Anda di halaman 1dari 14

RINGKASAN MATERI KULIAH

ANGGARAN SEKTOR PUBLIK


PENDAHULUAN APBN & RPJP
Dosen Pengampu: Dr. Wahyu Widarjo, SE., M.Si

Disusun oleh:
KELOMPOK 1
1. Aulya Dwi Wulandari (FI316022)
2. Lela Indria Pratiwi (FI316068)
3. Nanda Patria Adikara (FI316072)
Kelas C S1 Transfer Akuntansi

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2017
PENDAHULUAN APBN & RPJP
1. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)
Anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi.
Sebagai instrumen kebijakan ekonomi anggaran berfungsi untuk mewujudkan
pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam
rangka mencapai tujuan bernegara.

1.1 DEFINISI APBN


APBN merupakan kesepakatan antara Pemerintah dan DPR, sebagaimana
disebutkan dalam pasal 23 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yaitu
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud dari pengelolaan
keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan
dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara
yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Pemerintah menyusun APBN setiap tahun dalam rangka penyelenggaraan
fungsi pemerintahan untuk mencapai tujuan bernegara. APBN tersebut
harus dikelola secara tertib dan bertanggung jawab sesuai kaidah umum
praktik penyelenggaraan tata kepemerintahan yang baik. Sesuai pasal 26
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, setelah
APBN ditetapkan dengan undang-undang, pelaksanaannya dituangkan
lebih lanjut dengan Keputusan Presiden.

1.2 FUNGSI APBN


APBN memiliki beberapa fungsi yang diatur dalam Pasal 3 ayat (4)
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 yaitu:
1) Fungsi Otorisasi
APBN menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja
pada tahun yang bersangkutan.
2) Fungsi Perencanaan
APBN sebagai pedoman dalam merencanakan kegiatan pada tahun
yang bersangkutan.
1
3) Fungsi Pengawasan
APBN sebagai dasar untuk menilai kesesuaian kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan Negara dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
4) Fungsi Alokasi
APBN harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan
pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas
perekonomian.
5) Fungsi Distribusi dan Stabilisasi
APBN harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan serta
menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan
fundamental perekonomian.

1.3 STRUKTUR UTAMA APBN


APBN terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan
pembiayaan.
Pendapatan negara menurut Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 mendefinisikan pendapatan negara adalah hak pemerintah
pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
1) Pendapatan Negara menurut Pasal 11 ayat 3 Undang-Undang Nomor
17 Tahun 2003 terdiri dari:
a. Penerimaan pajak
b. Penerimaan bukan pajak
c. Hibah
2) Belanja Negara menurut Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 mendefinisikan belanja negara adalah kewajiban
pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan
bersih.
Belanja Negara menurut Pasal 11 ayat 4 Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 terdiri dari:
a. Belanja pemerintah pusat
b. Belanja pelaksanaan perimbangan keuangan antara pemerintah
pusat dan daerah.

2
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Pasal 11 ayat
5, belanja negara dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis
belanja.
Rincian belanja negara menurut organisasi disesuaikan dengan
susunan kementerian negara/lembaga pemerintahan pusat.
Rincian belanja negara menurut fungsi antara lain terdiri dari
pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi,
lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan,
pariwisata, budaya, agama, pendidikan, dan perlindungan sosial.
Rincian belanja negara menurut jenis belanja (sifat ekonomi)
antara lain terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, belanja
modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain.
3) Pembiayaan menurut Pasal 1 angka 17 Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 mendefinisikan pembiayaan yaitu setiap penerimaan yang
perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima
kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-
tahun anggaran berikutnya.
Pembiayaan terdiri dari:
a. Pembiayaan dalam negeri
b. Pembiayaan luar negeri

1.4 FAKTOR-FAKTOR PENENTU APBN


Beberapa faktor penentu postur APBN antara lain dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1) Pendapatan Negara
Besaran pendapatan negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain:
a. Indikator ekonomi makro yang tercermin pada asumsi dasar makro
ekonomi;
b. Kebijakan pendapatan negara;
c. Kebijakan pembangunan ekonomi;
d. Perkembangan pemungutan pendapatan negara secara umum;
e. Kondisi dan kebijakan lainnya.

3
2) Belanja Negara
Besaran belanja negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Asumsi dasar makro ekonomi;
b. Kebutuhan penyelenggaraan negara;
c. Kebijakan pembangunan;
d. Risiko (bencana alam, dampak kirisi global);
e. Kondisi dan kebijakan lainnya.
3) Pembiayaan
Besaran pembiayaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Asumsi dasar makro ekonomi;
b. Kebijakan pembiayaan;
c. Kondisi dan kebijakan lainnya.

1.5 PENYUSUNAN APBN


Ketentuan mengenai penyusunan dan penetapan APBN dalam Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2003 meliputi penegasan tujuan dan fungsi
penganggaran pemerintah, penegasan peran DPR dan pemerintah dalam
proses penyusunan dan penetapan anggaran, pengintegrasian sistem
akuntabilitas kinerja dalam sistem penganggaran, penyempurnaan
klasifikasi anggaran, penyatuan anggaran, dan penggunaan kerangka
pengeluaran jangka menengah dalam penyusunan anggaran.
Ketentuan umum penyusunan APBN yang tertuang dalam Pasal 12 adalah
sebagai berikut:
1) APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahan negara dan kemampuan dalam menghimpun
pendapatan negara.
Dalam menyusun APBN, diupayakan agar belanja operasional tidak
melampaui pendapatan dalam tahun anggaran yang bersangkutan.
2) Penyusunan Rancangan APBN berpedoman kepada rencana kerja
Pemerintah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.
3) Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber
pembiayaan untuk menutup defisit tersebut dalam Undang-undang
tentang APBN.

4
Defisit anggaran dibatasi maksimal 3% dari Produk Domestik Bruto.
Jumlah pinjaman dibatasi maksimal 60% dari Produk Domestik Bruto.
4) Dalam hal anggaran diperkirakan surplus, Pemerintah Pusat dapat
mengajukan rencana penggunaan surplus anggaran kepada Dewan
Perwakilan Rakyat.
Penggunaan surplus anggaran perlu mempertimbangkan prinsip
pertanggungjawaban antargenerasi sehingga penggunaannya
diutamakan untuk pengurangan utang, pembentukan dana cadangan,
dan peningkatan jaminan sosial.

KETERKAITAN ANTARA PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN


Keterkaitan antara perencanaan dapat dilihat sebagai berikut:

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional membagi dokumen perencanaan pembangunan
nasional sebagai berikut:
a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP)
b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM)
c. Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
Di samping ketiga dokumen perencanaan nasional tersebut, ada juga dokumen
perencanaan K/L yang mempunyai keterkaitan dengan ketiga dokumen
perencanaan pembangunan nasional di atas. Dokumen dimaksud adalah
Rencana Strategis Kementerian/lembaga (Renstra K/L) dan Rencana Kerja
Kementerian/Lembaga (Renja K/L).
5
Proses perencanaan tahunan menghasilkan dokemen RKP berisi prioritas
pembangunan nasional, rencana kerangka ekonomi makro, arah kebijakan
fiskal, program kementerian, lintas kementerian, kewilayahan, dan lintas
kewilayahan yang memuat kegiatan dalam kerangka regulasi dan kerangka
anggaran.

2. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP)


Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan
berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa,
dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional
sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Rangkaian upaya pembangunan tersebut
memuat kegiatan pembangunan yang berlangsung tanpa henti, dengan
menaikkan tingkat kesejahteraan masyarakat dari generasi demi generasi.
Pelaksanaan upaya tersebut dilakukan dalam konteks memenuhi kebutuhan
masa sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang
untuk memenuhi kebutuhannya.

2.1 DEFINISI RPJP


Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Pembangunan
Jangka Panjang (RPJP) Nasional merupakan penjabaran dari tujuan
dibentuknya pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 dalam bentuk visi, misi, dan arah pembangunan nasional.
Dokumen perencanaan ini mempunyai rentang waktu 20 (dua puluh) tahun.
Dengan demikian, dokumen ini lebih bersifat visioner dan hanya memuat
hal-hal yang mendasar, sehingga memberi keleluasaan yang cukup bagi
penyusunan rencana jangka menengah dan tahunannya.
Rencana pembangunan jangka panjang nasional yang dituangkan dalam
bentuk visi, misi dan arah pembangunan nasional adalah produk dari
semua elemen bangsa, masyarakat, pemerintah, lembaga-lembaga
negara, organisasi kemasyarakatan dan organisasi politik. Pihak yang
terlibat dalam tahap perencanaan ini terutama adalah Kementerian
PPN/Bappenas dan Kementerian Keuangan.
6
2.2 PENYUSUNAN RPJP
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Pasal 9 ayat 1,
penyusunan RPJP dilakukan melalui urutan:
1) Penyiapan rancangan awal rencana pembangunan
Menteri menyiapkan rancangan RPJP Nasional yang digunakan
sebagai bahan utama bagi Musrenbang.
2) Musyawarah perencanaan pembangunan
Menteri menyelenggarakan Musrenbang Jangka Panjang Nasional.
Musrenbang diselenggarakan dalam rangka menyusun RPJP dan
diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara Negara dengan
mengikutsertakan masyarakat. Musrenbang Jangka Panjang Nasional
dilaksanakan paling lambat 1 (satu) tahun sebelum berakhirnya periode
RPJP yang sedang berjalan.
3) Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan
Menteri menyusun rancangan akhir RPJP Nasional berdasarkan hasil
Musrenbang Jangka Panjang Nasional. RPJP Nasional ditetapkan
dengan Undang-Undang.

Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJP Nasional dilakukan oleh


masing-masing pimpinan kementerian/lembaga. Kementerian PPN
(Perencanaan Pembangunan Nasional)/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas) menghimpun dan menganalisis hasil
pemantauan pelaksanaan RPJP Nasional dari masing-masing pimpinan
kementerian/lembaga.

2.3 RPJP TAHUN 2005 2025


Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional yang digunakan saat ini
yaitu RPJP Tahun 2005 2025 yang ditetapkan dalam Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2007, selanjutnya disebut RPJP Nasional, adalah
dokumen perencanaan pembangunan nasional periode 20 (dua puluh)
tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025, ditetapkan
dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh
komponen bangsa (pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) di dalam
mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sesuai dengan visi, misi, dan
arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang
7
dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan
saling melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola
tindak.

VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN NASIONAL TAHUN 20052025


Berdasarkan kondisi bangsa Indonesia saat ini, tantangan yang dihadapi
dalam 20 tahun mendatang dengan memperhitungkan modal dasar yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia dan amanat pembangunan yang tercantum
dalam Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, visi pembangunan nasional tahun 2005 2025 adalah:

INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR

Dalam mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh melalui


8 (delapan) misi pembangunan nasional sebagai berikut:
1) Terwujudnya masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia, bermoral,
beretika, berbudaya, dan beradab.
2) Terwujudnya bangsa yang berdaya saing untuk mencapai masyarakat
yang lebih makmur dan sejahtera.
3) Terwujudnya Indonesia yang demokratis,berlandaskan hukum dan
berkeadilan.
4) Terwujudnya rasa aman dan damai bagi seluruh rakyat serta
terjaganya keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
kedaulatan negara dari ancaman baik dari dalam negeri maupun luar
negeri.
5) Terwujudnya pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan.
6) Terwujudnya Indonesia yang asri dan lestari.
7) Terwujudnya Indonesia sebagai negara kepulauan yang mandiri, maju,
kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.
8) Terwujudnya peranan Indonesia yang meningkat dalam pergaulan
dunia internasional.

Dalam rangka untuk mencapai tingkat kemajuan, kemandirian, serta


keadilan yang diinginkan, arah pembangunan jangka panjang selama
kurun waktu 20 tahun mendatang dijabarkan sebagai berikut:

8
1) Mewujudkan masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia, bermoral,
beretika, berbudaya, dan beradab.
a. Pembangunan agama diarahkan untuk memantapkan fungsi dan
peran agama sebagai landasan moral dan etika dalam
pembangunan, membina akhlak mulia, memupuk etos kerja,
menghargai prestasi, dan menjadi kekuatan pendorong guna
mencapai kemajuan dalam pembangunan.
b. Pembangunan dan pemantapan jati diri bangsa ditujukan untuk
mewujudkan karakter bangsa dan sistem sosial yang berakar, unik,
modern, dan unggul.
c. Budaya inovatif yang berorientasi iptek terus dikembangkan agar
bangsa Indonesia menguasai iptek serta mampu berjaya pada era
persaingan global.
2) Mewujudkan bangsa yang berdaya saing untuk mencapai masyarakat
yang lebih makmur dan sejahtera.
a. Membangun sumber daya manusia yang berkualitas.
b. Memperkuat perekonomian domestik dengan orientasi dan
berdaya saing global.
c. Penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
d. Sarana dan prasarana yang memadai da maju.
e. Reformasi hukum dan birokrasi.
3) Mewujudkan Indonesia yang demokratis,berlandaskan hukum dan
berkeadilan.
a. Penyempurnaan struktur politik yang dititikberatkan pada proses
pelembagaan demokrasi.
b. Penataan peran negara dan masyarakat dititikberatkan pada
pembentukan kemandirian dan kedewasaan masyarakat serta
pembentukan masyarakat madani yang kuat dalam bidang
ekonomi dan pendidikan.
c. Penataan proses politik yang dititikberatkan pada
pengalokasian/representasi kekuasaan.
d. Pengembangan budaya politik yang dititikberatkan pada
penanaman nilai-nilai demokratis.
9
e. Peningkatan peranan komunikasi dan informasi yang ditekankan
pada pencerdasan masyarakat dalam kehidupan politik.
f. Sistem hukum nasional yang mantap bersumber pada Pancasila
dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
g. Pembaruan produk hukum untuk menggantikan peraturan
perundang-undangan warisan kolonial.
h. Memantapkan dan mengefektifkan berbagai organisasi dan
lembaga hukum, profesi hukum, dan badan peradilan.
i. Penerapan dan penegakan hukum dan hak asasi manusia (HAM).
j. Peningkatan perwujudan masyarakat yang mempunyai kesadaran
hukum yang tinggi terus ditingkatkan.
k. Penuntasan penanggulangan penyalahgunaan kewenangan
aparatur negara.
4) Mewujudkan rasa aman dan damai bagi seluruh rakyat serta
terjaganya keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
kedaulatan negara dari ancaman baik dari dalam negeri maupun luar
negeri.
a. Keterpaduan pembangunan pertahanan, pembangunan keamanan
dalam negeri, dan pembangunan keamanan sosial.
b. Pembangunan pertahanan yang mencakup sistem dan strategi
pertahanan, postur dan struktur pertahanan, profesionalisme TNI,
pengembangan teknologi pertahanan.
c. Sistem dan strategi pertahanan nasional secara terus menerus
disempurnakan.
d. Postur dan struktur pertahanan diarahkan untuk dapat menjawab
berbagai kemungkinan tantangan, permasalahan aktual, dan
pembangunan kapabilitas jangka panjang.
e. Peningkatan profesionalisme Tentara Nasional Indonesia.
f. Peningkatan kondisi dan jumlah alutsista setiap matra.
g. Pemantapan komponen cadangan dan pendukung pertahanan
negara.
h. Perlindungan wilayah yurisdiksi laut Indonesia ditingkatkan dalam
upaya melindungi sumber daya laut bagi kemakmuran sebesar-
besarnya rakyat.
10
i. Peningkatan profesionalisme Polri beserta institusi terkait.
j. Peningkatan profesionalisme lembaga intelijen dan kontra intelijen.
5) Mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan.
a. Memperhatikan potensi dan peluang keunggulan sumberdaya
darat dan/atau laut di setiap wilayah.
b. Percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah wilayah
strategis dan cepat tumbuh didorong.
c. Keberpihakan pemerintah ditingkatkan untuk mengembangkan
wilayah-wilayah tertinggal dan terpencil.
d. Wilayah-wilayah perbatasan dikembangkan dengan mengubah
arah kebijakan pembangunan yang selama ini cenderung
berorientasi inward looking menjadi outward looking.
e. Pembangunan kota-kota metropolitan, besar, menengah, dan kecil
diseimbangkan pertumbuhannya dengan mengacu pada sistem
pembangunan perkotaan nasional.
f. Pertumbuhan kota-kota besar dan metropolitan dikendalikan dalam
suatu sistem wilayah pembangunan metropolitan yang kompak,
nyaman, efisien dalam pengelolaan, serta mempertimbangkan
pembangunan yang berkelanjutan.
g. Percepatan pembangunan kota-kota kecil dan menengah
ditingkatkan, terutama di luar Pulau Jawa.
h. Peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan
dengan kegiatan ekonomi di wilayah perdesaan didorong secara
sinergis.
i. Pembangunan perdesaan didorong melalui pengembangan
agroindustri padat pekerja.
j. Rencana tata ruang digunakan sebagai acuan kebijakan spasial
bagi pembangunan di setiap sektor, lintas sektor, maupun wilayah
agar pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi, dan berkelanjutan.
k. Menerapkan sistem pengelolaan pertanahan yang efisien, efektif,
serta melaksanakan penegakan hukum terhadap hak atas tanah.
l. Kapasitas pemerintah daerah terus dikembangkan.

11
m. Peningkatan kerja sama antardaerah akan terus ditingkatkan
dalam rangka memanfaatkan keunggulan komparatif maupun
kompetitif.
n. Menjaga ketahanan dan kemandirian pangan nasional.
o. yang didorong berkembang luas sesuai kebutuhan.
p. Memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat
yang kurang beruntung.
q. Pembangunan kesejahteraan sosial.
r. Sistem perlindungan dan jaminan sosial disusun, ditata, dan
dikembangkan.
s. Pemenuhan perumahan beserta prasarana dan sarana
pendukungnya.
t. Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum
dan sanitasi.
u. Penanggulangan kemiskinan.
6) Mewujudkan Indonesia yang asri dan lestari.
a. Mendayagunakan sumber daya alam yang terbarukan.
b. Mengelola sumber daya alam yang tidak terbarukan.
c. Menjaga keamanan ketersediaan energi.
d. Menjaga dan melestarikan sumber daya air.
e. Mengembangkan potensi sumber daya kelautan.
f. Meningkatkan nilai tambah atas pemanfaatan sumber daya alam
tropis yang unik dan khas.
g. Memerhatikan dan mengelola keragaman jenis sumber daya alam
yang ada di setiap wilayah.
h. Mitigasi bencana alam sesuai dengan kondisi geologi Indonesia.
i. Mengendalikan pencemaran dan kerusakan lingkungan.
j. Meningkatkan kapasitas pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup.
k. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mencintai lingkungan
hidup.
7) Mewujudkan Indonesia sebagai negara kepulauan yang mandiri, maju,
kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.
a. Membangkitkan wawasan dan budaya bahari.
12
b. Meningkatkan dan menguatkan peranan sumber daya manusia di
bidang kelautan.
c. Menetapkan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, aset-
aset, dan hal-hal terkait di dalamnya.
d. Melakukan upaya pengamanan wilayah kedaulatan yurisdiksi dan
aset Negara Kesatuan Republik Indonesia.
e. Mengembangkan industri kelautan secara sinergi, optimal, dan
berkelanjutan.
f. Mengurangi dampak bencana pesisir dan pencemaran laut.
g. Meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin di kawasan pesisir.
8) Mewujudkan peranan Indonesia yang meningkat dalam pergaulan
dunia internasional.
a. Penekanankan pada proses pemberdayaan posisi Indonesia
sebagai negara.
b. Penguatan kapasitas dan kredibilitas politik luar negeri.
c. Peningkatan kualitas diplomasi di fora internasional.
d. Peningkatan efektivitas dan perluasan fungsi jaringan kerjasama.
e. Pemeliharaan perdamaian dunia.
f. Penguatan jaringan hubungan dan kerja sama yang produktif antar
aktor-aktor negara dan aktor-aktor non negara.

13

Anda mungkin juga menyukai