DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................3
2.1 Definisi..................................................................................................4
2.2 Epidemiologi.........................................................................................4
2.4 Klasifikasi.............................................................................................7
2.5 Etiologi..................................................................................................8
2.6 Patogenesis............................................................................................8
2.9 Terapi...................................................................................................14
2.10 Prognosis.............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Sejak zaman dahulu vitiligo telah dikenal dengan beberapa istilah yakni
shwetekusta, suitra, behak, dan beras1.Kata vitiligo sendiri berasal dan bahasa
latin, yakni vitellus yang berarti anak sapi, disebabkan karena kulit penderita
berwarna putih seperti kulit anak sapi yang berbercak putih. Istilah vitiligo
mulai diperkenalkan oleh Celsus, ia adalah seorang dokter Romawi pada abad
kedua2.
Vitiligo adalah gangguan depigmentasi idiopatik didapat yang ditandai
dengan gambaran macula putih tidak bersisik, hasil dari hancurnya melanosit
kulit secara selektif5,6.
Vitiligo terjadi di seluruh dunia, dengan prevalensi mencapai 1% 3.
Survey epidemiologi pada kepulauan Bornholm di Denmark menemukan
prevalensi vitiligo mencapai 0,38%. Kemungkinan bahwa angka ini juga
berlaku untuk negara-negara lain di utara-barat Eropa4.
Vitiligo pada umumnya dimulai pada masa anak-anak atau usia dewasa
muda, dengan puncak onsetnya (50% kasus) pada usia 10-30 tahun, tetapi
kelainan ini dapat terjadi pada semua usia.Tidak dipengaruhi oleh ras, dengan
perbandingan laki-laki sama dengan perempuan. Pernah dilaporkan bahwa
vitiligo yang terjadi pada perempuan lebih berat dari pada laki-laki, tetapi
perbedaan ini dianggap berasal dari banyaknya laporan dari pasien perempuan
oleh karena masalah kosmetik3.
Walaupun penyebab pasti vitiligo belum diketahui sepenuhnya. Namun,
beberapa faktor diduga dapat menjadi pencetus timbulnya vitiligo pada
seseorang, diantaranya : factor mekanis (10-70%), factor sinar matahari (7-
15%), factor psikis dan hormonal (20%). 2
Vitiligo merupakan anomali pigmentasi kulit didapat. Kulit vitiligo
menunjukan gejala depigmentasi dengan bercak putih yang dibatasi oleh
warna kulit normal atau oleh hiperpigmentasi9. Pada vitiligo, ditemukan
3
makula dengan gambaran seperti Kapur atau putih pucat dengan tepi yang
tajam.
Progres dari penyakit ini bisa merupakan suatu pengembangan bertahap
dari makula lama atau pengembangan dari makula baru. Trichrome vitiligo
(tiga warna: putih,coklat muda,coklat tua) mewakili tahapan yang berbeda
dalam evolusi vitiligo3,9.
Tangan, pergelangan tangan, lutut, leher dan daerah sekitar lubang
(misalnya mulut) merupakan daerah-daerah yangsering ditemukan vitiligo5,6.
Kadang dapat juga ditemukan gambaran rambut yang memutih atau uban
prematur. Gambaran rambut putih pada vitiligo, dianalogikan dengan makula
putih, disebut dengan poliosis3.
Diagnosis ditegakkan terutama berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
klinis, serta ditunjang oleh pemeriksaan histopatologik serta pemeriksaan
dengan lampu Wood.
Biasanya, diagnosis vitiligo dapat dibuat dengan mudah pada
pemeriksaan klinis pasien, dengan ditemukannya gambaran bercak kapur
putih, bilateral (biasanya simetris), makula berbatas tajam pada lokasi yang
khas.
Pada pemeriksaan dengan lampu wood, lesi vitiligo tampak putih
berkilau dan hal ini berbeda dengan kelainan hipopigmentasi lainnya.
Dalam kasus-kasus tertentu, pemeriksaan histopatologik diperlukan
untuk melihat ada tidaknya melanosit dan granul melanin di epidermis3.
Ada banyak pilihan terapi yang bisa dilakukan pada pasien dengan
vitiligo. Hampir semua terapi bertujuan untuk mengembalikan pigmen pada
kulit (Repigmentasi). Seluruh pendekatan memiliki keuntungan dan kerugian
masing-masing, dan tidak semua terapi dapat sesuai dengan masing-masing
penderita.
Repigmentasi dapat diberikan dengan berbagai cara diantaranya :
Glukokortikoid topical (betametason valerat 0,1% atau klobetasol propionat
0,05%, Topikal inhibitor Kalsineurin (Tacrolimus dan pimecrolimus), Topikal
fotokemoterapi (8-methoxypsoralen (8-MOP) dan PUVA), Immunomudulator
4
BAB II
PENDAHULUAN
Progres dari penyakit ini bisa merupakan suatu pengembangan bertahap dari
makula lama atau pengembangan dari makula baru. Trichrome vitiligo (tiga
warna: putih,coklat muda,coklat tua) mewakili tahapan yang berbeda dalam
evolusi vitiligo3,9.
Tangan, pergelangan tangan, lutut, leher dan daerah sekitar lubang
(misalnya mulut) merupakan daerah-daerah yangsering ditemukan vitiligo5,6.
Kadang dapat juga ditemukan gambaran rambut yang memutih atau uban
prematur. Gambaran rambut putih pada vitiligo, dianalogikan dengan makula
putih, disebut dengan poliosis3.
Diagnosis ditegakkan terutama berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
klinis, serta ditunjang oleh pemeriksaan histopatologik serta pemeriksaan dengan
lampu Wood.
Biasanya, diagnosis vitiligo dapat dibuat dengan mudah pada pemeriksaan
klinis pasien, dengan ditemukannya gambaran bercak kapur putih, bilateral
(biasanya simetris), makula berbatas tajam pada lokasi yang khas.
Pada pemeriksaan dengan lampu wood, lesi vitiligo tampak putih berkilau
dan hal ini berbeda dengan kelainan hipopigmentasi lainnya.
Dalam kasus-kasus tertentu, pemeriksaan histopatologik diperlukan untuk
melihat ada tidaknya melanosit dan granul melanin di epidermis3.
Ada banyak pilihan terapi yang bisa dilakukan pada pasien dengan vitiligo.
Hampir semua terapi bertujuan untuk mengembalikan pigmen pada kulit
(Repigmentasi). Seluruh pendekatan memiliki keuntungan dan kerugian masing-
masing, dan tidak semua terapi dapat sesuai dengan masing-masing penderita.
Repigmentasi dapat diberikan dengan berbagai cara diantaranya :
Glukokortikoid topical (betametason valerat 0,1% atau klobetasol propionat
0,05%, Topikal inhibitor Kalsineurin (Tacrolimus dan pimecrolimus), Topikal
fotokemoterapi (8-methoxypsoralen (8-MOP) dan PUVA), Immunomudulator
sistemik (methylprednisolon), Topikal analog Vitamin D (Calcipotriol), Topikal 5-
Fluorouracil. UVB Narrow-band(311nm), Laser Excimer (308nm), Minigrafting,
dan Depigmentasi.1,3,9,10,11,12
7
2.2 Definisi
Vitiligo adalah hipomelanosis idiopatik didapat yang berbentuk macula putih
susu tidak mengandung melanosit, berbatas tegas dan sering bersifat herediter.
Vitiligo dapat mengenai seluruh bagian tubuh yang mengandung sel melanosit,
termasuk rambut dan mata.
2.3 Epidemiologi
Vitiligo dapat mengenai semua ras dan gender dan semua umur. Vitiligo lebih
sering terjadi (50%) pada usia 10-30 tahun. Terdapat faktor genetic yang
mempengaruhi munculnya vitiligo ini yakni penderita vitiligo akan memiliki
kemungkinan 5% memiliki anak dengan kelainan serupa. Riwayat keluarga
vitiligo berkisar 30%. Penyakit ini lebih sering diderita oleh orang kulit berwarna
dan biasanya dengan derajat yang lebih berat.
8
Tahap 3 :
Peningkatan pembentukan melanin membuat struktur halus agak sulit
terlihat.
Tahap 4 :
Granul melanin matang dapat terlihat dengan mikroskop cahaya dan
melanin secara sempurna mengisi vesikel. Utrastruktur tidak ada yang
terlihat. Granul yang matang berbentuk elips, dengan panjang 1 m dan
diameter 0,4 m.
Ketika dibentuk granul melanin migrasi di dalam perluasan sitoplasma
melanosit dan ditransfer ke sel-sel dalam stratum germinativum dan
spinosum dari epidermis. Proses transfer ini telah diobservasi secara
langsung pada kultur jaringan kulit.
Granul melanin pada dasarnya diinjeksikan ke dalam keratinosit. Ketika di
dalam keratinosit, granul melanin berakumulasi di dalam sitoplasma
10
2.5 Klasifikasi
Berdasarkan distribusi dan bentuk lesinya, vitiligo diklasifikasikan menjadi 2.
Klasifikasi ini penting dalam memahami prognosis penyakit. Ada 2 bentuk
vitiligo:
1. Lokalisata
dapat dibagi dibagi lagi:
a. Fokal
Satu atau lebih macula pada satu area saja tetapi tidak segmental.
b. Segmental
Satu atau lebih macula pada satu area, dengan distribusi menurut
dermatom. Misalnya pada satu tungkai.
c. Mukosal
11
2.6 Etiologi
Penyebab vitiligo hingga kini belum diketahui. Beberapa faktor pencetus
antara lain
Beberapa faktor predisposisi terjadinya vitiligo antara lain:
1) Faktor mekanis
Pada 30% penderita vitiligo timbul lesi setelah trauma fisik, misalnya
setelah tindakan bedah atau pada tempat bekas trauma fisik dan kimiawi.
2) Faktor sinar matahari atau penyinaran ultra violet A.
Ada 715% penderita vitiligo timbul lesi setelah terpajan yang berat.
3) Faktor trauma psikis
Contoh: kematian anggota keluarga, kehilangan pekerjaan.
4) Faktor hormonal
Diduga vitiligo memburuk penggunaan kontrasepsi oral.
12
2.7 Patogenesis
Proses pathogenesis vitiligo meliputi:
1. Hipotesis autoimun
Penderita vitiligo cenderung menderita kelainan autoimun seperti tiroiditis
Hashimoto, penyakit Grave, penyakit Addison, uveitis, alopecia areata,
kandidiatis mukokutan.
2. Hipotesis neurogenik
13
Pemeriksaan fisik
Macula berwarna putih pucat atau putih susu atau putih seperti kapur tulis
dengan diameter 5mm 5cm atau lebih, bulat atau lonjong dengan batas tegas.
Kadang-kadang terlihat macula hipomelanotik selain macula apigementasi seperti
pada salah satu varian yakni trichrome vitiligo dengan macula berwarna putih,
coklat muda, dan coklat tua. Pemeriksaan fisik dapat pula dilakukan dengan
lampu Wood, terutama pada area yang tertutup pakaian/tidak terpajan sinar
matahari dan pada orang berkulit terang.
Di dalam macula vitiligo dapat ditemukan macula dengan pigmentasi
normal atau hiperpigmentasi disebut repigmentasi perifolikuler. Kadang-kadang
ditemukan ditemukan tepi lesi yang meninggi, eritema dan gatal, disebut
inflamatoar.
Lokasi predileksi antara lain bagian ekstensor terutama di atas jari,
periorbita, mulut dan hidung, tibialis anterior, dan pergelangan tangan bagian
fleksor. Lesi bilateral dapat simetris atau asimetris. Pada area yang terkena trauma
dapat timbul vitiligo. Mukosa jarang terkena, kadang-kadang mengenai genital
eksterna, puting susu, dan ginggiva.
16
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan histopatologi
Dengan pewarnaan hematoksilin eosin tampak normal kecuali tidak
ditemukan melanosit, kadang ditemukan limfosit di tepi macula.
Reaksi dopa untuk melanosit negative pada daerah apigmentasi, tapi
meningkat pada tepi yang hiperpigmentasi.
Pemeriksaan biokimia
Pemeriksaan histokimia pada kulit yang diinkubasi dengan dopa
menunjukkan tidak ada tirosinase. Kadar tirosin plasma dan kulit
normal.
1) Pityriasis alba
Terdapat skuama, warna off-white.
2) Pityriasis versicolor
Bersisik halus, tampak kuning kehijauan di bawah lampu Wood, KOH
positif, off-white.
3) Chemical leukoderma
Riwayat pajanan germisida fenolik, macula kecil-kecil tersebar. Ini adalah
diagnosis banding yang sulit karena seperti halnya vitiligo, pada
leukoderma kimiawi ini juga terjadi hilangnya melanosit pada kulit yang
terkena.
4) Leprosy
Terjadi pada area endemis, terdapat hipoestesi.
5) Nevus depigmentosus
Tidak membesar, kongenital, unilateral, warna off-white.
6) Hypomelanosis of Ito
Bilateral, Blaschko's lines, mengikuti pola marble cake, 60-75%
melibatkan sistem saraf pusat.
7) Piebaldism
Kongenital, rambut poni berwarna putih, macula putih tidak bertambah
luas, terdapat macula hiperpigmentasi di tengah area hipomelanotik.
8) Postinflammatory leukoderma
Macula berwarna off-white, terdapat riwayat psoriasis atau eczema pada
area yang sama, batas tidak terlalu jelas.
9) Waardenburg's syndrome
Penyebab tersering tuli kongenital, terdapat macula putih dan sebagian
rambut poni berwarna putih, iris heterochromia.
2.10 Terapi
Penatalaksanaan dilakukan dengan:
1. Penerangan tentang penyakit kepada penderita.
2. Kosmetika: tabir surya untuk proteksi dan cover mask concealer untuk
kamuflase.
3. Repigmentasi dengan fototerapi
a. Fototerapi topical
Fototerapi psoralen topikal dilakukan apabila lesi terbatas (kurang
dari 20% permukaan tubuh) atau pada anak lebih dari 5 tahun
dengan vitiligo fokal. Larutan yang digunakan adalah larutan
metoksalen 1% dan 8-metoksipsoralen (8-MOP) topikal dengan
18
4. Kortikosteroid
Pada beberapa penderita kortikosteroid misalnya triamcinolone
acetonide 0,1%, desonide 0,05%, betametason valerat 0.1% atau klobetasol
propionate 0.05% efektif menimbulkan pigmen. Biasanya diperlukan terapi
yang lama dan adanya efek samping akibat pemakaian steroid yang lama
menyebabkan pemakaiannya terbatas.
5. Depigmentasi
MEH (monobenzylether of hydroquinon) 20% krim dapat dipakai untuk
pengobatan vitiligo yang luas lebih dari 50% permukaan kulit dan tidak
19
2.11 Prognosis
Vitiligo bukan penyakit yang membahayakan kehidupan. Keberhasilan
terapi bergantung pula pada kesabaran dan kepatuhan penderita terhadap
pengobatan yang diberikan. Efek psikososial vitiligo dapat berupa hambatan
sosial atau psikis.
21
BAB III
LAPORAN KASUS
I. Identitas Penderita
Nama : Nn. DS
Umur : 12 th
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Tembelang, Jombang
Pekerjaan : Pelajar SD
Suku : Jawa
II. Anamnesis
o Keluhan Utama : Bercak putih wajah
o Riwayat Penyakit Sekarang :
Timbul bercak berwarna putih susu di wajah sejak 3 bulam yang lalu.
Bercak awalnya berukuran kecil namun semakin lebar dan jumlahnya
bertambah. Bercak tidak terasa sakit dan tidak gatal. Pasien tidak
demam dan tidak mengeluhkan gejala sistemik lain. Pasien pernah
mengalami luka lecet di dahi dan bagian tubuh lain saat terpeleset 1,5
tahun yang lalu.
o Riwayat Penyakit Dahulu: pasien tidak pernah menderita penyakit
dengan gejala yang sama.
Riwayat Pengobatan : pasien belum pernah menggunakan obat untuk
penyakit ini.
Riwayat Alergi : disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga : ayah pasien mengalami keluhan serupa
sejak 8 tahun yang lalu.
III. Pemeriksaan Fisik
Status generalis
o Kesadaran : kompos mentis
o Keadaan umum : baik
o Kepala/Leher : dalam batas normal
o Thoraks : dalam batas normal
o Abdomen : dalam batas normal
o Ekstremitas : makula berwarna putih di kedua siku
22
Tabir surya
IX. Prognosis
Baik
BAB III
PEMBAHASAN
A. Anamnesis
Pada kasus ini terbukti bahwa usia pasien berpontesi untuk terkena vitiligo
karena berdasarkan epidemiologi, pada kasus vitiligo umumnya dimulai pada
masa anak-anak atau usia dewasa muda, dengan puncak onsetnya (50% kasus)
pada usia 10-30 tahun, tetapi kelainan ini dapat terjadi pada semua usia. Diagnosis
penyakit pada seorang pasien dapat ditegakkan melalui anamnesis serta
pemeriksaan baik fisik maupun penunjang. Dari data anamnesis ditemukan
terdapat bercak putih diwajah,yang tidak disertai dengan gejala gatal, panas,
ataupun kebas, yang timbul didahului oleh adanya luka setelah terpeleset.
24
Kemudian pasien juga mempunyai salah satu factor kebiasaan yang beriko untuk
timbulnya vitiligo yaitu sering bermain ditempat yang panas.
B. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik pada pasien ini didapat makula hipopigmentasi,
batas tegas, bentuk tidak beraturan tepi ireguler, tidak meninggi, multiple
ukuran lentikular hingga numular et regio facialis. Secara teori, diagnosis
vitiligo dapat dibuat dengan mudah pada pemeriksaan klinis pasien, dengan
ditemukannya gambaran bercak kapur putih, bilateral (biasanya simetris),
makula berbatas tajam pada lokasi yang khas.
C. Penatalaksanaan
Pada pasien ini diberikan glukokortikoid topical sesui dengan teori bahwa
penatalaksanaan pada vitiligo bertujuan untuk repegmentasi1. Karena dilihat dari
sisi etiologi yang masih belum diketahui secara pasti, namun salah satu hipotesis
adalah autoimun dan gentik serta pasca trauma. 3 Secara teori beberapa penderita
kortikosteroid misalnya triamcinolone acetonide 0,1%, desonide 0,05%,
betametason valerat 0.1% atau klobetasol propionate 0.05% efektif
menimbulkan pigmen. Biasanya diperlukan terapi yang lama dan adanya efek
samping akibat pemakaian steroid yang lama menyebabkan pemakaiannya
terbatas. Fototerapi psoralen topikal dilakukan apabila lesi terbatas (kurang dari
20% permukaan tubuh) atau pada anak lebih dari 5 tahun dengan vitiligo fokal.
Larutan yang digunakan adalah larutan metoksalen 1% dan 8-metoksipsoralen
(8-MOP) topikal dengan cara dioleskan secara hati-hati. Olesan tidak sampai ke
batas tepi, karena diharapkan akan terjadi difusi intradermal.
25
BAB IV
PEMBAHASAN
Telah dilaporkan kasus vitiligo pada seorang perempuan berusia 12
tahun. Diagnosis ditegakkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pasien datang ke
poli kulit kelamin RSUD Jombang dengan keluhan Timbul bercak berwarna putih
susu di wajah sejak 3 bulam yang lalu. Bercak awalnya berukuran kecil namun
semakin lebar dan jumlahnya bertambah. Bercak tidak terasa sakit dan tidak gatal.
Pasien tidak demam dan tidak mengeluhkan gejala sistemik lain. Pasien pernah
mengalami luka lecet di dahi dan bagian tubuh lain saat terpeleset 1,5 tahun yang
lalu.
Pada pemeriksaan fisik tampak keadaan umum baik,composmentis,
pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Didapatkan efloresensi makula
multiple hipopigmentasi, batas tegas, bentuk tidak beraturan tepi ireguler, tidak
meninggi, ukuran lentikular hingga numular et regio facialis
Terapi yang diberikan adalah Triamcinolone acetonide 0,1% ,
Methoxypdoralen topikal, Antioksidan (sod+gliadin 250IU) 1 dd 1 dan Tabir
surya
Vitiligo bukan penyakit yang membahayakan kehidupan. Keberhasilan
terapi bergantung pula pada kesabaran dan kepatuhan penderita terhadap
pengobatan yang diberikan. Efek psikososial vitiligo dapat berupa hambatan
sosial atau psikis.
26
27
DAFTAR PUSTAKA