Anda di halaman 1dari 4

Coassistensi Bidang Reproduksi

RETENSIO PLASENTA

oleh

ENDANG JAYANTI SYARIF


NIM : O 121 16 024

PROGRAM PROFESI DOKTER HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2016
SIGNALEMENT

Nama Pemilik : Bpk.Ismail

Alamat : Dusun Lembanna, Desa Gunung Perak

Telp/Hp :-

Nama Hewan / Tag :-

Spesies : Sapi

Breed : Persilangan Bali dan Limousin

Warna Bulu / Rambut: -


Jenis Kelamin : Betina

Umur : 5 tahun

Berat Badan :-

Tanda Khusus :-

ANAMNESIS

Dikandangkan
Telah partus sebanyak 3 kali
Partus yang kedua mengalami abortus
Partus yang terakhir mengalami kegagalan pengeluaran
plasenta
Selaput fetus menggantung di vulva
Pakan yang diberikan adalah pakan hijau (Rumput gajah)
Partus yang terakhir menghasilkan pedet simental

DIAGNOSA

Dari signalement, anamnesa, pemeriksaan klinis dan gejala klinis


yang muncul dapat ditarik kesimpulan bahwa sapi mengalami
Retensio Plasenta.

PENGOBATAN
R/ Colibact1 Tab IU ( Zulfadiazine, Trimetropine )

KETERANGAN

Retensi plasenta merupakan suatu kondisi selaput fetus


menetap lebih lama dari 8-12 jam di dalam uterus setelah
partus. Pada dasarnya retensi plasenta adalah kegagalan
pelepasan plasenta anak (vili kotiledon) dan plasenta induk
(krypta caruncula).
Retensi plasenta merupakan salah satu gangguan reproduksi setelah
melahirkan yang paling sering dikeluhkan oleh peternak. Menurut penelitian
yang telah dilakukan, prevalensi kejadian retensi plasenta pada usaha
peternakan dapat mencapai 4-18% dari jumlah kelahiran (Samad et al. 2006).
Penyebabnya adalah infeksi yang menyebabkan uterus lemah
untuk berkontraksi, pakan (Vitamin A,D,E) dan kurangnya
exercise (sapi diumbar) sehingga otot uterus tidak kuat untuk
berkontraksi.
Gejala yang diperlihatkan : selaput fetus menggantung di luar
alat kelamin, bibir vulva menjadi bengkak dan berwarna
kemerahan dan terdapat titik-titik merah pada mukosanya,
plasenta dapat menutupi pintu keluar saluran kencing
sehingga induk mengalami kesulitan saat urinasi, bau khas
pada alat kelaminnya (bau plasenta yang mulai busuk).
Komplikasi yang sering terjadi yaitu metritis atau metro
peritonitis apabila terjadi luka besar atau robeknya dinding
uterus sewaktu pertolongan retensi plasenta, vaginitis kronis,
endometritis, pyometra, dan prolapsus uteri.
Diagnosa dilakukan berdasarkan adanya sekundinae yang
keluar dari alat kelamin. Bila sekundinae hanya tinggal sedikit
dalam alat kelamin, diagnosa dapat dilakukan dengan
eksplorasi vaginal memakai tangan dan dengan terabanya
sisa sekundinae atau kotiledon yang masih teraba licin
karena masih terbungkus oleh selaput fetus.
Pengobatan terhadap retensi sekundinae sangat tergantung
kepada sebab-sebabnya dan ada tidaknya gejala peradangan.
Pertolongan terhadap retensi sekundinarum ditujukan kepada
pengeluaran sekundinae dari alat kelamin secepat-cepatnya
dan diupayakan agar kesuburan induk penderita tetap baik.
Pencegahan retensi plasenta dapat dilakukan dengan cara
menjaga kebersihan tempat melahirkan, menjaga kondisi
induk, agar tidak terjadi eksitasi saat melahirkan, induk
hendaknya tidak mengalami kegemukan, memberikan vitamin
A selama partus.
Dari hasil anamnesa yang didapatkan bahwa selaput fetus
menggantung di vulva dan ditandai dengan plasenta yang
tidak keluar sepenuhnya setelah 24 jam post partus.
Penanganan yang diberikan pada kasus ini yaitu menarik dan
mengeluarkan plasenta dengan melakukan palpasi intra
vagina dengan tujuan mengeluarkan placenta yang tersisa.
Pemberian antibiotik Colibact 2 tablet di dalam cornua uteri.

DAFTAR PUSTAKA

Agricultural Research and DevApproved as Journal Article No. 91-76, Ohio


elopment Center, Wooster 44691

Han Kyung. 2005. Risk Factor for retained Placenta and the effect of retained
performance in dairy cows. J. Vet Sci 6(1):53-59.

Tjahajati, Ida., Husniyati. 2012. Berbagai Penyakit Pada Sapi. Yogyakarta.


Page 70-72

Samad M, Rahman H dan Islam TS. 1991. Factors Associated with Placental
retention in Dairy Cattle. J. Arabian AnimalBreeding and Infertility. 59.

Anda mungkin juga menyukai