ISI Makalah
ISI Makalah
PENDAHULUAN
pokok, dan dapat dikatakan hidupnya tergantung dari terpenuhinya kebutuhan pokok
tersebut. Hal itu wajar karena dalam kehidupan sehari-hari masyarakat perlu mengonsumsi
bahan kebutuhan pokok yang bermanfaat bagi tubuh,agar tetap dalam kondisi tidak
kekurangan gizi. Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang memberikan
andil terhadap perbaikan gizi masyarakat, khususnya protein hewani yang sangat dibutuhkan
Statistik (BPS, 2014) menyebutkan bahwa laju pertumbuhan penduduk Indonesia sejak
tahun 2016 hingga tahun 2020 mencapai 1,43%. Seiring meningkatnya perkembangan
jumlah penduduk dan perbaikan taraf hidup penduduk di Indonesia, maka permintaan
produk-produk untuk pemenuhan gizi pun semakin meningkat misalnya permintaan daging.
Hal tersebut selain dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penduduk juga dipengaruhi oleh
konsumsi juga berubah, yang semula lebih banyak mengkonsumsi karbohidrat beralih
(Gapuspindo) bahwa konsumsi daging sapi per kilogram per kapita pertahun sejak tahun
2016 hingga tahun 2020 mengalami penigkatan dengan rata-rata pertumbuhannya 5%.
Artinya, angka konsumsi daging sapi tidak bisa lepas dari pertumbuhan penduduk. Jika
melihat prediksi jumlah penduduk dari BPS dengan total populasi sebanyak 260 juta jiwa
pada tahun 2017, maka konsumsi daging sapi yang dibutuhkan sebanyak 729 ton yang setara
dengan populasi sapi potong sebanyak 4,1 juta ekor. Kebutuhan ini tidak bisa dipenuhi oleh
produksi dalam negeri, karena kemampuan produksi dalam negeri menurut data Gapuspindo
hanya 2,5 juta ekor. Sehingga terjadi kekurangan pasokan sapi potong sebesar 1,6 juta ekor.
Jika hal ini terjadi, maka akan terjadi gejolak harga daging sapi secara nasional. Harga
daging sapi lokal hingga akhir Desember 2016 masih tercatat berkisara Rp 120.000,00. Salah
satu langkah yang diambil pemerintah untuk mengendalikan harga dan memenuhi kebutuhan
daging sapi nasional dengan melakukan impor sapi bakalan dan impor daging beku.
Penambahan pasokan yang dibutuhkan sebanyak 279.856 ton setara 1,6 juta ekor sapi
potong dengan angka impor sapi bakalan sekitar 60% dan impor daging sapi sekitar 40%.
Besarnya nilai impor sapi bakalan ini tidak lepas dari manfaat yang diberikan usaha
penggemukan sapi potong terhadap limbah pertanian, penyerapan tenaga kerja hingga
budaya konsumsi masyarakat. Satu ekor sapi bakalan membutuhkan 1,2 ton pakan selama
siklus penggemukan (4 bulan), usaha ini juga menyerap tenaga kerja mulai dari sektor hulu
hingga hilirnya. Selain itu, 90% masyarakat Indonesia lebih tertarik mengkonsumsi daging
segar (sapi yang dipotong beberapa jam sebelum masuk ke pasar). Ketersediaan daging sapi
segar ini berasal dari sapi lokal sekitar 75% dan usaha penggemukan sapi bakalan sekitar
15%.
BAB II
PEMBAHASAN
seluruh daerah di Indonesia. Sejak tahun 1991 usaha penggemukan sapi potong skala besar mulai
ada dan saat ini keberadaannya mampu memasok sekitar 30% kebutuhan daging sapi nasional.
Usaha tersebut umumnya mengandalkan sapi bakalan yang diimpor dari Australia. Namun,
keberadaan skala besar tersebut belum mampu menghilangkan senjang permintaan dan
penawaran, sehingga kenaikan harga daging sapi cenderung terus meningkat dari waktu ke
waktu.
Berbagai komponen biaya tataniaga seperti retribusi, pungutan liar, susut berat badan
ternak selama transportasi, biaya transportasi yang tinggi menyebabkan biaya pemasaran makin
tinggi dan mendorong harga dagingsapi domestik terus meningkat. Ironisnya, harga daging sapi
impor dan daging sapi dari sapi eks impor ikut meningkat sesuai harga daging sapi domestik,
program penyebaran ternak sapi oleh berbagai instansi yang pengadannya bersumber dari paar
hewan domestik. Kebutuhan sapi untuk program tersebut direspon pedagang dengan menaikkan
harga jual sapi. Kenaikan harga ini mendorong naiknya harga sapi untuk keperluan pemotongan
sehingga pada gilirannya menaikkan harga daging sapi di pasaran (Depdag, 2008).
Dari aspek konsumsi, berdasarkan budaya (jenis masakan dan gengsi) dan rasa, posisi
daging sapi tidak tergantikan dengan daging lain. Ketersediaan daging sapi selalu dibutuhkan
baik pada kelompok kelas pendapatan tinggi, sedang maupun rendah. Perilaku konsumen yang
demikian menyebabkan harga daging sapi terus meningkat. Pemicu kenaikan harga terutama
terjadi saat menjelang hari besar keagamaan seperti emnjelang bulan puasa dan hari raya.
Laju permintaan daging sapi yang lebih tinggi dari laju pasokan domestik menyebabkan
harga daging sapi domestik terus meningkat, hingga pasokan impor terus makin membesar.
Ironinya harga impor yang lebih murah justru menyesuaikan dengan harga domestik yang
cenderung naik (Depdag, 2008). Kenaikan harga tersebut ternyata tidak banyak dinikmati petani
dan dapat berdampak terhadap : peningkatan inflasi, pengurasan populasi sapi nasional dan
untuk meninjau ulang khususnya kebijakan tataniaga ternak dan daging sapi dan industri sapi
potong pada umumnya. Kebijakan tersebut diharapkan mampu mengendalikan harga daging sapi
kenaikan, pada bulan Oktober 2014 harga daging sapi yang dijual dipasar tradisional mencapai
kisaran harga Rp 85.000 Rp 88.000/ kg, sedangkan pada tahun berikutnya Desember 2015
harga daging sapi yang dijual dengan harga Rp 100.000/ kg , harga daging sapi pada Desember
2016 menunjukan harga Rp 105.000/ kg. Pada Mei 2017 harga daging sapi dijual dengan kisaran
dan tulang potong tanpa kepala, kaki, dan jeroan) naik menjadi Rp 86.000-Rp 87.000 per kg dan
harga daging lepas tulang berada di kisaran Rp 90.000-Rp 91.000 per kg ( Jawapos.com, 2017).
(Sumber : http://disnak.jatimprov.go.id/web/layananpublik/infoharga)
(Sumber : http://disnak.jatimprov.go.id/web/layananpublik/infoharga)
Dari data diatas menunjukan harga daging tahun 2017 mengalami kenaikan harga
dibanding tahun tahun sebelumnya. Kenaikan harga yang terjadi tidak membuat para peternak
mengalami keuntungan yang besar, dikarenakan kenaikan harga daging sapi juga berimbas pada
harga sapi yang juga ikut naik. Sehingga peternak harus membeli sapi bakalan yang harganya
juga ikut naik untuk diternakan, sehingga keuntungan yang didapat tidak maksimal walaupun
harga daging sapi dipasaran dalam angka yang tinggi. Salah satu faktor naiknya harga daging
sapi ini disebabkan oleh tingkat suplai daging sapi nasional tidak dapat mengimbangi permintaan
daging sapi yang semakin tingginya peminatnya setiap tahunnya. Tingginya harga daging
seimbangan antara suplai daging dan permintaan daging dimasyarakat, akan tetapi impor sapi
dan daging sapi berdampak pada menurunnya peluang usaha peternakan sapi skala kecil dalam
negeri dan mengganggu produksi sapi lokal (Matondang dan Rusdiana, 2013).
Disisi lain peternakan sapi potong merupakan sumber pendapatan dan penyerap tenaga
kerja terutama masyarakat pedesaan. Masalah yang dihadapi di peternakan sektor kecil didaerah
pedesaan adalah mobilitas untuk pengiriman hasil ternak menuju pusat pusat permintaan yang
jaraknya relatif jauh ( Sasongko, dkk, 2015). Ketika harga daging sapi naik di pasaran , maka
terjadi penurunan potensi peternakan sektor kecil di daerah pedesaan yang membuat harga sapi
bakalan lokal semakin mahal sebanding dengan harga daging dipasaran dan para petani
menjadikan berternak sapi sebagai pekerjaan sambilan saja, hanya pada saat membutuhkan uang
menurutmu kamus besar bahsa indonesia memiliki arti orang yang orang yg pekerjaannya
beternak. Badan Pusat Statistik merilis dalam kurun waktu 2008-2015 jumlah pemotongan ternak
sapi potong hidup yang dipotong di rumah potong hewan terbanyak pada tahun 2015 yakni
sebanyak 1.519.178 ekor dan terendah pada tahun 2014 yakni sebanyak 1.088.140 ekor. Data
tahun 2014 BPS menyatakan bahwa tahun 2014 biaya produksi per ekor sapi potong adalah
3.600.000. Namun yang terjadi adalah jumlah pemotongan terendah adalah pada tahun tersebut.
pengamatannya yang memberikan 2 hal, yakni kesan dan pengertian atau ide. Kebanyakan
Keberpihakan harga jarang mengamini apa yang dibutuhkan oleh peternak. Harga daging
berusaha memuaskan ranah konsumen yang dimonopoli oleh kartel-kartel atau broker.
Pengacuan pada peternakan rakyat yang sering kali di tuding kurang efektif dalam menjalankan
usahanya menjadi salah satu problem yang sering di ungkapkan. Padahal perusahaan besar
maupun kecil pun kurang diminati investor terutama investor manca negara. Teracatat data BPS
menunjukkan dalam kurun waktu 2010-2015 secara berururtan 6, 7, 13, 17, 9 dan 6 jumlah
perusahaan yang mendapatkan investasi dari mancanegara setiap tahunnya. Selama ini opini
publik lebih dibangunkan oleh aspek harga daging yang terjangkau tanpa berfikir bahwa daging
sapi bertumpu kebanyakan pada sektor peternakan rakyat kecil saja. Daging terutama daging sapi
lebih banyak merupakan konsumsi kelas menengah ke atas sehingga ketika harga mengalami
pelonjokan maka ada kepentingan pembenaran argumentasi konsumen karena kaum menengah
ke atas jelas banyak memiliki otoritas. I Gusti Bagus Rai Utama dalam bukunya mengatakan
salah satu kesalahan berfikir adalah Argumentum ad Verecundiam yang artinya beragumentasi
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Sasongko, W.R, Henry, K.S, D, Kuntjoro, dan P. Atien. 2015. Pengaruh Perubahan Sapi Terhadap
Permintaan Input dan Penawaran Output Usaha Penggemukan Sapi. Bali
Informatika Pertanian, Vol. 24 No.2,: 223 232
http://www.jawapos.com/read/2017/02/27/112555/harga-daging-di-jawa-timur-masih-stabil-
tinggi
http://disnak.jatimprov.go.id/web/layananpublik/infoharga
Depdag. 2008. Rapat Pembahasan Harga Daging Sapi. Makalah. Departemen Perdagangan
Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2016. Jumlah Perusahaan Peternakan Ternak Besar dan Kecil Menurut
Status Permodalan. Jl. Dr. Sutomo 6-8 Jakarta 10710 Indonesia, Telp (62-21) 3841195,
3842508, 3810291, Faks (62-21) 3857046, Mailbox : bpshq@bps.go.id
Badan Pusat Statistik. 2016. Jumlah Ternak yang Dipotong di Rumah Potong Hewan dan Di
Luar Rumah Potong Hewan yang Dilaporkan (Ekor), 2000 - 2015. Jl. Dr. Sutomo 6-8
Jakarta 10710 Indonesia, Telp (62-21) 3841195, 3842508, 3810291, Faks (62-21) 3857046,
Mailbox : bpshq@bps.go.id
Suaedi. 2016. Pengantar Filsafat Ilmu. Jl. Taman Kencana No. 3 Bogor 16128, PT. Penerbit IPB
Press, ISBN 978-979-493-888-1
Utama, I. G. B. 2013. Filsafat Ilmu Dan Logika. Universitas Dhyana Putra Badung