Anda di halaman 1dari 11

DASAR NEGARA DI DUNIA

1. Negara Indonesia
Pancasila Sebagai Dasar Negara Indonesia

Dasar negara yang digunakan di Indonesia adalah Pancasila. Pancasila terdiri dari dua
kata, berasal dari bahasa Sanskerta: paca berarti lima dan la berarti prinsip atau asas.
Ideologi dasar bagiNegara Indonesia adalah Pancasila, merupakan rumusan dan pedoman
kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Ketuhanan Yang Maha Esa
Kemanusiaan yang adil dan beradab
Persatuan Indonesia
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

2. Negara Arab Saudi


Islam sebagai dasar Negara Arab Saudi, Alquran dan Sunnah Rasulullah merupakan
Undang-Undang Dasar (the constitution) nagara, dan syariah sebagai hukum dasar yang
dilaksanakan oleh mahkamah-mahkamah (pengadilan-pengadilan) syariah. Dengan ulama
sebagai hakim dan penasehat-pensehat.
Syariah sebagai hukum dasar yang mencakup konsep-konsep hukum yang terdapat
dalam yang menurut ahli tafsir Alqurah berjumlah 155 ayat, (Harun Nasition, 1980) dan
dari al-Sunnah (tradisi-tradisi) Rasulullah yang terkait dengan hukum, baik berupa
pernyataan-pernyataan, tindakan atau perbuatan maupun suatu perizinan (tanpa disertai
dengan suatu perkataan atau perbuatan). Demikian juga tradisi hukum yang dilakukan oleh
para shabat nabi (ijmaa sahabi) dan penerapan hukum yang digali dari kedua sumber Islam
oleh ulama-ulama, baik yang berada dalam lembaga peradilan maupun lembaga mufti.

3. Negara Malaysia
Konstitusi Malaysia, dikenal juga sebagaiKonstitusi Persekutuan,
adalah hukumtertinggi di Malaysia. Konstitusi ini merupakan satu dokumen hukum tertulis
yang telah dibentuk berdasarkan dua dokumen terdahulu yaitu Perjanjian Persekutuan Tanah
Melayu 1948 dan Konstitusi Kemerdekaan tahun 1957.

4. Negara Belanda
Dalam undang-undang dasar Kerajaan tahun 1814 ditentukan bahwa Raja-lah yang
memerintah dan bahwa para menteri bertanggungjawab kepada raja. Amandemen undang-
undang tahun 1848 Raja dinyatakan tidak dapat diganggu gugat, para menteri untuk
selanjutnya bertanggung-jawab kepada perwakilan rakyat yang dipilih melalui pemilu.
Undang-undang dasar baru itu merupakan dasar bagi bentuk pemerintahan kerajaan
konstitusional dengan sistem parlementer.

5. Negara Jepang
Dasar Negara Jepang Konstitusi Jepang (Shinjitai: Kyjitai:
Nihon-Koku Kenp?) adalah dokumen legal pendirian negara Jepang sejak tahun 1947.
Konstitusi ini menetapkan pemerintahan berdasarkan sistem parlementer dan menjamin
kepastian akan hak-hak dasar warga negara. Berdasarkan ketetapannya, Kaisar
Jepang berperan sebagai "simbol Negara dan persatuan rakyat" dan menjalankan peran
yang murni seremonial tanpa kedaulatan yang sesungguhnya. Dengan demikian, berbeda
dengan raja atau ratu lainnya, Kaisar Jepang secara formal bukanlah kepala negara meskipun
ia ditampilkan dan diperlakukan sebaimana layaknya seorang kepala negara. Konstitusi ini,
yang disebut juga "Konstitusi Damai ( Heiwa-Kenp?)," memiliki karakteristik
utama dan terkenal karena tidak memberikan hak untuk memulai perang; yang terdapat
pada Pasal 9, dan dalam penjelasan yang lebih ringkas pada ketetapan de jure kedaulatan
rakyat yang berhubungan dengan peranan kekaisaran.

6. Negara Amerika
Konstitusi Amerika Serikat adalah hukum tertinggi di Amerika Serikat. Konstitusi ini
selesai dibuat pada 17 September 1787 dan diadopsi melalui Konvensi
Konstitusional di Philadelphia, Pennsylvania, dan kemudian akan diratifikasi melalui
konvensi khusus di tiap negara bagian. Dokumen ini membentuk gabungan federasi dari
negara-negara berdaulat, dan pemerintah federal untuk menjalankan federasi tersebut.
Konstitusi ini menggantikan Articles of Confederation yang lebih kurang jelas dalam
pendefinisian federasi ini.
Konstitusi ini mulai berlaku pada tahun 1789 dan menjadi model konstitusi untuk
banyak negara lain. Konstitusi Amerika Serikat ini merupakan konstitusi nasional tertua yang
masih dipergunakan sampai sekarang.

7. Negara Singapura
Singapura adalah sebuah republik parlementer dengan sistem pemerintahan
parlementer unikameral Westminster yang mewakili berbagai konstituensi. Konstitusi
Singapura menetapkan demokrasi perwakilan sebagai sistem politik negara ini. Partai Aksi
Rakyat (PAP) mendominasi proses politik dan telah memenangkan kekuasaan
atas Parlemen di setiap pemilihan sejak menjadi pemerintahan sendiri tahun 1959. Freedom
House menyebut Singapura sebagai "sebagian bebas" dalam "laporan Freedom in the
World" dan The Economist menempatkan Singapura pada tingkat "rezim hibrida", ketiga dari
empat peringkat dalam "Indeks Demokrasi".
8. Negara Mesir
Kairo (SI ONLINE) - Setelah melalui proses perdebatan panjang, akhirnya Majelis
Penyusunan Konstitusi atau Undang-Undang Dasar (UUD) baru Mesir sepakat
mempertahankan syariah Islam sebagai sumber segala hukum. Konstitusi Mesir yang berlaku
saat ini menjadi kontroversial pasca revolusi penumbangan rezim pimpinan Presiden Hosni
Mubarak pada awal tahun lalu. Konstitusi 1971 itu mula-mula diamandemen lewat
referendum pada Maret 2011, kemudian disusul lagi dengan "Taklimat Pelengkap Konstitusi"
yang ditetapkan Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata (SCAF) bulan lalu.

9. Negara Inggris
Konstitusi dari Britania Raya adalah himpunan hukum dan prinsip-prinsip Inggris
diatur. Tidak seperti negara lain, Inggris tidak memiliki satu dokumen konstitusional atau
tidak tertulis. Oleh karena itu sering dikatakan bahwa Negara itu memiliki de
factokonstitusi.Namun, banyak dari konstitusi Inggris diwujudkan dalam bentuk tertulis,
dalam undang-undang, keputusan pengadilan dan perjanjian. Konstitusi memiliki sumber
tidak tertulis lainnya, termasuk parlemen konvensi konstitusional dan hak-hak istimewa
kerajaan.

10. Negara Australia


Sistem pemerintahan Australia dibangun di atas tradisi demokrasi liberal. Berdasarkan nilai-
nilai toleransi beragama, kebebasan berbicara dan berserikat, dan supremasi hukum,
lembaga-lembaga Australia dan praktik-praktik pemerintahannya mencerminkan model
Inggris dan Amerika Utara. Pada saat yang sama, mereka khas Australia
Macam - Macam Ideologi Di Dunia

1. Konservatisme
Sebuah filsafat politik yang mendukung nilai-nilai tradisional. Istilah ini berasal dari kata
dalam bahasa latin, conservre, melestarikan; "menjaga, memelihara, mengamalkan". Karena
berbagai budaya memiliki nilai-nilai yang mapan dan berbeda-beda, kaum konservatif di
berbagai kebudayaan mempunyai tujuan yang berbeda-beda pula.Sebagian pihak konservatif
berusaha melestarikan status quo, sementara yang lainnya berusaha kembali kepada nilai-
nilai dari zaman yang lampau, the status quo ante.
2. Komunisme

Komunisme adalah paham yang mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan


pribadi dan golongan, paham komunis juga menyatakan semua hal dan sesuatu yang ada di
suatu negara dikuasai secara mutlak oleh negara tersebutPenganut faham ini berasal dari
Manifest der Kommunistischen yang ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, sebuah
manifes politik yang pertama kali diterbitkan pada 21 Februari 1848 teori mengenai komunis
sebuah analisis pendekatan kepada perjuangan kelas (sejarah dan masa kini) dan ekonomi
kesejahteraan yang kemudian pernah menjadi salah satu gerakan yang paling berpengaruh
dalam dunia politik.
Negara yang masih menganut komunisme adalah Tiongkok, Vietnam, Korea Utara, Kuba dan
Laos.
3. Liberalisme
Liberalisme atau Liberal adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang
didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama.
Liberalisme dianut oleh negara-negara di berbagai benua.
Benua amerika: Amerika Serikat, Argentina, Bolivia, Brazil, Cili, Cuba, Kolombia, Ekuador,
Honduras, Kanada, Meksiko, Nikaragua, Panama, Paraguay, Peru, Uruguay, Venezuela
Aruba, Bahamas, Republik Dominika,
4. Kapitalisme
Kapitalisme atau Kapital adalah suatu paham yang meyakini bahwa pemilik modal bisa
melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Negara yang menganut
paham kapitalisme adalah Inggris, Belada, Spanyol, Australia, Portugis, dan Perancis.
5. Fasisme
Fasisme merupakan sebuah paham politik yang mengangungkan kekuasaan absolut tanpa
demokrasi. Dalam paham ini, nasionalisme yang sangat fanatik dan juga otoriter sangat
kentara.
Kata fasisme diambil dari bahasa Italia, fascio, sendirinya dari bahasa Latin, fascis, yang
berarti seikat tangkai-tangkai kayu. Ikatan kayu ini lalu tengahnya ada kapaknya dan pada
zaman Kekaisaran Romawi dibawa di depan pejabat tinggi. Fascis ini merupakan simbol
daripada kekuasaan pejabat pemerintah.
Negara yang menganut paham faiisme adalah Italia, Jerman dan Jerman.
6. Sosialisme
Sosialisme atau sosialis adalah paham yang bertujuan membentuk negara kemakmuran
dengan usaha kolektif yang produktif dan membatasi milik perseorangan. Sosialisme dapat
mengacu ke beberapa hal yang berhubungan denganideologi atau kelompok ideologi, sistem
ekonomi, dan negara. Negara yang menganut paham sosialisme adalah Kuba dan Venezuela.
7. Anarkisme
Anarkisme yaitu suatu paham yang mempercayai bahwa segala bentuk negara,pemerintahan,
dengan kekuasaannya adalah lembaga-lembaga yang menumbuhsuburkan penindasan
terhadap kehidupan, oleh karena itu negara, pemerintahan, beserta perangkatnya harus
dihilangkan/dihancurkan.
Secara spesifik pada sektor ekonomi, politik, dan administratif, Anarki berarti koordinasi dan
pengelolaan, tanpa aturan birokrasi yang didefinisikan secara luas sebagai pihak yang
superior dalam wilayah ekonomi, politik dan administratif (baik pada ranah publik maupun
privat).
8. Demokrasi Islam
Demokrasi Islam adalah ideologi politik yang bertujuan untuk menerapkan prinsip-prinsip
agama Islam ke dalam kebijakan publik. Ideologi ini muncul pada awal perjuangan
pembebasan atas daerah di mandat Britania atas Palestina kemudian menyebar akan tetapi di
sejumlah negara-negara dalam pratiknya telah mencair dengan gerakan sekularisasi.
9. Demokrasi Kristen
Demokrasi Kristen adalah ideologi politik yang bertujuan untuk menerapkan prinsip-prinsip
agama Kristen ke dalam kebijakan publik. Ideologi ini muncul pada awal abad
kesembilanbelas di Eropa, pengaruh di Eropa dan Amerika Latin akan tetapi dalam pratiknya
di sejumlah negara-negara telah mencair dengan gerakan sekularisasi.
10. Demokrasi Sosial
Demokrasi Sosial adalah sebuah paham politik yang sering disebut sebagai kiri atau kiri
moderat yang muncul pada akhir abad ke-19 berasal dari gerakan sosialisme
11. Feminisme
Feminisme (tokohnya disebut Feminis) adalah sebuah gerakan perempuan yang menuntut
emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan pria.
Kelahirannya pada era Pencerahan di Eropa yang dipelopori oleh Lady Mary Wortley
Montagu dan Marquis de Condorcet. Kata feminisme dikreasikan pertama kali oleh aktivis
sosialis utopis, Charles Fourier pada tahun 1837. Pergerakan center Eropa ini berpindah ke
Amerika dan berkembang pesat sejak publikasi John Stuart Mill, the Subjection of Women
(1869).
12. Gaullisme
Gaullisme adalah ideologi politik Perancis yang didasari pada pemikiran dan tindakan
Charles de Gaulle.
Tema utama dari kebijakan luar negeri de Gaulle adalah mengenai kemerdekaan nasional
dengan beberapa konsekuensi praktisnya yaitu dalam beberapa hal oposisi terhadap
organisasi internasional seperti NATO atau Komunitas Ekonomi Eropa

13. Luxemburgisme
Luxemburgisme (juga ditulis Luxembourgisme) adalah paham teori Marxis dan komunisme
secara spesifik revolusioner berdasarkan tulisan-tulisan dari Rosa Luxemburg, Menurut MK
Dziewanowski terjadi penyimpangan dari tradisional Leninisme, keterpengaruhan dari
Trotskyisme Bolshevik yang kemudian diadopsi oleh pengikutnya sendiri.
Luxemburgisme merupakan upaya melakukan tafsir atas ajaran Marxisme yang berpengaruh
terhadap revolusi Rusia, Rosa Luxemburg temasuk pihak yang mengkritik ajaran politik dari
Lenin dan Trotsky, dengan konsep "sentralisme demokratis" sebagai demokrasi.
14. Nazisme
Nazisme, atau secara resmi Nasional Sosialisme (Jerman: Nationalsozialismus), merujuk
pada sebuah ideologi totalitarian Partai Nazi (Partai Pekerja Nasional-Sosialis Jerman,
Jerman: Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei atau NSDAP) di bawah
kepemimpinan Adolf Hitler. Kata Nazi jadi merupakan singkatan Nasional Sosialisme atau
Nationalsozialismus di bahasa Jerman. Sampai hari ini orang-orang yang berhaluan ekstrim
kanan dan rasisme sering disebut sebagai Neonazi (neo = "baru" dalam bahasa Yunani).
15. Islamisme
Islamisme adalah sebuah paham yang pertama kali dicetuskan oleh Jamal-al-Din Afghani
atau Sayyid Muhammad bin Safdar al-Husayn (1838 - 1897), umumnya dikenal sebagai
Sayyid Jamal-Al-Din Al-Afghani, atau Al-Jamal Asadbd-Din sebagai paham politik
alternatif dalam menyatukan negara-negara termasuk di daerah Mandat Britania atas
Palestina yang mempunyai akar budaya dan tradisi yang berbeda dengan budaya dan tradisi
Arab dalam tulisan di majalah al-'Urwat al-Wuthqa, kemudian dikembangkan dan dikenal
pula sebagai Pan Islamisme.
16. Komunitarianisme
Komunitarianisme sebagai sebuah kelompok yang terkait, namun berbeda filsafatnya, mulai
muncul pada akhir abad ke-20, menentang aspek-aspek dari liberalisme, kapitalisme dan
sosialisme sementara menganjurkan fenomena seperti masyarakat sipil. Paham ini
mengalihkan pusat perhatian kepada komunitas dan masyarakat serta menjauhi individu.
Masalah prioritas, entah pada individu atau komunitas seringkali dampaknya paling terasa
dalam masalah-masalah etis yang paling mendesak, seperti misalnya pemeliharaan kesehatan,
aborsi, multikulturalisme, dan hasutan.
17. Maoisme
Maoisme atau Pemikiran Mao Zedong adalah varian dari Marxisme-Leninisme berasal dari
ajaran-ajaran pemimpin komunis Cina Mao Zedong (Wade-Giles Romanization: "Mao Tse-
tung").
Pemikiran Mao Zedong lebih disukai oleh Partai Komunis Cina (PKT) dan istilah Maoisme
tidak pernah dipergunakan dalam terbitan-terbitan bahasa Inggrisnya kecuali dalam
penggunaan peyoratif. Demikian pula, kelompok-kelompok Maois di luar Cina biasanya
menyebut diri mereka Marxis-Leninis dan bukan Maois. Ini mencerminkan pandangan Mao
bahwa ia tidak mengubah, melainkan hanya mengembangkan Marxisme-Leninisme. Namun
demikian, beberapa kelompok Maois, percaya bahwa teori-teori Mao telah memberikan
tambahan berarti kepada dasar-dasar kanon Marxis, dan karena itu menyebut diri mereka
"Marxis-Leninis-Maois" (MLM) atau "Maois" saja.
18. Nasionalisme
Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah
negara (dalam bahasa Inggris "nation") dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama
untuk sekelompok manusia.
Para nasionalis menganggap negara adalah berdasarkan beberapa "kebenaran politik"
(political legitimacy). Bersumber dari teori romantisme yaitu "identitas budaya", debat
liberalisme yang menganggap kebenaran politik adalah bersumber dari kehendak rakyat, atau
gabungan kedua teori itu.
Macam-macam nasionalis:
1. Nasionalisme kewarganegaraan (atau nasionalisme sipil) adalah sejenis nasionalisme
dimana negara memperoleh kebenaran politik dari penyertaan aktif rakyatnya, "kehendak
rakyat"; "perwakilan politik". Teori ini mula-mula dibangun oleh Jean-Jacques Rousseau.
2. Nasionalisme etnis adalah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran
politik dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat. Dibangun oleh Johann Gottfried von
Herder, yang memperkenalkan konsep Volk (bahasa Jerman untuk "rakyat").
3. Nasionalisme romantik (juga disebut nasionalisme organik, nasionalisme identitas) adalah
lanjutan dari nasionalisme etnis dimana negara memperoleh kebenaran politik secara
semulajadi ("organik") hasil dari bangsa atau ras; menurut semangat romantisme.
4. Nasionalisme Budaya adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran
politik dari budaya bersama dan bukannya "sifat keturunan" seperti warna kulit, ras dan
sebagainya.
5. Nasionalisme kenegaraan ialah variasi nasionalisme kewarganegaraan, selalu digabungkan
dengan nasionalisme etnis.
6. Nasionalisme agama ialah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi
politik dari persamaan agama.
19. Pancasila
Pancasila terdiri dari dua kata dari Sansekerta: paca berarti lima dan la berarti prinsip atau
asas. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia berisi:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
20. Stalinisme
Stalinisme adalah sistem ideologi politik dari Uni Soviet di bawah kepemimpinan Joseph
Stalin yang memimpin Uni Soviet pada tahun 1929 sampai dengan 1953 berkaitan erat
dengan pemerintahan pengguna sistem ekstensif spionase, tanpa pengadilan, dan politik
penghapusan lawan-lawan politik melalui pembunuhan langsung atau melalui pembuangan
dan penggunaan propaganda untuk membangun kultus kepribadian berupa diktator mutlak
dengan menggunakan negara kepada masyarakat untuk mempertahankan supermasi
individual dengan kontrol politik melalui partainya yaitu Partai Komunis
INDONESIA
Nama singkat : Indonesia
Nama Resmi : Republik Indonesia
Nama Domestik : Republik Indonesia
Sistem Pemerintahan : Presidensial/ Demokrasi multi partai
Ibukota : Jakarta
Mata Uang : Rupiah
Presiden : Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2009 dan 2009-2014)
Konstitusi : Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 .
Terdiri atas Pembukaan, 20 bab, 37 pasal, 194 ayat, 3 pasal Aturan Peralihan, dan 2 pasal
Aturan Tambahan.
KAZAKHSTAN
Nama singkat : Kazakhstan
Nama Resmi : Republik Kazakhstan
Nama Domestik :
Sistem Pemerintahan : Presidensial / Demokrasi multi partai
Ibukota : Astana
Mata Uang : Tenge
Presiden : Nursultan Abishuly Nazarbayev (1991-sekarang)
Konstitusi : Konstitusi Kazakhstan.
Pembukaan. Pembukaan konstitusi tersebut menegaskan kepentingan "kemerdekaan,
persamaan hak dan kerukunan" dan peran Kazakhstan dalam komunitas internasional.
Bagian 1, ketetapan biasa.

Artikel 1
Artikel 1 menyatakan Kazakhstan adalah negara demokrasi sekuler yang menghargai
"kehidupan, hak dan kemerdekaan" setiap orang. Artikel ini menggaris besarkan sosial dan
"keseimbangan politik, pembangunan ekonomi", patriotisme, dan demokrasi sebagai asas
yang berlangsung yang mana Pemerintah melayani. Ini adalah artikel pertama yang mana
Parlemen Kazakhstan disebutkan.

Artikel 2
Artikel 2 menyatakan bahwa Kazakhstan adalah sebuah negara kesatuan dan pemerintah
adalah presiden. Pemerintah memiliki yurisdiksi, dan bertanggung jawab untuk, semua
daerah di kazakhstan. Regional, divisi politik, termasuk lokasi ibukota, dimasukkan ke dalam
undang-undang tingkat rendah. "Republik Kazakhstan" dan "Kazakhstan" dianggap satu dan
sama.

Artikel 3
Kekuatan pemerintah didapatkan dari rakyat dan warga negara memiliki hak untuk memilih
pada referendum dan pemilihan umum. Artikel 3 menyatakan setiap provinsi di Kazakhstan
memiliki pemerintah tersendiri. Perwakilan rakyat adalah hak cadangan menuju cabang
eksekutif dan cabang legislatif. Pemerintah dibagi menjadi eksekutif, legislatif, dan cabang
pengadilan. Setiap cabang dicegah dari penyalahgunaan kekuatan mereka oleh sistem
pemeriksaan dan keseimbangan. Ini adalah artikel pertama yang menyebutkan batasan
konstitusi pada cabang eksekutif.

Artikel 4
Hukum yang memiliki efek termasuk "ketentuan Konstitusi, hukum meresponnya, aksi
mengatur legal lainnya, perjanjian internasional dan komitmen Republik lainnya sebagaimana
pengaturan resolusi Dewan Konstitusi dan Pengadilan Tertinggi Republik". Konstitusi telah
membuat hukum tertinggi. Ratifikasi perjanjian internasional yang menggantikan hukum
nasional telah diselenggarakan, kecuali dalam kasus saat ratifikasi sedang berlangsung,
Parlemen menduga kontradiksi antara perjanjian dan hukum yang telah ditetapkan, dalam
kasus lainnya, perjanjian tidak akan memiliki efek sampai kontradiksi disetujui melalui
undang-undang. Pemerintah akan mempublikasikan semua hukum tersebut.
KOREA SELATAN
Nama singkat : Korea Selatan
Nama Resmi : Republik Korea
Nama Domestik :
Sistem Pemerintahan : Presidensial Terpusat
Ibukota : Seoul
Mata Uang : Won
Presiden : Lee Myung-bak (2008-sekarang)
Konstitusi : Konstitusi dari Republik Korea (Korea Selatan)
Merupakan hukum dasarnya. Hal ini diundangkan pada tanggal 17 Juli 1948, dan
terakhir direvisi pada tahun 1987.
Struktur :
Terdiri dari pembukaan, 130 artikel, dan ketentuan tambahan, Konstitusi melengkapi
cabangeksekutif yang dipimpin oleh seorang presiden dan menunjuk perdana menteri ,
yang satukamar legislatif disebut Majelis Nasional , dan peradilan yang terdiri dari
MahkamahKonstitusi , Mahkamah Agung dan bawah pengadilan

TIMOR LESTE
Nama singkat : Timor Leste
Nama Resmi : Republik Demokratik Timor Leste
Nama Domestik : Repblika Demokrtika Timr Lorosa'e
Ibukota : Dili
Sistem Pemerintahan : Parlementer
Mata Uang : US Dollar
Presiden : Jos Manuel Ramos-Horta
Konstitusi : Konstitusi Republika Demokratik Timor Leste

Jumlah pasal :168


Amerika Serikat

Dalam perkembangan selanjutnya, kasus Judicial Review yang didasarkan atas pengalaman
Mahkamah Agung Amerika Serikat memutus perkara Marbury versus Madison pada tahun
1803 itu menjadi contoh dan model yang ditiru di seluruh dunia, terutama oleh negara-negara
demokrasi yang dipengaruhi oleh sistem konstitusi Amerika Serikat. Dalam model ini,
pengujian konstitusionalitas (constitutional review) dilakukan sepenuhnya oleh Mahkamah
Agung dengan status sebagai the Guardian of the Constitution.

Di samping itu, menurut doktrin yang kemudian biasa juga disebut sebagai doktrin John
Marshall (John Marshall's doctrine), judicial review juga dilakukan atas persoalan-
persoalan konstitusionalitas oleh semua pengadilan biasa melalui prosedur yang dinamakan
pengujian terdesentralisasi atau pengujian tersebar (a decentralized or diffuse or dispersed
review) di dalam perkara yang diperiksa di pengadilan biasa (incidenter). Artinya, pengujian
demikian itu, tidak bersifat institusional sebagai perkara yang berdiri sendiri, melainkan
termasuk di dalam perkara lain yang sedang diperiksa oleh hakim dalam semua lapisan
pengadilan. Karena itu, oleh para sarjana, model AS ini juga biasa disebut sebagai
Decentralized Model.

Pengujian konstitusional yang dilakukan secara tersebar itu bersifat spesifik dan termasuk
kategoria posteriori review. Sedangkan, Mahkamah Agung dalam sistem tersebut
menyediakan mekanisme untuk kesatuan sistem sebagai keseluruhan (the uniformity of
jurisdiction). Dalam sistem yang tersebar, putusan-putusan yang diambil hanya mengikat
para pihak yang bersengketa dalam perkara yang bersangkutan (inter partes), kecuali dalam
kerangka prinsip stare decisis yang mengharuskan pengadilan di kemudian hari terikat
untuk mengikuti putusan serupa yang telah diambil sebelumnya oleh hakim lain atau dalam
kasus lain. Pada pokoknya, putusan mengenai inkonstitusionalitas suatu undang-undang
bersifat deklaratoir dan retrospektif (declaratory and retrospective), yaitu bersifat ex
tunc[9] dengan akibat pro praeterito yang menimbulkan efektif retroaktif ke belakang.
Tentu sistem demikian berbeda sekali dengan yang diterapkan di Indonesia dewasa ini. Akan
tetapi persoalan ini tidak akan didiskusikan disini, melainkan akan dibahas dalam buku
tersendiri.

Dari segi kelembagaannya, sistem pengujian konstitusionalitas yang dilakukan oleh


Mahkamah Agung Amerika Serikat ini jelas berbeda pula dari tradisi yang sama di Austria.
Dalam sistem Amerika Serikat yang menganut tradisi common law, peranan hakim penting
penting dalam proses pembentukan hukum menurut asas precedent. Bahkan hukum dalam
sistem common law itu biasa disebut sebagai judge-made law, atau hukum buatan para
hakim. Oleh karena itu, ketika John Marshall memprakarsai praktek pengujian
konstitusionalitas undang-undang oleh Mahkamah Agung dan bahwa sejak masa-masa
sebelumnyapun para hakim di semua tingkatannya di Amerika Serikat memang telah
mewarisi tradisi pengujian atau mengesampingkan berlakunya sesuatu undang-undang yang
dinilai bertentangan dengan cita keadilan dalam memeriksa setiap perkara yang dihadapkan
kepada mereka, tergambar bahwa peranan hakim di Amerika Serikat memang besar dan
memang seharusnya demikian.
Model Austria (Continental Model)

Model kedua adalah model Constitutional Review ala Austria. Kadang-kadang oleh para
sarjana, model Austria ini disebut juga sebagai Continental Model, Centralized Model,
atau bahkan disebut Kelsenian Model yang didasarkan atas model yang dikembangkan oleh
Professor Hans Kelsen pada tahun 1919. Setelah idenya diadopsi ke dalam rumusan UUD
pada tahun 1919[11], Mahkamah Konstitusi (Verfassungsgerichtshof)[12] yang pertama
dibentuk pada tahun 1920[13]. Model ini menyangkut hubungan yang saling berkaitan antara
prinsip supremasi konstitusi (the principle of the supremacy of the Constitution) dan prinsip
supremasi parlemen (the principle of the supremacy of the Parliament). Asumsi dasarnya
adalah bahwa pemberlakuan prinsip supremasi parlemen harus diimbangi oleh penerapan
prinsip supremasi konstitusi, sehingga pelaksanaan asas kedaulatan rakyat yang tercermin
di parlemen tidak menyimpang dari pesan-pesan konstitusi sebagai the supreme law of the
land. Dengan perkataan lain, dalam model ini, apabila prinsip kedaulatan rakyat yang
tercermin dalam doktrin supremasi parlemen bertentangan dengan prinsip supremasi
konstitusi, maka sesuai dengan cita-cita negara hukum, prinsip supremasi konstitusilah yang
harus diutamakan.

Proses pengujian konstitusionalitas dalam model ini, dikehendaki adanya pengadilan


konstitusi yang berdiri sendiri dengan hakim-hakimnya yang mempunyai kehalian khusus di
bidang ini. Dalam menjalankan kewenangannya, Mahkamah Konstitusi melakukan pengujian
konstitusional terutama atas norma-norma yang bersifat abstrak (abstract review), meskipun
pengujian atas norma konkrit juga dimungkinkan (concrete review). Bahkan, dalam Model
Austria ini, pengujian dapat bersifat a posteriori (a posteriori review) ataupun bersifat a
priori (a priori review). Pada umumnya, pengujian memang dilakukan secara a poteriori,
tetapi pengujian a priori yang bersifat preventif juga biasa dipraktekkan. Segala putusan
Mahkamah Konstitusi ini mempunyai kekuatan erga omnes yang bersifat mutlak
berdasarkan prinsip kewenangan mutlak yang diberikan kepadanya oleh Undang-Undang
Dasar (the absolute authority of the institution). Lembaga Mahkamah Konstitusi ini
dibentuk sebagai satu-satunya organ yang berwenang menjalankan fungsi constitutional
review itu dengan kedudukan yang tersendiri di luar Mahkamah Agung dan di luar lembaga-
lembaga dalam cabang-cabang kekuasaan lainnya yang menjalankan otoritas publik.
Karena luasnya pola atau Model Austria ini diikuti dan dipraktekkan di dunia, ada baiknya
kita lihat beberapa ciri umum yang terdapat dalam sistem constitutional review menurut
Model Austria ini. Ciri-ciri umumnya ialah:
(i) Constitutional review diterapkan dalam keadaan yang beragam, tergantung masing-
masing sistem yang berlaku di tiap negara;
(ii) Badan-badan pelaksana pengujian atau constitutional review yang bersifat
independen, didirikan di luar cabang kekuasaan kehakiman yang biasa berpuncak di
Mahkamah Agung;
(iii) Dalam perkara-perkara yang menyangkut constitutional complaint, penyelesaian
permasalahannya dilakukan dengan cara mengadakan pemisahan antara mekanisme
constitutional review dari mekanisme yang berlaku di pengadilan-pengadilan biasa;
(iv) Kedudukan konstitusional dengan jaminan kemandirian di bidang administratif dan
finansial dianggap prasyarat utama bagi independensi lembaga peradilan konstitusi;
(v) Sifat monopoli dalam melakukan constitutional review atau spesialisasi dalam
rangkaconstitutional review, ataupun terjaminnya konsentrasi kewenangan dalam satu
institusi pelaksana;
(vi) Adanya kekuasaan hakim untuk membatalkan undang-undang yang disahkan oleh
parlemen (legislative acts);
(vii) Para hakim Mahkamah Konstitusi biasanya dipilih oleh lembaga-lembaga politik
(bodies of political power);
(viii) Sifat khusus dari proses peradilan yang diselenggarakan, yaitu bahwa putusannya di
samping bersifat juridis juga bernuansa politis, meskipun lembaga-lembaga mahkamah
tersebut dapat pula memiliki fungsi yang murni bersifat konsultatif (a purely consultative
function);
(ix) Mekanisme yang berlaku dalam rangka pengujian konstitusionalitas atas undang-
undang menurut Model Austria ini, pada umumnya, bersifat represif, meskipun untuk
sebagian kecil tetap ada juga coraknya yang bersifat preventif yang diterapkan dalam praktek.

Model Constitutional Council Perancis (Conseil Constitutionnel)

UUD Perancis tahun 1958[14] menentukan adanya lembaga baru yang disebut Conseil
Constitutionnel, melengkapi lembaga peradilan tertinggi di bidang hukum administrasi yang
sudah ada sejak sebelumnya, yaitu Conseil dEtat. Sejak dibentuk, lembaga inilah yang
sering dikaitkan dengan mahkamah konstitusi Perancis[15], meskipun sebutannya adalah
dewan (conseil), bukan mahkamah (cour). Namun, seperti dikemukakan oleh Mauro
Cappelletti, sejak putusan yang dikenal sebagai landmark decision Conseil dEtat pada
tahun 1959 dalam kasus terkenal Syndicat General des Ingenieurs-Conseils, Dewan Negara
(Conseil dEtat) inilah yang biasa digambarkan sebagai a true (pen: French) Constitutional
Court.

Model Constitutional Review di Perancis ini berbeda dari tradisi negara-negara Eropah
Kontinental lainnya. Model ini didasarkan atas bentuk kelembagaan Dewan Konstitusi
(Conseil Constitutionnel) untuk menjalankan fungsi pengujian konstitusionalitas. Pada
mulanya, Perancis termasuk bersama-sama dengan Inggeris dan Belanda dikenal sebagai
penentang keras gagasan memberikan kewenangan kepada hakim atau pengadilan untuk
melakukan pengujian konstitusionalitas atas undang-undang. Namun dalam perkembangan di
kemudian hari, ide pengujian konstitusionalitas itu sendiri diterima, tetapi sebagai
alternatifnya, sistem pengujian itu tidak dilakukan oleh hakim atau lembaga peradilan,
melainkan oleh lembaga non-peradilan[16]. Karena itu, yang dirumuskan dalam Konstitusi
Perancis bukan cour (pengadilan), melainkan conseil (dewan), sehingga dibentuk lembaga
Conseil Constitutionnel, bukan Cour Constitutionnel.

Dalam sistem hukum dan konstitusi Perancis sampai sekarang, pengujian konstitusionalitas
tersebut pada umumnya memang dilakukan oleh Conseil Constitutionnel ini. Akan tetapi,
dalam perkembangannya, di samping oleh Conseil Constitutionnel, pengujian
konstitusionalitas juga dilakukan oleh kamar khusus (special chambers) dari Mahkamah
Agung secara terkonsentrasi (concentrated constitutional review) di dalam perkara-perkara
khusus (special proceedings atauprincipaliter). Hanya saja, pengujian konstitusionalitas yang
dimaksudkan itu terbatas hanya untuk pengujian bersifat preventif (a priori review) ataupun
pengujian yang bersifat konsultatif. Meskipun demikian, dalam bidang-bidang tertentu,
khususnya yang berhubungan dengan pemilihan umum, sifat pengujian konstitusionalitas
oleh special chamber di Mahkamah Agung itu dapat pula bersifat represif (a posteriori
review).

Anda mungkin juga menyukai