Anda di halaman 1dari 11

PERBANDINGAN 3 METODE CAVING

KONTROL TERHADAP CAVING (AMBRUKAN)

A.TOP SLICING
Top slicing adalah suatu metode penambangan yang digunakan untuk menambang
endapan-endapan bijih dan lapisan penutup (overburden) yang lemah atau mudah runtuh.
Penambangan dilakukan selapis demi selapis dari atas kebawah pada lombong yang
disangga. Apabila lombong sudah selesai digali, maka penyangga diatasnya dibiarkan runtuh
sedikit demi sedikit atau secara bertahap. Metode ini akan memungkinkan perolehan tambang
yang tinggi, walaupun sering terjadi dilution.

1.Syarat Penerapan
Metode penambangan ini cocok untuk endapan bijih yang memiliki karakteristik seperti
berikut :
1. Kekuatan bijih: lemah sehingga akan segera runtuh bila dibuat lubang galian dibagian
bawahnya (undercut).
2. Kekuatan batuan samping: lemah - kuat
3. Bentuk endapan: endapan yang teratur dan jelas batasnya, sehingga tidak memerlukan
selective mining.
4. Kemiringan endapan: > 600 atau boleh mendatar.
5. Ukuran endapan: berukuran besar. Tetapi untuk ukuran yang tipis, yaitu 2-3 meter dan
kemiringan yang besar, harus mempunyai batuan samping yang kuat agar tidak terjadi
pengotoran (dilution).
6. Kadar bijih: cukup tinggi.
7. Kedalaman: dangkal.

2.Metode penambangan
Penambangan dimulai dari bagian atas urat-bijih setelah dibuat raise dan crosscut (lihat
Gambar 1). Dari ujung-ujung cross cut digali drift sampai batas uratbijih.
Gambar 1. Metode penambangan top slicing.

3. Pembahasan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pada penambangan metode top slicing:
1. Sebaiknya tanah penutupnya cukup tebal, agar tekanan dari atas cukup besar, sehingga cepat
ambruk/runtuh.
2. Endapan bijih harus seragam, agar tidak perlu mengadakan selective mining.
3. Penyanggaan harus baik walaupun tak perlu memakai kualitas kayu yang baik. Volume kayu
untuk penyangga berkisar antara 5-10% dari volume endapan bijih yang digali. Penggunaan kayu
semakin dalam semakin berkurang, hal ini dikarenakan adanya mat, yaitu kayu-kayu bekas
penyangga yang bertumpuk.
4. Proses ambrukan sebaiknya dibuat secara perlahan agar tidak runtuh sekaligus. Hal ini dapat
berbahaya atau mengurangi keselamatan kerja.
Beberapa upaya untuk meningkatkan efisiensi sistem penambangan ini adalah:
1. Untuk memperbesar produksi, daerah penggalian diperbesar di beberapa permuka kerja
(front).
2. Mengurangi jumlah raise, berarti jarak antar raise dapat diperbesar.
3. Mengurangi pekerjaan persiapan harus diimbangi dengan pengangkutan yang lebih effisien.

4. Segi Positif Top Slicing


1. Bila endapan bijih teratur dan jelas batas-batasnya, maka perolehan tambangnya sangat tinggi
(90-95%).
2. Bila batuan samping tidak terlalu lemah, maka pengotoran jarang terjadi.
3. Termasuk metode penambangan bawah tanah yang dapat berproduksi besar.
4. Dapat mengadakan pengambilan contoh batuan (sampling) didalam lombong secara teratur
untuk mengetahui batas endapan yang tersissa secara pasti.

5. Segi Negatif Top Slicing


1. Banyak menggunakan penyanggaan kayu, sehingga dapat menyebabkan:
Bahaya kebakaran dan penimbunan gas-gas beracun dari proses pembusukan kayu-kayu
penyangga.
Ongkos penambangan menjadi tinggi.
Memakan waktu untuk pemasangannya dan membutuhkan tenaga pemasang yang
terampil.
2. Ventilasi di lombong menjadi sukar, sehingga perlu peralatan khusus.
3. Membutuhkan persiapan kerja yang banyak dan lama.
4. Menyebabkan amblesan yang merusak topografi dan tata lingkungan.
5. Pada waktu hujan, penirisan menjadi sibuk karena air hujan masuk dari retakan-retakan.

2. SUB LEVEL CAVING


Metode ini sering juga disebut juga: sub drift caving, sub level slicing, sub slicing, slicing
and caving atau sub level slicing with ore caving.Sublevel caving merupakan suatu cara
penambangan yang mirip dengan top slicing tetapi penambangannya dimulai dari sub level,
artinya penambangan dimulai dari atas kebawah dan tiap penambangan pada suatu level
dilakukan secara lateral atau meliputi seluruh ketebalan bijih. Endapan bijih diantara dua
sublevel ditambang dengan cara meruntuhkan atau mengambrukan. Suatu tumpukan bekas
penyangga (timber mat) akan terbentuk di bagian atas dari ambrukan, sehingga akan
memisahkan endapan bijih yang pecah dari lapisan penutup diatasnya.

1. Syarat Penerapan
Metode ini cocok untuk endapan-endapan bijih yang memiliki karakteristik seperti
berikut :
1. Kekuatan bijih: lemah tetapi batuan tidak mudah runtuh untuk jangka waktu tertentu dengan
penyanggaan biasa, namun endapan ini akan runtuh bila penyanggaannya ini diambil.
2. Kekuatan batuan samping: lemah dan dapat pecah menjadi bongkah bongkah, dan akan
menjadi penyangga batuan terhadap timber dibawahnya.
3. Bentuk endapan: agak homogen karena selective mining tidak mungkin dilakukan.
4. Kemiringan endapan: tidak begitu penting.
5. Ukuran endapan: sebaiknya > 3 meter.
6. Kadar bijih: sedang sampai tinggi.
7. Kedalaman: dangkal sampai moderat.

2. Metode Penambangan
Pada sub-level caving, 15-20% produksi dilaksanakan pada saat development. Pada
umumnya, development adalah membuat lubang bukaan horizontal seperti level pengangkutan
dan sublevel (drift dan crosscut). Level pengangkutan biasanya diletakkan diluar grid dari drift
atau crosscut.
Pada saat membuat sublevel untuk ekstraksi bijih, crosscut dibuat menembus endapan
hingga mencapai hanging wall atau batas caving. Di akhir crosscut, dibuat lubang tembak ke atas
sampai batas atas caving, lalu dibuat juga ke kiri dan kanan sehingga berbentuk kipas. Ledakan
pertama akan memecahkan slot dan ledakan berikutnya dalam satu round akan menghasilkan
muck. Selanjutnya, beberapa round akan diledakkan secara simultan sehingga menginisiasi
caving sampai sublevel diatasnya.
Sublevel caving juga bisa menggunakan peralatan mekanis. Pemboran dan peledakan
menjadi aktivitas paling dominan dalam menentukan kesuksesan operasi penambangan.
Penentuan titik bor dilakukan dengan surveying dan peledakannya dikontrol. Pengangkutan muck
dilakukan dengan LHD dan selajutnya ditumpahkan di orepass sehingga sampai di level
pengangkutan (lihat Gambar 2 dan 3).
Gambar 2. Metode sublevel caving (Mining Education Australia, 2007).

Gambar 3. Siklus penambangan sublevel caving.

3. Pembahasan
Metode ini merupakan metode perubahan dari top slicing menjadi block caving, terutama
dilihat dari penyanggaannya. Keterangan tambahan mengenai metode sublevel caving adalah:
1.Sebaiknya batuan penutup tidak mudah pecah menjadi ukuran-ukuran kecil karena bisa
digunakan sebagai penyangga.
2.Merupakan salah satu tambang bawah tanah yang berproduksi besar tetapi cukup berbahaya.
Umumnya kecelakaan yang terjadi disebabkan tertimpa oleh penyangganya sendiri.
3.Sulit untuk diubah ke metode penambangan yang lain, kurang luwes.

4. Segi positif Sublevel Caving


1. Produktivitas atau produksi per man shift besar, lebih besar daripada top slicing.
2. Metode penambangan ini termasuk metode penambangan yang agak murah.
3. Ventilasi agak lebih baik dibandingkan dengan top slicing, walaupun banyak udara bersih
yang lolos melewati timber mat, pecahan-pecahan bijih dan batuan penutup.
4. Kemungkinan terjadi kebakaran kecil karena penggunaan penyangga kayu sedikit, kecuali
pada endapan-endapan sulfida.
5. Tidak ada pillar bijih yang ditinggalkan.
6. Bisa mengadakan pencampuran dengan memilih penambangan dari berbagai lombong yang
berbeda-beda kadarnya.
7. Pekerjaan persiapan sebagian besar dilakukan pada badan bijih, sehingga sekaligus dapat
berproduksi.
8. Metode penambangan ini dapat menjadi lebih murah dan aman untuk penambangan dibatuan
yang mudah runtuh karena memanfaatkan kecenderungan mudah runtuhnya batuan samping.
Lubang-lubang penghubung tidak perlu dipelihara. Demikian juga untuk level yang sudah selesai
ditambang.

5. Segi Negatif Sublevel Caving


1. Perolehan tambang tidak tinggi yaitu berkisar 70-80%.
2. Sulit untuk mengadakan tambang pilih (selective mining) karena tidak dapat ditambang bagian
demi bagian.
3. Sulit dalam mengawasi runtuhnya batuan. Oleh karena itu, dilution sering terjadi sampai 10%.
Bila dilution harus rendah, maka mining recovery juga menurun.
4. Metode penambangan ini merupakan metode penambangan yang kurang luwes karena terlalu
banyak syarat yang harus dipenuhi dan tidak mudah diubah ke metode yang lain.
3. BLOCK CAVING
Blok caving merupakan suatu metode penambangan yang dimulai dengan membuat suatu
undercut terhadap suatu blok endapan bijih. Untuk membuat awal development berjalan lancar,
maka tinggi undercut sebaiknya dibuat antara 2,5-6,0 m. Sebelum undercut diruntuhkan, blok
harus disangga dulu menggunakan beberapa pillar. Jika pillar ini dibuang, maka blok akan
runtuh secara perlahan.
Corongan bijih (ore chute) harus banyak agar pengambilan bijih yang pecah (broken ore)
dapat merata dan batas antara bijih dan lapisan penutup teratur, sehingga kemungkinan
terjadinya pengotoran (dilution) karena bercampurnya bijih dengan lapisan penutup dapat
dibatasi atau dikurangi. Diatas cadangan bijih yang ditambang jangan ada bangunan penting,
karena penambangan ini akan menimbulkan amblesan.

1. Syarat Penerapan
Metode ini cocok diterapkan terhadap endapan bijih yang memiliki karakteristik seperti berikut:
1. Kekuatan bijih: lemah, sehingga mudah pecah atau runtuh dan dapat dipisahkan dari blok
disebelahnya.
2. Kekuatan batuan samping: lemah sehingga mudah pecah menjadi bongkah-bongkah yang
lebih besar dari pada bongkah bijih, dimana tekanannya akan membantu memecah endapan bijih
dibawahnya.
3. Bentuk endapan: homogen karena tidak mungkin dilakukan tambang pilih. Sebaiknya antara
endapan bijih dan lapisan penutup (capping) terdapat perbedaan fisik yang mudah dilihat,
sehingga pengotoran (dilution) pada drawpoint dapat dihindari. Endapan bijih sebaiknya tidak
mudah bereaksi dengan udara. Oleh karena itu, metode ini tidak cocok untuk endapan bijih
sulfida.
4. Kemiringan endapan: tidak menjadi persoalan, tetapi jika berbentuk urat bijih sebaiknya
memiliki kemiringan > 650.
5. Ukuran endapan: ketebalan > 3m; tinggi > 35 m.
6. Kadar bijih: tidak perlu bernilai tinggi.
7. Kedalaman: moderate.
2. Metode Penambangan
Pada metode block caving, bijih tiap blok dipindahkan dengan luas dan volume tertentu
selama proses undercutting. Luas dan volume bijih yang dipindahkan harus cukup besar untuk
menginisiasi ambrukan bijih dan massa batuan diatasnya. Bijih dan massa batuan tersebut di
arahkan ambrukannya ke dalam drawpoint yang sudah disiapkan dibawah blok yang akan
diambrukkan. Ketika bijih tersebut ambruk ke dalam drawpoint, maka bijih dan massa batuan
diatasnya kehilangan penyangga dan akan terus ambruk. Abrukan dihentikan apabila kandungan
bijih yang ambruk sudah tidak ekonomis lagi (tercampur dengan massa batuan yang ikut
ambruk).
Ore chute pada bagian bawah tiap blok dibuat terlebih dahulu untuk kemudian diledakkan
dan menimbulkan efek ambrukan terhadap material diatasnya. Setelah peledakan terjadi, batuan
samping akan pecah membentuk bongkah dan ukurannya lebih besar daripada bijih yang ikut
hancur. Oleh karena itu, bijih akan mengalir ke drawpoint, sedangkan batuan samping akan
tertahan diatas sebagai penyangga. Gambar 4 menunjukkan skematik metode block caving pada
tambang emas di North Park, Sydney, Australia. Sedangkan Gambar 8.5 menunjukkan skematik
bentuk drawbell pada tambang tersebut.

Gambar 4. Skematik metode block caving, tambang emas North Park,Sydney, Australia.
Gambar 8.5. Skematik bentuk drawbell pada metode block caving.

3. Pembahasan
Cara ini dapat memberikan produksi yang besar dengan ongkos penambangan per ton
bijih yang murah, walaupun :
1. Ongkos persiapan besar.
2. Perolehan tambangnya rendah, yaitu antara 70 - 80 %.
3. Sering terjadi pengotoran, sehingga menyulitkan dalam pengolahannya.
Pada umumnya cara ini cocok untuk endapan-endapan bijih yang berukuran besar, dan
akan sangat mudah dalam penambangannya jika batas antara endapan bijih dan lapisan
penutupnya teratur, tidak banyak kantung bijih (pockets), ore shoot, dll. Kondisi pemasaran tidak
boleh tersendat-sendat, karena pengambilan bijihnya harus tetap (konstan).

4. Segi Positif Block Caving


1. Dapat berproduksi besar, dan hanya memerlukan sedikit pemboran, peledakan serta
penyanggaan, jadi dapat menekan ongkos penambangannya.
2. Pekerjaan persiapan penambangan hanya terjadi pada permulaan saja; setelah ambrukan
berjalan, maka pekerjaan persiapan umumnya sudah berakhir.
3. Produksinya terpusat pada draw point, dan dari draw point terkumpul pada grizzly level,
sehingga produksi mudah dikontrol.
4. Keamanan karyawan lebih terjamin, kecuali yang harus melakukan tugas perawatan pada
draw point.
5. Ventilasi bisa lebih baik, apalagi bila rekahan-rekahan diantara bijih yang pecah itu tidak
tertutup oleh partikel-partikel halus, jadi bisa terjadi ventilasi alam.

5. Segi Negatif Block Caving


1. Persiapan penambangan tahap pertama membutuhkan biaya besar dan waktu yang lama.
2. Perawatan drawpoints dan saluran-saluran yang dilalui bijih (ore passes) umunya sulit dan
mahal.
3. Peroleh tambang rendah (70-80%), dan pengotoran sering terjadi, terutama menjelang akhir
penambangan.
4. Cara ini tidak luwes, dalam arti kata :
a. sukar diubah ke sistem penambangan yang lain.
b. produksinya tak dapat dihentikan terlalu lama, karena dapat menyebabkan macetnya
proses penurunan.
5. Ukuran dari broken ore tak dapat dikontrol.
Kalau ketiga metode ambrukan diatas diperbandingkan, maka urutan peringkatnya akan terlihat
seperti pada Tabel 1.

Anda mungkin juga menyukai