Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KELAS 3B / 6
Dari jumlah tersebut, sebanyak 92% bencana tahun ini adalah bencana hidrometeorologi yang
didominasi oleh banjir, longsor dan puting beliung akibat fenomena La Nina. La Nina merupakan fenomena
mendinginnya suhu muka laut di Samudera Pasifik area khatulistiwa, yang mendorong bertambahnya
pasokan uap air bagi Indonesia, sehingga curah hujan akan cenderung meningkat. Tahun sebelumnya
fenomena yang terjadi adalah El Nino yang merupakan kebalikan dari La Nina, yaitu musim kemarau
panjang dengan minim curah hujan, seperti yang terjadi tahun 2015 kebakaran hutan yang besar.
Menurut Kepala BMKG, fenomena La Nina menyebabkan terjadinya kemarau basah yang
berlangsung hingga penghujung tahun. Sebanyak 92,7 persen wilayah Indonesia memasuki musim hujan
mulai Agustus-November. Wilayah yang terkena dampak curah hujan tak normal adalah Sumatera Utara
bagian barat, Sumatera Barat bagian barat, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa bagian barat, Kalimantan
Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Papua.
Selama 2016 terjadi 766 bencana banjir, 612 longsor, 669 puting beliung, 74 kombinasi banjir dan
longsor, 178 kebakaran hutan dan lahan, 13 gempa, tujuh gunung meletus, dan 23 gelombang pasang dan
abrasi. Dampak yang ditimbulkan bencana telah menyebabkan 522 orang meninggal dunia dan hilang, 3,05
juta jiwa mengungsi dan menderita, 69.287 unit rumah rusak dimana 9.171 rusak berat, 13.077 rusak
sedang, 47.039 rusak ringan, dan 2.311 unit fasilitas umum rusak.
1. Sinabung Tak Pernah Tidur
Awan panas Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara kembali memakan korban. Tujuh
orang meninggal dunia dan 2 orang kritis dengan luka bakar terkena awan panas bersuhu 700 derajat Celsius
pada Sabtu sore, 21 Mei 2016. Peristiwa nahas tersebut terjadi di Desa Gamber, Kecamatan Simpang Empat,
kabupaten Karo. Ketika awan panas datang, para korban melakukan kegiatan di kawasan yang merupakan
zona merah atau berjarak radius 5 kilometer Gunung Sinabung.
Hujan yang terjadi sepanjang bulan Juni telah menyebabkan bencana banjir dan tanah longsor
menimpa beberapa wilayah bagian selatan Jawa Tengah. Menurut laporan yang diterima BNPB, wilayah
tersebut antara lain Kabupaten Kebumen, Banjarnegara, Wonosobo, Purworejo, Banyumas, Karanganyar,
Wonogiri, dan Kota Solo. Pada tanggal 18 Juni 2016, telah terjadi banjir bandang di Desa Jatiroto dan Desa
Purbowangi, Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen. Banjir bandang ini terjadi akibat luapan sungai di
sekitar dua desa tersebut.
Di saat yang sama juga terjadi longsor di Dukuh Semampir, Desa Sampang, Kecamatan Sempor,
Kabupaten Kebumen. Diperkirakan tiga orang tertimbun longsor. Pemerintah Kabupaten Kebumen
menetapkan masa tanggap darurat selama 15 hari, terhitung pada 19 Juni hingga 3 Juli 2016. Pada hari
yang sama, juga terjadi longsor di Desa Gumelem Kulon, Kecamatan Susukan, Kabupaten Banjarnegara.
Longsor terjadi karena hujan deras sejak sehari sebelum kejadian. Tiga orang meninggal karena tertimbun
longsoran yaitu Sudarno (40), Ahmad Bahrudin (40), dan Wato (40).
Pemerintah pusat dan daerah, relawan, dan lembaga swasta turut berkontribusi dalam
penanganan tanggap darurat di Kabupaten Purworejo, mulai dari pencarian korban hingga penanganan
pengungsi. Sekitar 450 personil Tim SAR gabungan dari BPBD, TNI, Polri, Basarnas, PMI, Tagana, SKPD, NGO,
dan relawan masyarakat terlibat dalam pencarian korban hilang di Desa Donorati dan Desa Karangrejo/
Caok. Total pengungsi sebanyak 280 jiwa tersebar di tiga lokasi pengungsian yaitu di Desa Jelok, Desa
Donorati, dan Desa Sudimoro. Selain korban jiwa, juga terdapat kerugian akibat banjir dan longsor di
Kabupaten Purworejo. Kerugian
tersebut yakni 100 rumah rusak
akibat tertimpa longsoran tanah,
41 rumah rusak akibat banjir, 28
rumah rusak berat, dan 3 jembatan
rusak. Ketiga jembatan yang rusak
berada di Kecamatan Loning,
Mranti, dan Caok.
Gambar Longsor di jalan penghubung antara Desa Caok dan Desa Donorati
Kepala BNPB, Willem Rampangilei, bersama Bupati Purworejo, Ketua Komisi 8 DPR RI, dan pejabat
BNPB mendampingi BPBD dalam penanganan darurat di lokasi longsor di Purworejo. Operasi SAR
ditetapkan hingga 24 Juni 2016. Daerah longsor yang terjadi di Purworejo, Kebumen dan Banjarnegara
merupakan daerah rawan sedang hingga tinggi longsor. Adanya pemicu hujan lebat menyebabkan longsor
terjadi dan menimbulkan korban jiwa. Perlu ada upaya mitigasi stuktural dan non struktural untuk
melindungi masyarakat dari bahaya longsor, seperti penataan ruang yang berbasis peta rawan longsor perlu
lebih ditegakkan dalam implementasinya untuk melindungi masyarakat dari longsor.
Petaka itu datang saat menjelang tengah malam sewaktu sebagian besar warga Garut, Jawa
Tengah, sedang terlelap tidur. Tepat pada Selasa malam, 20 September 2016, banjir bandang Garut
menerjang tujuh kecamatan. Tercatat sekitar 2.511 rumah rusak berat dan ringan, serta 100 rumah hilang
akibat tersapu banjir bandang Garut.
Sebanyak 6.361 orang pun diungsikan ke sejumlah lokasi pengungsian, seperti di Markas Komando
Resor Militer dan Komando Distrik Militer setempat, Apotek Wira Prima, dan Rumah Sakit Guntur. Kepala
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, Dadi Zakaria, mengatakan hujan deras yang
terjadi sejak pukul 19.00 WIB menyebabkan arus Sungai Cimanuk yang berada di sekitar Kota Garut meluap.
Ratusan rumah, perkantoran, dan instalasi vital lainnya milik pemerintah yang berada di dekat sungai
akhirnya tak luput dari terjangan banjir. Berdasarkan Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB), tercatat 34 orang meninggal, 19 orang hilang, dan 35 orang terluka akibat bencana itu. Sementara,
sebanyak 6.361 warga harus mengungsi.
Pada 7 Desember 2016, sebuah gempa bumi berkekuatan 6,5 skala Richter mengguncang Kabupaten
Pidie Jaya, Aceh, Indonesia, pada pukul 5.03.36 WIB. Pusat gempa berada di koordinat 5,25 LU dan 96,24
BT, tepatnya di darat pada jarak 18 kilometer tenggara Sigli, Pidie dan 2 kilometer utara Meureudu, Pidie
Jaya pada kedalaman 15 km. Gempa dengan durasi 10-15 detik itu terjadi saat masyarakat setempat bersiap
untuk melaksanakan salat subuh. Guncangan gempa yang terasa kuat di daerah Pidie Jaya membuat
puluhan ribu warga panik dan berusaha menyelamatkan diri. Gempa ini merenggut 112 jiwa dan ratusan
orang lainnya terluka.
Program penghijauan yang dilaksanakan oleh Koramil 01/Magelang Selatan dengan sasaran bantaran
sungai Kali Progo yang ada di wilayah Kampung Tulung Kelurahan Magelang pada Bulan Januari 2016.
Program penghijauan memasuki awal tahun 2016 yang juga merupakan kalender dalam perencanaan
reboisasi dapat terlaksana dengan baik hingga saat ini memasuki tahap perawatan. Dengan penghijauan
banyak manfaat yang didapat diantaranya untuk menjaga erosi tanah disekitar bantaran Kali Progo,
menjaga sumber mata air agar tetap terjaga dan tentunya dengan penghijauan apabila tanaman yang
ditanam mempunyai nilai ekonomis bisa membantu pendapatan keluarga. Adapun jenis tanaman yang
ditanam yakni suren, sengon, mahoni dan jabon. Wakil Komandan Koramil 01/Magelang Selatan Kapten Inf
Bambang Supriyadi mengatakan TNI selalu mendukung program pemerintah khususnya bidang pertanian
dengan menanam pohon, kita tahu sekarang ini terjadi pemanasan global atau global warming yang sangat
berpengaruh terhadap kehidupan manusia dimana bumi ini terasa panas, musim sudah mulai tidak
menentu dan lain-lain, untuk menghindari itu kita sukseskan gerakan 1 milyar penanaman pohon pungkas
Wadanramil 01/Magelang Selatan.
Hari menamam pohon Indonesia (HMPI) merupakan agenda rutin yang dilaksanakan setiap tahun
di Kabupaten Kulon Progo. Pelaksanaan HMPI didasari oleh Keppres No. 24 Tahun 2008, sebagai upaya
rehabilitasi hutan, mengurangi degradasi dan deforestasi hutan dan lahan, mengantisipasi dampak
perubahan iklim global dan kerusakan lingkungan. Peringatan HMPI 2016 tingkat nasional akan
dilaksanakan pada tanggal 28 November 2016 di Kabupaten Tuban Provinsi Jawa Timur, sedangkan
peringatan HMPI tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta telah dilaksanakan pada tanggal 5 November 2016
di Desa Balong, Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunung Kidul.
Kabupaten Kulon Progo melaksanakan puncak peringatan HMPI, Rabu 9 November 2016 bertempat
di Lokasi Wisata Mangrove Wanatirta, Dusun Pasir Mendit, Desa Jangkaran, Kecamatan Temon. Acara ini
dihadiri oleh PJ Bupati Kulon Progo didampingi oleh Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten
Kulon Progo dan perwakilan SKPD se-kabupaten Kulon Progo. Dalam kesempatan ini hadir juga Titiek
Soeharto anggota DPR IV yang membidangi Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Kelautan, Perikanan, dan
Pangan.
Rangkaian acara ini diawali dengan penanaman mangrove sacara simbolis oleh Titiek Soeharto dan
PJ Bupati Kulon Progo. Dilanjutkan dengan penyerahan bantuan sosial kepada masyarakat berupa kegiatan
Pengembangan Perhutanan Masyarakat Pedesaan Berbasis Konservasi (PPMPBK) kepada 7 kelompok tani,
serta penyerahan transplanter kepada 1 kelompok tani.
Dalam kesempatan ini, Titiek Soeharto menyampaikan bahwa di bulan November selain terdapat
peringatan HMPI juga terdapat peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional yang diperingati setiap
tanggal 5 November. Menurut beliau, kelestarian lingkungan harus terus dijaga karena merupakan salah
satu sumber pembangunan di berbagai sektor. Titiek Soeharto juga berpesan agar keanekaragaman hayati
yang ada di Indonesia pada umumnya dan di Mangrove Kulon Progo pada khususnya harus tetap dijaga
kelestariannya sehingga ekosistem tetap dalam keadaan baik dan ideal.
Bank Pasar Kulon Progo melalui kegiatan CSR juga turut menyukseskan puncak peringatan HMPI
Kabupaten Kulon Progo tahun 2016 dengan membantu bibit tanaman kehutanan sejumlah 8.000 batang
dengan jenis Jati (2.000 batang), dan sengon (6.000 batang). Bibit tersebut selanjutnya akan dibagikan ke
siswa sekolah di sekitar Kecamatan Temon. Bibit tersebut diharapkan dapat ditanam di lingkungan rumah
masing-masing siswa dan menjadi tabungan di masa yang akan datang.
Pelaksanaan Earth Hour 2016 di Indonesia berjalan lancar, sukses dan aman pada Sabtu, 28 Maret
lalu. Dalam catatan WWF-Indonesia berdasarkan laporan yang diterima dari Komunitas Earth Hour, tidak
kurang dari warga masyarakat, bisnis dan pemerintah di 48 kota telah berpartisipasi merayakan Earth Hour
dengan melakukan pemadaman lampu selama satu jam dari pukul 20.30-21.30 waktu setempat.
WWF Indonesia mengucapkan terima kasih dan memberikan apresiasi atas partisipasi masyarakat,
komunitas bisnis dan pemerintah kota, khususnya Walikota/Bupati/Gubernur yang telah menghimbau dan
mengajak warganya untuk menjadi bagian dari Earth Hour 2016. Pemadaman lampu dan peralatan
elektronik yang tidak digunakan selama 1 jam dalam perayaan Earth Hour merupakan aksi sukarela sebagai
simbolisasi dari komitmen untuk perubahan gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. Penurunan beban
listrik saat Earth Hour berlangsung bisa menjadi salah satu indikator tingkat partisipasi masyarakat, namun
bukan satu-satunya tolok ukur keberhasilan pelaksanaan Earth Hour, yang berlangsung di 172 negara di
dunia. Indikator yang dipakai dalam gerakan Earth Hour Global adalah tingkat partisipasi publik terutama
dari jumlah negara, jumlah kota, komunitas bisnis yang menyatakan dan membuktikan turut serta dalam
aksi pemadaman lampu.
Di Indonesia, Earth Hour tahun ini mengangkat tema HIJAUKAN HUTAN, BIRUKAN LAUT melalui
pesan #IniAksiku, yang lebih terfokus pada aktivasi 7 isu konservasi yaitu laut dan pesisir, deforestasi,
keanekaragaman hayati, sampah (waste), sungai dan air, transportasi dan energi. Ketujuh isu konservasi itu
sendiri tersebar di 7 kawasan di Indonesia:
1. Save mangrove #BirukanLaut, Kabupaten Aceh Besar
2. Selamatkan Penyu, Selamatkan Kehidupan!, Padang
3. Beri ruang untuk Penyu Lekang, Yogjakarta
4. #Hijaukan Hutan Mangrove di Pesisir Surabaya
5. Adopsi coral #BirukanLaut, Denpasar
6. Mangrove for Love, Lestarikan dengan Cinta, Denpasar
7. Satria dan mangrove, Balikpapan