Anda di halaman 1dari 3

MAKALAH KOLOKIUM

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2017
Judul : Optimalisasi Produksi Dua Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) dengan Aplikasi Pupuk Kalium
Nama/NIM : Ikhsan Maulana / A24130197
Pembimbing : Dr. Ir. Heni Purnamawati, M.Sc.Agr dan Dr. Desta Wirnas, SP, MSi
Hari, tanggal :

PENDAHULUAN

Penduduk Indonesia berjumlah 237.641.326 jiwa (BPS, 2012). Padi merupakan sumber karbohidrat utama
bagi sebagian besar masyarakat Indonesia dengan jumlah konsumsi beras sebesar 78,0 kg/kapita/tahun (BPS, 2015).
Laju pertumbuhan penduduk sebesar 1.40 % (BPS, 2010). Oleh karena itu, untuk menjaga stabilitas pangan nasional
maka produksi padi harus ditingkatkan seiring dengan meningkatnya populasi penduduk Indonesia.
Peningkatan produksi padi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu ektensifikasi dan intensifikasi. Ekstensifikasi
sangat sulit diterapkan sekarang ini karena tingginya angka konversi lahan pertanian menjadi non-pertanian, sehingga
yang paling memungkinkan saat ini adalah dengan melakukan intensifikasi. Luas panen padi di Indonesia pada tahun
2015 sebesar 14 juta ton/ha (BPS, 2016). Untuk mengoptimalkan produksi padi dengan luas panen yang ada, salah
satunya dengan penggunaaan varietas unggul dan melakukan pemupukan yang optimal.
Padi Tipe Baru (PTB) yaitu IPB 3S yang dilepas IPB untuk meningkatkan produksi padi nasional dengan
potensi hasil mencapai 11,2 ton ha-1 serta rata-rata hasil panen 7 ton ha-1 (Siregar et al. 2013). Akan tetapi varietas IPB
3S masih memiliki kelemahan salah satunya pada pengisian bulir. Herdiyanti (2015) menjelaskan bahwa panjang malai,
jumlah gabah per malai dan bobot 1 000 butir varietas IPB-3S nyata lebih tinggi dibandingkan varietas Ciherang dan
Mentik Wangi, tetapi jumlah anakan produktif, persentase gabah isi dan hasil varietas IPB-3S terendah dibandingkan
varietas Ciherang dan Mentik Wangi. Perlu dilakukan upaya untuk mengatasi hal tersebut sehingga potensi hasil dapat
dicapai. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pengaplikasian pupuk kalium melalui daun.
Pupuk kalium merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengisian bulir padi. Aplikasi kalium dapat
meringankan kondisi stres dan secara signifikan meningkatkan bahan kering hasil dan komponen hasil padi (Ebrahimi
et.al., 2012). Salbiah et.al. (2012) menambahkan, dosis pupuk KCl berpengaruh sangat nyata terhadap C-organik tanah,
N-total tanah, P-tersedia tanah, KTK tanah, jumlah malai per rumpun, bobot 1000 butir gabah pada kadar air 14% dan
hasil gabah per hektar pada kadar air 14% serta berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 35 HST dan jumlah
anakan umur 25 HST. Selain itu, pupuk kalium meningkatkan serapan N oleh tanaman sehingga berpengaruh nyata
terhadap bobot 100 butir dibandingkan dengan pemupukan N dan P tanpa K (Siregar dan Marzuki, 2011).
Pengaplikasian pupuk kalium dapat dilakukan melalui daun. Pemberian pupuk melalui daun akan
mempercepat penyerapan hara oleh tanaman dibandingkan dengan pemberian pupuk melalui akar (Lingga dan
Marsono, 2004). Menurut Lingga dan Marsono (2004), pemupukan melalui daun memiliki beberapa keuntungan yaitu
dapat memberikan hara sesuai kebutuhan tanaman, penyerapan hara pupuk yang diberikan berjalan lebih cepat
dibandingkan pupuk yang diberikan melalui akar, kelarutan pupuk daun lebih baik dibandingkan pupuk akar,
pemberiannya dapat lebih merata, kepekatannya dapat diatur sesuai pertumbuhan tanaman, dapat menghindari
hilangnya unsur hara akibat pencucian dan volatilisasi sebelum dapat diserap oleh akar atau mengalami fiksasi dalam
tanah yang berakibat tidak dapat lagi diserap oleh tanaman, serta dapat menjaga struktur tanah tetap remah/gembur.
Dalam percobaan ini dilakukan pengujian pemberian pupuk kalium pada dua varietas padi sawah melalui daun.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian pupuk kalium melalui daun terhadap hasil
gabah dua varietas padi sawah (Oryza sativa L.)

Hipotesis
1. Aplikasi pupuk kalium melalui daun dapat meningkatkan pengisian bulir dan produksi padi.
2. Terdapat waktu aplikasi yang tepat untuk pengaplikasian pupuk kalium melalui daun.

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian akan dilaksanakan di Kecamatan Darmaraja dengan ketinggian 101-500 mdpl, Kabupaten
Sumedang dari bulan Maret 2017 sampai dengan Juni 2017. Analisis tanah dan kadar air padi akan dilaksanakan di
Laboratorium Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi Varietas IPB 3S dan Ciherang. Pupuk
Urea, SP-36, KCl, dan Pupuk K cair 7-2-21. Alat yang digunakan adalah alat budidaya tanaman, oven, timbangan,
meteran, bagan warna daun (BWD). Alat yang akan digunakan untuk mengolah data yaitu aplikasi SAS.

Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Split Plot dengan dua faktor yaitu perlakuan sebagai petak utama, dan
varietas sebagai anak petak. Perlakuan terdiri dari 6 taraf, varietas 2 taraf, serta 4 ulangan. Sehingga didapatkan 4 satuan
percoban. Kombinasi perlakuan yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1 Taraf perlakuan dan kode kombinasi perlakuan


Varietas Perlakuan Kombinasi Pupuk Kode Perlakuan
IPB 3S Pupuk anorganik tanpa KCl V1K0
IPB 3S Pupuk anorganik (Urea: 300 kg ha-1, SP-36: 50 kg ha-1, V1K1
dan KCl: 50 kg ha-1)
IPB 3S Pupuk anorganik + Pupuk K cair 7-2-21 600 gram pada 7 V1K2
MST dan 15 HSP
IPB 3S Pupuk anorganik + KCl cair 210 gram ha-1 pada 7 MST V1K3
dan 15 HSP
IPB 3S Pupuk anorganik + Pupuk K cair 7-2-21 600 gram ha-1 V1K4
pada 15 HSP
IPB 3S Pupuk anorganik + KCl cair 210 gram ha-1 pada 15 HSP V1K5
Ciherang Pupuk anorganik tanpa KCl V2K0
Ciherang Pupuk anorganik V2K1
Ciherang Pupuk anorganik + Pupuk K cair 7-2-21 600 gram pada 7 V2K2
MST dan 15 HSP
Ciherang Pupuk anorganik + KCl cair 210 gram ha-1 pada 7 MST V2K3
dan 15 HSP
Ciherang Pupuk anorganik + Pupuk K cair 7-2-21 600 gram ha-1 V2K4
pada 15 HSP
Ciherang Pupuk anorganik + KCl cair 210 gram ha-1 pada 15 HSP V2K5

Model aditif linier yang digunakan adalah sebagai berikut (Gomez dan Gomez, 2007):
Yijk = + pk + i + j + ()ij + ijk
Yijk = Respon pengamatan varietas ke-i, perlakuan ke-j, dan ulangan ke-k
= Rataan umum
pk = Pengaruh ulangan ke-k (k=1,2,3,4)
i = Pengaruh varietas ke-i ( i : 1,2)
ik = Pengaruh interaksi pada faktor varietas taraf ke-i, faktor perlakuan komposisi pupuk taraf ke-j dan ulangan ke-k
j = Pengaruh perlakuan ke-j ( j : 1,2,3,4,5,6)
()ij = Pengaruh interaksi varietas ke-i dengan perlakuan ke-j
ijk = Pengaruh galat percobaan dari varietas ke-i, perlakuan ke-j, dan ulangan ke-k.

Pelaksanaan Penelitian
Pengolahan tanah dilakukan dengan sistem olah tanah sempurna, yaitu 2 kali pembajakan dengan traktor
ditambah dengan rotary dan penggaruan. Benih padi varietas Ciherang, dan IPB 3S disemai pada lahan persemaian
yang telah disiapkan. Bibit padi dipindah tanam pada umur 1013 hari dengan 3 bibit per lubang tanam. Jarak tanam
yang digunakan adalah jarak tanam jajar legowo 2-1 20 cm x 15 cm x 40 cm. Penyulaman dilakukan 1 minggu setelah
tanam (MST) dari bibit padi varietas Ciherang, dan IPB 3S dengan umur yang sama.
Pemupukan dilakukan dengan komposisi dan waktu aplikasi sesuai perlakuan. Pada perlakuan pupuk
anorganik, pupuk NPK dengan dosis rekomendasi Urea: 300 kg ha-1, SP-36: 50 kg ha-1, dan KCl: 50 kg ha-1
diaplikasikan 3 kali, yaitu Urea 30%, SP-36 100%, KCl 50% pada 1 minggu setelah tanam (MST). Urea 40% dan KCl
50% pada 4 MST. Urea 30% pada 7 MST sesuai dengan perlakuan diaplikasikan ke tanah. Pupuk KCl cair dan Pupuk K
cair 7-2-21 sesuai perlakuan pada 7 MST dan 15 HSP diaplikasikan ke daun. Pemeliharaan dilakukan dengan
pengendalian gulma secara manual mulai 3, 5, dan 7MST dan pemakaian pestisida jika diperlukan. Pemanenan
dilakukan setelah 3035 hari setelah berbunga (anthesis) atau melihat gejala kematangan gabah yang ditandai dengan
9095% bulir padi yang telah menguning.

Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada 10 tanaman contoh yang dipilih secara acak pada setiap petak percobaan pada saat
tanaman berumur 2 MST. Pengamatan mulai dilakukan pada saat tanaman berumur 3 MST, yang meliputi:
1. Analisis kesuburan kimia tanah; pH, C-Organik, Kandungan N, P, dan K yang dilakukakan pada awal
percobaan.
1. Tinggi tanaman. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan terhadap 10 tanaman contoh yang dihitung dari
permukaan tanah hingga daun tertinggi dan diamati saat 38 MST.
2. Warna daun yang dihitung menggunakan skala bagan warna daun (BWD) terhadap 10 tanaman contoh dan
diamati saat 38 MST.
3. Jumlah anakan total dan anakan produktif dari setiap rumpun tanaman contoh. Pengamatan dilakukan dengan
menghitung jumlah anakan total dan anakan yang menghasilkan malai dalam satu rumpun pada 10 tanaman
contoh.
4. Jumlah gabah per malai, jumlah gabah per rumpun, jumlah gabah isi per rumpun, dan jumlah gabah hampa per
rumpun. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah setiap peubah pada satu rumpun tanaman contoh.
5. Bobot 1 000 butir gabah yang ditimbang dari tanaman contoh.
bobot kering gabah
6. Indeks panen ditentukan berdasarkan: Indeks Panen =
bobot kering tajuk
7. Bobot gabah basah dan kering hasil per rumpun yang ditimbang dari tanaman contoh.
8. Pendugaan bobot gabah per hektar dengan mengkonversi hasil ubinan ukuran 2.5 m x 2.5 m.

10000 m2
Pendugaan bobot gabah per ha = x hasil (kg)
(2.5 m x 2.5 m)

Analisis Data
Analisis data menggunakan analisis statistik yang dilakukan terhadap semua hasil data pengamatan dengan
menggunakan sidik ragam (uji F). Apabila pada sidik ragam perlakuan memberikan pengaruh nyata dilakukan uji lanjut
DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf uji 5%.

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Penduduk Indonesia Menurut Provinsi 1970, 1980, 1990, 1995, 2000, dan 2010.
https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1267. [22 Januari 2017]
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi.
https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1268. [22 Januari 2017]
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. Luas Panen Padi Menurut Provinsi (ha), 1993-2015.
https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/864. [22 januari 2017]
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. Produksi Padi Menurut Provinsi (ton), 1993-2015.
https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/865. [22 Januari 2017]
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. Produktivitas Padi Menurut Provinsi (kuintal/ha), 1993-2015.
https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/866. [22 Januari 2017]
Ebrahimi R.F., Rahadari P., Vahed H.S., and Shaninrokhsar P. 2012. Rice Response to Different Methods of Potassium
Fertilization in Salinity Stress Condition. International Journal of Agriculture and Corp Sciences. 4 (12). 798-
802.
Heryanti T. 2015. Tanggap 3 Varietas Padi Sawah Terhadap Pembenaman Jerami dan Pengurangan Dosis Pupuk NPK
pada Musim Tanam Ketujuh. [Tesis]. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Lingga, P. dan Marsono. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Salbiah C., Muyassir, dan Sufardi. 2012. Pemupukan KCl, Kompos Jerami dan Pengaruhnya Terhadap Sifat Kimia
Tanah, Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah (Oryza sativa L.). Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan. 2 (3).
213-222.
Siregar A., dan Marzuki I. 2011. Efisiensi Pemupukan Urea Terhadap Serapan N dan Peningkatan Produksi Padi Sawah
(Oryza sativa L.). Jurnal Budidaya Pertanian. 7 (2). 107-112.
Siregar IZ, Khumaida N, Noviana D, Wibowo MH, Azizah. 2013. Varietas Tanaman Unggul Institut Pertanian Bogor.
Bogor (ID). Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan.

Anda mungkin juga menyukai