Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
I. Pendahuluan
fallot biasanya memiliki kulit yang kebiruan karena darah tidak membawa
cukup oksigen.(2,3)
Tetralogi of Fallot adalah kelainan jantung bawaan. Kondisi ini
diklasifikasikan sebagai gangguan jantung sianosis, karena Tetralogi of
Fallot terjadi aliran darah yang tidak memadai ke paru-paru untuk
oksigenasi (shunt kanan ke-kiri). Pasien dengan tetralogy of Fallot
awalnya datang dengan sianosis segera setelah lahir.(3)
II. Insidens Dan Epidemiologi
Penyakit Jantung Bawaan terjadi pada kurang lebih 8 -10 bayi dari
1000 kelahiran hidup. Dengan jumlah penduduk lebih dari 230 juta dan
dengan tingkat kelahiran yang masih tergolong tinggi di Indonesia setiap
tahun akan lahir 4,5 juta bayi dan 45.000 diantaranya menyandang
penyakit jantung bawaan mulai dari ringan sampai berat. Sebagian besar
kasus PJB tidak diketahui sebabnya.(4)
Tetralogi of Fallot merupakan jenis penyakit jantung bawaan
tersering. Sekitar 3-5% bayi yang lahir dengan penyakit jantung bawaan
menderita jenis Tetralogi of Fallot. Di AS, 10% kasus penyakit jantung
congenital adalah Tetralogi of Fallot, sedikit lebih banyak pada laki-laki
dibandingkan perempuan. Seiring dengan meningkatnya angka kelahiran
di Indonesia, jumlah bayi yang lahir dengan penyakit jantung juga
meningkat. Dua per tiga kasus penyakit jantung bawaan di Indonesia
memperlihatkan gejala pada masa neonatus. Sebanyak 25-30% penderita
penyakit jantung bawaan yang memperlihatkan gejala pada masa neonatus
meninggal pada bulan pertama usianya jika tanpa penanganan yang baik.
Sekitar 25% pasien Tetralogi of Fallot yang tidak diterapi akan meninggal
dalam 1 tahun pertama kehidupan, 40% meninggal sampai usia 4 tahun,
70% meninggal sampai usia 10 tahun, dan 95% meninggal sampai usia 40
tahun.(5)
Tetralogi of Fallot (TOF) mewakili sekitar 10% dari kasus
penyakit jantung bawaan (PJB), terjadi pada 3-6 bayi untuk setiap 10.000
kelahiran, dan merupakan penyebab paling umum dari penyakit jantung
3
Gambar 1 : ( A) Sirkulasi aliran darah jantung normal (B) Sirkulasi aliran darah
pada jantung penderita Tetralogy Of Fallot. (Dikutip dari kepustakaan 9).
V. Diagnosis
vena maupun arteri. Bila di samping transposisi ini ada stenosis pada arteri
pulmonalis maka gambaran pembuluh darah paru menjadi berkurang.
Seringkali gambaran jantung ini mirip sekali dengan gambaran jantung
pada Tetralogi Fallot.(18)
a b
Gambar 10 : Gambaran foto thoraks pada kasus TGA. Keterangan : A.
Jantung membesar dengan pedicle sempit disebut gambaran egg on a string.
Mediastinum superior tampak sempit karena hubungan antero-posterior dari
transposisi arteri besar dan thymus yang tidak tampak secara radiologis. B.
RAO: tampak mediastinum superior melebar karena hubungan anteroposterior
dari aorta dan arteri pulmonalis. (Dikutip dari kepustakaan 18 )
VII. Komplikasi
A. Abces Serebri
Tetralogi of Fallot yang tidak dioperasi merupakan faktor
predisposisi penting abses serebri. Kejadian abses serebri berkisar antara
5-18,7% pada penderita ToF, sering pada anak di atas usia 2 tahun.
Beberapa pathogen penyebabnya antara lain Streptococcus milleri,
Staphylococcus, dan Haemophilus. Tetralogi of Fallot bisa menyebabkan
abses serebri karena hipoksia, polisitemia, dan hiperviskositas.
Dampaknya adalah terganggunya mikrosirkulasi dan menyebabkan
terbentuk mikrotrombus, ensefalomalasia fokal, serta terganggunya
permeabilitas sawar darah otak. Meningitis terjadi pada 20% anak ToF dan
septicemia terjadi pada 23% anak Tetralogi of Fallot. Umumnya abses
hanya tunggal, bisa ditemukan abses multiple walaupun jarang. Lokasi
20
tersering di regio parietal (55%), lokasi lain yang sering adalah regio
frontal dan temporal. Abses multiple terutama ditemukan pada anak luluh
imun (immunocompromised) dan endokarditis.(5)
B. Gagal Jantung
Gagal jantung sering ditemukan pada penderita Tetralogi of Fallot
yang tidak menjalani terapi bedah. Umumnya terjadi pada penderita
Tetralogi of Fallot usia dewasa, juga sering ditemukan pada usia remaja.
Penyebab gagal jantung multifaktorial, biasanya bergantung pada besarnya
pirau antara aorta dan arteri pulmonalis. Gagal jantung juga dapat
disebabkan oleh terapi bedah yang tidak tuntas atau kurang tepat.
Beberapa hal yang sering menyebabkan gagal jantung akibat terapi bedah
adalah kerusakan septum ventrikal yang masih tersisa, kerusakan pirau
antara aorta dan arteri pulmonalis, tidak berfungsinya ventrikel kanan,
gangguan otot septum ventrikel, regurgitasi katup pulmonal dan trikuspid,
hipertensi arteri pulmonalis, kerusakan ventrikel kiri karena terganggunya
aliran darah koroner, heart block, dan regurgitasi katup aorta. Gagal
jantung pada penderita ToF berkaitan erat dengan disfungsi miokard.
Miokard yang terkena tidak hanya di ventrikel kanan, namun dapat pula di
ventrikel kiri akibat hipoksia yang berlangsung lama. Selain itu gagal
jantung bisa akibat polisitemia berat menyebabkan trombo-emboli, oklusi
koroner, berakibat iskemi atau infark miokard yang dapat mencetuskan
gagal jantung. Hipoksia berat menyebabkan disfungsi miokard berat.
Kondisi yang sering menyertai terjadinya gagal jantung adalah anemia dan
endokarditis bakterial. Pada kondisi anemia yang berat, gejala gagal
jantung semakin terlihat.(5)
C. Endokarditis
Kejadian endokarditis paling sering ditemukan pada ToF di antara
semua penyakit jantung bawaan sianotik. Penyebab tersering adalah
streptokokus. Beberapa hal dapat berkaitan dengan terjadinya endokarditis
pada Tetralogy of Fallot. Faktor pertama yang penting adalah struktur
abnormal jantung atau pembuluh darah dengan perbedaan tekanan atau
21
c. Tindakan konservatif.
d. Tindakan bedah (rujukan) :
Operasi paliatif : modified BT shunt sebelum dilakukan koreksi
total: dilakukan pada anak BB < 10 kg dengan keluhan yang jelas.
(derajat III dan IV)
Koreksi total: untuk anak dengan BB > 10 kg : tutup VSD +
reseksi infundibulum.
e. Tatalaksana radang paru kalau ada.
f. Pemeliharaan kesehatan gigi dan THT, pencegahan endokarditis.
g. Tatalaksana rawat jalan
i. Tatalaksana gagal jantung kalau ada.(18)
IX. Prognosis