PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Pengolahan dan pengawetan bahan makanan memiliki
interelasi terhadap pemenuhan gizi masyarakat, maka tidak mengherankan jika
semua negara baik negara maju maupun berkembang selalu berusaha untuk
menyediakan suplai pangan yang cukup, aman dan bergizi. Salah satunya dengan
melakukan berbagai cara pengolahan dan pengawetan pangan yang dapat
memberikan perlindungan terhadap bahan pangan yang akan dikonsumsi.
Seiring majunya dunia teknologi menambah kemudahan dalam kehidupan
diantaranya dalam hal pengolahan bahan pangan. Bukan hanya bahan yang
setengah jadi saja yang dapat diolah namun buah-buahan segar dapat diolah
menjadi panganan yang lebih awet dan lebih praktis untuk disajikan misalnya
sirup,manisan, permen dan masih banyak produk hasil olahan lainya. Pada buah
segar meski sangat diminati namun buah tidak dapat bertahan dalam jangka waktu
yang lebih lama jika dibandingkan dengan hasil olahannya. Untuk
mempertahankan keawatan dan kemudahan dalam menyimpan serta praktis saat
disajikan buah diolah tentinya dengan berbagai teknologi dalam pengolahan
bahan pangan.
Bahan pangan segar seperti buah-buahan mudah mengalami kerusakan
karena mengandung kadar air yang cukup tinggi sekitar 70-95% dan mengandung
berbagai senyawa kimia. Maka dari itu perlu dilakukan proses pengawetan.
Pengawetan merupakan salah satu perlakuan yang diterapkan pada bahan
pangan yang bertujuan untuk mencegah, menghambat pertumbuhan mikroba yang
terdapat dalam pangan. Dalam proses pengawetan digunakan bahan pengawet
yang berfungsi untuk membantu mempertahankan bahan dari serangan
mikroorganisme pembusuk, baik bakteri, kapang maupun khamir. Bahan
pengawet ini bekerja dengan cara menghambat, mencegah, dan menghentikan
proses pembusukan, pengasaman, atau kerusakan komponen lain dari bahan
pangan. Daya pengawet dari bahan-bahan tersebut sangat tergantung dari
konsentrasi, komposisi bahan pangan, dan jenis mikroorganisme yang akan
dicegah pertumbuhannya (Tjahjadi, C., dkk, 2011).
Pengawetan makanan bertujuan untuk memperpanjang umur simpan
bahan makanan (lamanya suatu produk dapat disimpan tanpa mengalami
kerusakan). Mempertahankan sifat fisik dan kimia bahan makanan. Mencegah
atau memperlambat laju proses dekomposisi (autolisis) bahan makanan.
Mencegah pertumbuhan mikroba yang menggunakan pangan sebagai substrat
untuk memproduksi toksin didalam pangan. Mencegah kerusakan yang
disebabkan oleh faktor lingkungan termasuk serangan hama. Mencegah atau
memperlambat kerusakan mikrobial, dilakukan dengan cara. Mencegah masuknya
mikroorganisme (bekerja dengan aseptis). Mengeluarkan mikroorganisme,
misalnya dengan proses filtrasi. Menghambat pertumbuhan dan aktivitas
mikroorganisme misalnya dengan penggunaan suhu rendah, pengeringan,
penggunaan kondisi anaerobik atau penggunaan pengawet kimia. Membunuh
mikroorganisme, misalnya dengan sterilisasi dan radiasi.
Pengawetan makanan dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Pengawetan makanan secara Biologi
Pengawetan secara biologis, misalnya peragian (fermentasi) adalah proses
produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara
umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi,
terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi
dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal. Gula
adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi
adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain
dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenal
sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan
etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya. Contoh makanan
dengan pengawetan fermentasi adalah yoghurt, mengawetkan susu dengan cara
fermentasi menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus
thermophilus. Aktivitas fermentasi dari kedua spesies bakteri tersebut dapat
menurunkan pH susu sapi, sehingga dapat menghambat aktivitas bakteri
proteilitik yang bersifat tidak asam. Lactobacillus bulgaricus ini hidup dari
memakan laktosa (gula susu) dan mengeluarkan asam laktat. Asam ini sekaligus
mengawetkan susu dan mendegradasi laktosa (gula susu). Asam laktat yang
dihasilkan selama proses fermentasi akan menghambat pertumbuhan kapang dan
khamir.
2. Pengawetan makanan secara Kimia meliputi:
a) Penambahan bahan kimia, misalnya asam sitrat, garam, gula
Bahan pengawet dari bahan kimia berfungsi membantu mempertahankan
bahan makanan dari serangan mikroba pembusuk dan memberikan tambahan rasa
sedap, manis. Contoh beberapa jenis zat kimia: cuka, asam asetat, fungisida,
antioksidan, in-package desiccant, ethylene absorbent, wax emulsion dan growth
regulatory untuk melindungi buah dan sayuran dari ancaman kerusakan pasca
panen untuk memperpanjang kesegaran masa pemasaran. Nitogen cair sering
digunakan untuk pembekuan secara tepat buah dan sayur sehinnga dipertahankan
kesegaran dan rasanya yang nyaman.
Pengawetan bahan makanan secara kimia menggunakan bahan-bahan
kimia, seperti gula pasir, garam dapur, nitrat, nitrit, natrium benzoat, asam
propionat, asam sitrat, garam sulfat, dan lain-lain. Proses pengasapan juga
termasuk cara kimia sebab bahan-bahan kimia dalam asap dimasukkan ke dalam
makanan yang diawetkan. Apabila jumlah pemakaiannya tepat, pengawetan
dengan bahan-bahan kimia dalam makanan sangat praktis karena dapat
menghambat berkembang biaknya mikroorganisme seperti jamur atau kapang,
bakteri, dan ragi (Aka, 2008). Contoh produk pengawetan dengan gula adalaah
manisan sedangkan dengan gula dan penambahan asam adalah produk sirup, sari
buah dan juga selai.
b) Pengasaman
Pengasaman adalah suatu proses pengolahan yang dilakukan dengan cara
diberi asam dengan tujuan untuk mengawetan melalui penurunan derajat pH
(mengasamkan) produk makanan sehingga dapat menghambat pertumbuhan
bakteri pembusuk. Pengasaman makanan dapat dilakukan dengan jalan
penambahan asam secara langsung misalnya asam propionate, asam sitrat, asam
asetat, asam benzoat dll atau penambahan makanan yang bersifat asam seperti
tomat. Contoh produk yang dihasilkan melalui pengasaman acar/khimchi. Acar
pada dasarnya terbuat dari sayur-sayuran yang di tambahkan asam cuka untuk
pengawetan. Mikroba yang dapat merusak makanan tidak dapat hidup pada
makanan. Karena adanya asam cuka menyebabkan konsentrasi menjadi tinggi,
terjadinya difusi osmosis sehingga mikroba akan mati.
c) Pengasinan
Cara ini dengan menggunakan bahan NaCl atau yang kita kenal sebagai
garam dapur untuk mengawetkan makanan. Teknik ini disebut juga dengan
sebutan penggaraman. Garam dapur memiliki sifat yang menghambat
perkembangan dan pertumbuhan mikroorganisme perusak atau pembusuk
makanan. Contohnya seperti ikan asin yang merupakan paduan antara pengasinan
dengan pengeringan. Penggaraman adalah suatu proses pengolahan yang
dilakukan dengan cara memberi garam dengan tujuan untuk menghambat
pertumbuhan bakteri dan enzim-enzim khususnya yang merusak daging dan ikan.
Selain itu penggaraman mengakibatkan cairan yang ada dalam tubuh ikan
mengental serta kadar proteinnya menggumpal dan daging ikan mengkerut. Proses
penggaraman biasanya diikuti oleh proses pengeringan untuk menurunkan lebih
lanjut kadar air yang ada dalam daging ikan, proses penggaraman dipengaruhi
oleh ukuran butiran garam (ukuran yang baik 1 5 mm), ukuran ikan (semakin
besar ikan semakin banyak garam yang dibutuhkan) dan kemurnian garam (garam
yang baik adalah garam murni/Nacl).
d) Pemanisan
Pemanisan makanan yaitu dengan menaruh atau meletakkan makanan pada
medium yang mengandung gula dengan kadar konsentrasi sebesar 40% untuk
menurunkan kadar mikroorganisme. Jika dicelup pada konsenstrasi 70% maka
dapat mencegah kerusakan makanan. Penambahan gula adalah suatu proses
pengolahan yang dilakukan dengan cara pemberian gula dengan tujuan untuk
mengawetan karena air yang ada akan mengental pada akhirnya akan menurunkan
kadar air dari bahan pangan tersebut. Konsentrasi gula yang ditambahkan
minimal 40% padatan terlarut sedangkan di bawah itu tidak cukup untuk
mencegah kerusakan karena bakteri, apabila produk tersebut disimpan dalam suhu
kamar atau normal (tidak dalam suhu rendah). Contoh makanan dengan
pengawetan pemanisan adalah manisan buah.
3. Pengawetan makanan secara Fisika
Pengawetan makanan secara fisika meliputi pengeringan, pemanasan,
pengeluaran udara, pendinginan, pengalengan, Iradiasi. Maka dari itu, pada
praktikum kali ini dilakukan pengawetan dengan menggunakan berbagai macam
bahan pengawet berupa garam, gula dan asam pada buah buahan.
1.2. Tujuan
1. Mengetahui karakteristik berbagai macam produk pengawetan sayuran dan
buah - buahan
2. Mengetahui prinsip pengolahan, bahan dan prosedur pembuatan, kelebihan
dan kekurangan, serta kesesuaian label dan kemasan dari berbagai macam
produk pengawetan sayuran dan buah - buahan
II. ALAT DAN BAHAN
2.1. Alat
Kamera
2.2. Bahan
- Manisan
- Selai Stawberry
- Sirup Special Grande rasa Cocopandan
III. PROSEDUR
Survei ini dilakukan pada hari Senin tanggal 15 Mei 2017. Tempat yang
digunakan untuk survei pada praktikum kali ini dilakukan di dua tempat yang
berbeda yaitu minimarket Alfamart dan toko manisan Aneka Berkat di jalan
Cileunyi. Metode pengambilan sampel yang dilakukan adalah menggunakan
metode survei secara langsung ke tempat penjualan. Halhal yang diamati dari
sampel meliputi nama produk, prinsip pengolahan, bahan dan proses pembuatan,
kekurangan dan kelebihan produk, label dan kemasan.
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Sirup
Sirup merupakan minuman yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat
Indonesia, hal ini karena kemudahan dalam menyajikannya. Sirup merupakan
larutan gula pekat yang digunakan sebagai bahan minuman dengan atau tanpa
ditambahkan asam (antara lain asam sitrat, asam tartarat dan asam laktat) juga
aroma dan zat warna (Hadiwijaya, 2013).
Sirup tergolong jenis minuman ringan, tetapi lebih berupa cairan kental
yang terbuat dari larutan gula. Untuk mendapatkan kelezatan dan sedapnya aroma
biasanya orang masih memberi bahan penambah rasa, zat pewarna, serta berbagai
zat lain yang menarik selera. Sirup tidak langsung diminum begitu saja karena
rasanya terlalu manis karena cairan ini terdiri atas larutan gula kental lebih dari
55%. (Haryoto,1998). Berikut ini merupakan standar sirup buah menurut SNI 01-
3544-1999 :
Tabel 1. Syarat Mutu Sirup
No. Kriteria uji Satuan Persyaratan
1. Keadaan :
1.1 Aroma - Normal
1.2 Rasa - Normal
2. Gula jumlah (dihitung sebagai sakarosa) % b/b Min. 65
3. Bahan Tambahan Makanan :
3.1 Pemanis buatan - Tidak boleh ada
3.2 Pewarna tambahan Sesuai SNI 01-0222-1987*)
3.3 Pengawet Sesuai SNI 01-0222-1987*)
4. Cemaran Logam :
4.1 Timbal (Pb) mg/kg Maks. 1,0
4.2 Tembaga (Cu) mg/kg Maks. 10
4.3 Seng (Zn) mg/kg Maks. 25
5. Cemaran Arsen (As) mg/kg Maks. 0,5
6. Cemaran Mikrobia :
6.1 Angka Lempeng Total CFU/ml Maks. 5x102
6.2 Coliform MPN/ml Maks 20
6.3 Escherichia coli Koloni/ml <3
6.4 Salmonella Koloni/ml Negatif
6.5 S. aureus Koloni/ml 0
6.6 Vibrio cholerae Koloni/ml Negatif
6.7 Kapang Koloni/ml Maks. 50
6.8 Khamir Koloni/ml Maks. 50
(Sumber: SNI 01-3544-1999)
4.1.1. Deskripsi Produk
Sirup Special Grande rasa Cocopandan merupakan sirup rasa cocopandan
yang dikeluarkan oleh PT. ABC. Di minimarket, Sirup Special Grande rasa
Cocopandan dengan ukuran 485 mL ini dibanderol dengan harga Rp. 21.900.
4.2. Manisan
Manisan adalah olahan buah-buahan yang diawetkan dengan pemberian
kadar gula yang tinggi. Penambahan gula yang tinggi bertujuan untuk
memberikan rasa manis sekaligus mencegah tumbuhnya mikroorganisme seperti
jamur. Mikroorganisme menyebabkan terjadinya perubahan warna, tekstur, cita
rasa, dan pembusukan pada komoditi tersebut. (Fatah dan Bachtiar, 2004).
4.3. Selai
Selai merupakan produk awetan yang dibuat dengan memasak hancuran
buah yang dicampur gula atau campuran gula dengan dekstrosa atau glukosa,
dengan atau tanpa penambahan air dan memiliki tekstur yang lunak dan plastis
(Suryani et al., 2004). Menurut SNI-01-3746-1995, selai buah adalah produk
pangan semi basah yang merupakan pengolahan bubur buah dan gula yang dibuat
dari campuran tidak kurang dari 45% berat sari buah dan 55% berat gula.
Campuran tersebut dikentalkan hingga mencapai total padatan terlarut (65%)
(Desrosier, 1988).
Asgar, A. dan Musaddad. 2006. Optimalisasi cara, suhu, dan lama blansing
sebelum pengeringan pada wortel. Jurnal Hortikultura. 16(3):245-252.
BSN. 1999. SNI 01-3544-1999. Sirup. Pusat Standarisasi Industri. Departemen
Perindustrian, Jakarta.
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet and M. Wootton, 1987. Ilmu Pangan.
Penerjemah H. Purnomo dan Adiono. UI-Press, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI., 1988. Permenkes 722/Menkes/Per/X/1988 Tentang
Bahan Tambahan Makanan, Jakarta.
Desrosier, N. W., 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Penerjemah M.
Muljohardjo. UI-Press, Jakarta.
Erliza dan Sutedja. 1987. Pengantar Pengemasan. Laboratorium Pengemasan TIP
IPB, Bogor.
Fachruddin, Lisdiana. 1997. Membuat Aneka Selai. Kanisius, Yogyakarta.
Fatah M.A dan Bachtiar Y. 2004. Membuat Aneka Manisan Buah. Jakarta : PT
Agromedia Pustaka.
Gautara dan Soesarsono Wijardi. 2005. Dasar Pengolahan Gula. IPB. Bogor.
Hadiwijaya, H., 2013. Pengaruh Perbedaan Penambahan Gula terhadap
Karakteristik Sirup Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus). Skripsi.
Universitas Andalas, Padang.
Haryoto. 1998. Sirup Jahe. Kanisus. Yogyakata.
Ibekwe ; S. Eberechukwu ; Uwakwe ; A. Amadikwa & Monanu, M. Okechukwu.
(2007). Effect Of Oral Intake Of Sodium Benzoate On Some
Haematological Parameters Of Wistar Albino Rats. Journal Scientific
Research And Essay. Vol. 2.(1). Pp. 006-009.
Kumalaningsih, S dan Suprayogi, 2006. Tamarillo (Terung Belanda). Trubus
Agrisarana, Surabaya.
Muchtadi D. 1995. Teknologi dan Mutu Makanan Kaleng. Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta.
Muchtadi T, R. 1997. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. PAU Pangan dan
Gizi IPB, Bogor.
Nchfp. 2013. Freezing. National Center for Home Food Preservation. Georgia.
http://nchfp.uga.edu. (17 Mei 2017).
Peraturan Pemerintah No 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan.
Purba, A dan H. Rusmarilin. 2006. Pedoman Praktikum: Teknologi Bahan Pangan
Nabati. USU-Press, Medan.
Satuhu, S. 2004. Penanganan dan Pengolahan Buah. PT Penebar Swadaya.
Jakarta.
Sediaoetama, A. D. 2006. Ilmu Gizi jilid II. Jakarta: Dian Rakyat
Sohibulloh, I; D. Hidayati & Burhan. (2013). Karakteristik Manisan Nangka
Kering dengan Perendaman Gula Bertingkat. Agrointek Volume 7: 84-89.
Standar Nasional Indonesia (SNI-01-3746-1995). 1995. Selai Buah. Badan
Standarisasi Nasional, Jakarta.
Standar Nasional Indonesia (SNI-01-3746-2008). 2008. Syarat Mutu Selai Buah.
Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Suliantri dan W.P. Rahayu. 1990. Tekonologi Fermentasi Biji-bijian dan Umbi
umbian. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB. Bogor.
Subagjo, Adjab. 2007. Manajemen Pengolahan Kue dan Roti. Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Suprapti, Lies M. 2005. Aneka Olahan Pepaya Mentah dan Mengkal. Yogyakarta.
Suryani A, Hambali E, Rivai M. 2004. Membuat Aneka Selai. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Syarief, R., S. Santausa, St. Isyana B. 1988. Teknologi Pengemasan Pangan.
Laboratorium Rekayasa Proses Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan
dan Gizi. Institut Pertanian Bogor,Bogor.
Syarief, R dan A. Irawati, 1988. Pengetahuan Bahan untuk Industri Pertanian.
Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.
Tjahjadi, C. 2008. Teknologi Pengolahan Sayur dan Buah Volume I. Widya
Padjadjaran, Jatinangor.
Tjahjadi, Camencita, Herlina Marta. 2011. Pengantar Teknologi Pangan : Volume
2. Jurusan Teknologi Industri Pangan Fakultas Teknologi Industri
Pertanian Universitas Padjadjaran. Bandung
Utami, P. W. 2007. Pembuatan Manisan Tamarilo (Kajian Konsentrasi
Perendaman Air Kapur dan Lama Pengeringan Terhadap Sifat Fisik,
Kimia, dan Organoleptik). Skripsi. Jurusan THP, Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.
Winarno, F.G., 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gamedia Pustaka Utama, Jakarta.
Winarno, F. G. 2007. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.