NIM : P07120115006
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2016-2017
LEMBAR PENGESAHAN
Hari/Tanggal :
Bangsal/Ruangan :
Mengetahui,
( ) ( )
2
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN TERMOREGULASI
3
segera meningkatkan nilai metabolisme sel di jaringan tubuh. Secara
langsung norepineprin dan epineprin mempengaruhihati dan el-sel otot
sehingga meningkatkan aktifitas otot.
5. Demam
Demam meningkatkan metabolisme tubuh. Reaksi-reaksi kimia
meningkat rata-rata 120% untuk setiap peningkatan suhu 10o.
(Guyton & Hall, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, 1997)
4
Tabel USIA SUHU
3 bulan 37.5
6 bulan 37.7
1 tahun 37.7
3 tahun 37.2
5 tahun 37.0
7 tahun 36.8
9 tahun 36.7
11 tahun 36.7
13 tahun 36.6
Dewasa 36.4
>70 tahun 36.0
Perbedaan derajat suhu normal pada berbagai kelompok usia
(Tamsuri Anas, : 2007)
Macam macam Pemeriksaan suhu
a. Aksila/Ketiak, dilakukan selama 5-10 menit (Eoff dan Joyce, 1981
b. Oral/mulut, dilakukan selama 2 menit (Baker et.al, 1984)
c. Rectal/Anus, dilakukan selama 2 menit (Kucha, 1972)
d. Timpanik/Telinga, dilakukan selama 2 detik (Erickson et.al,1991)
6
umum, irama suhu sirkadian tidak berubah sesuai usia. Penelitian
menunjukkan, puncak suhu tubuh adalah dini hari pada lansia
e. Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi
hormonal dan persarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan
panas. Klien yang cemas saat masuk rumah sakit atau tempat praktik
dokter, suhu tubuhnya dapat lebih tinggi dari normal
f. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam ruangan
yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh
melalui mekanisme pengluaran-panas dan suhu tubuh akan naik. Saat
berada di lingkungan tanpa baju hangat, suhu tubuh mungkin rendah
karena penyebaran yang efektif dan pengeluaran panas yang konduktif.
Bayi dan lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena
mekaisme suhu mereka kurang efisien.
(Guyton & Hall,Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 9 1997.)
G. Perubahan suhu
1. Demam
7
Terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu untuk
mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas yang
mengakiatkan peningkatan suhu abnormal. Demam biasanya tidak
berbahaya jika <39o C. Demam terjadi akibat perubahan set point
hipotalamus.
Pola demam :
a) Terus menerus : tingginya menetap >24 jam, bervariasi (1-2)oC.
b) Intermitten :demam memuncak secara berseling dengan suhu
normal.
c) Remitten:demam memuncak dan turun tanpa kembali ke tingkat
suhu normal.
d) Relaps: periode episode demam diselingi dengan tingkat suhu
normal, episode demam dengan normotermia dapat memanjang lebih
dari 24 jam.
Kelelahan akibat panas
Terjadi bila diaphoresis yang banyak menyebabkan kehilangan cairan
dan elektrolit secara berlebihan. Juga disebabkan oleh lingkungan
yang panas.
1. Hipotermia
peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas. Setiap
penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi mekanisme
pengeluaran panas.
2. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu
tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini
disebut heatstroke, kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka
mortalitas yg tinggi. Klien berisiko termasuk yang masih sangat muda atau
sangat tua, yang memiliki penyakit kardiovaskular, hipotiroidisme,
diabetes atau alkoholik. Yang juga termasuk beresiko adalah orang yang
mengkonsumsi obat yang menurunkan kemampuan tubuh untuk
mengeluarkan panas (mis. Fenotiasin, antikolinergik, diuretik, amfetamin,
dan antagonis reseptor beta- adrenergik) dan mereka yang menjalani
8
latihan olahraga atau kerja yang berat (mis. Atlet, pekerja kontruksi dan
petani). Tanda dan gejala heatstroke termasuk gamang, konfusi, delirium,
sangat haus, mual, kram otot, gangguan visual, dan bahkan inkotinensia.
Tanda yang paling dari heatstroke adalah kulit yang hangat dan kering.
Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangn elektrolit sangat
berat dan malfungsi hipotalamus. Heatstroke dengan suhu lebih besar dari
40,5 C mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ
tubuh. Tanda vital menyatakan suhu tubuh kadang-kadang setinggi 45 C,
takikardia dan hipotensi.
3. Hipotermia
pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas,
mengakibatkan hipotermia. Hipotermia diklasifikasikan melalui
pengukuran suhu inti. Hal tersebut dapat terjadi kebetulan atau tidak
sengaja selama prosedur bedah untuk mengurangi kebutuhan metabolik
dan kebutuhan tubuh terhada oksigen.
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak
diketahui selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35 C,
klien menglami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan
tidak mampu menila. Jika suhu tubuh turun di bawah 34,4 C, frekuensi
jantung, pernafasan, dan tekanan darah turun. kulit menjadi sianotik.
(Cameron, J.R, dkk. Fisika Tubuh Manusia, 2006.)
Exogenous pyrogens
(seperti : bakteri, virus, kompleks antigen antibody)
Sel host inflamasi
(seperti : makrofag, netrofil, sel kuffer, makrofag splenic dan alveolar)
Memproduksi endogenous pyrogens
(interleukin 1, interieukin 6, factor nekrosis tumor, dan cytokine pyrogenic
lain)
Sintesis PGE2 dalam hipotalamus
9
Pusat termoregulator
(neuron preoptik pada hipotalamus anterior)
Perubahan fisiologi dan tingkah laku
Demam
3. Konveksi
perpindahan karena gerakan udara. Aliran konveksidapat terjadi
dikarenakanmassa jenis udara panas sangat ringan dibandingkan dengan
massa jenis udara dingin. Contoh : kipas angin listrik meningkatkan
kehilangan panas melalui konveksi.
4. Evaporasi
perpindahan aliran panas ketika cairan berubah menjadi gas. Evaporasi ini
tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul air
secara terus menerus melalui kulit dan system pernafasan.
(Guyton & Hall, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 9, 1997)
11
Pengkajian pada pasien yang mengalami demam
a. Identitas diri :Nama, Umur, jenis kelamin, pekerjaan
b. Status kesehatan :keluhan utama : panas
c. Riwayat penyakit sekarang :
a. Terus menerus: tingginya menetap >24 jam bervariasi (1-2)oC.
b. Intermitten : demam memuncak secara
berseling dengan suhu normal.
c. Remitten : demam memuncak dan
turuntanpa kembali ke tingkat suhu normal.
d. Relaps : periode episode demam diselingi dengan tingkat
suhu normal,episode demam dengan normotermia dapat memanjanglebih
dari 24 jam.Mulai timbulnya panas, berapalama, waktu, upaya untuk
mengurangi.
1) hipotermi : Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur
dan tidak diketahui selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun
menjadi 35 C, klien mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang
ingatan, depresi, dan tidak mampu menelan. Jika suhu tubuh turun di
bawah 34,4 C, frekuensi jantung, pernafasan, dan tekanan darah turun.
kulit menjadi sianotik.
e. Riwayat kesehatan lalu
1) Hipertermi : sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang
menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi,
nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
2) Hipotermi : tanyakan suhu pasien sebelumnya, sejak kapan timbul
gejala gemetar, hilang ingatan, depresi dan gangguan menelan.
f. Riwayat penyakit keluarga.
(riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh
anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak)
g. Riwayat psikologis.
h. Pemeriksaan fisik :
a) hitung TTV ketika panas terus menerus dan sesuai perintah (2/4 jam)
b) inspeksi dan palpasi kulit, ceg turgor (dingin, kering, kemerahan,
hangat, turgor menurun)
c) tanda-tanda dehidrasi
d) perubahan tingkah laku : bingung, disorientasi, gelisah, disertai dengan
sakit kepala, nyeri otot, nousea, photopobia, lemah, letih, dll.
12
(Perry, potter. ( 2005 ). Fundamental keperawatan edisi 4. Konsep,
proses dan praktek.Jakarta)
B. DIAGNOSA
1. Hyperthermia berhubungan dengan proses infeksi.
2. Resiko injuri berhubungan dengan infeksi mikroorganisme.
3. Resiko kurang cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan
diaporsis.
4. Cemas berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyakit
(Nanda international. 2012. Diagnosis keperawatan: definisi dan
klasifikasi 2012 2014. )
C. INTERVENSI
x/m mempertahan
kan suhu
mendekati
normal.
- dapat
membantu
menurunkan
suhu tubuh
14
dengan efek
vasodilatasi
pembuluh
darah
penggunaan
alcohol dan es
dapat
kedinginan
dan
meningkatkan
suhu secara
actual dan
alcohol dapat
mengeringkan
kulit.
- memberikan
minum dapat
memabantu
mengganti
cairan yang
hilang akibat
keringat yang
berlebih atau
kehilangan
cairan melalui
yang lain.
-pemberian
obat untuk
menangani
demam yang
tinggi jika
15
demam tidak
dapat turun..
-
melaksanakan
kolaborasi
untuk
pemeriksaan
leb untuk
16
penunjang
data diagnosa
lebih lanjut.
-pemebrian
antibiotic
untuk
menghambat
pertumbuhan
mikroorganis
me.
17
5. Kolaborasi jantung untuk
untuk pemberian mengetahui
cairan IV sesuai perubahan
indikasi tanda-tanda
vital akibat
- Pantau nilai
laboratorium, kurangnya
Ht/jumlah sel cairan.
darah merah,
BUN,cre, - - mengkaji
Elek,LED, GDS membrane
mukosa
kering,turgor
kulit,dan rasa
haus untuk
mengetahui
tigkat
dehidrasi dari
pasien.
-kolaborasi
pemberian
cairn IV
utntuk
mengatasi
adanya
kekurangan
cairan secara
berlebih atau
untuk
menyeimbang
kan cairan
yang telah
hilang.
18
-memantau
pemeriksaan
lab untuk
mengetahui
diagnose yang
lebih tepat.
-cemas yang
dirasakan
pasien
merupakan
respon yang
normal akibat
pengaruh
ketidak
nyamanan
atau factor
psikologis
yang dipicu
akibat
perubahan
suhu tubuh
yang
berkepanjanga
n. Sehingga
perlu di
validasi dan
meyakinkan
pasien agar
pasien tidak
semakin
cemas
sehingga tidak
mempengaruh
i kesehatan
20
pasien.
-mendiskusikan
recana
tindakan agar
mampu
menggunakan
intervensi
yang tepat
untuk
penangan.
(M. Wilkinson, judith. Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC
dan kriteria hasil NOC 2006)
D. IMPLEMENTASI
Discharge Planning
21
a. Ajarkan pada orang tua mengenal tanda - tanda kekambuhan dan laporkan
dokter/perawat
b. Instruksikan untuk memberikan pengobatan sesuai dengan dosis dan waktu
c. Ajarkan bagaimana mengukur suhu tubuh dan intervensi
d. Instruksikan untuk control ulang
e. Jelaskan factor penyebab deman dan menghindari factor pencetus
DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 9, EGC. Jakarta, 1997.
22
Tamsuri Anas. 2007. Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri. Penerbit Buku
Kedokteran EGC Jakarta.
23