KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak
guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau siswa. Berdasarkan
teori belajar ada lima pengertian pembelajaran, diantaranya sebagai berikut: 1). Pembelajaran
adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada siswa di sekolah; 2). Pembelajaran adalah
mewariskan
kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga sekolah; 3). Pembelajaran adalah upaya
mengorganisasikan lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi siswa; 4). Pembelajaran
adalah upaya untuk mempersiapkan siswa untuk menjadi warga masyarakat yang baik; 5).
Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-
hari (Oemar Hamalik, 1995).
Sementara itu Dimyati, dkk (2002), menyatakan bahwa pembelajaran merupakan proses
yang diselenggarakan oleh guru untuk memberi pengalaman belajar kepada
siswa mengenai cara memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Pembelajaran bertujuan mengembangkan potensi siswa secara optimal yang memungkinkan
siswa dapat mencapai tujuan yang diharapkan dan bertanggung jawab sebagai anggota
masyarakat. Pembelajaran dipengaruhi oleh faktor kemampuan guru dalam
melaksanakan pembelajaran dengan adanya interaksi antara guru dan siswa serta kemahiran
guru dalam melaksanakan pembelajaran (Cece Wijaya, 2000).
Pembelajaran yang dilaksanakan harus bertumpu pada enam pilar pendidikan universal
seperti yang dirumuskan UNESCO. Menurut Wiji Suwarno (2006), enam pilar pembelajaran
tersebut adalah learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to do (belajar untuk
melakukan sesuatu), learning to be (belajar untuk menjadi seseorang), learning to live together
(belajar untuk menjalani hidup bersama), learning how to learn (belajar bagaimana cara
mengembangkan potensi diri), dan learning throughout life (belajar terus menerus sepanjang
masa).
Salah satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan belajar yaitu dengan menggunakan
pembelajaran aktif, siswa melakukan sebagian besar pekerjaan yang harus dilakukan.
Disamping itu, siswa dapat menggunakan potensi otak untuk melakukan pekerjaannya,
mengeluarkan ide/gagasan, memecahkan masalah dan dapat menerapkan apa yang mereka
pelajari. Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung dan menarik hati
dalam belajar untuk mempelajari sesuatu dengan baik. Belajar aktif membantu untuk
mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentang aktif yang paling penting bagi siswa perlu
memecahkan masalah sendiri, menemukan contoh-contoh, mencoba keterampilan-
keterampilan dan mengerjakan tugas-tugas yang tergantung pada pengetahuan yang telah
mereka miliki atau yang akan dicapai (Melvin L. Silberman, 2007).
Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar selama proses pembelajaran.
Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki siswa ditentukan oleh kerelevansian dalam
penggunaan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan. Sehingga tujuan
pembelajaran akan dicapai dengan penggunaan model yang tepat, sesuai dengan standar
keberhasilan dalam tujuan pembelajaran. (Syaiful Bahri Djamarah, 2002). Dalam proses
pembelajaran, siswa mempunyai latar belakang yang berbeda-beda diantaranya: lingkungan
sosial, lingkungan budaya, gaya belajar, keadaan ekonomi, dan tingkat kecerdasan. Fakta
tersebut menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun suatu strategi pembelajaran yang
tepat (W. Gulo, 2005). Anita Lie (2008), menyatakan bahwa ada tiga pilihan model
pembelajaran, yaitu kompetisi, individual, dan cooperative learning.
Sementara Etin Solihatin & Raharjo (2007) mengartikan cooperative sebagai bentuk
kerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Cooperative learning merupakan suatu model
pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai
dengan kehidupan nyata sehingga dalam bekerja secara bersama-sama di antara sesama anggota
kelompok dapat meningkatkan motivasi, produktivitas, dan hasil belajar. Dalam kegiatan
kooperatif, siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota
kelompoknya. Sehingga belajar kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dalam
pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama untuk mengoptimalkan proses
belajarnya.
Menurut Johnson & Johnson (1989) dalam Anita Lie (2008), suasana belajar
cooperative learning menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif, dan
penyesuaian psikologis yang lebih baik daripada suasana belajar yang penuh dengan persaingan
dan memisah-misahkan siswa. Sementara Richard I. Arends (2008), menyatakan struktur tujuan
kooperatif terjadi apabila siswa dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok
belajarnya. Maka dari itu setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan
kelompoknya. Siswa dalam situasi cooperative learning dituntut untuk mengerjakan tugas yang
sama secara bersama-sama, dan mereka harus mengoordinasikan usahanya untuk
menyelesaikan tugas tersebut. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu: 1) meningkatkan hasil akademik; 2)
toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman; 3) untuk mengembangkan
keterampilan sosial siswa.
Nurhadi (2004), menyebutkan adanya beberapa keuntungan metode
pembelajaran kooperatif, antara lain: 1) meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial; 2)
memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, dan perilaku
sosial; 3) menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois; 4) membangun
persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa; 5) rasa saling percaya kepada sesama
manusia; 6) meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai
perspektif; 7) meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik;
8) meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis
kelamin, normal atau cacat, etnik, kelas sosial, dan agama.
Menurut Robert E. Slavin (2008), metode Student Team Learning adalah teknik
pembelajaran kooperatif. Dalam metode Student Team Learning, tugas-tugas yang diberikan
pada siswa bukan melakukan sesuatu sebagai sebuah tim, tetapi belajar sesuatu sebagai sebuah
tim. Tiga konsep penting dalam metode Student Team Learning adalah penghargaan bagi
tim, tanggung jawab individu, dan kesempatan sukses yang sama. Metode tersebut
dikembangkan menjadi beberapa variasi, antara lain:
C. TGT (Teams-Games-Tournament)
Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif
yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status,
melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan
reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran
kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks
disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan
belajar (Kiranawati, 2007).
1. Presentasi Kelas
4. Permainan/Pertandingan (Game/Turnamen)
D. Motivasi Belajar
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai
kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu
tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung,
tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan,
dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.
Dengan demikian, motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri
seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih
baik dalam memenuhi kebutuhannya (Hamzah B. Uno, 2008). Sedangkan
Moh. Uzer Usman (2003), berpendapat bahwa motif merupakan daya atau
kemauan dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Sedangkan
motivasi adalah usaha membangkitkan motif-motif sehingga menjadi suatu
perbuatan.
Menurut E. Mulyasa (2007), beberapa prinsip yang dapat diterapkan untuk meningkatkan
motivasi siswa, diantaranya: 1) siswa akan belajar lebih giat apabila kompetensi dasar yang
dipelajari menarik, dan berguna bagi dirinya; 2) kompetensi dasar harus disusun dengan jelas
dan diinformasikan kepada siswa sehingga mereka mengetahuinya dengan jelas, siswa juga
dapat dilibatkan dalam penyusunan indikator kompetensi; 3) siswa harus selalu diberi tahu
tentang hasil belajar dan pembentukan kompetensi pada dirinya; 4) pemberian pujian dan
hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan; 5)
manfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu siswa; 6) usahakan untuk memperhatikan
perbedaan individu siswa, misal perbedaan kemampuan, latar belakang dan sikap terhadap
sekolah atau subjek tertentu; 7) usahakan untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan jalan
memperhatikan kondisi fisiknya, memberikan rasa aman, menunjukkan bahwa guru
memperhatikan mereka, mengatur pengalaman belajar sedemikian rupa sehingga setiap siswa
pernah memperoleh kepuasan dan penghargaan, serta mengarahkan pengalaman belajar ke arah
keberhasilan, sehingga mencapai prestasi dan mempunyai kepercayaan diri.
Menurut Hamzah B. Uno (2008), beberapa teknik motivasi yang dapat dilakukan dalam
pembelajaran sebagai berikut: 1) pernyataan secara verbal; 2) menggunakan nilai ulangan
sebagai pemacu keberhasilan; 3) menimbulkan rasa ingin tahu; 4) memunculkan sesuatu yang
tidak diduga oleh siswa; 5) menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa; 6)
menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai dalam belajar; 7) menuntut siswa untuk
menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya; 8) menggunakan simulasi dan
permainan; 9) memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya di
depan umum; 10) memanfaatkan kewibawaan guru secara tepat; 11) memperpadukan motif-
motif yang kuat; 12) memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai; 13) merumuskan tujuan-
tujuan sementara; 14) membuat suasana persaingan yang sehat di antara para siswa; 15)
memberikan contoh yang positif.
Belajar dan mengajar sebagai aktivitas utama di sekolah meliputi tiga unsur, yaitu tujuan
pengajaran, pengalaman belajar mengajar dan hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil yang
dicapai siswa setelah mengalami proses belajar dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2006).
Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan belajar.
Hasil belajar ini merupakan penilaian yang dicapai seorang siswa untuk mengetahui
pemahaman tentang bahan pelajaran atau materi yang diajarkan sehingga dapat dipahami siswa.
Untuk dapat menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dilakukan
usaha untuk menilai hasil belajar. Penilaian ini bertujuan untuk melihat
kemajuan peserta didik dalam menguasai materi yang telah dipelajari dan ditetapkan (Suharsimi
Arikunto, 2001). Hasil belajar tampak sebagai perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang
dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan (Oemar
Hamalik, 2003).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hal
penting dalam proses belajar mengajar, karena dapat menjadi petunjuk untuk mengetahui sejauh
mana keberhasilan seorang siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
Dengan demikian jika pencapaian hasil belajar itu tinggi, dapat dikatakan bahwa proses belajar
mengajar itu berhasil.
Menurut Bloom dalam Nana Sudjana (2006), ada tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu:
1). Ranah afektif, merupakan aspek yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat
penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek; 2). Ranah psikomotor, merupakan aspek yang
berkaitan dengan kemampuan melakukan pekerjaan yang melibatkan anggota badan,
kemampuan yang berkaitan dengan gerak fisik; 3). Ranah kognitif, merupakan aspek yang
berkaitan dengan kemampuan berpikir, kemampuan memperoleh pengetahuan, kemampuan
yang berkaitan dengan perolehan pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi,
penentuan dan penalaran.
Sardiman A.M (2007), menyatakan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman
subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar seseorang bergantung pada
apa yang telah diketahui si subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi
dengan bahan yang sedang dipelajari. Sementara itu Moh. Uzer Usman (2003),
menyatakan hasil belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Hasil belajar yang
dicapai siswa pada hakikatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasilbelajar, antara lain:
Menurut Zainal Aqib (2008), PTK setidaknya memiliki karakteristik antara lain: 1).
Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional; 2). Adanya kolaborasi dalam
pelaksanaannya; 3). Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi; 4). Bertujuan
memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik instruksional;5). Dilaksanakan dalam
rangkaian langkah dengan beberapa siklus. Suharsimi Arikunto (2006), menyatakan bahwa
penelitian tindakan kelas mempunyai tujuan antara lain: 1). Meningkatkan mutu, misi,
masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah; 2). Membantu guru dan
tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan di
luar kelas; 3). Meningkatkansikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan; 4).
Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga tercipta sikap
proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara
berkelanjutan.
Sementara menurut Suhardjono (2006), tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan
permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas. Kegiatan penelitian ini tidak saja bertujuan
untuk memecahkan masalah tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut
dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan. Pada intinya PTK bertujuan untuk
memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di
kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar.
PTK terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang.
Menurut Suhardjono (2006), keempat kegiatan yang ada pada setiap siklus yaitu: 1)
perencanaan; 2) tindakan; 3) pengamatan; 4) refleksi, yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Dilanjutkan ke siklus berikutnya siklus kedua. Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa
kegiatan yang sama dengan kegiatan sebelumnya apabila ditujukan untuk mengulangi kesuksesan
atau untuk meyakinkan hasil. Akan tetapi, umumnya kegiatan yang dilakukan pada siklus kedua
mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan terdahulu yang tentu saja ditujukan untuk
memperbaiki hambatan atau kesulitan yang ditemukan dalam siklus pertama. Jika sudah selesai
dengan siklus kedua dan guru belum merasa puas dapat dilakukan dengan siklus ketiga yang cara
dan tahapannya sama dengan siklus sebelumnya. Tidak ada ketentuan tentang berapa kali
siklusyang harus dilakukan. Banyaknya siklus tergantung dari kepuasan peneliti sendiri, namun
Suhardjono menyatakan bahwa sebaiknya tidak kurang dari tiga siklus.
Kerangka Pemikiran
Pembelajaran merupakan kegiatan yang bertujuan secara sistematis dan terarah pada
terjadinya proses belajar. Metode ceramah sering dipandang sudah biasa bahkan cenderung
membuat siswa merasa bosan dalam mengikuti proses pembelajaran, hal ini berdampak pada siswa
terutama dalam hal keaktifan di mana siswa menjadi pasif. Oleh karena itu,
perlu adanya penggunaan metode-metode pembelajaran yang dapatmenjadikan siswa menjadi
lebih aktif dan kreatif. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi motivasi dan hasil belajar siswa.