Anda di halaman 1dari 15

MODUL PERKULIAHAN

SALURAN
TRANSMISI
REFLEKSI DAN FAKTOR
REFLEKSI (LANJUTAN)

Fakultas Program Studi Online Kode MK Disusun Oleh

04
Teknik Teknik Elektro A51144EL Muslim, ST. MT

Abstract Kompetensi
Modul ini menjelaskan mengenai Setelah membaca modul ini, mahasiswa
refleksi gelombang (lanjutan), diharapkan mampu untuk:
yakni pola gelombang berdiri Menyelesaikan perhitungan dengan
(standing wave pattern), adanya refleksi gelombang.
pengukuran dengan "slotted line" Menganalisa hasil perhitungan
dan daya transmisi. dengan adanya refleksi gelombang.
Refleksi dan Faktor Refleksi
(Lanjutan)
Pada bagian yang sebelumnya dibicarakan distribusi dari tegangan atau arus yang merambat dari
sumber ke beban, dan tegangan atau arus yang direfleksikan oleh beban, yang merambat ke arah
sumber. Dan pada bagian akhir dari pembahasan sebelumnya diamati kejadian, bagaimana dengan
pemasangan sebuah beban dengan impedansi tertentu bisa menghasilkan refleksi.

Pada kenyataannya, di sepanjang saluran transmisi tersebut, distribusi tegangan dan arus adalah
superposisi dari gelombang yang merambat dari sumber ke beban (gelombang datang) dan
gelombang yang merambat dari beban ke sumber (gelombang refleksi).

Dengan menggunakan persamaan (2.9)

1 1
V= ( Z L + Z 0 )I ee ( L z ) + ( Z LZ 0 )I ee ( L z )
2 2

dan faktor refleksi di akhir saluran transmisi (2.12)

Z LZ 0
r=
ZL+ Z0

Maka tegangan dan arus bisa dituliskan menjadi ( Z=Z L + Z0 )

1 1
V ( z )= ZI ee ( L z )e j( Lz)+r I ee ( Lz )e j ( L z )
2 2

1 1
I ( z )= I ee ( Lz ) e j ( Lz )r I ee ( L z ) e j ( L z )
2 2

Dengan d = L z notasi posisi yang baru, yang menghitung jarak dari ujung akhir saluran
transmisi, dan dengan persamaan (2.11)

2 d j2 d
(d )=re e (2.14)

maka kedua persamaan di atas menjadi

1
V (d )= ZI ee d e jd ( 1+ (d ))
2 (2.15)

2016 Saluran Transmisi


2 Muslim, ST.MT
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1
I( d )= I ee d e jd ( 1 ( d ) )
2 (2.16)

Pola gelombang berdiri sering kali memberikan gambaran yang jelas mengenai distribusi tegangan
dan arus sepanjang saluran transmisi. Pola gelombang berdiri merupakan nilai mutlak dari phasor
tegangan dan arus yang didapatkan pada bagian di atas. Untuk kasus saluran transmisi yang
mengandung kerugian (lossy)

1
|V (d )|= |ZI e|e d|1+ (d )|
2 (2.17)

1
|V (d )|= |I e|ed |1 ( d )| 2 d j2 d
2 dengan (d )=re e (2.18)

Sedangkan untuk saluran transmisi tak merugi (lossless)

1
|V (d )|= |ZI e||1+ ( d )|
2 (2.19)

1
|I (d )|= |I e||1 (d )| j2 d
2 dengan (d )=re (2.20)

Pola gelombang berdiri memberikan gambaran akan selubung atas dari tegangan dan arus
yang merupakan fungsi waktu, yang ber-osilasi sepanjang saluran transmisi. Dengan kata lain, pola
gelombang berdiri memberikan nilai maksimum yang bisa dicapai tegangan dan arus di setiap titik
pada saluran transmisi.

Pola ini memberikan gambaran interferensi gelombang secara jelas, dengan menunjukkan
posisi-posisi maksimum dan minimum yang terjadi secara berulang di setiap jarak setengah panjang
gelombang. Maksimum dan minimum ini disebabkan oleh interferensi konstruktif dan destruktif
antara gelombang datang dan refleksi.

Untuk saluran transmisi tak merugi, dengan

j ( 2 d r )
(d )=re jd=|r|e (2.21)

Bagaimana kita bisa mem-visualisasikan faktor refleksi di sepanjang saluran transmisi di atas,
haruslah dipergunakan bidang Gauss kompleks.

2016 Saluran Transmisi


3 Muslim, ST.MT
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
r adalah faktor refleksi pada ujung akhir, atau pada d = 0.

Gambar 2.4 : Visualisasi faktor refleksi (d ) di koordinat Gauss kompleks

Faktor refleksi pada beban (pada d = 0) ini divisualisasikan pada gambar 2.4a dengan panah biru.
Pada saluran transmisi tak mengandung kerugian, faktor refleksi sepanjang saluran transmisi ini,

(d ) , menurut persamaan (2.21) merupakan hasil perkalian r dengan eksponensial j2d, yang
merupakan perputaran titik r searah dengan perputaran jarum jam. Pada awal saluran transmisi, d =
L. Berapa jauh perputaran ini, tergantung dari perbandingan panjang saluran transmisi ini dengan
panjang gelombang sinyal yang ditransmisikan. Perputaran satu lingkaran penuh 360, atau titik
phasor kembali ke tempat semula (gambar 2.4b), jika

2
2 L=2 2 L=2 L=
2

Jadi dengan menggunakan saluran transmisi dengan panjang setengah panjang gelombang, faktor
refleksi pada awal saluran sama dengan faktor refleksi pada akhir saluran transmisi, jadi pengaruh
saluran transmisi ini terhadap transport daya tidak ada. Pada modul ke 6 kita akan membahas lebih
dalam fenomena ini.

2016 Saluran Transmisi


4 Muslim, ST.MT
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 2.5 : Posisi tegangan maksimum dan minimum di bidang Gauss kompleks.

Pola gelombang tegangan berdiri memiliki nilai maksimum pada saat (d) riil dan positif, atau pada
saat

j ( 2 d r )
e =1 2 dr =n 2 dengan n = 0, 1, 2, .

Nilai maksimum tegangan menjadi

1
|V|max = |ZI e|( 1+|r|)
2 (2.22)

Dan nilai minimum akan terjadi, jika (d) riil dan negatif

j ( 2 d r )
e =1 2 d r =( 2 n+ 1 ) dengan n = 0, 1, 2,

Nilai minimum tegangan menjadi

1
|V|min= |ZI e|(1|r|)
2 (2.23)

Dengan menggunakan pemikiran di atas, kita bisa mengamati pola gelombang tegangan berdiri pada
dua kasus khusus open dan short (Gambar 2.5):

Beban terbuka (open) : r = 1 ( |r| = 1 dan r = 0 )

dengan |r|=1 tegangan maksimum adalah


|V (d )|max=|ZI e| dan tegangan minimum

|V (d )|min=0 .

Pada beban (d = 0 ), pola gelombang tegangan berdiri akan maksimum, menuju generator,

pola tegangan akan mengecil, dan minimal pada posisi d= /4 (setengah putaran),

kembali membesar, dan maksimal pada d= /2 (satu putaran penuh)

2016 Saluran Transmisi


5 Muslim, ST.MT
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 2.6 : Pola gelombang tegangan berdiri pada beban open.

Beban hubungan singkat (short) : r = -1 ( |r| =1 dan r = )

Dengan |r|=1 tegangan maksimum dan minimum sama seperti pada kasus di atas. Pada
beban, pola gelombang tegangan berdiri akan minimum (Gambar 2.7), menuju ke generator,

pola tegangan akan membesar, dan maksimal pada posisi d= /4 (setengah putaran),

kembali mengecil, dan minimal pada d= /2 (satu putaran penuh)

Gambar 2.7 : Pola gelombang tegangan berdiri pada beban short.

Dengan menggunakan saluran transmisi yang tak mengandung kerugian (lossless), maka impedansi
gelombang saluran transmisi ini menjadi riil (Z0 riil). Dan dengan faktor refleksi pada beban

2016 Saluran Transmisi


6 Muslim, ST.MT
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Z LZ 0
r=
ZL+ Z0

dengan impedansi beban secara umum


Z L=R L + jX L , menjadi

Z LZ 0 R LZ 0 + jX L R L Z 0 + jX L ( R L +Z 0 jX L )
r= = =
Z L + Z 0 R L + Z 0 + jX L R L+ Z 0 + jX L ( R L +Z 0 jX L )

R +X Z 2+ j 2 Z 0 X L
L2 L2 0
r=
( R L +Z 0 )2 + X L2

R +X Z 2 Z0 XL
L2 L2 02
r= r r + jr i = +j
( R L +Z 0 2 +
) X ( R L + Z 0 ) 2 + X L2
L2 (2.24)

Pada kasus matching, r = 0: hanya terjadi perputaran pada lingkaran ber-radius 0. Jadi sepanjang
apapun saluran transmisi, faktor refleksinya sepanjang saluran transmisi ini selalu nol. Sehingga
tegangan di sepanjang saluran transmisi bernilai konstant (tegangan efektif/root mean square value)

Gambar 2.8 : Pola gelombang berdiri untuk beban kompleks

Dari penulisan faktor transmisi di atas, kita dapatkan, beban yang induktif (XL > 0) akan
menghasilkan faktor refleksi juga dengan komponen imajiner yang positif, titik refleksi (titik awal)
berada pada kuadran satu dan dua. Jika beban memiliki komponen kapasitif (XL < 0), titik awal
perputaran terdapat pada kuadran ke tiga dan empat.

2016 Saluran Transmisi


7 Muslim, ST.MT
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pada beban induktif, di akhir saluran transmisi (pada beban), tegangan berada pada posisi 2 dan 3 di
Gambar 2.8 sehingga mengarah ke generator, pola gelombang tegangan berdiri akan membesar,
kemudian ke maksimal dan mengecil. Gambar 2.9 menunjukkan pola tegangan berdiri untuk
pemasangan beban yang memiliki komponen induktif.

Gambar 2.9 : Pola gelombang tegangan berdiri pada beban induktif

Jarak nilai maksimal pertama dari ujung saluran transmisi bisa didapatkan dengan hubungan

r
2 d max r =0 d max, 1 =
2 (2.25)

dan jarak nilai minimal pertama adalah

+ r r
d min,1 = = + =d max,1 +
2 2 2 4 (2.26)

Sedangkan pada beban kapasitif (posisi 4 dan 5 di Gambar 2.8), pola gelombang tegangan akan
mengecil (Gambar 2.10). Jarak nilai minimal pertama

+ r
d min,1 =
2 (2.27)

2016 Saluran Transmisi


8 Muslim, ST.MT
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 2.10 : Pola gelombang tegangan berdiri pada beban kapasitif

Selain menggunakan faktor refleksi, ada besaran lain yang dipergunakan untuk mengkuantifikasikan
fenomena refleksi ini, yaitu VSWR voltage standing wave ratio, sebagai perbandingan tegangan
maksimal dengan tegangan minimal

V max 1+|r|
VSWR= =
V min 1|r| (2.28)

atau

VSWR1
|r|=
VSWR+1 (2.29)

Selain itu, faktor refleksi sering juga dinyatakan dalam bentuk logaritma (desiBell/dB), yang
nilai negatifnya didefinisikan dengan return loss (RL).

r dB =20log|r|
RL=20 log|r|

Tabel berikut ini memberikan hubungan besar mutlak faktor refleksi, return loss dan VSWR

Tabel 2.1 Hubungan faktor refleksi dan VSWR

|r| return loss VSWR Keterangan


0 1 matching
1 0 dB Open/Short
0,1 20 dB 1,222 Refleksi kecil
0,9 0,92 dB 19 Refleksi besar

2016 Saluran Transmisi


9 Muslim, ST.MT
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
|r| mempunyai nilai yang bervariasi dari 0 sampai 1, return loss mempunyai nilai minimal
0 dB dan maksimal tidak terhingga, sedangkan VSWR mempunyai nilai terendah 1 dan bisa
membesar tak terbatas.

Contoh :

Diberikan rangkaian berikut. Sebuah generator AC dengan tegangan 100 V dan phasa 0 dengan
impedansi dalam Zg = 75 dihubungkan ke beban ZL = 20 j40 melalui sebuah saluran transmisi
yang mempunyai impedansi gelombang Z0 = 50 faktor atenuasi = 0,25 1/m, konstanta phasa =
0,65 1/m, dan panjang 2 m. Hitunglah faktor refleksi di akhir dan di awal saluran transmisi

Jawab :

Faktor refleksi di akhir saluran transmisi bisa dihitung dengan persamaan (2.12)

Z LZ 0
20 j 4050 30 j 40 (30 j 40 ) ( 70+ j 40 ) 500 4000
r= = = = 2 2
= j
Z L+ Z 0 20 j 40+50 70 j 40 70 +40 6500 6500
j 97 ,125
=0, 0769 j 0,6154=0,62 e

Dengan persamaan (2.11) didapatkan

2 d j 97 , 125 4
( d=2 ) =re =0,62 e e

4 =4 ( 0, 25+ j 0,65 )=1 j2,6

(d=2)=0,62e97 ,125 e1 e j 148, 969 =0,2281e j 246,094


=0,092+ j0,209

Pada contoh ini terlihat bahwa saluran transmisi yang mengandung kerugian memberikan faktor
refleksi yang lebih baik dibandingkan yang sebenarnya.

2016 Saluran Transmisi


10 Muslim, ST.MT
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2.5 Pengukuran dengan Slotted-Line

Di teknik pengukuran gelombang mikro, fenomena pola gelombang berdiri ini dimanfaatkan untuk
mengukur impedansi beban. Gambar 2.10 menunjukkan struktur pengukuran pola gelombang
berdiri sepanjang kabel coaxial yang bercelah (slotted line). Sebuah metal tipis seperti jarum (probe)
yang dimasukkan ke dalam kabel coaxial melalui celah yang tipis, bertugas untuk men-sampel
tegangan (sebenarnya medan listrik) yang ada di dalam saluran transmisi tersebut. Besar tegangan
yang terdeteksi akan ditampilkan di alat ukur.

Untuk bisa mengukur besar tegangan di sepanjang saluran transmisi, dibuat celah tipis yang
panjang (minimal sebesar satu kali panjang gelombang), sehingga probe bisa digeser dan didapatkan
pola gelombang berdiri yang lengkap dengan beberapa maksimum dan minimum.

Gambar 2.10 Pengukuran pola gelombang berdiri sepanjang kabel koaxial.

Contoh :

Dari suatu pengukuran dengan saluran transmisi dengan beban didapatkan nilai tegangan
maksimum 0,75 V pada posisi 4,3 mm, dan nilai tegangan minimum 0,61 V pada posisi 10,7 mm.
Tentukanlah impedansi beban, jika saluran transmisi yang dipergunakan memiliki impedansi 50 ohm.
Frekuensi kerja 2,1 GHz.

Jawab :

Dari kedua tegangan hasil pengukuran didapatkan

2016 Saluran Transmisi


11 Muslim, ST.MT
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
0, 75
VSWR= =1, 2295
0, 61

dan mutlak faktor refleksi dengan menggunakan persamaan (2.29)

VSWR1 1,22951
|r|= = =0,1029
VSWR+1 1,2295+1

Karena posisi maksimum lebih dekat maka beban diindikasikan bersifat induktif, dengan

r
d max, 1 = r =2d max, 1
2


d min,1 d max, 1= = =
2 2 ( d min,1 d max,1 ) 26,4 mm
dan

1
=0, 2454 mm

Sehingga
r =2 d max,1 =24,30, 2454=2,1108=120 , 9375

Maka dengan

j
j 120, 94
Z Z0
j r 1+|r|e r 1+ 0,1029e
|r|e = L Z L =Z 0 j
=50 j 120, 94

ZL + Z0 1|r|e r 10,1029e

j 120, 94
1+0,1029e
Z L=50 =44 ,31+ j7, 91
10, 1029e j 120, 94

Beban berupa rangkaian seri resistor R = 44,31 dan sebuah induktansi dengan besar
9
L=7, 91/2 2,110 =0,6 nH.

2.6 Daya Trasmisi

Daya yang ditransmisikan pada saluran transmisi ini bisa dihitung dengan :

P=Re {V ( z )I ( z) } (2.30)

I adalah konjugasi kompleks dari arus I

dengan i(t )= 2 Re ( Ijt ) dan (t )= 2 Re ( Vjt )

2016 Saluran Transmisi


12 Muslim, ST.MT
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
V ( z )I ( z )= (12 Ze d 1 1
)(
e jd +r ZI eed e jd I e e ( L z) e j ( L z)r
2 2

)
1
= Z|I e|2( e2 d r e j2 d + re jd |r|2e2 d )
4
1
= Z|I e|2( e 2d +2 j|r|cos ( 2 dr ) |r|2e2d )
4

Maka

1 1
P= Re { Z }|I e|2( e 2d |r|2e2 d ) Im { Z }|I e|2|r|cos ( 2 dr )
4 2

Dengan aproksimasi Z riil, maka daya pada saluran transmisi menjadi

1
P= Re { Z }|I e|2( e 2d |r|2e2 d )
4

Daya pada d = L adalah daya yang berada pada awal saluran transmisi

1
Pin = Re { Z }|I e|2( e 2 L |r|2e2L )
4

dan daya pada d = 0, pada bagian akhir saluran transmisi

1
Pout = Re { Z }|I e|2( 1|r|2 )
4

Dari keduanya bisa dihitung daya yang terkonsumsikan di dalam saluran transmisi sebesar

1
Ploss =Pin Pout = Re { Z }|I e|2( e2 L |r|2e2L 1+|r|2 )
4

Daya ini menghilang dan diubah menjadi panas akibat factor atenuasi.

2016 Saluran Transmisi


13 Muslim, ST.MT
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
[1] Alaydrus, Mudrik. (2009). Saluran Trasmisi Telekomunikasi. Graha ilmu.
[2] Prakashan, Satya. (1977). Transmission Lines and Networks. Tech India Publication.
[3] Johnson, W.C. (1963). Transmission Lines and Networks, McGraw.
[4] Muhammad, F., Khan, K. Saeed, N. (2012). Design and Simulation of High Gain,
Low Loss X-band Pyramidal Horn Antenna for Broadband Application. City
University Research Journal, Volume 02 No. 02 July 2012 Article 16.
[5] A. Aghajanyan, A. Hakhoumian, N. Poghosyan, T. Poghosyan, and T. Zakaryan.
(2015). On the Method of Monitoring and Optimal Control of RF-Plasma. Armenian
Journal of Physics, 2015, vol. 8, issue 1, pp. 44-50.
[6] Rashmi Khare, Prof. Rajesh Nema. (2012). Reflection Coefficient Analysis Of
Chebyshev Impedance Matching Network Using Different Algorithms. International
Journal of Innovative Research in Science, Engineering and Technology Vol. 1, Issue
2, December 2012.
[7] Caglar M. F. (2011). Neural 3-D Smith Chart. Electronics And Electrical Engineering
2011. No. 8(114) ISSN 1392 1215.
[8] Malisuwan, S. & Sivaraks, J. (2013). Design of Microstrip Antenna for WPAN
Applications by Applying Modified Smith-Chart Representation. International Journal
of Modeling and Optimization, Vol. 3, No. 5, October 2013.
[9] Elrashidi, A., Elleithy, K., & Bajwa, H. (2011). Effect Of Temperature on The
Performance of A Cylindrical Micro-strip Printed Antenna For TM01 Mode Using
Different Substrates. International Journal of Computer Networks & Communications
(IJCNC) Vol.3, No.5, Sep 2011.
[10] Kumar P.G, Chandrasekhar P., & Raju SBSR,. (2015). Study on Slotted Waveguide
Pyramidal Horn Antenna with Enhanced Directivity. IPASJ International Journal of
Computer Science (IIJCS) Volume 3, Issue 3, March 2015.
[11] Kamo, B., Cakaj, S., Kolii, V., Mulla, E. (2012). Simulation and Measurements of
VSWR for Microwave Communication Systems. Int. J. Communications, Network
and System Sciences, 2012, 5, 767-773.

2016 Saluran Transmisi


14 Muslim, ST.MT
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
[12] Neelgar B.I., & Raju, G.S.N. (2011). Impedance Characteristics of YagiUda
Antenna. International Journal of Electronics and Communication Engineering. ISSN
0974-2166 Volume 4, Number 1 (2011), pp.115-130.
[13] Sharma, P., Arora, R.K., Pardeshi, S., & Singh, M. (2013). Fiber Optic
Communications: An Overview. International Journal of Emerging Technology and
Advanced Engineering. ISSN 2250-2459, ISO 9001:2008 Certified Journal, Volume
3, Issue 5, May 2013.
[14] Joshi, N. V. (2015). A Fresh View for Maxwells Equations and Electromagnetic Wave
Propagation. Journal of Modern Physics, 2015, 6, 921-926.

2016 Saluran Transmisi


15 Muslim, ST.MT
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai