Dermatitis seboroik adalah dermatosis papuloskuamosa kronis yang mudah dikenali.
Penyakit ini dapat timbul pada bayi dan dewasa dan seringkali dihubungkan dengan peningkatan produksi sebum kulit kepala dan daerah folikel banyak memiiki kelenjar sebasea pada wajah dan leher. Kulit yang terkena akan berwarna merah muda, bengkak, dan ditutupi dengan sisik berwarna kuning-coklat dan krusta.1 Semua golongan umur, dari bayi sampai orang dewasa, dapat menderita dermatitis seboroik. Dermatitis seboroik pada bayi terjadi pada bulan-bulan pertama kehidupan, dan insidensnya mencapai puncak pada umur 18-40 tahun. Puncak kedua biasanya terjadi pada umur 40 tahun hingga umur 70 tahun.2 Penyakit ini lebih sering diderita laki-laki daripada perempuan.3 Prevalensi dermatitis seboroik di dunia adalah 3-5%.4 Di Amerika, data mengenai prevalensi dermatitis seboroik adalah sekitar 1-3%.2 Data kejadian dermatitis seboroik pasien usia 12 sampai 20 tahun pada tahun 2014 di Malaysia 17,2%, di Singapore 7%, sedangkan angka kejadian dermatitis seboroik di Indonesia adalah 26,5%.5 Pada penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu tahun 2015 jumlah pasien dengan diagnosis dermatitis seboroik adalah 10 0rang (10,20%).6 Patogenesis dari penyakit ini belum secara penuh dimengerti, dermatitis seboroik memiliki hubungan terhadap produksi sebum yang berlebih dan peran dari Malassezia.1 Adanya perbedaan etiologi faktor antara negara barat dan asia sehingga perlu penentuan standarisasi dan kriteria diagnostik dan penentuan grading untuk menentukan terapi yang tepat mengatasi dermatitis seboroik 5
5. Buku biru
6. Oktaviani F, Mukaddas A, Faustine I. Profil penggunaan obat pasien penyakit kulit
di poliklinik kulit dan kelamin rsu anutapura palu tahun. GALENIKA Journal of farmacy Vol 2 (1) : 38 42 march 2016.