Anda di halaman 1dari 2

PENDAHULUAN

Dokter dalam melakukan praktek kedokteran berada di bawah sumpah dokter dan kode etik
kedokteran yang mengharuskan mereka memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasiennya.Pasien
sebagai konsumen kesehatan memiliki perlindungan diri dari kemungkinan upaya pelayanan
kesehatan yang tidak bertanggung jawab seperti penelantaran. Pasien juga berhak atas keselamatan,
keamanan dan kenyamanan terhadap pelayanan jasa kesehatan yang diterimanya. Dengan hak
tersebut maka konsumen akan terlindungi dari praktek profesi yang mengancam keselamatan atau
kesehatan.
Hak pasien yang lainnya sebagai konsumen adalah hak untuk didengar dan mendapatkan
ganti rugi apabila pelayanan yang didapatkan tidak sebagaimana mestinya. Masyarakat sebagai
konsumen dapat menyampaikan keluhannya kepada pihak rumah sakit sebagai upaya perbaikan
rumah sakit dalam pelayanannya. Selain itu konsumen berhak untuk memilih dokter yang
diinginkan dan berhak untuk mendapatkan opini kedua (second opinion), juga berhak untuk
mendapatkan rekam medik (medical record) yang berisikan riwayat penyakit dirinya.
Hubungan dokter-pasien sudah ada sejak zaman nenek moyang kita. Saat itu yang disebut
dokter adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menyembuhkan penyakit. Sumpah
Hipokrates merupakan salah satu bentuk hukum yang mengatur hubungan dokter-pasien. Dalam
sumpah hipokrates, dokter diingatkan untuk berperilaku baik sesuai dengan norma yang berlaku
dalam masyarakat. Hukum lainnya adalah kitab undang-undang Hammurabi dimana dalam kitab
tersebut seorang dokter harus bertanggung jawab terhadap kerugian pasien yang diakibatkan oleh
tindakannya.
Hukum yang mengatur kelalaian yang dibuat seorang professional, termasuk didalamnya
tindakan malpraktik kedokteran, semakin berkembang sempurna dengan mengadaptasi hukum dari
undang-undang Inggris dan hukum lainnya yang serupa dengan hukum yang terkandung dalam
sumpah hipokrates dan kitab undang-undang Hammurabi.
Hubungan dokter-pasien dianggap sebagai sebuah kontrak, walaupun biasanya sebuah
kontrak ditujukan terhadap tindakan dari sekelompok orang yang mencari dan menawarkan nasihat
dan perawatan / perhatian. Dokter dianggap telah menjanjikan terselenggaranya pelayanan
kedokteran yang baik dengan tidak memberikan jaminan apapun mengenai kesembuhan pasien
kecuali jika memang dokter tersebut secara sadar menjanjikan sesuatu. Oleh karena itu, pengadilan
tidak akan menyalahkan dokter mengenai berhasil atau tidaknya suatu pengobatan. Kontrak tersebut
juga menyangkut kewajiban penuh dokter untuk merawat pasien walaupun pasien tersebut tidak
mampu membayar jasa dokter.
Penuntutan terhadap kelalaian dokter termasuk didalamnya malpraktik harus memenuhi
empat syarat. Pertama harus terjalin adanya hubungan dokter-pasien. Kedua dokter tidak
melaksanakan kewajibannya. Ketiga dokter tidak melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar
profesi yang ada. Keempat tindakan yang tidak sesuai standar profesi tersebut menyebabkan terjadi
kerugian/cedera yang sebetulnya dapat dicegah. Setiap persyaratan diatas harus dapat dibuktikan
terjadi oleh pihak penuntut agar dapat memenangkan perkara. Kelalaian yang dimaksud diatas juga
berlaku terhadap profesi lainnya.
Hukum yang mengatur dokter atau para penyedia tenaga kesehatan lainnya pada dasarnya
sama dengan hukum yang mengatur profesi arsitek, insinyur, dan pengacara. Dalam semua profesi,
kewajiban ada setelah terciptanya hubungan professional antara kedua belah pihak. Oleh karena itu,
pembuktian adanya hubungan dokter dengan pasien yang mengalami kerugian harus dapat
dibuktikan dari setiap tindakan malpraktik.
Menurut hukum dari COBRA, kewajiban dapat timbul akibat adanya hubungan rumah sakit
dengan pasien sehingga jika seorang dokter bekerja di rumah sakit tersebut maka dokter dibebankan
kewajiban terhadap pasien. Jika seorang dokter terlibat masalah hukum akibat hubungan rumah
sakit dengan pasien maka hal tersebut terjadi karena hubungan khusus antara rumah sakit dan
dokter.

Daftar Pustaka

Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Jakarta: 1997.

Munim, Abdul. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik Edisi Pertama. Binarupa Aksara. Jakarta: 1997.

Anda mungkin juga menyukai