I. TUJUAN
1. Menentukan kurva serapan dan panjang gelombang maksimum untuk
penentuan kadar kafein dalam sampel tablet.
2. Menentukan kurva kalibbrasi dari larutan kafein.
b. Perhitungan Cu
Konsentrasi Larutan Induk
50 mg mg
Konsentrasi= x 0,1 ml
500 ml
g
=100 = 100 ppm
ml
4 ppm
V1 X N1 = V2 X N2
V1 X 100 = 100 X 4
100 4
1 =
100
V1 = 4 ml
6 ppm
V1 X N1 = V2 X N2
V1 X 100 = 100 X 6
100 6
1 =
100
V1 = 6 ml
8 ppm
V1 X N1 = V2 X N2
V1 X 100 = 100 X 8
100 8
1 =
100
V1 = 8 ml
10 ppm
V1 X N1 = V2 X N2
V1 X 100 = 100 X 10
100 10
1 =
100
V1 = 10 ml
12 ppm
V1 X N1 = V2 X N2
V1 X 100 = 100 X 12
100 12
1 =
100
V1 = 12 ml
c. Grafik
Absorbansi Kafein
0.8
0.6
Absorbansi
y = 0.0514x + 0.0752
0.4 R = 0.9991
Series1
0.2
Linear (Series1)
0
0 5 10 15
Kadar
d. Pembahasan
Dari hasil praktikum mengenai penentuan panjang
gelombang maksimum dan pembuatan kurva kalibrasi pada sampel,
dalam hal ini digunakan sampel kafein dengan kadar yang berbeda-
beda yaitu 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm, 12 ppm dan dalam
praktikum kali ini juga menggunakan spektrofotometer karena
dapat digunakan untuk mengukur jumlah cahaya yang diabsorpsi
atau ditransmisikan oleh molekul-molekul didalan larutannya.
Tujuan dari praktikum kali ini agar dapat mengetahui tahapan-
tahapan dalam pembuatan kurva kalibrasi sehingga dapat digunkan
kurva kalibrasi dalam analisis obat. Berdasarkan praktikum yang
sudah dilakukan, praktikan dapat mengetahui mengenai tahapan-
tahapan pembuatan kurva kalibrasi bahwasannya larutan sampel
harus dibuatakan dahulu larutan induknya dari 50 mg kafein
dilarutkan dahulu dengan 500 ml air aquadest. Kemudian
ditentukan kadar dari masing-masing sampel sebelum dianalisis
menggunakan spektrofotometer. Setelah itu larutan induknya
diencerkan sesuai dengan kadar ppm yang telah ditentukan yaitu 4
ppm, 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm, dan 12 ppm. Sebelum dilakukan
pengukuran serapan, maka masing-masing komponen harus
ditentukan panjang gelombang maksimumnya terlebih dahulu.
Alasan penggunaan panjang gelombang maksimum ( maks) yakni
panjang gelombang maksimum memiliki kepekaan maksimal
karena terjadi perubahan absorbansi yang paling besar serta pada
panjang gelombang maksimum bentuk kurva absorbansi memenuhi
hukum Lambert-Beer. Dari percobaan ini diperoleh panjang
gelombang maksimum untuk kafein dengan menggunakan panjang
gelombang maksimal yang sudah ditentukan yaitu 273 nm. Setelah
itu dilakukan pengujian larutan dengan alat spektrofotometer untuk
mengetahui nilai absorbansi dan kemudian dari kelima deret
tersebut ketika sudah mengetahui nilai absorbansinya lalu dihitung
menggunkan rumus :
V1 . N1 = V2 . N2
Dimana, V1 : Volume larutan yang dipipet (ml)
V2 : Volume larutan setelah dilakukan pengenceran (ml)
N1 : Konsentrasi zat awal sebelum dilakukan
pengenceran (ppm)
N1 : Konsentrasi zat sesudah dilakukan pengenceran
(ppm)
Sehingga kurva kalibrasi yang didapat adalah
Y = 0,0514 x + 0,0752
R = 0,9991
Kurva baku yang dibuat merupakan hubungan antara luas
area (mAU-min) dengan konsentrasi baku (g/mL). Hasil
hubungan tersebut dibuat regresi linearnya yaitu y = bx + a, dimana
y adalah respon (luas area atau tinggi), b adalah kemiringan (slope)
dan a adalah intersep. Masing-masing kurva baku dibuat sebanyak
5 kali ulangan. Kurva baku yang digunakan adalah kurva baku
yang memberikan koefisien korelasi paling besar (r mendekati
1,00) dengan kriteria r 0,999 (Ahuja dan Dong, 2005). Hasil dari
masing-masing kurva baku berdasarkan konsentrasi vs luas area
yang didapat dari sampel kafein. Dalam praktikum pembuatan
kurva kalibrasi ini juga dapat dihubungkan dengan analisis obat
nantinya, karena apabila kita sudah dapat mengetahui kurva
kalibrasi dari suatu obat maka dapat diketahui nilai t dari suatu
obat atau waktu paruh dari obat yang telah dianalisis.
Pemilihan spektrofotometer UV-Vis adalah karena
spektrofotometer merupakan instrument analisis yang tidak rumit,
selektif, serta kepekaan dan ketelitiannya tinggi. Selain itu,
senyawa kafein yang akan dianalisis memiliki kromofor pada
strukturnya berupa ikatan rangkap terkonjugasi dan juga
merupakan senyawa aromatik karena memiliki gugus aromatik
sehingga memenuhi syarat senyawa yang dapat dianalisis
menggunakan spektrofotometri UV-Vis.
V. KESIMPULAN
Dari percobaan diatas mengenai stimulansia sistem saraf pusat dapat
disimpulkan bahwa :
1. Panjang gelombang larutan kafein adalah 273 nm
2. Nilai absorban yang kita peroleh dari konsentrasi :
4 ppm : 0,278 A
6 ppm : 0,384 A
8 ppm : 0,488 A
10 ppm : 0,596 A
12 ppm : 0,986 A
Hal ini berarti masih dalam rentang nilai absorban yang baik yaitu antara
0,2 0,8.
3. Kurva kalibrasi yang kita peroleh mempunyai nilai r sebesar 0,9991
4. Persamaan kurva kalibrasi yang didapar adalah :
Y = 0,0514 x + 0,0752
5. Semakin tinggi kadar kafein maka semakin tinggi pula nilai absorban yang
diperoleh
6. Spektrofotometer merupakan alat penentu absorbansi dari sampel tertentu
untuk membuat kurva kalibrasi
7. Meteode spektrofotometri dapat digunakan untuk mementukan unsur-
unsur dalam suatu bahan dengan kepekaan.
8. Pembuatan kurva kalibrasi dilakukan dengan cara membuat hubungan
antara nilai absorbansi dan konsentrasi sampel yang telah dimasukkan ke
dalam persamaan garis.