat sisa pembakaran BBM, batubara,
kebakaran hutan, dan gas beracun yang berbahaya bagi
kesehatan dan makhluk hidup lain dan menjadi penyebab
terjadinya perubahan ekosistem.
4. Limbah cair dan padat yang berasal dari rumah tangga,
pertanian, peternakan, industri, rumah sakit, dan lain-lain.
5. Kontrol terhadap arthropoda dan rodent yang menjadi vektor
penyakit dan cara memutuskan rantai penularan penyakitnya.
6. Perumahan dan bangunan yang layak huni dan memenuhi
syarat kesehatan.
7. Kebisingan, radiasi, dan kesehatan kerja.
8. Survei sanitasi untuk perencanaan, pemantauan, dan evaluasi
program kesehatan lingkungan.

2.4. Sanitasi Dasar


Sanitasi dasar yaitu sanitasi minimum yang diperlukan
untuk menyehatkan lingkungan pemukiman yang meliputi
penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban),
pembuangan air limbah dan pengelolaan sampah.

2.4.1. Penyediaan Air Bersih

Air merupakan salah satu bahan pokok yang mutlak


dibutuhkan oleh manusia sepanjang masa. Sumber air yang banyak
dipergunakan oleh masyarakat adalah berasal dari :

Air Permukaan, yaitu air yang mengalir di permukaan bumi


akan membentuk air permukaan. Air ini umumnya mendapat
pengotoran selama pengalirannya.
Air Tanah, secara umum terbagi menjadi : air tanah dangkal
yaitu terjadi akibat proses penyerapan air dari permukaan
tanah, sedangkan air tanah dalam terdapat pada lapis rapat air
yang pertama.
Air Atmosfer/meteriologi/air hujan, dalam keadaan murni
sangat bersih tetapi sering terjadi pengotoran karena industri,
debu dan lain sebagainya.
(Waluyo, 2005)

Air mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan.Apabila


tidak diperhatikan, maka air yang dipergunakan masyarakat dapat
mengganggu kesehatan manusia.Untuk mendapatkan air yang baik,
sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal
karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah
dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah
tangga, limbah dari kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan lainnya
(Wardhana, 2004).

Ada 4 macam klasifikasi penyakit yang berhubungan dengan


air sebagai media penularan penyakit yaitu (Kusnoputranto, 2000) :
Water Borne Disease, yaitu penyakit yang penularannya
melalui air yang terkontaminasi oleh bakteri pathogenn dari
penderita atau karier. Bila air yang mengandung kuman
pathogen terminum maka dapat terjadi penjangkitan pada orang
yang bersangkutan, misalnya Cholera, Typhoid, Hepatitis dan
Dysentri Basiler.
Water Based Disease, yaitu penyakit yang ditularkan air pada
orang lain melalui persediaan air sebagai pejamu (host)
perantara, misalnya Schistosomiasis.
Water Washed Disease, yaitu penyakit yang disebabkan oleh
kurangnya air untuk pemeliharaan kebersihan perseorangan dan
air bagi kebersihan alat-alat terutama alat dapur dan alat
makan. Dengan terjaminnya kebersihan oleh tersedianya air
yang cukup maka penularan penyakit-penyakit tertentu pada
manusia dapat dikurangi. Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh
cara penularan, diantaranya : penyakit infeksi saluran
pencernaan. Salah satu penyakit infeksi saluran pencernaan
adalah diare. Penyakit diare dapat ditularkan melalui beberapa
jalur, diantaranya melalui air (Water borne) dan melalui alat-
alat dapur yang dicuci dengan air (Water washed). Contoh
penyakit ini adalah cholera, thypoid dan Dysentry basiller.
Berjangkitnya penyakit ini erat kaitannya dengan ketersediaan
air untuk makan, minum, memasak dan kebersihan alat-alat
makan.
Water Related Insect Vectors, Vektor-vektor insektisida yang
berhubungan dengan air yaitu penyakit yang vektornya
berkembang biak dalam air, misalnya Malaria, Demam
Berdarah, Yellow Fever, Trypanosomiasis.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.


416/Menkes/Per/IX/1990, yang dimaksud air bersih adalah air
yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak. Air bersih merupakan salah satu kebutuhan manusia
untuk memenuhi standar kehidupan manusia secara
sehat.Ketersediaan air yang terjangkau dan berkelanjutan
menjadi bagian terpenting bagi setiap individu baik yang
tinggal di perkotaan maupun di perdesaan.

Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah


sebagai berikut :
Syarat Fisik : tidak berbau, tidak berasa
Syarat Kimia : Kadar besi maksimum yang diperbolehkan
1,0 mg/l, kesadahan maksimal 500 mg/l
Syarat Mikrobiologis : Jumlah total koliform dalam 100 ml
air yang diperiksa maksimal adalah 50 untuk air yang
berasal dari bukan perpipaan dan 10 untuk air yang berasal
dari perpipaan.
Sarana air bersih adalah bangunan beserta peralatan
dan perlengkapannya yang menghasilkan, menyediakan dan
membagi-bagikan air bersih untuk masyarakat.Jenis sarana
air bersih ada beberapa macam yaitu sumur gali, sumur
pompa tangan dangkal dan sumur pompa tangan dalam,
tempat penampungan air hujan, penampungan mata air, dan
perpipaan,

Air sumur merupakan sumber air yang paling


banyak dipergunakan masyarakat Indonesia. Sumur gali
yang dipandang memenuhi syarat kesehatan ialah
(Sanropie, 1999) :
1. Lokasi
Jarak minimal 10 meter dari sumber pencemaran
misalnya jamban, tempat pembuangan air kotor,
lubang resapan, tempat pembuangan sampah,
kandang ternak dan tempat-tempat pembuangan
kotoran lainnya.
Pada tempat-tempat yang miring misalnya pada
lereng-lereng pegunungan, letak sumur gali diatas
sumber pencemaran.
Lokasi sumur gali harus terletak pada daerah yang
lapisan tanahnya mengandung air sepanjang musim.
Lokasi sumur gali supaya diusahakan pada daerah
yang bebas banjir.

2. Konstruksi
Dinding sumur harus kedap air sedalam 3 meter dari
permukaan tanah untuk mencegah rembesan dari air
permukaan.
Bibir sumur harus kedap air minimal setinggi 0,7
meter dari permukaan tanah untuk mencegah
rembesan air bekas pemakaian ke dalam sumur.
Cara pengambilan air dari dalam sumur sedemikian
rupa sehingga dapat mencegah masuknya kotoran
kembali melalui alat yang dipergunakan misalnya
pompa tangan, timba dengan kerekan dan
sebagainya.
Lantai harus kedap air dengan jarak antara tepi
lantai dengan tepi luar dinding sumur minimal 1
meter dengan kemiringan ke arah tepi lantai.
Saluran pembuangan air kotor atau bekas harus
kedap air sepanjang minimal 10 meter dihitung dari
tepi sungai.
Dilengkapi dengan sumur atau lubang resapan air
limbah bagi daerah yang tidak mempunyai saluran
penerimaan air limbah.

Pengolahan air untuk keperluan rumah tangga dapat


dilakukan dengan sederhana dengan cara sebagai berikut
(Azwar, 1995) :
Sediakanlah bahan-bahan seperti pasir, arang aktif
(dapat dari batok kelapa, tawas, kaporit dan bubuk
kapur).
Sediakan pula empat buah kaleng. Kaleng pertama
dipakai untuk menampung air yang akan
dibersihkan, dalam proses pengolahan kedalamnya
dibubuhi setengah sendok teh kaporit, 2 sendok
makan tawas yang telah dilarutkan terlebih dahulu,
kemudian kesemuanya diaduk dalam beberapa
menit. Setelah tampak keping-keping bubuhkanlah
satu sendok makan bubuk kapur, kemudian aduk
lagi, setelah beberapa menit akan tampak kepingan
yang lebih besar. Setelah itu endapkan selama
setengah jam.
Ke dalam kaleng kedua yang berisi pasir dialirkan
air dari kaleng pertama.
Kaleng ketiga adalah sebagai penampung air yang
telah disaring dari kaleng kedua. Air yang mengalir
mula-mula keruh, tetapi lama-lama akan jernih. Air
dalam kaleng ketiga ini digunakan untuk proses
pengendapan sisa kotoran yang mungkin ada.
Kaleng keempat diisi dengan arang aktif gunanya
untuk menghilangkan bau khlor yang ada. Air yang
keluar dari kaleng keempat ini, telah dapat
dipergunakan untuk sumber air bersih.

2.4.2. Pembuangan Kotoran Manusia (Jamban)


Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak
dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam
tubuh.Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini
berbentuk tinja (faeces), air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil dari
proses pernafasan.
Pembuangan kotoran manusia dalam ilmu kesehatan
lingkungan dimaksudkan hanya tempat pembuangan tinja dan
urine, pada umumnya disebut latrine, jamban atau kakus
(Notoatmodjo, 2003).
Penyediaan sarana jamban merupakan bagian dari usaha
sanitasi yang cukup penting peranannya. Ditinjau dari sudut
kesehatan lingkungan pembuangan kotoran yang tidak saniter akan
dapat mencemari lingkungan terutama tanah dan sumber air.
Pembuangan tinja yang tidak saniter akan menyebabkan berbagai
macam penyakit seperti : thypus, disentri, kolera, bermacam-
macam cacing (gelang, kremi, tambang dan pita), schistosomiasis
dan sebagainya.
Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam
membuat jamban sehat. Ada tujuh kriteria yang harus diperhatikan
:
1. Tidak mencemari air Saat menggali tanah untuk lubang
kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran tidak mencapai
permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan terpaksa,
dinding dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan
tanah liat atau diplester.Jarang lubang kotoran ke sumur
sekurang-kurangnya 10 meter.Letak lubang kotoran lebih
rendah daripada letak sumur agar air kotor dari lubang kotoran
tidak merembes dan mencemari sumur.Tidak membuang air
kotor dan buangan air besar ke dalam selokan, empang, danau,
sungai, dan laut.
2. Tidak mencemari tanah permukaan Tidak buang besar di
sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat sungai,
dekat mata air, atau pinggir jalan. Jamban yang sudah penuh
agar segera disedot untuk dikuras kotorannya, atau dikuras,
kemudian kotoran ditimbun di lubang galian.
3. Bebas dari serangga Jika menggunakan bak air atau
penampungan air, sebaiknya dikuras setiap minggu. Hal ini
penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam
berdarah Ruangan dalam jamban harus terang.Bangunan yang
gelap dapat menjadi sarang nyamuk.Lantai jamban diplester
rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisa menjadi sarang
kecoa atau serangga lainnya.Lantai jamban harus selalu bersih
dan kering.Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus
tertutup .
4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan Jika
menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup
setiap selesai digunakan. Jika menggunakan jamban leher
angsa, permukaan leher angsa harus tertutup rapat oleh
air.Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa
ventilasi untuk membuang bau dari dalam lubang
kotoran.Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl
licin. Pembersihan harus dilakukan secara periodik.
5. Aman digunakan oleh pemakainya Pada tanah yang mudah
longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang kotoran dengan
pasangan batau atau selongsong anyaman bambu atau bahan
penguat lain yang terdapat di daerah setempat.
6. Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi
pemakainya Lantai jamban rata dan miring ke arah saluran
lubang kotoran. Jangan membuang plastik, puntung rokok, atau
benda lain ke saluran kotoran karena dapat menyumbat saluran.
Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran
karena jamban akan cepat penuh. Hindarkan cara
penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa
berdiameter minimal 4 inci.
7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan Jamban
harus berdinding dan berpintu. Dianjurkan agar bangunan
jamban beratap sehingga pemakainya terhindar dari kehujanan
dan kepanasan.

2.4.3. Pembuangan Air Limbah


Air limbah, air kotoran atau air bekas adalah air yang tidak
bersih dan mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan
kehidupan manusia atau hewan, dan lazimnya muncul karena hasil
perbuatan manusia termasuk industrialisasi (Azwar, 1995).
Beberapa sumber air buangan :

a. Air buangan rumah tangga (domestic waste water)


Air buangan dari pemukiman ini umumnya mempunyai
komposisi yang terdiri dari ekskreta (tinja dan urine), air bekas
cucian, dapur dan kamar mandi, dimana sebagian besar
merupakan bahan-bahan organik.

b. Air buangan kotapraja (minicipal waste water)


Air buangan ini umumnya berasal dari daerah perkotaan,
perdagangan, selokan, tempat ibadah dan tempat-tempat umum
lainnya.

c. Air buangan industri (industrial waste water)


Air buangan yang berasal dari berbagai macam
industri.Pada umumnya lebih sulit pengolahannya serta
mempunyai variasi yang luas.Zat-zat yang terkandung
didalamnya misalnya logam berat, zat pelarut, amoniak dan
lain-lain (Entjang, 2000).

Dalam kehidupan sehari-hari pengelolaan air limbah


dilakukan dengan cara menyalurkan air limbah tersebut jauh
dari tempat tinggal tanpa diolah sebelumnya. Air buangan yang
dibuang tidak saniter dapat menjadi media perkembangbiakan
mikroorganisme pathogen, larva nyamuk ataupun serangga
yyang dapat menjadi media transmisi penyakit seperti Cholera,
Thypus Abdominalis, Dysentri Basiler, dan sebagainya.
Menurut Kusnoputranto (2000), pengelolaan air buangan yang
tidak baik akan berakibat buruk terhadap lingkungan dan
kesehatan masyarakat, yaitu :
1. Terhadap Lingkungan
Air buangan antara lain mempunyai sifat fisik,
kimiawi, bakteriologis yang dapat menjadi sumber
pengotoran, sehingga bila tidak dikelola dengan baik
akan dapat menimbulkan pencemaran terhadap air
permukaan, tanah, atau lingkungan hidup lainnya.
Disamping itu kadang-kadang dapat menimbulkan bau
yang tidak enak serta pemandangan yang tidak
menyenangkan.

2. Terhadap Kesehatan Masyarakat


Lingkungan yang tidak sehat akibat tercemar air
buangan dapat menyebabkan gangguan terhadap
kesehatan masyarakat.Air buangan dapat menjadi media
tempat berkembang biaknya mikroorganisme pathogen,
terutama penyakit-penyakit yang penularannya melalui
air yang tercemar.

2.4.4. Pengelolaan Sampah


Para ahli kesehatan masyarakat menyebutkan sampah
adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi, atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan
manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya (Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan bahan asalnya, sampah dibagi menjadi dua jenis, yaitu
:
1. Sampah organik
Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik
manusia, hewan maupun tumbuhan.Sampah organik sendiri
dibagi menjadi sampah organik basah dan sampah organik
kering.Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah
yang mempunyai kandungan air yang cukup tinggi,
contohnya kulit buah dan sisa sayuran. Sementara bahan
yang termasuk sampah organik kering adalah bahan
organik lain yang kandungan airnya kecil. Contoh sampah
organik kering diantaranya kertas, kayu atau ranting pohon
dan dedaunan kering.

2. Sampah anorganik
Sampah anorganik bukan berasal dari makhluk
hidup.Sampah ini bisa berasal dari bahan yang bisa
diperbarui dan bahan yang berbahaya serta beracun.Jenis
yang termasuk ke dalam kategori ini bisa didaur ulang
(recycle) ini misalnya bahan yang terbuat dari plastik dan
logam.
Pengelolaan sampah adalah meliputi penyimpanan,
pengumpulan dan pemusnahan sampah yang dilakukan
sedemikian rupa sehingga sampah tidak mengganggu
kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup.

2.4.4.1 Penyimpanan Sampah


Penyimpanan sampah adalah tempat sampah
sementara sebelum sampah tersebut dikumpulkan,
untuk kemudian diangkut serta dibuang
(dimusnahkan) dan untuk ini perlu disediakan
tempat yang berbeda untuk macam dan jenis
sampah tertentu.Maksud dari pemisahan dan
penyimpanan disini ialah untuk memudahkan
pemusnahannya.
Syarat-syarat tempat sampah antara lain : (i)
konstruksinya kuat agar tidak mudah bocor, untuk
mencegah berseraknya sampah, (ii) mempunyai
tutup, mudah dibuka, dikosongkan isinya serta
dibersihkan, sangat dianjurkan afar tutup sampah ini
dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan,
(iii) ukuran tempat sampah sedemikian rupa,
sehingga mudah diangkut oleh satu orang.

2.4.4.2 Pengumpulan Sampah


Pengumpulan sampah menjadi tanggung
jawab dari masing-masing rumah tangga atau
institusi yang menghasilkan sampah.Oleh sebab itu
setiap rumah tangga harus mengadakan tempat
khusus untuk mengumpulkan sampah.Kemudian
dari masing-masing tempat pengumpulan sampah
tersebut harus diangkut ke TempatPenampungan
Sementara (TPS) sampah, dan selanjutnya ke
Tempat Penampungan Akhir (TPA).
Mekanisme, sistem atau cara
pengangkutannya untuk daerah perkotaan adalah
tanggung jawab pemerintah daerah setempat, yang
didukung oleh partisipan masyarakat produksi
sampah, khususnya dalam hal pendanaan.
Sedangkan untuk daerah pedesaan pada umumnya
sampah dapat dikelola oleh masing-masing keluarga
tanpa memerlukan TPS maupun TPA.Sampah
rumah tangga daerah pedesaan umumnya dibakar
atau dijadikan pupuk (Notoatmodjo, 2003).

2.4.4.3 Pemusnahan Sampah


Pemusnahan atau pengelolaan sampah dapat
dilakukan melalui berbagai cara, antara lain :
1) ditanam (landfill) yaitu pemusnahan sampah
dengan membuat lubang diatas tanah
kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun
dengan sampah;
2) dibakar (incenerator) yaitu memusnahkan
sampah dengan jalan membakar di dalam
tungku pembakaran;
3) dijadikan pupuk (composting) yaitu
pengelolaan sampah menjadikan pupuk,
khususnya untuk sampah organik daun-
daunan, sisa makanan dan sampah lain yang
dapat membusuk.

Pengelolaan sampah yang kurang baik akan


memberikan pengaruh negatif terhadap masyarakat dan
lingkungan. Adapun pengaruh-pengaruh tersebut antara lain
(Kusnoputranto, 2000) :

1. Terhadap Kesehatan
Pengelolaan sampah yang tidak baik akan
menyediakan tempat yang baik bagi vektor-vektor
penyakit yaitu serangga dan binatang-binatang
pengerat untuk mencari makan dan berkembang
biak dengan cepat sehingga dapat menimbulkan
penyakit.
2. Terhadap Lingkungan
Dapat mengganggu estetika serta kesegaran
udara lingkungan masyarakat akibat gas-
gas tertentu yang dihasilkan dari proses
pembusukan sampah oleh mikroorganisme.
Debu-debu yang berterbangan dapat
mengganggu mata serta pernafasan.
Bila terjadi proses pembakaran dari sampah
maka asapnya dapat mengganggu
pernafasan, penglihatan dan penurunan
kualitas udara karena ada asap di udara.
Pembuangan sampah ke saluran-saluran air
akan menyebabkan estetika yang
terganggu, menyebabkan pendangkalan
saluran serta mengurangi kemampuan daya
aliran saluran.
Dapat menyebabkan banjir apabila sampah
dibuang ke saluran yang daya serap
alirannya sudah menurun.
Pembuangan sampah ke selokan atau badan
air akan menyebabkan terjadinya
pengotoran badan air.
BAB III

METODE PENELITIAN
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Pelaksanaan


Tugas Pengenalan Profesi dilaksanakan di Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang.

3.2 Waktu Pelaksanaan


Tugas Pengenalan Profesi akan dilaksanakan pada:

Hari : Sabtu

Tanggal : 07 Mei 2016

Pukul : 10.00 WIB 12.00 WIB

3.3 Subyek Tugas Mandiri


Subjek tugas mandiri pada pelaksanaan TPP ini adalah adalah mahasiswa
angkatan 2013 dan 2014.

3.4 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada Tugas Pengenalan profesi kali ini
adalah kuisoner, alat tulis, dan alat perekam.

3.4 Langkah-Langkah Kerja


Langkah kerja yang dilakukan adalah:

1. Membuat proposal Tugas Pengenalan Profesi.


2. Menyiapkan daftar tilikan dalam melakukan observasi.
3. Konsultasi kepada pembimbing.
4. Menyiapkan surat permohonan izin melakukan kegiatan Tugas Pengenalan
Profesi.
5. Membuat janji dengan pihak pengelola/ narasumber.
6. Melakukan observasi .
7. Mencatat kembali hasil observasi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Survei dilakukan pada 50 orang responden, 25 orang responden terdiri
dari mahasiswa angkatan 2013 dan 25 orang responden lainnya merupakan
mahasiswa angkatan 2014. Berdasarkan hasil survei, peneliti mengambil skor
yang paling banyak dipilih oleh responden dari masing-masing komponen
penilaian. Adapun hasil yang diperoleh, yaitu:

ITEM YANG DINILAI ANGKATAN 2013 ANGKATAN 2014

TOILET/ WC

1. Proporsi jumlah WC
terhadap siswa :

1. Sangat baik (40)


Tidak baik (10) Cukup baik (20)
2. Baik (30)
Dipilih oleh 14 dari 25 Dipilih oleh 12 dari 25
3. Cukup baik (20) orang responden orang responden
4. Tidak Baik (10)

2. Kebersihan Toilet /
WC :

1. Sangat baik (40)


Tidak baik (10) Cukup baik (20)
2. Baik (30)
Dipilih oleh 16 dari 25 Dipilih oleh 14 dari 25
3. Cukup baik (20) orang responden orang responden
4. Tidak Baik (10)
3. Ventilasi ruang kelas
:

1. Memenuhi standar
(40) Memenuhi standar (40) Memenuhi standar (40)

2. Tidak memenuhi Dipilih oleh 14 dari 25 Dipilih oleh 19 dari 25


standar (20) orang responden orang responden

4. Tempat sampah di
Toilet:
1. Sangat Baik (40) Cukup (20) Cukup (20)
2. Baik (30) Dipilih oleh 15 dari 25 Dipilih oleh 14 dari 25
3. Cukup (20) orang responden orang responden

4. Tidak ada (10)

KANTIN

1. Lokasi :

1. Sangat baik (40) Cukup baik (20) Cukup baik (20)


2. Cukup baik (20) Dipilih oleh 18 dari 25 Dipilih oleh 15 dari 25
3. Tidak baik (10) orang responden orang responden
2. Bahan makanan :

1. Baik (40) Tidak baik (20) Tidak baik (20)


2. Tidak baik (20) Dipilih oleh 16 dari 25 Dipilih oleh 18 dari 25
orang responden orang responden

3. Kebersihan Kantin:

1. Sangat bersih (40) Cukup bersih (20) Tidak bersih (10)

2. Bersih (30) Dipilih oleh 11 dari 25 Dipilih oleh dari 25


orang responden orang responden
3. Cukup bersih (20)

4. Tidak bersih (10)

AIR BERSIH

1. Kualitas Air Secara


Fisik :

1. Baik (30)
Baik (30) Baik (30)
2. Tidak Baik (10)
Dipilih oleh 18 dari 25 Dipilih oleh 18 dari 25
orang responden orang responden

2. Saluran Pembuangan
Air Limbah :
1. Sangat Baik (40)

2. Baik (30) Baik (30) Cukup (20)

3. Cukup (20) Dipilih oleh 11 dari 25 Dipilih oleh 18 dari 25


orang responden orang responden
4. Tidak Baik (10)

KONDISI LINGKUNGAN
KAMPUS

1. Lingkungan Kampus:

1. Sangat Baik (40)


Cukup (20) Cukup (20)
2. Baik (30)
Dipilih oleh 11 dari 25 Dipilih oleh 15 dari 25
3. Cukup (20) orang responden orang responden
4. Tidak Baik (10)

SAMPAH

1. Rasio tempat sampah


dengan jumlah kelas :

1. Sangat Baik (40)

2. Baik (30)
Cukup (20) Cukup (20)
3. Cukup (20)
Dipilih oleh 11 dari 25 Dipilih oleh 17 dari 25
4. Tidak Baik (10) orang responden orang responden
2. Pengelolaan sampah
sekolah :

1. Sangat Baik (40)


Baik (30) Cukup (20)
2. Baik (30)
Dipilih oleh 12 dari 25 Dipilih oleh 16 dari 25
3. Cukup (20) orang responden orang responden

4. Tidak Baik (10)

RUANG KELAS

1. Kondisi :

1. Sangat Baik Baik (30) Cukup (20)


2. Baik Dipilih oleh 13 dari 25 Dipilih oleh 12 dari 25
3. Cukup orang responden orang responden

4. Tidak Baik

2. Kepadatan ruang
kelas:
1. Memenuhi standar Memenuhi standar (40) Memenuhi standar (40)
(40)
Dipilih oleh 14 dari 25 Dipilih oleh 15 dari 25
2.Tidak memenuhi orang responden orang responden
standar (20)
3. Kebersihan
1. Sangat Bersih (40) Cukup (20) Cukup (20)
2. Bersih (30) Dipilih oleh 16 dari 25 Dipilih oleh 18 dari 25
3. Cukup (20) orang responden orang responden

4. Tidak Bersih (10)

RUANG TERBUKA HIJAU

1. Kerapatan Pohon
Peneduh :
1. Sangat Baik (40)
Tidak baik (10) Tidak baik (10)
2. Baik (20)
Dipilih oleh 14 dari 25 Dipilih oleh 18 dari 25
3. Cukup (30) orang responden orang responden

4. Tidak Baik (10)

JUMLAH SKOR 370 350

INTERPRETASI

0-160 : Lingkungan kampus tidak sehat

161-320 : Lingkungan kampus cukup sehat

321-480 : Lingkungan kampus sehat

481-640 : Lingkungan kampus sangat sehat


4.2 Pembahasan
Hasil jumlah survei kesehatan lingkungan yanng dilakukan pada
beberapa mahasiswa angkatan 2013 dan 2014 menunjukkan bahwa
mahasiswa angkatan 2013 memberikan jumlah skor tetinggi, yakni 370.
Survei yang dilakukan pada mahasiswa angkatan 2014 memperlihatkan
jumlah skor yaitu 350.
Untuk menentukan tingkat kesehatan lingkungan kampus dinilai
berdasarkan ketersediaan dan pengelolaan sarana dan prasarana yang
sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI tahun 2002 tentang
persyaratan kesehatan lingkungan kerja dan perkantoran , serta sesuai
dengan pedoman teknis pengendalian faktor resiko kesehatan lingkungan
di sekolah. Dilakukan penyusunan kategori yang memadukan jumlah
parameter dengan jumlah skor yang diperoleh. Berdasarkan jumlah skor
dari 16 parameter sarana dan prasarana pada lingkungan kampus, apabila
dikategorisasi menjadi empat kategori maka dihasilkan:

0-160 : Lingkungan kampus tidak sehat

161-320 : Lingkungan kampus cukup sehat

321-480 : Lingkungan kampus sehat

481-640 : Lingkungan kampus sangat sehat

Berdasarkan empat kategori tersebut diawali dari menetapkan nilai


terendah yaitu 160 kategori lingkungan tidak sehat yang diperoleh dari 196
parameter dikalikan dengan nilai skor terendah yaitu 10 sehingga
menghasilkan 160. Kategori selanjutnya ditentukan dengan mengalikan
jumlah parameter dengan nilai skor 20, 30, dan 40.

Berdasarkan empat kategori tersebut didapatkan bahwa kondisi


sekolah dengan jumlah skor di atas 481-640 tergolong sangat sehat,
jumlah skor 321-480 tergolong sehat, 161-320 tergolong cukup sehat.
Sedangkan lingkungan dengan jumlah skor di 160 ke bawah tergolong
tidak sehat. Hasil survei menunjukkan bahwa lingkungan kampus Fakultas
Kedokteran Muhammadiyah tergolong kategori sehat.
Lingkungan kampus Fakultas Kedokteran Muhammadiyah
tergolong kategori sehat, hal ini dibuktikan oleh beberapa parameter
penilaian yang menunjukkan hasil yang memenuhi standar. Beberapa
sarana dan prasarana yang ketersediannya sudah memenuhi standar, yakni
ventilasi ruang kelas, kualitas air secara fisik, saluran pembuangan air
limbah, dan kepadatan ruang kelas. Berdasarkan KepMenkes No. 1405/
Menkes/ SK XI / 2002 tentang persyaratan dan tata cara penyelenggaraan
kesehatan lingkungan kerja perkantoran dimana ventilasi ruang kelas yang
memenuhi standar adalah jika ventilasi 15% dari luas lantai atau pakai
AC dan berfungsi. Kualitas air secara fisik dikatakan baik jika air tidak
berwarna, berbau, dan berasa. Saluran pembuangan air limbah di Fakultas
Kedokteran Muhammadiyah dialirka ke saluran parit umum, maka hal ini
dikatakan baik karena memenuhi standar lingkungan sehat. Kepadatan
ruang kelas dikatakan baik jika setiap mahasiswa mendapat ruang kelas
1,75 m2 permahasiswa.

Tempat sampah yang terdapat ditoilet lingkungan kampus dinilai


cukup karena kondisi tempat sampah yang tidak baik dan rusak. Hal ini
sesuai dengan hasil survei pada angkatan 2013 dan 2014. Untuk lokasi
kantin berdasarkan survei yang dilakukan, lokasi kantin dinilai cukup baik
karena tidak berhubungan/berhadapan langsung dengan WC/kamar mandi.
Namun, lokasi kantin masih tidak terlindung dari sumber pencemaran
seperti debu, asap, bau, serangga dan tikus. Kondisi lingkungan kampus
dan kebersihan juga dinilai cukup. Kondisi lingkungan kampus FK
Muhammadiyah memenuhi kriteria cukup karena memiliki tempat parkir,
terdapat papan sekretariat UKS dalam hal ini klinik dokter keluarga, dan
pagar pengaman kampus.

Namun, terdapat parameter sarana dan prasarana yang masih


belum memenuhi standar lingkungan sehat. Hal ini dikarenakan proporsi
jumlah WC terhadap siswa perempuan dan laki-laki tidak baik pada ruang
kuliah untuk angkatan 2013 dan cukup baik untuk ruang kuliah angkatan
2014, dimana proporsi standarnya berdasarkan Pedoman Teknis
Pengendalian faktor resiko kesehatan lingkungan di sekolah dari Depkes
RI 2004 yaitu 1:40. Untuk kebersihan toilet dinilai cukup bersih pada
gedung perkuliahan untuk angkatan 2014 karena tidak ada lumut dan
sarang laba-laba, dan tidak ada jentik. Sedangkan kebersihan toilet dinilai
tidak bersih pada gedung perkuliahan untuk angkatan 2013 karena hanya
memenuhi salah satu kriteria yang terlampir pada kuisioner. Adapun
bahan makanan pada kantin dinilai tidak baik karena tidak sesuai dengan
kategori yang ada, bahan makanan dalam kondisi yang tidak segar dan
banyak mengandung MSG (Dirjen PPL, 2004). Selain itu, ruang terbuka
hijau pada lingkungan kampus FK Muhammadiyah Palembang dinilai
tidak baik karena masih sedikitnya pohon peneduh.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan survei kesehatan lingkungan yang telah dilakukan di Fakultas
Kedokteran Muhammadiyah Palembang diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:

1. Hasil survei menunjukkan bahwa lingkungan kampus Fakultas Kedokteran


Muhammadiyah tergolong kategori sehat, hal ini dibuktikan oleh jumlah
skor yang diperoleh dari kuisoner yang diisi oleh mahasiswa angkatan
2013 yaitu 370 dan dari kuisoner yang diisi oleh mahasiswa angkatan
2014 yaitu 350.

2. Masalah kesehatan lingkungan di Fakultas Kedokteran Muhammadiyah


terdiri dari proporsi jumlah WC terhadap siswa perempuan dan laki-laki
tidak baik pada ruang kuliah untuk angkatan 2013, kebersihan toilet yang
kurang pada gedung perkuliahan untuk angkatan 2013, bahan makanan
kantin dalam kondisi yang tidak segar dan banyak mengandung MSG.
Selain itu, masih sedikitnya pohon peneduh di lingkungan kampus FK
Muhammadiyah Palembang.

5.2 Saran

Adapun saran pada pelaksanaan Tugas Pengenalan Profesi adalah:

1. Diharapkan kepada pihak universitas dan mahasiwa untuk memperhatikan


perawatan sarana dan prasarana sekolah keberlanjutan berupa
pengelolaan sarana dan prasarana yang memadai demi terciptanya
lingkungan kampus yang lebih sehat.
2. Pada pelaksanaan TPP selanjutnya diharapkan dapat dilakukan survei
pencahayaan ruangan, kelembapan udara, dan suhu ruangan.
DAFTAR PUSTAKA

Azwar A. 1995. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. PT. Mutiara sumber


Widya. Jakarta. Indonesia.
Depkes, R. I. 2003. Indikator Indonesia sehat 2010 dan pedoman penetapan
indikator provinsi sehat dan kabupaten/kota sehat. Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1202/Menkes/SK/VIII/2003.
Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Citra Aditya Bakti.
Bandung. Indonesia.

Keman, S. 2005. Kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman. Jurnal


Kesehatan Lingkungan, 2(1), 29-42.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor;


1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran dan Industri.

Kusnoputranto. 2000. Kesehatan Lingkungan. Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Indonesia. Jakarta.

Lesmana, K. Y. P. 2013. Peranan Kesehatan Lingkungan Terhadap Kebugarandan


Kesehatan Jasmani. In Prosiding Seminar Nasional MIPA. Vol. 3 (1).

Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Lingkungan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.


Indonesia.

Pedoman Teknis Pengendalian Faktor Resiko Kesehatan Lingkungan di Sekolah,


2004, Direktort Penyehatan Lingkungan DIRJEN PPM dan PL DEP.KES.
RI.

Sanropie, 1999. Pengawasan Kesehatan Lingkungan Pemukiman. Ditjen PPM &


PLP Depkes RI Jakarta.

Utara, D. K. P. S. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun


2012. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Medan.
Waluyo, Lud. 2005. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang. Indonesia.

Wardhana, W.A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Cetakan Penerbit


ANDI. Yogyakarta. Indonesia.
LAMPIRAN

KUISONER SURVEY KESEHATAN LINGKUNGAN KAMPUS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH


PALEMBANG TAHUN 2016

RESPONDEN : 25 Orang Mahasiswa Angkatan 2013 Jml Skor:


TANGGAL SURVEI : 07 Mei 2016 370

ITEM YANG DINILAI SKOR INDIKATOR

TOILET/ WC

5. Proporsi jumlah
WC terhadap siswa
:

40
2. Sangat baik
2. Baik 30 Sangat baik: 1:(20-25)

3. Cukup baik 20 Baik: 1:(26-30)

4. Tidak Baik 10 Cukup baik: 1:(31-40)

Tidak baik: 1: 41

Ket. Jika tidak dipisah, gunakan


proporsi wc/jamban terhadap peserta
didik perempuan. Missal: jumlah siswa
laki-laki 100, siswa perempuan 200,
WC 10, maka perbandingan WC dengan
peserta didik adalah 10:300 = 1:30

6. Kebersihan Toilet /
WC : 40
1. Sangat bersih 30 1. tidak ada lumut dan sarang laba-laba

2. Bersih 20 2. tidak ada jentik

3. Cukup bersih 10 3. tidak ada bekas bocor lama pada


dinding & langit-langit
4. Tidak bersih
4. Tersedia alat pembersih (sikat Wc,
sikat lantai, desinfektan)

Sangat bersih: memenuhi semua kriteria

Bersih: Jika memenuhi tiga kriteria

Cukup bersih: Jika memenuhi dua


kriteria

Tidak bersih: Jika memenuhi satu


kriteria

40
Memenuhi standar : Jika luas ventilasi
> 15% dari luas lantai atau pakai AC
dan berfungsi
20
Tidak memenuhi standar : Jika luas
7. Ventilasi ruang
lubang ventilasi < 15% dari luas lantai
kelas :

1. Memenuhi standar

2. Tidak memenuhi
standar
40
30 Sangat Baik: Ada, kondisi baik, dan
tertutup
20
Baik: Ada, kondisi baik dan terbuka
10 Cukup: ada, kondisi tidak baik, rusak
Tidak ada: Tidak ada tempat sampah

8. Tempat sampah di
Toilet:
1. Sangat Baik

2. Baik

3. cukup

4. Tidak ada

KANTIN

4. Lokasi :

40 1. Terlindung dari sumber pencemaran:


1. Sangat baik debu, asap, bau, serangga dan tikus.
20
2. Cukup baik 2. Tidak berhubungan/berhadapan
10 langsung dengan WC/Kamar mandi
3. Tidak baik

Sangat baik : memenuhi semua kriteria

Cukup baik: hanya memenuhi 1


kriteria

Tidak baik: Jika tidak memenuhi


criteria
40

20 1. Bahan makanan dalam kondisi segar,


tidak busuk/ tidak rusak

2. Bahan makanan kemasan tidak


5. Bahan makanan : kadaluwarsa, tidak mengandung
1. Baik penyedap/MSG berlebihan dan pemanis
buatan dan terdaftar di Dinas Kesehatan
2. Tidak baik
atau Badan Pengawas Obat dan 30 107
Makanan (Badan POM).

Baik: terpenuhi semua kriteria

Tidak Baik : tidak memenuhi 2 kriteria


tersebut

40

30
1. Tidak ada debu,tidak ada coretan 2.
20 Tidak ada sarang labalaba

10 3. Tidak ada bekas bocor lama pada


dinding dan langit-langit

4. Tidak ada sampah (kecuali ditempat


sampah)
6. Kebersihan Kantin
Sangat bersih: memenuhi semua kriteria

Bersih: Jika memenuhi 3 kriteria


1. Sangat bersih
Cukup bersih: Jika memenuhi 2
2. Bersih kriteria
3. Cukup bersih Tidak bersih: Jika memenuhi 1 kriteria
4. Tidak bersih

AIR BERSIH

3. Kualitas Air Secara


Fisik
1. Baik
30 1. air tidak berwarna
2. Tidak Baik
10 2. air tidak berbau

3. air tidak berasa

Baik: memenuhi semua syarat

Tidak baik: bila salah satu syarat atau


lebih tidak terpenuhi

4. Saluran
pembuangan air Sangat Baik: Bila dialirkan ke sumur
limbah 40 resapan yg tertutup
1. Sangat Baik 30 Baik: Dialirkan ke saluran parit
2. Baik 20 umum

3. Cukup 10 Cukup: Dialirkan ke kolam di


lingkungan sekolah atau di luar
4. Tidak Baik lingkungan sekolah

Tidak Baik: Dialirkan dgn saluran air ke


sungai / badan air

KONDISI LINGKUNGAN
KAMPUS

2. Lingkungan
Kampus
40 1. Rindang dan bersih serta asri
1. Sangat Baik 30 2. Tidak ada genangan air di halaman

2. Baik 20 3. Pagar pengaman sekolah

3. Cukup 10 4. Tempat parkir

4. Tidak Baik 5. Terdapat Papan secretariat UKS dan


KTR dihalaman sekolah yang permanen

6. Tanaman obat keluarga

7. Tidak ditemukan jentik

Sangat Baik: memenuhi semua kriteria

Baik: Jika memenuhi 6 kriteria

Cukup: Jika memenuhi 5 kriteria

Tidak Baik : Jika memenuhi 2 kriteria

SAMPAH

3. Rasio tempat
sampah dengan
jumlah kelas :
40
1. Sangat Baik
30 Sangat Baik: Jika rasio tempat sampah
2. Baik dengan jumlah kelas 1 : 1
20
3. Cukup Baik: Jika rasio tempat sampah dengan
10 jumlah kelas 1 : 2
4. Tidak Baik
Cukup: Jika rasio tempat sampah
dengan jumlah kelas 1 : 3

Tidak Baik : Jika rasio tempat sampah


dengan jumlah kelas 1 : > 4
40

4. Pengelolaan sampah 30 1. Pemilahan mulai dari sumber (tempat


sekolah sampah terpisah untuk organik dan
20 anorganik)
1. Sangat Baik
10
2. Sampah dari masingmasing
2. Baik
ruangan/kelas diangkut ke TPS setiap
3. Cukup hari

4. Tidak Baik 3. Sampah di TPS diangkut ke TPA


maksimal 1x24 jam

4. Sampah sebelum masuk TPS


dimanfaatkan dengan metode 3R
(Reduce, Reuse, Recycling), misalnya :
sampah organik kompos; sampah
dibuatanorganik kerajinan/hasta karya

Sangat Baik: memenuhi semua kriteria

Baik: Jika memenuhi 3 kriteria


Cukup:Jika memenuhi 2 kriteria Tidak
Baik : Jika memenuhi 1 kriteria

RUANG KELAS

4. Kondisi
1. Sangat Baik 40 1. Dinding (tidak lembab)
2. Baik 30 2. Atap (kuat, tidak bocor)
3. Cukup 20 3. Lantai (utuh/rata, tidak retak, tidak
4. Tidak Baik licin)
10
4. Penataan (ruang gerak leluasa)

5. Jarak papan tulis dengan mahasiswa


terdepan > 2,5m)

Sangat Baik : memenuhi semua kriteria


Baik : Jika memenuhi empat kriteria
Cukup: Jika memenuhi tiga kriteria
Tidak Baik: Jika memenuhi dua kriteria

Memenuhi standar : Jika setiap


40 mahasiswa mendapat ruang kelas
1,75 m2 permahasiswa.
5. Kepadatan ruang 20
Tidak memenuhi standar : Jika setiap
kelas:
mahasiswa mendapat ruang kelas < 1,75
1. Memenuhi m2 permahasiswa
standar

2.Tidak memenuhi
standar

1. Tidak ada debu, tidak ada coretan


40
2. Tidak ada sarang labalaba
30
3. Tidak ada bekas bocor lama pada
20
dinding dan langit-langit
10
4. Tidak ada sampah (kecuali ditempat
6. Kebersihan sampah)
1. Sangat Bersih

2. Bersih
Sangat Bersih : memenuhi semua
3. Cukup kriteria
4. Tidak Bersih Bersih : Jika memenuhi tiga kriteria
Cukup: Jika memenuhi dua kriteria
Tidak Bersih: Jika memenuhi satu
kriteria

RUANG TERBUKA
HIJAU

2. Kerapatan Pohon
Peneduh :
1. Sangat Baik 40

2. Baik 30 Sangat Baik : Pohon peneduh ada di


seluruh lokasi.
3. Cukup 20
Baik : Pohon peneduh ada di tiga
4. Tidak Baik 10 perempat Lokasi (+ 75 % ).

Cukup : Pohon peneduh ada di setengah


Lokasi (+ 50 % ).

Tidak Baik : Pohon peneduh ada di


seperempat ( < 25 % ) lokasi.

*Huruf yang dicetak miring dan tebal merupakan hasil survei tertinggi

INTERPRETASI

0-160 : Lingkungan kampus tidak sehat

161-320 : Lingkungan kampus cukup sehat

321-480 : Lingkungan kampus sehat

481-640 : Lingkungan kampus sangat sehat


KUISONER SURVEY KESEHATAN LINGKUNGAN KAMPUS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH


PALEMBANG TAHUN 2016

RESPONDEN : 25 Orang Mahasiswa Angkatan 2014 Jml Skor:


TANGGAL SURVEI : 07 Mei 2016 350

ITEM YANG DINILAI SKOR INDIKATOR

TOILET/ WC

9. Proporsi jumlah
WC terhadap siswa
:

3. Sangat baik
2. Baik 40 Sangat baik: 1:(20-25)

3. Cukup baik 30 Baik: 1:(26-30)

4. Tidak Baik 20 Cukup baik: 1:(31-40)

10 Tidak baik: 1: 41

Ket. Jika tidak dipisah, gunakan


proporsi wc/jamban terhadap peserta
didik perempuan. Missal: jumlah siswa
laki-laki 100, siswa perempuan 200,
WC 10, maka perbandingan WC dengan
peserta didik adalah 10:300 = 1:30

10. Kebersihan Toilet /


WC :
1. Sangat bersih 40 1. tidak ada lumut dan sarang laba-laba
2. Bersih 30 2. tidak ada jentik

3. Cukup bersih 20 3. tidak ada bekas bocor lama pada


dinding & langit-langit
4. Tidak bersih 10
4. Tersedia alat pembersih (sikat Wc,
sikat lantai, desinfektan)

Sangat bersih: memenuhi semua kriteria

Bersih: Jika memenuhi tiga kriteria

Cukup bersih: Jika memenuhi dua


kriteria

Tidak bersih: Jika memenuhi satu


kriteria

Memenuhi standar : Jika luas ventilasi


40 > 15% dari luas lantai atau pakai AC
dan berfungsi

Tidak memenuhi standar : Jika luas


11. Ventilasi ruang 20
lubang ventilasi < 15% dari luas lantai
kelas :

1. Memenuhi standar

2. Tidak memenuhi
standar

40
Sangat Baik: Ada, kondisi baik, dan
30 tertutup

20 Baik: Ada, kondisi baik dan terbuka


Cukup: ada, kondisi tidak baik, rusak
10 Tidak ada: Tidak ada tempat sampah
12. Tempat sampah di
Toilet:
1. Sangat Baik

2. Baik

3. cukup

4. Tidak ada

KANTIN

7. Lokasi :

40 1. Terlindung dari sumber pencemaran:


1. Sangat baik debu, asap, bau, serangga dan tikus.
20
2. Cukup baik 2. Tidak berhubungan/berhadapan
10 langsung dengan WC/Kamar mandi
3. Tidak baik

Sangat baik : memenuhi semua kriteria

Cukup baik: hanya memenuhi 1


kriteria

Tidak baik: Jika tidak memenuhi


criteria
40

20 1. Bahan makanan dalam kondisi segar,


tidak busuk/ tidak rusak

2. Bahan makanan kemasan tidak


8. Bahan makanan : kadaluwarsa, tidak mengandung
1. Baik penyedap/MSG berlebihan dan pemanis
buatan dan terdaftar di Dinas Kesehatan
2. Tidak baik
atau Badan Pengawas Obat dan 30 107
Makanan (Badan POM).

Baik: terpenuhi semua kriteria

Tidak Baik : tidak memenuhi 2 kriteria


tersebut

40

30
1. Tidak ada debu,tidak ada coretan 2.
20 Tidak ada sarang labalaba

10 3. Tidak ada bekas bocor lama pada


dinding dan langit-langit

4. Tidak ada sampah (kecuali ditempat


sampah)
9. Kebersihan Kantin
Sangat bersih: memenuhi semua kriteria

Bersih: Jika memenuhi 3 kriteria


1. Sangat bersih
Cukup bersih: Jika memenuhi 2 kriteria
2. Bersih
Tidak bersih: Jika memenuhi 1
3. Cukup bersih kriteria
4. Tidak bersih
AIR BERSIH

5. Kualitas Air Secara


Fisik
1. Baik
30 1. air tidak berwarna
2. Tidak Baik
10 2. air tidak berbau

3. air tidak berasa

Baik: memenuhi semua syarat

Tidak baik: bila salah satu syarat atau


lebih tidak terpenuhi

6. Saluran
pembuangan air Sangat Baik: Bila dialirkan ke sumur
limbah 40 resapan yg tertutup
1. Sangat Baik 30 Baik: Dialirkan ke saluran parit umum
2. Baik 20 Cukup: Dialirkan ke kolam di
3. Cukup 10 lingkungan sekolah atau di luar
lingkungan sekolah
4. Tidak Baik
Tidak Baik: Dialirkan dgn saluran air ke
sungai / badan air

KONDISI LINGKUNGAN
KAMPUS

3. Lingkungan
Kampus
1. Sangat Baik 40 1. Rindang dan bersih serta asri

2. Baik 30 2. Tidak ada genangan air di halaman


3. Cukup 20 3. Pagar pengaman sekolah

4. Tidak Baik 10 4. Tempat parkir

5. Terdapat Papan secretariat UKS dan


KTR dihalaman sekolah yang permanen

6. Tanaman obat keluarga

7. Tidak ditemukan jentik

Sangat Baik: memenuhi semua kriteria

Baik: Jika memenuhi 6 kriteria

Cukup: Jika memenuhi 5 kriteria

Tidak Baik : Jika memenuhi 2 kriteria

SAMPAH

5. Rasio tempat
sampah dengan
jumlah kelas :
40
1. Sangat Baik
30 Sangat Baik: Jika rasio tempat sampah
2. Baik dengan jumlah kelas 1 : 1
20
3. Cukup Baik: Jika rasio tempat sampah dengan
10 jumlah kelas 1 : 2
4. Tidak Baik
Cukup: Jika rasio tempat sampah
dengan jumlah kelas 1 : 3

Tidak Baik : Jika rasio tempat sampah


dengan jumlah kelas 1 : > 4
40

6. Pengelolaan sampah 30 1. Pemilahan mulai dari sumber (tempat


sekolah sampah terpisah untuk organik dan
20 anorganik)
1. Sangat Baik
10 2. Sampah dari masingmasing
2. Baik
ruangan/kelas diangkut ke TPS setiap
3. Cukup hari

4. Tidak Baik 3. Sampah di TPS diangkut ke TPA


maksimal 1x24 jam

4. Sampah sebelum masuk TPS


dimanfaatkan dengan metode 3R
(Reduce, Reuse, Recycling), misalnya :
sampah organik kompos; sampah
dibuatanorganik kerajinan/hasta karya

Sangat Baik: memenuhi semua kriteria

Baik: Jika memenuhi 3 kriteria

Cukup:Jika memenuhi 2 kriteria

Tidak Baik : Jika memenuhi 1 kriteria

RUANG KELAS

7. Kondisi
1. Sangat Baik 40 1. Dinding (tidak lembab)
2. Baik 30 2. Atap (kuat, tidak bocor)
3. Cukup 20 3. Lantai (utuh/rata, tidak retak, tidak
4. Tidak Baik licin)
10
4. Penataan (ruang gerak leluasa)

5. Jarak papan tulis dengan mahasiswa


terdepan > 2,5m)

Sangat Baik : memenuhi semua kriteria


Baik : Jika memenuhi empat kriteria
Cukup: Jika memenuhi tiga kriteria
Tidak Baik: Jika memenuhi dua kriteria

40 Memenuhi standar : Jika setiap


20 mahasiswa mendapat ruang kelas
1,75 m2 permahasiswa.
8. Kepadatan ruang
Tidak memenuhi standar : Jika setiap
kelas:
mahasiswa mendapat ruang kelas < 1,75
1. Memenuhi m2 permahasiswa
standar

2.Tidak memenuhi
standar

40
1. Tidak ada debu, tidak ada coretan
30
2. Tidak ada sarang labalaba
20
3. Tidak ada bekas bocor lama pada
10
dinding dan langit-langit

4. Tidak ada sampah (kecuali ditempat


9. Kebersihan sampah)
1. Sangat Bersih

2. Bersih
Sangat Bersih : memenuhi semua
3. Cukup kriteria
4. Tidak Bersih Bersih : Jika memenuhi tiga kriteria
Cukup: Jika memenuhi dua kriteria
Tidak Bersih: Jika memenuhi satu
kriteria

RUANG TERBUKA
HIJAU

3. Kerapatan Pohon
Peneduh :
1. Sangat Baik 40

2. Baik 30 Sangat Baik : Pohon peneduh ada di


seluruh lokasi.
3. Cukup 20
Baik : Pohon peneduh ada di tiga
4. Tidak Baik 10 perempat Lokasi (+ 75 % ).

Cukup : Pohon peneduh ada di setengah


Lokasi (+ 50 % ).

Tidak Baik : Pohon peneduh ada di


seperempat ( < 25 % ) lokasi.

*Huruf yang dicetak miring dan tebal merupakan hasil survei tertinggi

INTERPRETASI

0-160 : Lingkungan kampus tidak sehat

161-320 : Lingkungan kampus cukup sehat

321-480 : Lingkungan kampus sehat

481-640 : Lingkungan kampus sangat sehat

Anda mungkin juga menyukai