Anda di halaman 1dari 39

BAB I

KONSEP MEDIS
1.1 Definisi
Meningitis adalah suatu infeksi/peradangan dari meninges,lapisan
yang tipis/encer yang mengepung otak dan jaringan saraf dalam tulang
punggung, disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia, atau protozoa, yang
dapat terjadi secara akut dan kronis. (Harsono. 2003)
Meningitis adalah infeksi serius yang paling umum pada System Saraf
Pusat. Mneningitis biasanya disebabkan oleh bakteri atau virus, walaupun
jamur, protozoa dan toksin juga merupakan penyebabnya. Meningitis sering
terjadi akibat penyebaran infeksi dari tempat lain di tubuh, misalnya sinus,
telinga, atau saluran nafas bagian atas. Fraktur tengkorak basilar posterior
disertai dengan pecahnya gendang telinga juga dapat menyebabkan
meningitis (Elisabeth J. Corwin, 2009).
Jadi meningitis adalah suatu reksi keradangan yang mengenai satu
atau semua lapisan selaput yang membungkus jaringan otak dan sumsum
tulang belakang, yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa.
Disebabkan oleh bakteri spesifik atau nonspesifik atau virus.
1.2 Etiologi
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi
kebanyakan pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi
seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang
belakang. Seperti disebutkan diatas bahwa meningitis itu disebabkan oleh
virus dan bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua bagian besar yaitu :
meningitis purulenta dan meningitis serosa.
Macam-macam penyebab meningitis antar lain :
1. Meningitis Bakterial
Meningitis Bakterial merupakan reaksi peradangan yang mengenai salah
satu atau semua selaput meningen disekeliling otak dan medula spinalis.
Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah Eschericia Coli,
Streptococcus group B, L. monocytogenesis, Haemofilus influenza,
Stapilokokus pneumoniae ,Nersseria meningitidis, Stapilokokus Aureus,

1
Stapilokokus Epidermidis, Gram negative bacilli, Klebsiela dan
Pseudomonas. Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing
dan berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil,
monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan
lekosit terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam
cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi
tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan
intrakranial.
2. Meningitis Tuberkulosa
Meningitis Tuberkulosa merupakan reaksi keradangan yang mengenai salah
satu atau semua selaput meningen disekeliling otak dan medula spinalis
yang disebabkan oleh karena kuman tuberkulosa.
3. Aseptik meningitis.
Meningitis virus Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis.
Ini biasanya disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh
virus, seperti; gondok, herpez simplek dan herpez zoster. Eksudat yang
biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus
dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi
pada seluruh koteks cerebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respon dari
jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung pada jenis sel yang
terlibat.
1.3 Prognosis
Usia anak, kecepatan diagnose setelah timbulnya terapi yang adekuat
penting dalam prognosis meningitis bakteri. Mortalitas meningitis neonates
kira-kira 50 % meskipun gejala yang timbulterlambat, sedangkan meningitis
streptococcus B hemolitikus menimbulkan 15-20% kasus fatal. Bila
penyebabnya hemofilus influensya dan meningitis meningkokus, angka
mortalitas 5-10 % sedangkan meningitis pneumokokus pada bayi dan anak-
anak kira-kira 20%.
Gejala sisa meningitis bakteri paling sering terjadi padaanak usia 2
tahun pertama dan sangat sedikit pada anak-anak dengan meningitis
meningkokus. Gejala sisa pada bayi terutama disebabkan oleh hidrosefalus

2
komunikasi dan efek-efek yang lebih besar berupa cerebritis pada otak yang
belum matang. Pada anak-anak yang lebih besar gejala sisa dihubungkan
dengan proses peradangan itu sendiri atau akibat dari vaskulitis (radang
pembuluh darah) yang menyertai penyakit ini.
Selain itu penderita meningitis dapat sembuh, baik sembuh dengan
cacat mental atau meninggal tergantung pada :
Umur penderita.
Jenis kuman penyebab
Berat ringan infeksi
Lama sakit sebelum mendapat pengobatan
Kepekaan kuman terhadap antibiotic yang diberikan
Adanya dan penanganan penyakit.
1.4 Manifestasi Klinik
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa ini dapat menjalar ke
tengkuk dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan
oleh mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi
opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala tertengadah dan
punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran menurun. Tanda Kernigs
dan Brudzinky positif. (Harsono, 2003)
Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia si penderita
serta virus apa yang menyebabkannya. Gejala yang paling umum adalah
demam yang tinggi, sakit kepala, pilek, mual, muntah, kejang. Setelah itu
biasanya penderita merasa sangat lelah, leher terasa pegal dan kaku,
gangguan kesadaran serta penglihatan menjadi kurang jelas. Gejala pada
bayi yang terkena meningitis, biasanya menjadi sangat rewel, muncul
bercak pada kulit, tangisan lebih keras dan nadanya tinggi, demam ringan,
badan terasa kaku, dan terjadi gangguan kesadaran seperti tangannya
membuat gerakan tidak beraturan. (Japardi, Iskandar, 2002)
Gejala lain menurut Harsono, 2003 antara lain :
1. Neonatus
Gejala tidak khas
Panak (+)

3
Anak tampak malas, lemah, tidak mau minum, muntah dan kesadaran
menurun.
Ubun-ubun besar kadang kadang cembung.
Pernafasan tidak teratur.
2. Anak Umur 2 Bulan Sampai Dengan 2 Tahun
Gambaran klasik (-).
Panas, muntah, gelisah, kejang berulang.
3. Anak Umur Lebih 2 Tahun
Panas, menggigil, muntah, nyeri kepala.
Kejang
Gangguan kesadaran.
Tanda-tanda rangsang meninggal, kaku kuduk, tanda brudzinski dan
kering (+).
Tanda dan gejala lainnya adalah fotofobia (takut atau menghindari
sorotan cahaya terang).
1.5 Klasifikasi Stage
Klasifikasi atau tipe meningitis antara lain :
1. Meningitis Kriptikokus
Merupakan meningitis yang disebabkan oleh jamur kriptokokus.
Jamur ini bisa masuk ke tubuh kita saat kita menghirup debu atau tahi
burung yang kering. Kriptokokus ini dapat menginfeksikan kulit, paru, dan
bagian tubuh lain. Meningitis Kriptokokus ini paling sering terjadi pada
orang dengan CD4 di bawah 100.
Diagnosisnya dengan cara :
Darah atau cairan sumsum tulang belakang dapat dites untuk kriptokokus
dengan dua cara. Tes yang disebut CRAG mencari antigen ( sebuah
protein) yang dibuat oleh kriptokokus. Tes biakan mencoba menumbuhkan
jamur kriptokokus dari contoh cairan. Tes CRAG cepat dilakukan dan dapat
memberi hasi pada hari yang sama. Tes biakan membutuhkan waktu satu
minggu atau lebih untuk menunjukkan hasil positif. Cairan sumsum tulang
belakang juga dapat dites secara cepat bila diwarnai dengan tinta India.
(Yayasan Spiritia, 2006).

4
2. Viral meningitis
Viral meningitis termasuk penyakit ringan. Gejalanya mirip dengan
sakit flu biasa, dan umumnya si penderita dapat sembuh sendiri. Frekuensi
viral meningitis biasanya meningkat di musim panas karena pada saat itu
orang lebih sering terpapar agen pengantar virus. Banyak virus yang bisa
menyebabkan viral meningitis, antara lain virus herpes dan virus penyebab
flu perut (Anonim, 2007).
3. Bacterial meningitis
Disebabkan oleh bakteri tertentu dan merupakan penyakit yang serius.
Salah satu bakterinya adalah meningococcal bacteria. Gejalanya seperti
timbul bercak kemerahan atau kecoklatan pada kulit. Bercak ini akan
berkembang menjadi memar yang mengurangi suplai darah ke organ-organ
lain dalam tubuh dapat berakibat fatal dan menyebabkan kematian (Anonim
, 2007).
4. Bacterial meningitis
Disebabkan oleh bakteri tertentu dan merupakan penyakit yang serius.
Salah satu bakterinya adalah meningococcal bacteria. Gejalanya seperti
timbul bercak kemerahan atau kecoklatan pada kulit. Bercak ini akan
berkembang menjadi memar yang mengurangi suplai darah ke organ-organ
lain dalam tubuh dapat berakibat fatal dan menyebabkan kematian.
(Anonim, 2007)
5. Meningitis Tuberkulosis Generalisata
Gejala : demam, mudah kesal, obstipasi, muntah- muntah, ditemukan
tanda-tanda perangsangan meningen seperti kaku kuduk, suhu badan naik
turun, nadi sangat labil/lambat, hipertensi umum, abdomen tampak
mencekung, gangguan saraf otak.
Penyebab : kuman mikobakterium tuberkulosa varian hominis.
Diagnosis : Meningitis Tuberkulosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
cairan otak, darah, radiologi, test tuberkulin. (Harsono, 2003)

5
6. Meningitis Purulenta
Gejala : demam tinggi, menggigil, nyeri kepala yang terus-menerus,
kaku kuduk, kesadaran menurun, mual dan muntah, hilangnya nafsu makan,
kelemahan umum, rasa nyeri pada punggung serta sendi.
Penyebab : Diplococcus pneumonia (pneumokok), Neisseria
meningitides (meningokok), Stretococcus haemolyticus, Staphylococcus
aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Pneudomonas aeruginosa. Diagnosis : dilakukan pemeriksaan cairan otak,
antigen bakteri pada cairan otak, darah tepi, elektrolit darah, biakan dan test
kepekaan sumber infeksi, radiologik, pemeriksaan EEG. (Harsono, 2003)
1.6 Patofisiologi
Kuman-kuman masuk ke dalam susunan saraf pusat secara
hematogen/langsung menyebar di nasofaring, paru-paru (pneumonia,
bronkopneumonia) dan jantung (endokarditis), selain itu per kontinuitatum
di peradangan organ / jaringan di dekat selaput otak misalnya abses otak,
otitis media, martoiditis dan trombosis, sinus kavernosus. Invasi kuman
(meningokok, pneumokok, hemofilus influenza, streptokok) ke dalam ruang
subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS dan
sistem ventrikulus.
Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang
mengalami hiperemi, dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran
sel-sel leukosit polimorfonuklear ke dalam ruang subaraknoid, kemudian
terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan
histiosit dan dalam minggu ke 2 sel-sel plasma. Eksudat terbentuk dan
terdiri dari dua lapisan, yaitu bagian luar mengandung leukosit,
polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di lapisan dalam terdapat makrofag.
Peradangan menyebabkan cairan cerebrospinal meningkat sehingga
terjadi obstruksi, selanjutnya terjadi hydrocephalus dan peningkatan
intrakranial. Organisme masuk melalui sel darah merah, dapat melalui
trauma penetrasi, prosedur pembedahan, atau kelainan sistem saraf pusat.
Efek patologis yang terjadi adalah hiperemia meningens, edema jaringan
otak, eksudasi.

6
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks
dan dapat menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi
neuron-neuron. Dengan demikian meningitis dapat dianggap sebagai
ensefalitis superfisial. Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang
fibrino purulen menyebabkan kelainan nervi kraniales (Nn. III, IV, VI,
VII, & VIII). Organisasi di ruang subaraknoid superfisial dapat menghambat
aliran dan absorbsi CSS sehingga mengakibatkan hidrosefalus komunikans.
(Harsono : 2003)
1.7 Komplikasi
Komplikasi meningitis antara lain :
Cairan subdural.
Hidrosefalus.
Sembab otak
Abses otak
Renjatan septic.
Pneumonia (karena aspirasi)
Koagulasi intravaskuler menyeluruh.
1.8 Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium dan diagnostic meningitis dilakukan
dengan cara analisa CSS dari fungsi lumbal antara lain :
Meningitis bacterial : Tekanan meningkat, cairan keruh / berkabut,
jumlah sel darah putih dan protein meningkat; glukosa menurun, kultur
positif terhadap beberapa jenis bakteri.
Meningitis virus : Tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel
darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur
biasanya negatif, kultur virus biasanya hanya dengan prosedur khusus.
Glukosa serum : Meningkat (meningitis).
LDH serum : Meningkat (pada meningitis bakteri).
Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi
bakteri).
Elektrolit darah : Abnormal.
ESR / LED : Meningkat (pada meningitis).

7
Kultur darah / hidung / tenggorok / urine : Dapat mengindikasikan daerah
pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi.
MRI/CT-Scan : Dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran / letak
ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor.
EEG : Mungkin terlihat gelombang lambat secara fokal atau umum
(ensefalitis) atau voltasenya meningkat (abses).
Ronsen dada, kepala dan sinus : Mungkin ada indikasi infeksi atau
sumber infeksi kranial.
Arteriografi karotis : Letak abses lobus temporal, abses serebral
posterior.
1.9 Penatalaksanaan
Infeksi Intrakranial Lapisan yang menutupi otak dan medulla
spinalis (Meningitis). Sumber penyebab dapat berupa bakteri, virus atau
jamur (fungi) dan hasilnya / penyembuhannya dapat komplet (sembuh total)
sampai pada menimbulkan penurunan neurologis dan juga sampai terjadi
kematian.
1. Penatalaksanaan Farmakologi :
a. Pemberian antibiotic
Pemberian antibiotic harus tepat dan cepat sesuai dengan bakteri
penyebabnya dan dalam dosis yang cukup tinggi. Sambil menunggu
hasil biakan sebaiknya diberikan antibiotic dengan spectrum luas.
Antibiotic diberikan selama 10 14 hari atau sekurang-kurangnya 7
hari setelah demam bebas. Pemberian antibiotic sebaiknya secara
parental.
Kadang kadang pada pemberian antibiotic selama 4 hari, tiba-tiba
suhu meningkat lagi. Keadaan demikian ini dapat disebabkan oleh
flebitis di tempat pemberian cairan parental atau intravena. Sementara
itu, suhu yang tetap tinggi dapat disebabkan oleh pemberian antibiotic
yang tidak tepat atau dosis yang tidak cukup atau telah terjadi efusi
subdural,empiema, atau abses otak.
Penisilin G diberikan untuk mengatasi infeksi pneumokok,
streptokok dan meningokok dengan dosis 1-2 juta unit setiap 2 jam.

8
Terhadap infeksi hemofilus sebaiknya diberikan kloramfenikol 4 x 1
gram/24 jam atau ampisilin 4 x 3 gram setiap 24 jam intravena. Untuk
meningkok dipakai sulfadiazine sampai 12 x 500 mg dalam 24 jam
selama kurang lebih 10 hari. Gentamisin dipergunakan untuk
memberantas Escheria coli, klebsiela, proteus, dan kuman-kuman gram
negatif.
b. Manajemen Terapi
Isolasi
Terapi anti mikroba sesuai hasil kultur
Mempertahankan dehidrasi,monitor balance cairan (hubungan
dengan edema serebral)
Mencegah dan mengobati komplikasi
Mengontrol kejang
Mempertahankan ventrilasi
Mengurangi meningkatnya tekanan intra cranial
Penatalaksanaan syok septic
Mengontrol perubahan suhu lingkungan. (Harsono : 2003)
2. Penatalaksanaan Non Farmakologi
a. Menurunkan panas:
Kompres dingin
Monitor temperatur secara continue
Ganti baju kain bila basah
b. Maintenance fluid balance
Monitor intake-output, monitor CVP bila ada
Beri cairan IV sesuai program, cegah over-load cairan, menurunkan
edema
c. Meningkatkan perfusi otak
Kaji tingkat kesadaran, TTV, dan status neurologic
Ciptakan lingkungan tenang (cegah agitasi-peningkatan ICP)
Catat kejadian berhubngan status neurologis: Kejang, disorientasi
d. Menurunkan nyeri
Bila perlu kurangi rangsang diruang rawat

9
Berikan posisi nyaman dan aman (pasang sidedriil)
Berikan analgesik sesuai program (monitor reaksi dan respon pasien)
e. Pendidikan Kesehatan
Dorong pasien untuk minum obat sesuai program
Dorong untuk lebih memperhatikan follow up dan terjadi infeksi
yang akan datang

10
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
1. Anamnesis
Perawat mengumpulkan data untuk menentukan penyebab meningitis, yang
membantu mengembangkan rencana keperawatan pada klien.
a. Riwayat kesehatan sekarang: yang harus dikaji meliputi adanya keluhan sakit
kepala, demam, nausea, vomiting dan nuckal rigidity. Kaji adanya tanda-tanda
peningkatan TIK. Penurunan LOC, seizure, perubahan tanda-tanda vital dan
pola pernafasan, dan papiledema. Perawat menanyakan pada klien untuk
menjelaskan gejala yang dialami, kapan, apakah semakin buruk.
b. Riwayat kesehatan masa lalu : Perawat berkata pada klien untuk mengingat
peristiwa khusus yang pernah dialami, seperti riwayat alergi, ISPA, trauma
kepala atau fraktur tengkorak, riwayat pemakaian obat-obatan.
2. Pengkajian fisik
Dilakukan dengan pemeriksaan metode head to toe atau pemerikasaan organ
dengan cara inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi.
a. Tanda-tanda vital meliputi pemeriksaan kesadaran, tekanan darah, denyut nadi,
pernafasan dan temperatur tubuh.
Sistem pernafasan : mengkaji apakah ada keluhan seperti sesak nafas, irama
nafas tidak teratur, takipnea, ronchi, sumbatan jalan nafas dan apnea.
Sistem kardiovaskuler: dikaji adanya hipertensi, takhikardi, bradikardi.
Sistem gastrointestinal: adanya muntah, menurun atau tidak adanya bising
usus.
Sistem urinaria: dikaji frekuensi BAK, jumlah, inkontinensia.
Sistem persarafan meliputi: tingkat kesadaran,kejang, GCS, pemeriksan saraf
kranial II (optikus), III (oculomotorius), V (trigeminal), IV (troklearis), VI
(abdusen), VII (fasialis), atau VIII (vestibulocochlear), pemeriksaan status
system sensori dan motorik, pemeriksaan refleks, kerniq atau brudzinski
positif.

11
b. Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan meningitis bervariasi, protein di csf
cenderung meningkat, glukosa serum meningkat, sel darah putih sedikit
meningkat dengan peningkatan neutropil (infeksi bakteri), CT scan dan MRI
hasilnya akan normal pada meningitis yang tidak kompleks, sputum dan secret
nasopharingeal diambil untuk kultur sebelum dimulai terapi antibiotik untuk
mengidentifikasi organisme penyebab meningitis (Lewis, 2005)
2.2 Diagnosa Keperawatan

12
1.4 Rencana Asuhan Keperawatan

Nursing Outcomes Classification Nursing Intervention Classification


No Diagnosa
(NOC) (NIC)
1. Hipertermi NOC: Regulasi Suhu
Definisi: Suhu tubuh meningkat 1. Termoregulasi Monitor temperatur tiap 2 hari
melebihi batas normal. 2. Tanda-Tanda Vital Selalu sediakan alat untuk memonitr
suhu inti
Batasan Karakterisik: Kriteria Hasil: Monitor warna kulit dan temperatur
Konvulsi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Monitor dan laporkan tanda dan gejala
Kulit kemerahan selama 2x24 jam klien mampu untuk: hipotermia dan hipertermia
Peningkatan suhu tubuh di atas 1. Menunjukkan termoregulasi yang Pantau asupan nutrisi dan cairan yang
kisaran normal baik dengan indikator: adekuat

Kejang Suhu kulit dalam rentang Atur temperatur lingkungan sesuai

Takikardia normal. kebutuhan pasien

Takipnea Suhu tubuh dalam batas normal. Beri obat yang tepat untuk mencegah
Sakit kepala tidak muncul atu kontrol menggigil
Kulit terasa hangat

13
Perubahan warna kulit tidak Atur pemberian obat anti piretik.
Faktor yang Berhubungan: muncul.
Penyakit Status hidrasi adekuat. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
Medikasi Melaporkan kenyamanan Monitor tekanan darah, nadi, suhu,
Trauma termal. dan pernafasan, jika diindikasikan.
2. Tanda-Tanda vital dalam rentang Catat adanya fluktuasi tekanan darah.
normal, dengan indikator: Monitor tekanan darah pada saat
Suhu normal pasien tidur, duduk, dan berdiri, jika
Kecepatan nadi normal diindikasikan.
Kecepatan pernafasan normal Auskultasi tekanan darah pada kedua
Tekanan darah normal tangan dan bandingkan, jika
diindikasikan.
Monitor tekanan darah, nadi, dan
pernafasan sebelum, selama, dan
sesudah beraktifitas, jika
diindikasikan.
Monitor adanya tanda dan gejala

14
hipotermi/hipertermi.
Monitor kualitas nadi.
Jika perlu, periksa nadi apikal dan
radial secara simultan dan catat
perbedaannya.
Monitor kuat/lemahnya tekanan nadi.
Monitor irama dan frekuensi jantung.
Monitor bunyi jantung.
Monitor frekuensi dan irama nafas.
Monitor suara paru.
Pertahankan kelangsungan
pemantauan suhu
Identifikasi faktor penyebab
perubahan tanda-tanda vital

Pengontrolan Infeksi
Ciptakan lingkungan ( alat-alat,

15
berbeden dan lainnya) yang nyaman
dan bersih terutama setelah digunakan
oleh pasien
Gunakan alat-alat yang baru dan
berbeda setiap akan melakukan
tindakan keperawatan ke pasien
Batasi jumlah pengunjung sesuai
kondisi pasien.
Gunakan sabun antimikroba untuk
proses cuci tangan
Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan kepada pasien
Gunakan sarung tangan yang steril,
jika memungkinkan
Bersihkan kulit pasien dengan
pembersih antibakteri
Health Education

16
Ajarkan pasien cara ntuk mencegah
kelebihan dan strok panas
Diskusikan pentingnya termoregulasi
dan kemungkinan efek negatif dari
dingin yang berlebihan
Ajarkan pasien, terutama pasien
lansia, cara mencegah hypotermi jika
terkontaminasi udara dingin
Ajari klien untuk mencuci tangan
sebagai gaya hidup sehat pribadi
Instruksikan klien untuk mencuci
tangan yang benar sesuai dengan yang
telah diajarkan.
Instruksikan kepada pengunjung
untuk selalu mencuci tanagn sebelum
dan sesudah memasuki ruangan
pasien.

17
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan NOC: Pemantauan Tekanan Intrakarnial
serebral. 1. Status neurologis: kesadaran (TIK)
Definisi: penurunan oksigen yang 2. Perfusi jaringan serebral Catat stimuli respon pasien
mengakibatkan kegagalan Pantau ICP pasien dan respon
pengeriman nutrisi ke jaringan perawatan
pada tingkat kapiler. Kriteria Hasil: Pantau tingkat cairan cerebrospinal
Setelah dilakukan tindakan keperawatan yang mengalir
Batasan Karakteristik: selama 3x24 jam pasien mampu untuk: Pantau pengeluaran dan pemasukan
Perubahan status mental 1. Meningkatkan status neurologis: Pantau temperature dan jumlah WBC
Perubahan perilaku kesadaran, dengan indikator: Menstabilkan tingkat transduser
Perubahan respo motorik Tingkat kesadaran compos Irigasi system cairan
Perubahan reaksi pupil mentis Menaruh alarm
Kesulitan menelan Penglihatan yang adekuat Memperoleh contoh caira cerebosinal
Kelemahan atau paralisis Orientasi keadaan sekitar (CSF),jika perlu
ekstremitas Menunjukkan sensorimotor Pertahankan tekana perfusi otak
Paralisis kranial yang utuh Mempertahankan tekanan sistemik
Ketidaknormalan dalam Mempunyai sistem saraf pusat arteri dalam tempat yang spesifik

18
berbicara dan perifer yang utuh Memberikan agan pharmakologikal
2. Keadekuatan perfusi jaringan untuk mempertahankan daerah yang
Faktor yang Berhubungan: serebral, dengan indikator: spesifik
Gangguan transport oksigen Tidak mengalami sakit kepala Memberitahukan dokter untuk
melalui alveoli dan membrane Tekanan cairan dalam otak kenaikkan ICP dan untuk respon
kapiler normal pengobatan.
Gangguan aliran arteri atau
vena Memantau Neurologik
Pantau ukuran pupil,ketajaman,simetri
dan reaksifitas
Pantau tingkat kesadaran
Pantau tingkat dari orientasi
Pantau kecenderungan dari glasgow
coma scale
Pantau ingatan yang muncul dari
ingatan masa lampau,perasaan
sakit,dan tingkah laku

19
Pantau tanda-tanda vital :temperatur
tekanan darah,nadi dan pernafasan
Pantau reflek kornea
Catat keluhan sakit kepala
Pantau karakteristik bicara: fluensi,
kehadiran aphasis atau kesulitan
mengemukakan kata
Menghindari aktifitas yang
meningkatkan tekanan intracranial
Konsultasikan dengan teman sejawat
untuk menegaskan data jika perlu
Health education:
Menyediakan informasi untuk keluarga
3. Nyeri Akut NOC: Manajemen Nyeri:
Definisi: Pengalaman emosional 1. Tingkat kenyamanan; Kaji secara komphrehensif tentang
dan sensori yang tidak 2. Pengendalian nyeri; nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik
menyenangkan yang muncul dari 3. Tingkat nyeri; dan onset, durasi, frekuensi, kualitas,

20
kerusakan jaringan secara aktual intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-
dan potensial atau menunjukkan Kriteria Hasil: faktor presipitasi.
adanya kerusakan (Assosiation for Setelah dilakukan tindakan Kaji tingkat keetidaknyamanan pasien
Study of Pain) : serangan keperawatan selama 3x24 jam pasien dan catat perubahan dalam catatan
mendadak atau perlahan dari mampu untuk: medik dan informasikan kepada
intensitas ringan sampai berat 1. Menunjukkan tingkat kenyamanan, seluruh tenaga yang menangani pasien
yang diantisipasi atau diprediksi yang dibuktikan dengan indicator: Gunakan komunikasi terapeutik agar
durasi nyeri kurang dari 6 bulan. Memperlihatkan tehnik relaksasi pasien dapat mengekspresikan nyeri
secara individual yang efektif Tentukan dampak dari ekspresi nyeri
Batasan Karakteristik: untuk mencapai kenyamanan terhadap kualitas hidup: pola tidur,
Melaporkan nyeri secara Tidak mengalami gangguan nafsu makan, aktifitas kognisi, mood,
verbal dan nonverbal dalam frekuensi pernapasan, relationship, pekerjaan,
sisi untuk mengurangi nyeri frekuensi jantung, atau tekanan tanggungjawab peran.
Gerakan untuk melindungi darah Kontrol faktor-faktor lingkungan yang

Tingkah laku berhati-hati 2. Memperlihatkan pengendalian nyeri, dapat mempengaruhi respon pasien

Muka topeng yag dibuktikan oleh indikator terhadap ketidaknyamanan (ex:

Gangguan tidur (mata sayu, sebagai berikut (sebutkan 1-5 : tidak temperatur ruangan, penyinaran, dll).

21
tampak capek, sulit atau pernah, jarang, kadang-kadang, Modifikasi tindakan mengontrol nyeri
gerakan kacau, menyeringai) sering atau selalu) berdasarkan respon pasien.
Fokus pada diri sendiri Mengenali awitan nyeri Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup.
Fokus menyempit (penurunan Menggunakan tindakan Lakukan teknik variasi untuk
persepsi waktu, kerusakan pencegahan mengurangi nyeri (farmakologi,
proses berfikir, penurunan Melaporkan nyeri dapat nonfarmakologi, dan interpersonal).
interaksi dengan orang dan dikendalikan Kolaborasikan dengan pasien, orang
lingkungan. 3. Menunjukan tingkat nyeri, yang terdekat dan tenaga profesional lain
Tingkah laku ekspresif dibuktikan oleh indikator sebagai unntuk memilh tenik non farmakologi.
(gelisah, merintih, menangis, berikut (sebutkan 1-5 :sangat berat, Pemberian Analgesik:
waspada, iritabel, nafas berat, sedang, ringan atau tidak ada) Cek catatan medis untuk jenis obat,
panjang, mengeluh) Ekspresi nyeri pada wajah dosis, dan frekuensi pemberian

Perubahan dalam nafsu makan Gelisah atau ketegangan otot analgetik.


Durasi episode nyeri Kaji adanya alergi obat.

Faktor yang Berhubungan: Merintih dan menangis Monitor tanda vital sebelum dan

Agen cedera (biologi, psikologi, Gelisah sesudah pemberian analgetik narkotik

kimia, fisika) saat pertama kali atau jika muncul

22
tanda yang tidak biasanya.
Kaji kebutuhan akan kenyamanan atau
aktivitas lain yang membantu
relaksasi untuk memfasilitasi respon
analgetik.
Evaluasi kemampuan pasien untuk
berpartisipasi dalam pemilihan jenis
analgetik, rute, dan dosis yang akan
digunakan.
Pilih analgetik atau kombinasi
analgetik yang sesuai ketika
menggunakan lebih dari satu obat.
Tentukan pilihan jenis analgetik
(narkotik, non-narkotik, atau
NSAID/obat anti inflamasi non
steroid) bergantung dari tipe dan
beratnya nyeri.

23
Berikan analgetik sesuai jam
pemberian.
Dokumentasikan respon analgetik dan
efek yang muncul.
Kolaborasikan dengan dokter jika
obat, dosis, dan rute pemberian, atau
perubahan interval diindikasikan, buat
rekomendasi spesifik berdasar pada
prinsip kesamaan analgetik.

Health Education:
Berikan informasi tentang nyeri,
seperti: penyebab, berapa lama terjadi,
dan tindakan pencegahan.
Anjurkan pasien untuk memonitor
sendiri nyeri.
Informasikan kepada individu dengan

24
pemberian narkotik, mengantuk
kadang-kadang muncul pada 2 atau 3
hari pertama kemudian berkurang
Ajarkan tentang kegunaan anlgetik,
strategi untuk menurunkan efek
samping, dan harapan untuk
keterlibatan pembuatan keputusan
tentang penurunan nyeri.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC: Nutritiont Management
dari kebutuhan tubuh. 1. Selera makan Kaji makanan yang disukai oleh klien
Definisi: Keadaan dimana 2. Status gizi Kaji adanya alergi makanan
individu mengalami intake nutrisi 3. Pengendalian Berat Badan Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
yang kurang dari kebutuhan tubuh kalori.
untuk memenuhi kebutuhan Kriteria Hasil: Kaji kemampuan pasien untuk
metabolik. Setelah dilakukan tindakan keperawatan mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Batasan Karakteristik: selama 2x24 jam pasien mampu untuk: Pantau adanya mual atau muntah.
Menolak makan 1. Meningkatkan selera makan, dengan Yakinkan diet yang dimakan

25
Konjungtiva pucat indikator: mengandung tinggi serat untuk
Muntah Intake makanan dan cairan yang mencegah konstipasi
Denyut nadi lemah adekuat Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Melaporkan nutrisi yang menentukan jumlah kalori dan nutrisi
Faktor-Faktor yang Berhubungan: adekuat yang dibutuhkan pasien.
Mual 2. Meningkatkan status gizi, dengan Berikan makanan yang terpilih (
Muntah indikator: sudah dikonsultasikan dengan ahli
Hilang nafsu makan intake kalori gizi)
intake protein Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet
intake lemak yang tepat bagi anak dengan sindrom
intake karbohidrat nefrotik.
intake vitamn Weight Management
intake mineral Diskusikan bersama pasien mengenai
intake zat besi hubungan antara intake makanan,
intake kalsium latihan, peningkatan BB dan
3. Mengontrol berat badan, dengan penurunan BB.
indikator: Diskusikan bersama pasien mengani

26
Mengerti factor yang dapat kondisi medis yang dapat
meningkatkan berat badan. mempengaruhi BB
Mengidentfifikasi tingkah laku Diskusikan bersama pasien mengenai
dibawah kontrol klien. kebiasaan, gaya hidup dan factor
Memodifikasi diet dalam waktu herediter yang dapat mempengaruhi
yang lama untuk mengontrol BB
berat badan Diskusikan bersama pasien mengenai
Penurunan berat badan 1-2 risiko yang berhubungan dengan BB
pounds/mgg berlebih dan penurunan BB
Menggunakan energy untuk Perkirakan BB badan ideal pasien
aktivitas sehari hari
Health Education
Anjurkan pasien untuk meningkatkan
intake Fe
Anjurkan pasien untuk meningkatkan
protein dan vitamin C
Berikan informasi tentang kebutuhan

27
nutrisi
Anjurkan klien untuk makan sedikit
namun sering.
Anjurkan keluarga untuk tidak
membolehkan anak makan-makanan
yang banyak mengandung garam.
Dorong pasien untuk merubah
kebiasaan makan.
5. Ansietas NOC: Penurunan ansietas
Definisi: Perasaan tidak nyaman 1. Tingkat ansietas Kaji dan dokumentasikan tingkat
atau kekhawatiran yang samar 2. Pengendalian-Diri terhadap ansietas kecemasan pasien
disertai respons autonom (sumber 3. Kosentrasi Kaji untuk factor budaya (misalnya,
sering kali tidak spesifik atau 4. Koping konflik nilai) yang menjadi penyebab
tidak dikethui oleh individu); ansietas
perasaan takut yang disebabkan Kriteria Hasil: Menentukan kemampuan
oleh antisipasi terhadap bahaya. Setelah dilakukan tindakan pengambilan keputusan pasien
Perasaan ini merupakan isyarat keperawatan selama 2x24 jam pasien Gunakan pendekatan yang tenag dan

28
kewaspadaan yang mampu untuk: meykinka
memperingatkan bahayyang akan 1. Ansietas berkurang, dibuktikan oleh Nyatakan dengan jelas tentang
terjadi dan memampukan individu bukti tingkat ansietas hanya ringan harapan terhadap perilaku pasien
melakukan tindakan ntuk sampai sedang, dan selalu Damping pasien /9misalnya Selma
menghadapi ancaman. menunjukan pengendalian-diri prosedur ) ntuk meningkatkan
terhadap ansietas, kosentrasi dan keamanan dan mangurangi rasa takut
Batasan Karakteristik: koping Berikan pijatan punggung/pijatan
Mengekspresikan 2. Menunjukan pengendalian-diri leher, jika perlu
kekhawatiran akibat terhadap ansietas, yang dibuktikan Jaga peralatan perawatan jauh dari
perubahan dalam peristiwa oleh indikator sebagai berikut pandangan
hidup (sebutakan 1-5: tidak pernah, jarang, Bantu pasien untuk
Gelisah kadang-kadang, sering atau selalu) : mengidentifikasikan situasi yang
Memandang sekilas Merencanakan strategi koping mencetuskan ansietas
Kontak mata buruk untuk situasi penuh tekanan Health education:
Resah Mempertahankan performa peran Sediakan informasi factual
Menyelidik dan tidak Memantau distorsi persepsi menyangkut diagnosis, terapi, dan
waspada sensori prognosis

29
Kesedihan yang mendalam Memantau manifestasi perilaku Health education
Distress ansietas Instruksikan pasien tengang
Ketakutan Menggunakan tehnik relaksasi penggunaan tehnik relaksasi
Perasaan tidak adekuat unuk meredakan ansietas Jelaskan semua prosedur, termasuk
Fokus pada diri sendiri 3. Meningkatkan konsentrasi dengan sensasi yg biasanya dialami selama
Gugup indicator: prosedur.
Wajah tegang Meneruskan aktivitas yang
Peningkatan keringat dibutuhkan meskipun mengalami
Terguncang kecemasan
Tremor di tangan Menunjukkan kemampuan untuk
Suara bergetar berfokus pada pengetahuan dan
Kesadaran terhadap gejala- keterampilan yang baru
gejala fisiologis 4. Mempertahankan kemampuan
Konfusi koping, dengan indicator:
Penurunan lapang pandang Mengkomunikasikan kebutuhan
kesulitan untuk dan perasaan negative secara
berkonsentrasi tepat.

30
Melamun Mengidentifikasi gejala yang
Faktor yang Berhubungan: merupakan indicator ansietas
Transmisi dan penularan pasien sendiri.
interpersonal
ancaman kematian
Ancaman atau perubahan
pada status peran, fungsi
peran, lingkungan, status
kesehatan, status ekonomi,
atau pola interaksi
Ancaman terhadap konsep
diri
Kebutuhan yang tidak
terpenuhi
Konflik yang tidak disadari
tentang nilai dan tujuan hidup
yang esensial

31
6. Resiko cedera NOC: Manajemen Lingkungan
Definisi: beresiko mengalami 1. Pengendalian resiko Sediakan lingkungan yang aman
cedera sebagai akibat dari kondisi 2. Status fungsi sensorik untuk pasien
lingkungan yang berinteraksi Identifikasi kebutuhan keamanan
dengan sumber-sumber adaptif Kriteria Hasil: pasien, sesuai dengan kondisi fisik
dan pertahanan individu. Setelah dilakukan tindakan keperawatan dan fungsi kognitif pasien dan riwayat
selama 2x24 jam pasien mampu untuk: penyakit terdahulu pasien
Faktor Resiko: 1. Mengendalikan resiko, dengan Menghindarkan lingkungan yang
Internal indikator: berbahaya (misalnya memindahkan
Profil darah yang tidak Memantau faktor resiko perabotan)
normal (mis, leukositosis perilaku individu dan Memasang side rail tempat tidur
atau leukopenia) lingkungan Menyediakan tempat tidur yang
Disfungsi biokimia Mengembangkan stategi nyaman dan bersih
Malnutrisi pengendalian resiko yang efektif Menempatkan saklar lampu ditempat
Eksternal Menerapkan strategi yang mudah dijangkau pasien.
Biologis: mikroorganisme pengendalian resiko pilihan Membatasi pengunjung
Racun/toksin Memodifikasi gaya hidup untuk Memberikan penerangan yang cukup

32
mengurangi resiko Menganjurkan keluarga untuk
Mengidentifikasi resiko yang menemani pasien.
meningkatkan kerentanan Mengontrol lingkungan dari
terhadap cedera. kebisingan
Menghindari cedera fisik Memindahkan barang-barang yang
2. Mempertahankan status fungsi dapat membahayakan
sensorik:
Fungsi pendengaran yang Fasilitasi Komunikasi : Gangguan
efektif Penglihatan
Fungsi penglihatan yang efektif Orientasikan kembali pasien terhadap
realistas dan lingkungan saat ini bila
dibutuhkan.
pastikan akses terhadap dan
penggunaan alat bantu sensori seperti
pengunaan kaca mata.
Kurangi jumlah stimulus untuk
mencapai imput sensorik yang sesuai

33
(misalnya, lampu yang redup,
sediakna kamra pribadi, batasi
pengunjung, dan sediakan waktu
istrahat untuk pasien)
yakinkan pasien dan keluarga bahwa
defisit presepsi atau defisit sensori
hanya semnatara jika perlu.
tingkatkan penglihatan pasien yang
masi tersisa jika diperlukan

Health education
Berikan penjelasan pada pasien dan
keluarga atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit.

34
35
DAFTAR PUSTAKA
Corwin J. Elisabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. EGC : Jakarta.
Ellenby, Miles., Tegtmeyer, Ken., Lai, Susanna, and Braner, Dana. 2006. Lumbar
Puncture.
Harsono. 2003. Meningitis. Kapita Selekta Neurologi. 2 URL : http://www.
uum.edu. my/ medic/meningitis.htm
Japardi, Iskandar. 2002. Meningitis Meningococcus. USU digital library URL :
http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi23.pdf
The New England Journal of Medicine. 12 : 355 URL :http://content.nejm.org
/cgi/reprint /355/13/e12.pdf
Quagliarello, Vincent J., Scheld W. 1997. Treatment of Bacterial Meningitis. The
New England Journal of Medicine. 336 : 708-16 URL : http://content.
nejm.org /cgi/reprint/336/10/708.pdf
Yayasan Spiritia. 2006. Meningitis Kriptokokus. Lembaran Informasi 503. URL :
http://spiritia.or.id/li/bacali.php?lino=503.

36
ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN MENINGITIS

OLEH

KELAS B

KELOMPOK II

1. Vebrina Dali 7. Nurfitri Maksud

2. Margaretha Yusuf 8. Adelin Tolinggi

3. Nurfadila Ahmad 9. Rafida

4. Nur Ain Saleh 10. Icaha Labinjang

5. Arif Firmanto J.A 11. Rilya Paputungan

6. Rizka Andriana Alidrus

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU - ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2013

37
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, atas segala
ridho, rahmat serta izin-Nyalah penulis dapat menyelesaikan menyusunan laporan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Meningitis.
Bagi penulis penyusunan laporan ini memberikan sebuah pengetahuan
serta pengalaman baru dalam hal bagaimana menyusun sebuah makalah beserta
berbagai persyaratannya. Baik itu berupa tahap-tahap penyusunan sebuah makalah
sampai dengan teknik penulisannya.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak kesulitan
dan hambatan yang dihadapi, namun dengan bantuan dan serta dukungan dari
teman-teman maka semua kesulitan itu bisa teratasi.
Sebagai manusia biasa yang tak luput dari kekurangan, Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan, maka
dengan senang hati Kami akan menerima kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan di dalam penyusunan makalah selanjutnya.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih atas bantuan semua pihak, yang
telah banyak membantu dalam pemyelesaian laporan ini. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Gorontalo, November 2013

Kelompok II

38
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I KONSEP MEDIS ........................................................................................1
1.1 Definisi .................................................................................................1
1.2 Etiologi .................................................................................................1
1.3 Prognosis ..............................................................................................2
1.4 Manifestasi Klinik ................................................................................3
1.5 Klasifikasi Stage ...................................................................................4
1.6 Patofiologi ............................................................................................6
1.7 Komplikasi ...........................................................................................7
1.8 Pemeriksaan Lab dan Diagnostik .........................................................7
1.9 Penatalaksanaan ...................................................................................8
BAB II KONSEP KEPERAWATAN ...................................................................11
2.1 Pengkajian ..........................................................................................10
2.2 Diagnosa Keperawatan .......................................................................12
2.3 Web Of Caution .................................................................................13
2.4 Rencana Asuhan Keperawatan ................................................................
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ iii

39

Anda mungkin juga menyukai