Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS STABILITAS GATE SHAFT POWER WATERWAY WADUK JATIGEDE

SUMEDANG JAWA BARAT


Analysis stability of gate shaft of power waterway in Jatigede dam, Sumedang Jawa Barat

Asep ARDIANTO1, Sony PRAMUSANDI2, Bemby SUNARYO3

ABSTRACT:

KEYWORD : gate shafts, deformation, stress, reinforcement.

PENDAHULUAN volume yang besar. 2) Memberikan perlindungan dari


longsor untuk kegiatan penggalian/konstruksi
Power waterway adalah suatu sistem saluran air berikutnya.
untuk pembangkit tenaga listrik yang dibangun pada Kemudian dalam mendesain
Waduk Jatigede Sumedang Jawa Barat. Power perkuatan/penyangga diperlukan analisis stabilitas
waterway terdiri dari beberapa komponen yaitu : yang terjadi pada gate shaft. Analisis tersebut
bangunan pengambil (intake), terowongan headrace, dibutuhkan untuk mengetahui apakah tanah/batuan di
sumur pengatur pintu (gate shaft), sumur pendatar sekitar gate shaft mampu menahan tegangan dan
(surge shaft), terowongan tekan (penstock tunnel). regangan yang terjadi akibat penggalian. Jika dalam
Power waterway didesain dengan debit rencana 73 analisis ternyata kondisi tanah/batuan tidak dapat
m3/detik yang didasarkan pada kebutuhan air untuk menahan beban yang bekerja maka harus dilakukan
sistem irigasi Rentang dibagian hilir. Dengan analisa perkuatan/penyangga.
hidroloka didapatkan diameter terowongan D = 4,50 m. Menurut Barton,dkk (1974) dalam Q-system
Dimensi terowongan ini mengalami perubahan dari desain perkuatan/penyangga berhubungan dengan Rock
yang semula berdiameter 5,50 m untuk pembangkit Quality Desaignation (RQD), lebar bukaan, jenis
listrik sebesar 175 MW dengan debit rencana Q = 123 batuan dan Excavtion Support Ratio (ESR).
m3/detik menjadi D = 4,50 m untuk pembangkitan Selanjutnya dengan kemajuan teknologi akhir-
listrik sebesar 110 MW dengan debit rencana 73 akhir ini di segala bidang, khususnya dalam bidang
m3/detik. komputerisasi, telah dirasakan sangat besar manfaatnya
Sumur pengatur pintu (gate shaft) merupakan bagi kemajuan dan kemudahan dalam pelaksanaan
sumuran yang digunakan untuk menempatkan pintu pada bidang yang yang lain. Terutama di bidang
darurat dan pintu pengatur untuk pembangkitan tenaga pemrograman, banyak sekali digunakan untuk
listrik, dibuat dari struktur beton bertulang. Dibagian menyelesaikan masalah di bidang perancangan yang
atas sumur dibangun sebuah gedung atau ruangan yang semakin berkembang. Penerapan penggunaan program
dilengkapi dengan mesin angkat (hoist) sistim hidrolis, dapat menghemat waktu pekerjaan sehingga waktu
untuk mengoperasikan pintu-pintu tersebut. Disamping yang diperlukan dalam perancangan semakin singkat
sebagai bangunan pengatur pintu, didalam gedung ini dengan kualitas yang memuaskan. Salah satu program
juga ditempatkan peralatan kompresor dan tangki udara yang diterapkan dalam bidang geoteknik adalah
tekanan tinggi kapasitas 25 bar, untuk pengoperasian program plaxis yang menggunakan metode elemen
babbler nozzle dan jet nozzle hingga dalam proses hitungannya. Dalam Tugas Akhir
Dalam proses konstruksi pelaksanaan penggalian ini akan dibahas penggunaan Program Plaxis 8.2 2
gate shaft direncanakan dengan melakukan dimensi khususnya untuk menganalisis tegangan dan
perkuatan/penyangga sementara. Alasan dilakukannya regangan yang terjadi pada Gate Shaft Power
perkuatan adalah 1) Kondisi geologi di lokasi itu Waterway Pembangunan Waduk Jatigede Sumedang
sendiri, yaitu formasi batuannya yang keras dengan Jawa Barat.

1
Diploma Student of Civil Engineering Departement, Faculty of Engineering, State Polytechnic of Jakarta, Depok
2
Instructur of Civil Engineering Departement, Faculty of Engineering, State Polytechnic of Jakarta, Depok
3
Consultant Supervision of Jatigede dam project,Sumedang West Java
4

membagi batuan dalam lima kelas dengan nilai 0


STUDI PUSTAKA sampai 100 seperti terlihat pada tabel 1. Klasifikasi ini
masih banyak dipergunakan hingga sekarang. Ada
enam parameter dasar yang digunakan pada kriteria ini,
Pengertian Batuan yaitu :
Batuan adalah sesuatu material alam yang 1. Uji kekuatan batuan intact, yaitu berdasarkan
terbentuk melalui proses alamiah (Moesdarjono, 2009).
point load strength index atau uniaxial
compressive strength
2. Rock Quality Designation (RQD)

Tabel 1 Rock mass rating ( Bieniawaski, 1989)

Class Description RMR range


I Very Good Rock 81 100
II Good Rock 61 80
III Fair Rock 41 60
IV Poor Rock 21 40
V Very Poor Rock 0 20

3. Spasi bidang diskontinyu


Gambar 1Siklis batuan (Moesdarjono, 2009)
4. Kondisi bidang diskontinyu
5. Kondisi air tanah
Deformasi Batuan 6. Orientasi bidang diskontinyu
Deformasi batuan merupakan perubahan batuan
dalam bentuk apapun dari wujud aslinya (Hoek, 2006).
Deformasi disebabkan karena adanya beban luar yang
Rock Quality Desaignation
Dalam Tunneling in weak rock (Singh & Goel,
bekerja pada batuan tersebut, atau disebabkan karena
2006) RQD didefinisikan sebagai prosentase panjang
gaya tektonik (kompresi dan/atau gaya geser). Secara
core utuh yang lebih dari 10 cm terhadap panjang total
natural, model deformasi dapat berbentuk lipatan
core run. Diameter core yang dipakai dalam
(folding), patahan (faulting), dan solid flow.
pengukuran minimal 54,7 mm. Dan harus dibor dengan
double-tube core barrel. Perhitungan RQD
mengabaikan mechanical fracture yaitu fracture yang
dibuat secara sengaja atau tidak selama kegiatan
pengeboran atau pengukuran ( Hoek, dkk. 1995 )

Gambar 2 Diagram tegangan regangan (Hoek, 2006)

Pada Gambar 2 menunjukkan bahwa hubungan


tegangan luar y pada batuan sampai pada nilai tertentu Gambar 3 Prosedur pengukuran RQD
(titik leleh Y) dengan regangan bersifat proporsional
mengikuti hukum Hooke : Tabel 2 Rock quality designation, RQD ( Bieniawski,
1979 )
= E ........ (1)
=E (2) Qualitative
RQD Rating
description
dimana = dan E merupakan koefisien Hook,

dikenal sebagai Modulus Elastisitas Young yang Excellent 90 100 20
memperlihatkan kekakuan material. Nilai E bervariasi
untuk tiap material yang berbeda. Good 75 90 17
Fair 50 75 13
Rock Mass Rating (RMR)
Rock Mass Rating diperkenalkan oleh Bieniwaski Poor 25 50 8
pada tahun 1984 (Singh & Goel, 2006). Klasifikasi ini
5

Very Poor < 25 3

Rock Mass Quality (Q-system)


Rock Mass Quality (Q) System atau disebut juga
sebagai Tunneling Quality Index pertama kali
diusulkan oleh Barton, Lien dan Lunde pada tahun
1974 di Norwegian Geotechnical Institute ( NGI )
sehingga disebut juga NGI Clasification System. Q
system sebagai salah satu dari klasifikasi massa batuan
dibuat berdasarkan studi kasus dilebih dari 200 kasus
tunneling dan cavens (Singh & Goel, 2006). Gambar 4 Gate shaft power waterway waduk Jatigede
Q system merupakan fungsi dari enam parameter
yang dinyatakan dengan persamaan berikut : Ada dua macam metode penggalian yaitu metode

kontinyu dan metode konvensional. Metode
Q= .................................(3) konvensional adalah penggalian yang merupakan

gabungan antara kegiatan pengeboran, peledakan dan
dimana, pengakutan yang diikuti kegiatan penyangganya. Bisa
RQD = Deeres Rock Quality Desaignation >10, digunakan untuk berbagai macam bentuk dan
= 115 3,3Jv < 100 kemiringan. Sedangkan metode kontinyu adalah
Jn = Joint set number kegiatan penggalian secara mekanis yang tidak
Jr = Joint roughness number for critically oriented mengalami interupsi. Metode ini menggunakan prinsip
joint set rock cutting dengan raise boring atau shaft boring
Ja = Joint alteration number for critically oriented \ machine. Metode ini diawali dengan pembuatan pilot
joint set hole lalu diikuti pemboran lubang besar. Semua
Jw = Joint water reduction factor metode pemboran shaft kontinyu adalah bentuk bulat,
SRF = Stress Reduction Factor dengan berbagai metoda variasi penyangganya.
Jv = Volumetric joint count
Metode Pekuatan/Penyangga
Shaft Barton dan Grimstad (1993) dalam Singh (2006)
merekomendasikan penentuan jenis
perkuatan/penyangga berdasarkan Q value dengan
Shaft merupakan suatu konstruksi terowongan
menggunakan gambar 5 dibawah ini.
(tunnel ) yang tegak atau vertikal (Singh & Goel,
2006). Adapun fungsi dari pada shaft itu sendiri
adalah:
a. Shaft menyediakan akses vertikal ke tingkat
terowongan atau gua untuk konstruksi. Shaft
memberikan cara kerja tambahan untuk
penggalian terowongan cepat.
b. Shaft untuk akses pekerja ke tambang.
c. Shaft untuk menyerap kelebihan energi dari air
dekat penstocks dalam proyek hidroelektrik.
d. Shaft berfungsi sebagai instalasi kabel listrik dari
pembangkit tenaga listrik ke jaringan transmisi di
Gambar 5 Penentuan sistem penyangga ( Barton
tanah. dan Girimstad,1993)
e. Shaft Bunker untuk menghubungkan terowongan
Shotcrete
bawah tanah untuk perlindungan terhadap perang Menurut Kolymbas, 2005, shotcrete
atom. merupakan beton yang disemprotkan untuk menambah
kekuatan suatu permukaan. Beton yang digunakan
f. Ventilasi Shaft sepanjang terowongan dan sebagai shotcrete, memiliki karakteristik yang hampir
tambang. sama dengan beton biasa, hanya saja, modulus
elastisitas beton yang digunakan sebagai shotcrete
lebih rendah daripada beton biasa. Kekuatan shotcrete
bertambah seiring dengan pertambahan umur shotcrete,
seperti ditunjukkan pada tabel II.12 di bawah ini.
6

Tabel 3 Hubungan kekuatan dengan umur bersih. Grounted rockbolt dapat dilihat pada gambar 9
shotcrete (Kolymbas, 2005) di bawah ini.

Umur Kekuatan (N/mm2)

6 menit 0.2 0.5


1 jam 0.5 1.0
24 jam
8 20
7 hari 30 35
Gambar 9 Grounted rockbolt
Rockbolt Kekuatan rockbolt, biasanya diukur dengan
Menurut Singh (2006), rockbolt adalah bahan melaksanakan test tarik (pull test) dilapangan.
batang yang terbuat dari baja, berpenampang bulat Berdasarkan handbook of road power, 2006, kekuatuan
yang digunakan untuk menyangga massa batuan. perkuatan ini ditetukan oleh beberapa parameter
Berdasarkan cara menahan beban, rockbolt dibedakan diantaranya diameter, panjang, dan jarak antar
menjadi tiga jenis, sebagai barikut ini (Kolymbas, rockbolt.
2005).
Steel Rib
1. Wedges rockbolt Steel rib merupakan jenis salah satu jenis
penyangga konstruksi terowongan yang terbuat dari
Baji berbentuk conus ditempatkan di ujung baja. Steel rib terdiri dari beberapa jenis, seperti dapat
lobang bor. Rockbolt dapat dipasang dengan memukul dilihat pada gambar 10 di bawah ini (Kolymbas, 2005)
atau memutar sedemikian sehingga kekuatan rockbolt
akan bekerja. Rockbolt jenis ini hanya bisa diterapkan
pada batuan keras (kekuatan batuan > 100 Mpa).
Secara lebih jelas, gambaran Wedges rockbolt dapat
dilihat pada gambar 6 dan 7 di bawah ini.

Gambar 6 Wedges rockbolt (dipukul)


Gambar 10 Jenis steel rib

Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam


pemilihan steel rib adalah sebagai berikut ini.

Gambar 7 Wedge rockbolt (diputar) 1. Kesesuaian metode pemasangan

2. Tubular steel rockbolt 2. Karakteristik batuan

Rockbolt jenis ini berbentuk pipa yang 3. Bentuk dan ukuran penampang terowongan.
ditancapkan pada dinding terowongan. Kekuatan dari
rockbolt tergantung dari gaya gesek antara dinding Kekuatan steel rib tergantung dari jenis steel
dengan permukaan rockbolt. Secara lebih jelas, dapat rib yang digunakan. Jarak antar steel rib dihitung
dilihat pada gambar 8 di bawah ini. dengan persamaan di bawah ini.

............................................(4)
=

= kapasitas kekuatan steel rib (T)


= jarak antar steel rib (m)
B = lebar bukaan terowongan
Gambar 8 Tubular steel rockbolt proof = tekanan penyangga ultimate pada daerah
atap
3. Grounted rockbolt
Pada rockbolt jenis ini, ruang antara rockbolt dan Program Plaxis 8.2 2D
diding digrouting dengan semen. Sebelum grouting Program Plaxis merupakan rangkaian program
dimasukkan, ruangan harus disemprot dengan air atau untuk menganalisis deformasi dan stabilitas dalam
udara agar ruangan yang akan digrouting benar-benar geoteknik. Prosedur input data ( rock propertis ) yang
7

sederhana memudahkan menciptakan model elemen 3. Menghitung jenis perkuatan berdasarkan studi
yang kompleks dan tersedianya tampilan output secara
pustaka yang ada
detail berupa hasil perhitungan. Diharapkan dengan
kelebihan ini dapat mempermudah analsis dan 4. Analsis stabilitas gate shaft power waterway
mendapat hasil yang akurat. Oleh karena itu, penulis
menggunakan perangkat lunak Plaxis 8.2 2
memilih menggunakan program Plaxis untuk
mengalisa stabilitas gate shaft power waterway pada dimensi.
pembangunan Waduk Jatigede.
Melakukan pemodelan dan input data pada
Dalam analisis, data yang dibutuhkan sebagai
program Plaxis dilanjutkan dengan proses
input-an program Plaxis antara lain :
perhitungan berdasarkan tahapan konstruksi.
a. Nilai parameter batuan yang didapat dari hasil
5. Pembahasan
penyelidikan batuan
Setelah dilakukan perhitungan secara
b. Dimensi dan karakteristik gate shaft manual dan simulasi numeris Plaxis maka
dilakukan pembahasan analisis stabilitas.
c. Nilai parameter konstruksi penahan

Program Plaxis ini terbagi empat program, yang


masing masing program mempunyai fungsi yang
berbeda, yaitu Plaxis Input , Plaxis Calculation, Plaxis
Output dan Plaxis Curve (Brinkgreve, 2007)

METODE PENELITIAN

Bahan
Penelitian ini menggunakan dua jenis batuan,
yaitu volcanic breccia dan claystone, yang diperoleh
dari hasil boring pada gate shaft power waterway
waduk Jatigede Sumedang jawa Barat. Lokasi
penelitian terlatak di Desa Cijeungjing Kecamatan
Jatigede Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat.

Gate shaft

Gambar 12 Flow chart penelitian

DATA DAN ANALISIS DATA

Kondisi Geologi
Kondisi geologi regional di Jatigede terdiri
dari Pliosen Breccia, Claystone dari Upper Halang
Formation, Breccia dari Lower Halang Formation dan
Gambar 11 Lokasi Penelitian di desa Cijeunjing, Claystone dari Cinambo Formation. Semua formasi
Sumedang Jawa Barat batuan tertutup oleh lapisan pasir, dan tanah lempung.
Lokasi terowongan power waterway terletak di
Tahapan sandaran kanan, dan panjang terowongan sekitar 500
Penyusunan penelitian ini dibagi menjadi m, pada umumnya batuan dasar terdiri dari claystone,
beberapa tahap yaitu sebagai berikut : volcanic breccia dan setempat tuff breccia / lapilly tuff.
1. Studi Pustaka Tambahan penyelidikan geologi dengan core drilling
dilaksanakan pada Mei Juni 2012, pada 2 drilling
Referensi yang dijadikan acuan pada point di collar concrete gate shaft.
penulisan ini terdiri dari literatur yang digunakan
pada bidang geoteknik seperti mekanika batuan Desain Perkuatan/Penyangga
dan geologi Dalam mendesain penyangga shaft dibedakan
2. Peninjauan lokasi dan pengumpulan data dalam dua bagian lapisan batuan yaitu volcanic breccia
sekunder dan claystone. Perencanaan sistem penyangga
diperlukan pada mengurangi deformasi konstruksi
8

terowongan. Sistem penyangga direncanakan berdasar Dari grafik pada Gambar 4.5 , diperoleh sistem
Q system (Grimstad & Barton 1993). Analisis sistem penyangga kategori 4 untuk kondisi batuan volcanic
penyangga adalah sebagai berikut ini. breccia ( tanpa perkuatan ) dan kategori 8 untuk
A) Kondisi Batuan volcanic breccia kondisi batuan claystone , maka direncanakan sebagai
berikut :
a) Kategori 8 = RRS + B ( reinforced rib of
shotcrete and bolting, dengan ketebalan
shotcrete = 20 cm )
b) Kategori 4 = systematic bolting (and
unreinforced shotcrete 4 10 cm)
c) Panjang rockbolt 9 meter dengan ESR = 1

Metode Konstruksi
Sumber : laporan geologi gate shaft & terowongan Pekerjaan penggalian gate shaft power water
power waterway way bendungan Jatigede ini secara khusus
mengggunakan metode drilling dan blasting dalam
Excavation Support Ratio = 2.5 (shaf ) pelaksanaannya di lapangan. Metode drilling dan
Kedalaman Shaft = 45 m blasting atau pengeboran dan peledakan adalah
Kedalaman Shaft / ESR = 18 pelaksanaan penggalian menggunakan bantuan bahan
peledak setelah sebelumnya dibor dengan diameter
B) Kondisi batuan claystone rencana pada bagian shaft face untuk penempatan
bahan peledak, sehingga proses penggalian menjadi
lebih cepat.
Berdasarkan data, kedalaman satu kali fase
penggalian adalah 1,5 meter yang kemudian pada fase
ini juga dipasang perkuatan sementara yaitu : concrete
collar, shotcrete, rockbolt dan lattice arch. Dalam
kondisi dilapangan ternyata dari desain awal dari
perencanaan perkuatan/penyangga sementara
mengalami perubahan yaitu : panjang rockbolt 6 meter
dengan jarak vertikal rockbolt rata rata 2 meter dan
jarak horizontal rata rata 1 meter. Kemudian untuk
shotcrete dipasang dengan ketebalan 20 centimeter.
Kemudian ditambah pula perkuatan concrete collar
pada bagian atas gate shaft dengan beton setebal 1,5
Sumber : laporan geologi gate shaft & terowongan
meter. Setelah satu fase selesai maka selanjutnya akan
power waterway
dilakukan fase yang sama sampai selesai penggalian,
bagan alir proses penggalian dapat dilihat pada gambar
Excavation Support Ratio = 2.5 (shaft)
14 dibawah ini.
Kedalaman = 45 m
Lebar terowongan / ESR = 18

Data data diatas diplot grafik pada gambar 13


sebagai berikut ini :

Gambar 14 Bagan alir drilling dan blasting untuk


penggalian

Pemodelan dengan Plaxis 8.2 2 dimensi


Dalam plaxis gate shaft disimulasikan sebagai berikut.

Gambar 13 Grafik desain perkuatan ( Grimstad &


Barton 1993 )
9

Tabel 7 Parameter lapisan batuan

Gambar 15 pemodelan gate shaft dengan plaxis

Kemudian digunakan parameter paramerter yang


disesuaikan dengan kondisi tempat penelitian, adapun
parameternya sebagai berikut.

Tabel 4 Parameter shotcrete


Parameter Satuan Nilai
Tebal (m) 0,2
Elastic Modulus (E) (Kpa) 3,00E+07
Luas (A) (m2 ) 0,2
Moment Inersia (I) (m4 ) 6,67E-04
EA (KN) 6,00E+06
EI (KNm2 ) 2,00E+04

Tabel 5 Parameter rockbolt


Pembahasan
Parameter Satuan Nilai Berdasarkan dari hasil data simulasi gate shaft
Diameter (m) 0,025 tanpa perkuatan dan dengan perkuatan dapat
Elastic Modulus (E) (Kpa) 1,50E+08 disimpulkan pergerakan tanah baik itu dari arah
Luas (A) (m2) 4,91E-04 vertikal ataupun horizontal dapat dikurangi dengan
EA (KN) 7,36E+04
adanya perkuatan, ini ditunjukan dari gambar grafik
Spasi Anchor (Ls) (m) 1
dibawah ini.

Tabel 5 Parameter concrete collar 1. Total displesment ( Utot )


Parameter Satuan Nilai
Tebal (m) 1,5
Elastic Modulus (E) (Kpa) 3,00E+07
Luas (A) (m2 ) 1,5 Grafik Total Displesment (Utot)
Moment Inersia (I) (m4 ) 2,81E-01
EA (KN) 4,50E+07 Dengan Perkuatan Tanpa Perkuatan
EI (KNm2 ) 8,44E+06
3000
Utot ( *10-3 m)

2000
1000
0
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31
Fase Penggalian

Gambar 16 Grafik total displesment sebelah kiri


penggalian
10

Grafik Total Displesment (Utot) Grafik Vertical Displesment (Uy)


Dengan Perkuatan Tanpa Perkuatan Dengan Perkuatan Tanpa Perkuatan

1500 1000
Utot ( *10-3 m)

Uy ( *10-3 m)
1000 0
-1000 1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31
500
-2000
0
-3000
1 3 5 7 9 1113151719212325272931 Fase Penggalian
Fase Penggalian

Gambar 20 Grafik vertikal displesment sebelah


Gambar 17 Grafik total displesment sebelah kiri penggalian
kanan penggalian
Grafik Vertical Displesment (Uy)
2. Horizontal displesment ( Ux )
Dengan Perkuatan Tanpa Perkuatan
Grafik Horizontal Displesment (Ux) 1000

Dengan Perkuatan Tanpa Perkuatan Uy ( *10-3 m) 0


1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31
1500 -1000
Ux ( *10-3 m)

1000 -2000
Fase Penggalian
500
0
1 3 5 7 9 1113151719212325272931 Gambar 21Grafik vertikal displesment sebelah
-500 kanan penggalian
Fase Penggalian
Dengan melihat hasil simulasi yang telah
dilakukan menunjukan bahwa deformasi vertikal
Gambar 18 Grafik horizontal displesment sebelah (vertical displesment) lebih dominan terjadi. Hal ini
kiri penggalian dikarenakan jenis batuan bagian atas (volcanic breccia)
memiliki masa yang lebih besar dibandingkan jenis
Grafik Horizontal Displesment (Ux) batuan pada bagian bawah (claystone), selain itu juga
ditambah dengan adanya beban terpusat yang berada
Dengan Perkuatan Tanpa Perkuatan pada bagian atas konstruksi gate shaft.
Kemudian dari simulasi perkuatan/penyangga
0 sementara (concrete collar, shotcrete dan rockbolt)
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 memberikan pengaruh pengurangan/mereduksi adanya
Ux ( *10-3 m)

-500 deformasi atau pergerakan dari keadaan gate shaft


sebelumnya yang tanpa penyangga.
-1000
KESIMPULAN DAN SARAN
-1500
Fase Penggalian
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini
adalah sebagai berikut ini.
Gambar 19 Grafik horizontal displesment sebelah 1. Dalam menganilisis stabilitas gate shaft
kanan penggalian menggunakan perangkat lunak Plaxis 8.2,
2. Penggalian gate shaft disimulasikan dengan
3. Vertical displesment ( Uy ) 30 kali fase penggalian dengan kedalaman
tiap fase penggalian 1,5 meter,
3. Stabilitas gate shaft disimulasikan dengan dua
tahap. Pertama tanpa perkuatan/penyangga
dan tahap kedua dengan perkuatan/penyangga.
11

Perkutan yang diberikan yaitu : concrete perkuatan tersebut untuk mengurangi


collar tebal 1,5 meter, shotcrete tebal 0,2 pergerakan/displesment batuan.
meter dan rockbolt panjang 6 meter , jarak
horizontal 1 meter, jarak vertikal 2 meter
4. Fase penggalian gate shaft ke-30 tanpa
perkuatan ( tinjauan dari kiri dan kanan
penggalian gate shaft ) diperoleh data sebagai
berikut :

Tabel 8 Hasil simulasi fase penggalian gate


shaft ke-30 tanpa perkuatan
Gambar 20 Lattice arch
Kiri Kanan
2. Melakukan pemetaan (maping) oleh orang
Total displesment (Utot ) 1,56 m 0,947 m
ahli geologi setelah dilakukan fase
Horizontal displesment penggalian, hal ini bertujuan untuk
0,75 m 0,701 m
(Ux) mendefinisikan kondisi batuan sebenarnya
Vertikal displesment yang ada dilapangan yang selanjutnya
-1,55 m -0,911 m
(Uy) ditentukan model perkuatan/penyangga pada
2
Tegangan Total -771,99 kN/m -848,69 kN/m2 gate shaft .

5. Fase penggalian gate shaft ke-30 dengan


penambahan perkuatan/penyangga ( tinjauan
dari kiri dan kanan penggalian gate shaft )
diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 9 Hasil simulasi fase penggalian gate shaft


ke-30 dengan perkuatan
Gambar 21 Pemetaan kondisi geologi setelah
Kiri Kanan
penggalian
Total displesment (Utot) 0,608 m 0,413 m
Horizontal displesment 3. Dalam analisa tekanan air merupakan salah
0,247 m 0,264 m
( Ux ) satu faktor terjadinya pergerakan tanah,
Vertikal displesment sehingga disarankan membuat lubang
-0,608 m -0,413 m
( Uy ) lubang drainase pada dinding gate shaft untuk
Tegangan Total -748,38 kN/m2 -776,62 kN/m2 mengurangi tekanan air.

6. Usaha penambahan perkuatan berupa


concrete collar, shotcrete dan rockbolt dapat
mengurangi pergerakan tanah baik dari arah
vertikal dan horizontal.
7. Pengaruh total displesment pada simulasi
dengan perkuatan yang masih besar 0,608
Gambar 22 Lubang drainase
meter,sehingga membutuhkan perkuatan/
penyangga tambahan. UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih, kami sampaikan kepada


Sony Pramusani, ST, M.Eng dan Ir. Bemby Sunaryo,
Saran Msc. atas bimbingan, pengertian dan kepercayaan yang
Dengan hasil kesimpulan yang telah dipaparkan diberikan kepada kami dari awal hingga akhir
diatas maka kami, memberikan saran sebagai berikut : penelitian ini. Kemudian kepada Pimpinan dan staf
1. Karena dalam pemodelan dengan Plaxis 8.2 pada pembangunan Waduk Jatigede Sumedang Jawa
masih terdapat kekurangan, diantaranya Plaxis Barat.
tidak dapat memodelkan penyangga jenis steel
rib tipe lattice arch disarankan mamasang
12

DAFTAR PUSTAKA

Apriyono, A. (2009). Analisis stabilitas terowongan


tinjauan terhadap variasi beban gempa
menggunakan metode elemen hingga.
Yogyakarta: UGM.
Brady, B. H., & Brown, E. T. (2004). Rock Mechanics.
New York: Springer.
Brinkgreve, R. B. (2007). Manual Plaxis (Indonesia).
Belanda: Plaxis b.v.
Handoko, L. (2008). Analisis numeris bendung sungai
dibawah batuan karst dalam tinjauan
geoteknik. Yogyakarta: UGM.
Hoek, E. (2006). Practical Rock Engineering. Canada.
Kolymbas, D. (2005). Tunneling and Tunnel
Mechanics. Germany: Springer.
Pariseau, W. G. (2007). Desaign Analys in Rock
Mechanics. London: Taylor & Francis.
Singh, B., & Goel, R. K. (2006). Tunneling in weak
rock. Amsterdam: Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai