5. Rehabilitation (Rehabilitasi)
Rehabilitasi pengobatan yang spesifik ditentukan berdasarkan :
Usia, kesehatan secara menyeluruh dan riwayat kesehatan.
Perluasan dari penyakit tersebut
Daerah yang mengalami sumbatan
Tanda-tanda dan gejala-gejala yang dialami pasien
Riwayat kesehatahan dan pengobatanan seseorang terkait dengan sensivitasnya terhadap
terapi&prosedur pengobatan yang pernah dialami
Arah yang di harapkan untuk penyakit ini ke depannya.
Pendapat atau pilihan.
Rehabilitasi yang dilakukan adalah penerapan perilaku sehat dalam keseharian seperti
menghindari konsumsi alcohol dan rokok serta olahraga secara teratur, asupan gizi yang
sesuai, menghindari makanan-makanan yang tinggi kolesterol, pemeriksaan secara berkala,
dan psikoterapi untuk mengendalikan.
Fsktor resiko
Berikut faktor resiko penyakit jantung koroner (serangan jantung)
1. Memiliki kadar kolesterol darah yang tidak normal (LDL tinggi, HDL rendah)
2. merokok
3. penyakit DM
4. obesitas
5. hipertensi
6. kurang aktivitas
7. keturunan penyakit jantung koroner
pencegahan merupakan salah satu yang utama yang dilakukan pada saat masih sehat. Tahap
pencegahannya seperti ; deteksi dini adalah cara yang terbaik untuk menjaga kesehatan dan
menghindari diri dari serangan jantung. Kenali segera faktor resikonya dan perbaiki kondisi
maupun gaya hidup yang meningkatkan kemungkinan terjadinya serangan jantung.
Kesadaran bisa berjalan sangat jauh dalam mengelola kadar kolesterol tinggi dan
mencegah prosedur medis darurat. Selain mengkonsumsi makanan sehat dan menjalani gaya
hidup aktif, disarankan agar semua orang menjalani pemeriksaan kolesterol. Tanpa tes darah,
sulit - jika bukan tidak mungkin - untuk mengetahui apakah seseorang menderita kadar
kolesterol atau trigliserida yang tidak sehat. Panduan merekomendasikan agar semua orang
dewasa berusia di atas 20 tahun diskrining setiap 5 tahun. Skrining yang lebih sering
mungkin direkomendasikan jika Anda memiliki faktor risiko penyakit jantung koroner
berikut ini:
Stroke merupakan penyakit neurologi yang utama. Stroke merupakan penyakit yang banyak
diderita masyarakat indonesia dan penyebab kematian nomor tiga (setelah penyakit jantung
dan kanker), namun merupakan penyebab kecacatan nomor satu. Stroke terjadi akibat
gangguan pembuluh darah di otak. Berdasarkan data riset kesehatan dasar, pasien stroke
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Berdasarkan, Global Status Report on Noncommunicable Diseases yang dirilis World Health
Oganization (WHO) pada 2014 menunjukkan, penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab
kematian tertinggi untuk penyakit tidak menular. Secara epidemiologi, data menunjukkan
bahwa terdapat 17,5 juta orang yang meninggal karena penyakit kardiovaskular dan 6,7 juta
orang di antaranya meninggal akibat stroke.
Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa stroke
merupakan penyebab kematian dan kecacatan utama di hampir seluruh rumah sakit di
Indonesia. Data itu juga menyebutkan terjadi peningkatan prevalensi stroke di Indonesia, dari
8,3 per 1.000 penduduk (per mil) pada 2007, menjadi 12,1 per 1.000 penduduk pada 2013.
Kejadian penyakit stroke yang terus meningkat ini, salah satu penyebabnya karena
masyarakat masih kerap mengabaikan pentingnya pengendalian faktor risiko stroke.
Stroke dapat terjadi karena seseorang individu yang sehat memiliki faktor risiko stroke.
Faktor risiko stroke ada yang dapat dikendalikan dan ada pula yang tidak dapat dikendalikan.
Faktor risiko stroke yang tidak dapat dikendalikan adalah usia, jenis kelamin, ras, riwayat
keluarga, dan riwayat stroke sebelumnya. Kelompok usia lanjut dan laki-laki lebih mudah
terkena stroke, demikian pula seseorang dengan riwayat keluarga stroke. Faktor risiko stroke
yang dapat dikendalikan adalah hipertensi, diabetes, merokok, kolesterol darah yang tinggi,
trigliserida darah yang tinggi, obesitas dsb.
Pemahaman akan faktor risiko stroke yang dapat dikendalikan ini penting. Pengendalian
faktor risiko stroke ini akan menurunkan risiko seseorang untuk terkena stroke. Tekanan
darah yang terkendali di bawah 130/80 mmHg akan menurunkan risiko seseorang untuk
terkena stroke. Berhenti merokok akan menurunkan pula risiko terkena stroke. Kolesterol
yang tinggi juga merupakan faktor risiko untuk terkena stroke. Pertanyaan kritis yang muncul
adalah Bagaimana hubungan antara kolesterol darah yang tinggi dan stroke? dan
Bagaimana upaya pengendalian kolesterol untuk mencegah stroke?