Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Ekonom, Vol 15, No 4, Oktober 2012

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI


DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN TERHADAP
PENGENTASAN KEMISKINAN DI KAWASAN MEBIDANGRO

Pendi Dewanto*, Rujiman**, dan Agus Suriadi**


*Alumni PWD SPs USU/BPS Sumatera Utara
** Dosen PWD SPs USU

Abstract: The purpose of this study was to analyze the influence of economic
growth and income disparity on poverty eradication in Mebidangro area, to find
out the level of economic growth influence whether it is pro-poor or anti-poor and
to find out the sectors influencing the poverty eradication. The panel data obtained
from the four districts/cities in Mebidangro area from 2004 to 2011 were analyzed.
The result of this study showed that the economic growth and income disparity in
Mebidangro area had negative influence on poverty level. If viewed based on the
influence of elasticity value of net poverty on the economic growth, the economic
growth can minimize the poverty but income disparity became a constraint or
minimized the effectiveness of economic growth in poverty eradication. The
economic growth in Mebidangro area for 2004-2011 was not anti-poor that
marked with the index value of pro-poor growth of -7.824. The sectors dominantly
influencing poverty eradication were agriculture, mining and quarrying,
processing industry, electricity, gas and clean water, trade, hotels and restaurants,
transportation and communication.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan


ekonomi dan ketimpangan pendapatan terhadap pengentasan kemiskinan di
kawasan Mebidangro, mengetahui tingkatan pengaruh pertumbuhan ekonomi
apakah pro pooratau anti poor serta mengetahui sektor-sektor yang memiliki
pengaruh terhadap pengentasan kemiskinan.Analisa dilakukan melalui data panel
empat kabupaten/kota yang termasuk di kawasan Mebidangro pada periode 2004-
2011. Hasil penelitian menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan
pendapatan di kawasan Mebidangro berpengaruh negatif terhadap tingkat
kemiskinan.Sedangkan dilihat dari nilai elastisitas netto kemiskinan terhadap
pertumbuhan ekonomihasilnya adalah pertumbuhan ekonomi mampu menurunkan
kemiskinan tetapi ketimpangan pendapatan menjadi penghambat atau mengurangi
efektivitas pertumbuhan ekonomi dalam pengentasan kemiskinan. Pertumbuhan
ekonomi di kawasan Mebidangro selama tahun 2004-2011 bersifat tidak pro
kemiskinan (anti poor) yang ditandai dengan angka indeks pro-poor growth
sebesar -7,824. Sedangkan sektor-sektor yang berpengaruh dalam pengentasan
kemiskinan adalah sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri
pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, perdagangan, hotel dan restoran, dan
angkutan dan komunikasi.

Kata kunci: pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pendapatan dan pengentasan


kemiskinan

PENDAHULUAN pemberantasan kemiskinan yang absolut


Pembangunan merupakan suatu (Todaro, 2000).
proses multidimensional yang melibatkan Pertumbuhan ekonomi, ketimpangan
perubahan-perubahan besar dalam struktur pendapatan, dan kemiskinan adalah isu-isu
sosial, sikap mental yang sudah terbiasa dan yang selalu menarik untuk dipelajari. Para
lembaga-lembaga nasional termasuk pula ahli mencurahkan perhatian yang cukup
percepatan atau akselerasi pertumbuhan besar terhadap hal ini (Lin, 2003;
ekonomi, pengurangan ketimpangan, dan Bourguignon, 2004;Ravalion, 2005;

138
Pendi Dewanto, Rujiman, dan Agus Suriadi: Analisis Pengaruh Pertumbuhan

danWarr, 2000, 2006). Pertumbuhan Pengentasan kemiskinan menjadi


ekonomi yang tinggi akan memperbesar salah satu dari Tujuan Pembangunan
kapasitas ekonomi (Produk Domestik Milenium atau Millennium Development
Bruto-PDB). Diharapkan dengan PDB yang Goals (MDGs) yaitu menanggulangi
tinggi maka akan tercipta trickle down kemiskinan dan kelaparan, yang merupakan
effect sehingga kesejahteraan masyarakat hasil kesepakatan kepala negara dan
akan meningkat. perwakilan dari 189 negara Perserikatan
Isu tentang pertumbuhan ekonomi, Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai
ketidakmerataan pendapatan dan dijalankan pada September 2000. Salah satu
kemiskinan telah lama menjadi fokus utama target dari tujuan tersebut adalah
pembangunan ekonomi baik di tingkat menurunkan persentase penduduk yang
global maupun nasional. Analisa hubungan pendapatannya kurang dari 1 dolar sehari
segitiga antara ketiga hal tersebut telah sebanyak 50 persen tahun 1990-2015
menjadi bahan perdebatan yang panjang dengan indikator proporsi penduduk yang
dan sangat menarik terutama pada hidup dibawah garis kemiskinan nasional.
pemilihan strategi pembangunan ekonomi Di Indonesia, pada awal masa
dalam upaya pengentasan kemiskinan. pemerintahan Orde Baru para pembuat
Pertama, apakah lebih mendahulukan kebijakan dan perencana pembangunan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan sangat percaya akan adanya trickle down
mengesampingkan pembagian distribusi effect (Tambunan, 2003). Pembangunan
pendapatan. Kedua, apakah lebih hanya dipusatkan di Jawa, khususnya
mengutamakan distribusi pendapatan yang Jakarta dan sekitarnya dan hanya pada
lebih merata tanpa harus mengorbankan sektor-sektor tertentu saja. Mereka percaya
pertumbuhan ekonomi. bahwa nantinya hasil dari pembangunan itu
Di sisi lain, adanya permasalahan akan menetes ke sektor-sektor dan wilayah
kemiskinan dan ketidakmerataan lainnya di Indonesia.
pendapatan juga akan menghambat laju Mebidangro merupakan salah satu
pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Selain kawasan metropolitan di Indonesia yang
itu, kemiskinan dan ketidakmerataan terletak di Provinsi Sumatera Utara, terdiri
pendapatan juga akan memberikan dampak atas Kota Medan, Kota Binjai, Kabupaten
instabilitas sosial, ketidakpastian, dan Deli Serdang dan sebagian Kabupaten Karo
tragedi kemanusiaan seperti kelaparan, (4 kecamatan) yang ditetapkan melalui
tingkat kesehatan yang rendah dan gizi Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang
buruk. Bila keadaan tersebut terus berlanjut Rencana Tata Ruang Metropolitan
pada akhirnya akan mengganggu stabilitas Mebidangro. Kebijakan Tata Ruang
ekonomi makro dan kelangsungan Nasional menempatkan Kawasan
pemerintahan yang ada. Mebidangro sebagai Pusat Kegiatan
Menurut Arsyad (1999) dalam Hajiji Nasional (PKN) sekaligus sebagai Kawasan
(2010) tingkat pertumbuhan ekonomi yang Strategis Nasional (KSN) dengan fokus
tinggi hanya sedikit manfaatnya dalam pengembangan kegiatan ekonomi.Kawasan
memecahkan masalah kemiskinan, masih Mebidangro berada di Wilayah Sumatera
banyak penduduk yang memiliki Bagian Utara yang memiliki kedudukan
pendapatan dibawah standar kebutuhan strategis terhadap pengembangan Segitiga
hidupnya.Pertumbuhan ekonomi gagal Ekonomi Regional Indonesia - Thailand -
untuk mengurangi bahkan menghilangkan Singapura (IMT-GT). Posisinya yang
besarnya kemiskinan absolut.Jadi strategis ini menjadi perhatian penting
pertumbuhan PDB yang cepat tidak secara dalam pengembangan kawasan Mebidangro
otomatis meningkatkan taraf hidup ke depan.
masyarakatnya. Dengan kata lain bahwa Kebijakan dalam Penataan Ruang
apa yang disebut dengan Trickle Down Kawasan Perkotaan Mebidangro meliputi:
Effects atau efek cucuran kebawah dari 1. Pengembangan dan pemantapan fungsi
manfaat pertumbuhan ekonomi bagi Kawasan Perkotaan Mebidangro sebagai
penduduk miskin tidak terjadi seperti apa pusat perekonomian nasional yang
yang diharapkan bahkan berjalan cenderung produktif dan efisien serta mampu
sangat lambat. bersaing secara internasional terutama

139
Jurnal Ekonom, Vol 17, No 3, Juli 2014

dalam kerja sama ekonomi subregional Kemiskinan


Segitiga Pertumbuhan Indonesia- Fenomena kemiskinan merupakan
Malaysia-Thailand. sesuatu yang kompleks, dalam arti tidak
2. Peningkatan akses pelayanan pusat- hanya berkaitan dengan dimensi ekonomi
pusat kegiatan perkotaan Mebidangro saja tetapi juga dengan dimensi-dimensi
sebagai pembentuk struktur ruang lain diluar ekonomi. Namun selama ini
perkotaan dan penggerak utama kemiskinan lebih sering dikonsepsikan
pengembangan wilayah Sumatera dalam konteks ketidakcukupan pendapatan
bagian utara. dan harta (lack of income and assets) untuk
3. Peningkatan kualitas dan jangkauan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar
pelayanan jaringan prasarana seperti pangan, sandang, perumahan,
transportasi, energi, telekomunikasi, pendidikan dan kesehatan, yang mana
sumber daya air, serta prasarana semuanya berada dalam lingkup dimensi
perkotaan Kawasan Perkotaan ekonomi.
Mebidangro yang merata dan terpadu Menurut Sen (1985) kemiskinan
secara internasional, nasional, dan adalah kegagalan untuk berfungsinya
regional. beberapa kapabilitas dasar atau dengan
4. Peningkatan keterpaduan antar kegiatan perkataan lain seseorang dikatakan miskin
budi daya serta keseimbangan antara jika kekurangan kesempatan untuk
perkotaan dan perdesaan sesuai dengan mencapai/mendapatkan kapabilitas dasar
daya dukung dan daya tampung ini. Sen (1995) menyatakan bahwa
lingkungan; kemiskinan jangan dianggap hanya sebagai
5. Peningkatan fungsi, kuantitas, dan pendapatan rendah (low income), tetapi
kualitas RTH dan kawasan lindung harus dianggap sebagai ketidakmampuan
lainnya di Kawasan Perkotaan kapabilitas (capability handicap).
Mebidangro. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
penduduk yang tidak mampu memenuhi
Pertumbuhan Ekonomi kebutuhan dasar minimum dikategorikan
Konsep dasar pertumbuhan ekonomi sebagai penduduk miskin. Nilai garis
adalah peningkatan hasil kegiatan ekonomi kemiskinan yang digunakan mengacu pada
seluruh unit ekonomi dalam suatu wilayah, kebutuhan minimum 2.100 kkal per kapita
atau bisa juga dikatakan pertumbuhan per hari ditambah dengan kebutuhan
ekonomi suatu wilayah adalah peningkatan minimum non makanan yang merupakan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kebutuhan dasar seseorang yang meliputi
atau Produk Domestik Regional Neto kebutuhan dasar untuk papan, sandang,
(PDRN), dimana produk atau hasil kegiatan sekolah, transportasi, serta kebutuhan
ekonomi dari seluruh unit ekonomi domestik rumahtangga dan individu yang mendasar
adalah dalam wilayah kekuasaan atau lainnya. Besarnya nilai pengeluaran (dalam
administratif seperti negara, provinsi, atau rupiah) untuk memenuhi kebutuhan dasar
kabupaten. minimum makanan dan non makanan
Pembangunan ekonomi merupakan tersebut disebut garis kemiskinan (BPS,
salah satu sasaran 2010).
pembangunan.Pembangunan dalam arti luas Metode yang digunakan untuk
mencakup aspek kehidupan baik ideologi, menghitung Garis Kemiskinan terdiri atas
politik, sosial budaya, pertahanan dan dua komponen utama yaitu Garis
keamanan dan lain Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis
sebagainya.Pembangunan ekonomi perlu Kemiskinan Non Makanan (GKNM).Garis
dipandang sebagai kenaikan dalam Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan
pendapatan perkapita, karena kenaikan nilai pengeluaran kebutuhan minimum
merupakan penerimaan dan timbulnya makanan yang disetarakan dengan 2.100
dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat. kalori perkapita perhari. Sedangkan Garis
Laju pembangunan ekonomi suatu negara Kemiskinan Non Makanan (GKNM)
diukur dengan menggunakan tingkat merupakan kebutuhan minimum untuk
pertumbuhan GDP/GNP perumahan, sandang, pendidikan dan
(Arsyad,1997dalam Hajiji, 2010). kesehatan.

140
Pendi Dewanto, Rujiman, dan Agus Suriadi: Analisis Pengaruh Pertumbuhan

Ketimpangan Pendapatan ukuran untuk melihat sejauh mana


Ketimpangan pendapatan adalah pertumbuhan ekonomi bisa disebut pro poor.
suatu kondisi dimana distribusi pendapatan Indeks ini memiliki beberapa kelebihan,
yang diterima masyarakat tidak merata. antara lain:
Ketimpangan ditentukan oleh tingkat Data yang diperlukan tidak terlalu sulit,
pembangunan, heterogenitas etnis, sehingga mudah dihitung
ketimpangan juga berkaitan dengan Indeks ini dapat digunakan untuk
kediktatoran dan pemerintah yang gagal memformulasikan kebijakan-kebijakan
menghargai property rights (Glaeser, pro poor pada tingkat makro dan mikro
2006). Indeks ini bisa dihitung menurut sektor
Alesina dan Rodrik (1994) dalam ekonomi ataupun wilayah
Hajiji (2010) menyatakan bahwa Berdasarkan perumusan masalah
ketimpangan pendapatan akan menghambat diatas, secara garis besarnya penelitian ini
pertumbuhan. Hal ini karena ketimpangan bertujuan untuk:
menyebabkan kebijakan redistribusi 1. Menganalisis pengaruh pertumbuhan
pendapatan yang tentunya akan mahal. ekonomi dan ketimpangan pendapatan
Beberapa ukuran ketimpangan yang terhadap pengentasan kemiskinan di
sering digunakan antara lain: Indeks Gini, kawasan Mebidangro.
Indeks Theil, dan ukuran ketimpangan dari 2. Mengetahui tingkatan pengaruh
Bank Dunia. Dalam penelitian ini ukuran pertumbuhan ekonomi di kawasan
ketimpangan yang digunakan adalah Indeks Mebidangro apakah pro pooratau anti
Gini. poor.
Indeks Gini adalah murni ukuran 3. Mengetahui sektor-sektor yang
statistik untuk variabilitas dan ukuran memiliki pengaruh yang besar
normatif untuk mengukur ketimpangan. terhadap pengentasan kemiskinan di
Wodon dan Yitzhaki (2002) kawasan Mebidangro.
mengungkapkan kelebihan utama Indeks
Gini, yaitu:
Sebagai ukuran statistik untuk Pembangunan
Ekonomi di Kawasan
variabilitas, Indeks Gini bisa Mebidangro
digunakan untuk menghitung
pendapatan negatif, ini adalah salah
satu sifat yang tidak dimiliki oleh
sebagian ukuran ketimpangan Keterkaitan Pertumbuhan
Ekonomi
Indeks Gini juga bisa digambarkan Sektoral
secara geometris sehingga lebih mudah
untuk diamati dan dianalisis Pertum- Ketim-
buhan
Indeks Gini memiliki dasar teori yang Ekonomi
pangan
Pendapata Sektor-
kuat. Sebagai indeks normatif, Indeks n sektor yang
Gini bisa merepresentasikan teori Mengen-
kemiskinan relatif. Indeks Gini juga Pengentasan taskan
Kemiskinan Kemiskinan
bisa diturunkan sebagai ukuran
ketimpangan berdasarkan aksioma-
aksioma keadilan sosial Pro poor
Growth
Index
Pro Poor Growth Index (PPGI)
Kakwani dan Pernia (2000)
menyatakan bahwa konsep pro poor growth Arah dan Kebijakan
untuk Pengentasan
pertama kali diperkenalkan pada era 1950 an Kemiskinan
dan kemudian dipertegas oleh Chenery
(1974). Konsep pro poor growth juga secara Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
implisit dijelaskan dalam World
Development Report 1990 (World Bank, METODE
1990). Penelitian ini menitikberatkan pada
Pro poor growth index adalah suatu keterkaitan antara tiga variabel (pertumbuhan

141
Jurnal Ekonom, Vol 17, No 3, Juli 2014

ekonomi, ketimpangan pendapatan, dan desa/kelurahan.Kabupaten Deli Serdang


kemiskinan) yang dianggap memunyai merupakan wilayah paling luas di kawasan
hubungan diantara ketiga variabel tersebut Mebidangro yang mencapai 2.497,72 km2
atau dua diantara ketiga variabel tersebut. atau hampir 83 persen dari total luas
Ruang lingkup analisis penelitian ini adalah Mebidangro. Sedangkan Kota Binjai
kawasan Mebidangro dalam periode waktu merupakan wilayah yang terkecil dengan
tahun 2004-2011. Untuk Kabupaten Karo, luas wilayah hanya 90,23 km2 atau sekitar
walaupun hanya 4 (empat) kecamatan yang 2,98 persen.
masuk dalam kawasan Mebidangro, namun Salah satu aset berharga dalam
karena keterbatasan data, maka data yang pembangunan wilayah adalah penduduk,
digunakan adalah data seluruh Kabupaten jumlah penduduk dapat menjadi faktor
Karo. pendorong dalam pembangunan di suatu
Data yang digunakan dalam wilayah jika dikelola dengan baik dan
penelitian ini merupakan data sekunder benar. Dengan kualitas penduduk yang baik
yang berasal dari BPS. Data yang terutama dalam hal pendidikan dan
digunakan antara lain Jumlah Penduduk, kesehatan, maka pembangunan suatu
PDRB kabupaten/kota se Sumatera Utara, wilayah akan terpacu.karena keahlian yang
hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional dimiliki oleh masing-masing individu.
(SUSENAS), Indeks Gini, dan angka Jumlah penduduk di kawasan
kemiskinan, serta beberapa data makro Mebidangro pada tahun 2004 sebanyak
sosial lainnya. 4,08 juta jiwa, angka ini meningkat pada
Metode yang digunakan dalam tahun 2011 menjadi 4,53 juta jiwa atau
penelitian ini adalah: (1) Analisis bertambah sebanyak 450 ribu jiwa. Jika
Deskriptif, untuk melihat gambaran dibandingkan dengan total penduduk
pengaruh pertumbuhan ekonomi dan Provinsi Sumatera Utara, maka persentase
ketimpangan pendapatan terhadap penduduk di kawasan Mebidangro pada
pengentasan kemiskinan; (2) Analisis tahun 2004 sebesar 33,65 persen dan angka
Regresi Data Panel, untuk melihat arah dan ini meningkat menjadi 34,55 persen pada
besaran pengaruh pertumbuhan ekonomi tahun 2011.
dan ketimpangan pendapatan terhadap Hal ini terjadi karena kawasan
pengentasan kemiskinan; (3)Pro poor Mebidangro memang wilayah yang menjadi
growth indeks (PPGI), untuk melihat tujuan perpindahan penduduk di Provinsi
tingkatan pengaruh pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara karena merupakan pusat
di kawasan Mebidangro apakah pro poor segala kegiatan, baik pusat pemerintahan
atau anti poor maupun pusat perekonomian. Medan, Deli
Serdang, dan Binjai merupakan pusat
HASIL perdagangan dan jasa, kawasan industri,
Kawasan Mebidangro menjadi sangat yang tentu saja memunculkan lapangan
strategis karena merupakan pusat pekerjaan bagi para penduduk yang datang.
pemerintahan Provinsi Sumatera Utara,
pusat industri, perdagangan dan jasa, dan Tabel 1. Persentase penduduk menurut
merupakan kawasan yang padat ijazah tertinggi dan angka melek
pemukiman.Selain itu terdapat juga huruf Tahun 2004 dan 2011
Bandara Internasional Kuala Namu dan No. Indikator/Wilayah 2004 2011
Pelabuhan Belawan yang menjadi pintu (1) (2) (3) (4)
masuk utama ke Sumatera Utara. 1. Tamat SD
Wilayah yang termasuk dalam Medan 21,51 19,12
kawasan Mebidangro adalah: Kota Medan, Binjai 22,84 22,72
Kota Binjai, Kabupaten Deli Serdang, dan Deli Serdang 26,08 24,01
sebagian Kabupaten Karo (Kecamatan Karo 25,57 24,57
Merdeka, Kecamatan Berastagi, Kecamatan Sumatera Utara 28,03 25,93
Barus Jahe, dan Kecamatan Dolat Rakyat). 2. Tamat SMP
Luas wilayah kawasan Mebidangro Medan 23,41 20,22
Binjai 24,43 22,89
3.026,98 km2, yang terdiri dari 52
Deli Serdang 24,32 22,87
Kecamatan dan 627

142
Pendi Dewanto, Rujiman, dan Agus Suriadi: Analisis Pengaruh Pertumbuhan

Karo 29,34 24,35 tersebut semuanya mengalami peningkatan,


Sumatera Utara 23,94 21,73 artinya terjadi perbaikan taraf kesehatan
3. Tamat SMA keatas penduduk dari tahun 2004 hingga 2011
Medan 42,31 48,55 seiring dengan peningkatan sarana dan
Binjai 38,39 42,97
prasarana kesehatan di kawasan
Deli Serdang 28,25 33,94
Karo 27,44 32,60
Mebidangro.
Sumatera Utara 26,11 31,10
4. Angka Melek Huruf Tabel 2. Angka harapan hidup dan angka
Medan 99,10 99,38 kematian bayi di Mebidangro dan
Binjai 98,70 99,20 Sumatera Utara
Deli Serdang 97,10 98,64 Angka Angka
Karo 97,60 98,72 Harapan Kematian
Sumatera Utara 96,80 97,46 Kabupaten/Kota Hidup Bayi
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara 2004 2011 2004 2008
(data diolah) (1) (2) (3) (4) (5)
1. Medan 69,9 72,1 23,0 11,4
Keberhasilan pembangunan sumber 2. Binjai 70,1 71,9 25,2 15,6
daya manusia di bidang pendidikan dapat 3. Deli Serdang 68,0 70,9 32,0 20,4
dilihat dari persentase penduduk yang 70,1 72,3 18,6 10,6
4. Karo
menamatkan pendidikannnya menurut
tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat Sumatera Utara 68,2 69,7 36,7 25,6
pendidikan yang ditamatkan, maka kualitas Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara
sumber daya manusianya juga akan
semakin meningkat. Persentase penduduk Angka kematian bayi di kawasan
di Mebidangro yang menamatkan Mebidangro rata-rata mengalami penurunan
pendidikannya pada tingkat SMA keatas dari tahun 2004 hingga 2008, dan angka
meningkat dari tahun 2004 sampai dengan tersebut masih lebih baik dibanding rata-
tahun 2011. Pada Tabel 1 terlihat bahwa rata angka kematian bayi di Sumatera
untuk wilayah Medan, Binjai, Deli Utara. Kota Medan dan Kabupaten Deli
Serdang, dan Karo persentase penduduk Serdang mengalami penurunan angka
yang tamat SMA keatas tahun 2011 rata- kematian bayi yang cukup signifikan pada
rata lebih tinggi dibanding tahun 2004, dan periode itu. Angka kematian bayi di Kota
lebih tinggi dari rata-rata Sumatera Utara. Medan menurun dari 23 pada tahun 2004
Persentase penduduk yang melek menjadi hanya 11 pada tahun 2008.
huruf tahun 2011 juga mengalami Sedangkan Kabupaten Deli Serdang
peningkatan dibanding tahun 2011 untuk sebanyak 32 pada tahun 2004 menjadi 20
semua daerah di kawasan Mebidangro. pada tahun 2008.
Kota Medan masih menjadi yang tertinggi
yaitu sebesar 99,38 persen, hal ini
dimaklumi karena fasilitas pendidikan di
Kota Medan semua tersedia, mulai dari
tingkat SD hingga perguruan tinggi. Hal ini
menunjukan bahwa secara garis besar
penduduk di kawasan Mebidangro
mendapat kemudahan untuk mengakses
pendidikan serta kemampuan dan kesadaran
masyarakat akan pentingnya pendidikan.
Pada tahun 2011 angka harapan
hidup penduduk Mebidangro lebih tinggi
dari rata-rata Sumatera Utara yang sebesar Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara
69,7 tahun. Kota Medan sebesar 72,1 tahun, Gambar 2. Pertumbuhan ekonomi di
Kota Binjai sebesar 71,9 tahun, Kabupaten kawasan Mebidangro dan
Deli Serdang sebesar 70,9 tahun, dan Sumatera Utara Tahun 2004-
Kabupaten Karo 72,3 tahun. Jika 2011
dibandingkan dengan tahun 2004, angka

143
Jurnal Ekonom, Vol 17, No 3, Juli 2014

Pertumbuhan ekonomi di wilayah kawasan Mebidangro pada tahun 2011 rata-


yang termasuk kawasan Mebidangro pada rata di bawah 10 persen, yaitu Kota Medan
rata-rata mengalami peningkatan dari tahun sebesar 9,63 persen, Kota binjai sebesar
2004 sampai tahun 2011, kecuali Kota 7,00 persen, dan Kabupaten Deli Serdang
Binjai yang mengalami penurunan (laju sebesar 5,10 persen, sedangkan Kabupaten
perekonomian tetap tumbuh namun Karo masih diatas 10 persen yaitu sebesar
melambat).Pada tahun2004 angka 10,49 persen. Dilihat perkembangannya,
pertumbuhan ekonomi di Kota Binjai cukup tahun 2011 Kabupaten Deli Serdang dan
tinggi yang mencapai 8,17 persen, Kabupaten Karo berhasil menekan angka
kemudian turun pada tahun 2005 menjadi kemiskinan dibanding tahun 2004,
5,28 persen, selanjutnya terus mengalami sedangkan Kota Medan dan Kota Binjai
peningkatan hingga mencapai 6,28 persen justru mengalami peningkatan angka
pada tahun 2011. kemiskinan dibanding tahun 2004
Perekonomian kawasan Mebidangro walaupun angkanya masih dibawah 10
sebagian besar ditopang oleh dua sektor persen.
utama yaitu sektor industri pengolahan
dengan kontribusi yang mencapai 24,71 PEMBAHASAN
persen dan sektor perdagangan, hotel, dan Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi
restoran sebesar 23,68 persen. Sektor terhadap Ketimpangan Pendapatan
lainnya yang kontribusinya diatas 10 persen Pengaruh pertumbuhan ekonomi
adalah sektor pengangkutan dan terhadap ketimpangan pendapatan dihitung
komunikasi (12,80%), sektor jasa-jasa dengan model yang dikembangkan oleh
(10,98%), dan sektor keuangan, persewaan, Wodon (1999) sebagai berikut:
dan jasa perusahaan (10,26%). Sedangkan log Git i i log Yit it ........(1)
empat sektor lainnya yaitu sektor pertanian,
Pengaruh pertumbuhan ekonomi
sektor bangunan, sektor listrik, gas dan air
terhadap ketimpangan pendapatan dapat
bersih dan sektor pertambangan dan
dilihat dari nilai elasitisitas ketimpangan
penggalian totalnya hanya menyumbang
pendapatan terhadap pertumbuhan ekonomi.
sekitar 17 persen.
Model yang digunakan adalah model double
Ketimpangan pendapatan adalah
log, sehingga parameter yang di dapat
gambaran dari sebuah pendistribusian
melambangkan elastisitas ketimpangan
pendapatan masyarakat di suatu wilayah
pendapatan terhadap pertumbuhan ekonomi.
pada kurun waktu tertentu.Salah satu
Nilai tersebut bisa bernilai bisa positif atau
indikator standard ketimpangan ekonomi
negatif. Jika nilai bertanda positif, artinya
adalah indeks Gini.Untuk daerah di
kawasan Mebidangro, distribusi pendapatan peningkatan PDRB konstan sebesar 1 persen
akan meningkatkan ketimpangan pendapatan
tahun 2004 dan 2011 relatif merata
sebesar persen. Jika nilai bertanda
(ketidakmerataan rendah) dengan indeks
negatif, artinya peningkatan PDRB konstan
Gini dibawah 0,300, terjadi variasi antara
sebesar 1 persen akan menurunkan
0186 hingga 0,254. Peningkatan
ketimpangan pendapatan sebesar persen.
ketimpangan pendapatan hanya terjadi di
Model 1 diregresi dengan
Kota Binjai dari 0,190 menjadi 0,250,
menggunakan model fixed effect, dengan
sedangkan pada tiga daerah lainnya
weighting cross section weights dan white
mengalami penurunan dengan penurunan
heteroscedasticity. Model dengan fixed effect
terbesar terjadi di Kota Medan dari 0,254
dipilih setelah melalui pengujian yang
menjadi 0,202.
menyimpulkan bahwa model dengan
Kemiskinan merupakan
individual effect lebih baik daripada dengan
permasalahan bangsa yang harus segera
common effect (Uji F). Pengujian dengan uji
ditangani dan memerlukan langkah-langkah
Hausman juga menyimpulkan bahwa fixed
penanganan dan pendekatan yang
effect lebih baik daripada random effect.
sistematik, terpadu dan menyeluruh. Usaha-
Sedangkan weighting dengan cross section
usaha tersebut diharapkan dapat
weights dan white heteroscedasticity karena
mengurangi tingkat kemiskinan dan juga
model fixed effect mengandung
menaikan martabat dan taraf hidup
heteroskedastisitas.
masyarakat. Persentase penduduk miskin di

144
Pendi Dewanto, Rujiman, dan Agus Suriadi: Analisis Pengaruh Pertumbuhan

Tabel 3. Pengaruh pertumbuhan ekonomi persen atau sekitar Rp.51,25 triliyun, dan
terhadap ketimpangan pendapatan sisanya disumbangkan oleh sektor
Std. agriculture (pertanian). Sehingga ada
Variable Coefficient t-Statistic Prob. keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi
Error
yang dihasilkan dengan tingkat pendapatan
C 317762.5 212539.6 1.4951 0.1465 yang diterima oleh masyarakat. Artinya,
apa yang dihasilkan dari pembangunan
LOGPDRB? -4.5852 2.547867-1.7996** 0.0831 perekonomian di kawasan Mebidangro,
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat
R-squared 0.290870 secara umum, yang menyebabkan
Adjusted R-squared 0.185814 pemerataan distribusi pendapatan sekaligus
S.E. of regression 5656.312 menurunkan ketimpangan pendapatan.
F-statistic 2.768704*
Prob(F-statistic) 0.047573
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan
* Signifikan pada taraf nyata 5 % Ketimpangan Pendapatan terhadap
** Signifikan pada taraf nyata 10 % Kemiskinan
Pengaruh pertumbuhan ekonomi dan
Dari table diatas, maka persamaan ketimpangan pendapatan terhadap
yang didapat adalah: kemiskinan dihitung dengan model yang
dikembangkan oleh Wodon (1999) sebagai
LOGGINI = 317762.5- berikut:
4.5852LOGPDRB+ log Pit i i log Yit log Git it
..... (2)
Hasil pengolahan data menunjukkan Model yang digunakan adalah model
bahwa nilai yang didapat sebesar -4,585 double log, sehingga parameter yang
Artinya peningkatan PDRB sebesar 1 persen didapat melambangkan elastisitas
akan menurunkan ketimpangan pendapatan kemiskinan bruto terhadap pertumbuhan
sebesar 4,585 persen (Tabel 3). Terjadinya ekonomi (gross elasticity of poverty to
penurunan ketimpangan pendapatan ini growth). Sedangkan yang di dapat
karena pertumbuhan ekonomi yang dicapai melambangkan elastisitas kemiskinan bruto
di kawasan Mebidangro dinikmati secara terhadap ketimpangan pendapatan (gross
merata oleh seluruh kelompok elasticity of poverty to inequality). Jika nilai
pendudukmiskin dan tidak miskin walaupun dan bertanda positif, artinya peningkatan
mungkin jumlahnya tidak besar. Hasil ini PDRB konstan dan indeks Gini sebesar 1
bertentangan dengan yang didapat oleh Lin persen akan meningkatkan kemiskinan
(2003) dan hasil penelitian Hidayat dan sebesar dan persen.
Patunru (2007). Mereka menyatakan bahwa Model 2 diregresi dengan
pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan menggunakan model fixed effect, dengan
ketimpangan pendapatan. Namun hampir weighting cross section weights dan white
sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh heteroscedasticity. Model dengan fixed effect
Kuznets (1955) yang menghasilkan ada dipilih setelah melalui pengujian yang
suatu hubungan antara pertumbuhan menyimpulkan bahwa model dengan
ekonomi dengan ketimpangan pendapatan, individual effect lebih baik daripada dengan
yang kemudian dikenal dengan hipotesis common effect (Uji F). Pengujian dengan uji
kurva U terbalik (Inverted U-curve Hausman juga menyimpulkan bahwa fixed
Hypothesis). effect lebih baik daripada random effect.
Sektor perekonomian untuk kawasan Sedangkan weighting dengan cross section
Mebidangro juga didominasi oleh sektor weights dan white heteroscedasticity karena
yang menjadi lapangan pekerjaan sebagaian model fixed effect mengandung
besar masyarakat Mebidangro. Pada tahun heteroskedastisitas.
2011, dari total PDRB Mebidangro yang
sebesar Rp.152,07 trilyun, 57,72 persen
disumbang-kan oleh sektor service atau
sekitar Rp.88,28 triliyun, sektor
manufacture berkontribusi sebesar 33,70

145
Jurnal Ekonom, Vol 17, No 3, Juli 2014

Tabel 4. Pengaruh pertumbuhan ekonomi dan pengolahan dengan mengurangi data cross
ketimpangan pendapatan terhadap section dengan menghilangkan data
kemiskinan Kabupaten Karo, namun jumlah data
Variable Coefficient
Std.
t-Statistic Prob.
pengamatannya masih memenuhi syarat
Error minimal, dan hasil yang diperoleh juga
tidak ada variabel bebas yang berpengaruh
C 546966.4 45551.28 12.00771 0.0000
signifikan.
LOGPDRB? -0.121986 0.079642 -1.5317** 0.1377
LOGGINI? -0.235743 0.172457 -1.3670** 0.1833 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi
terhadap Kemiskinan
R-squared 0.976323 Pengaruh pertumbuhan ekonomi
Adjusted R-squared 0.971769
S.E. of regression 7285.448 terhadap kemiskinan dihitung dengan model
F-statistic 214.4189* yang dikembangkan oleh Wodon (1999)
Prob(F-statistic) 0.000000 sebagai berikut:
* Signifikan pada taraf nyata 1 % .......................... (3)
** Tidak Signifikan Parameter melambangkan elastisitas
kemiskinan terhadap pertumbuhan ekonomi
Berdasarkan Tabel 4, maka ketika distribusi pendapatan tidak berubah.
persamaan yang didapat adalah: Parameter melambangkan elastisitas
kemiskinan terhadap ketimpangan
LOGPMISKIN = 546966.4- pendapatan. Kemudian dapat di hitung
0.121986LOGPDRB- parameter , yaitu elastisitas netto
0.235743LOGGINI + kemiskinan terhadap pertumbuhan ekonomi
(nett elasticity of poverty to growth).
Pengaruh pertumbuhan ekonomi dan
Dari hasil pengolahan didapat bahwa ketimpangan pendapatan secara bersama-
pertumbuhan ekonomi akan menurunkan sama terhadap kemiskinan ditentukan oleh
kemiskinan dengan nilai elastisitas -0,122. nilai elastisitas netto kemiskinan terhadap
Pertumbuhan ini akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi ().Nilai ini diperoleh
pendapatan per kapita, pendapatan per dengan memperhitungkan pengaruh
kapita yang meningkat berarti penduduk langsung dan tidak langsung variabel
miskin akan berkurang, namun secara pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan.
statistik tidak signifikan. Hal yang sama
juga terjadi pada ketimpangan pendapatan. Tabel 5. Dekomposisi pengaruh
Data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi netto
peningkatan ketimpangan pendapatan terhadap kemiskinan
berhubungan negatif dengan kemiskinan,
artinya setiap penurunan tingkat Elastisitas
ketimpangan sebesar 1 persen maka Netto
Efek Efek
kemiskinan akan meningkat sebesar persen Kemiskinan
Pertumbuhan Ketimpangan
0,236. terhadap
Ekonomi Pendapatan
Hasil pengolahan diatas menunjukan Pertumbuhan
() (x)
bahwa hubungan antara variabel tidak bebas Ekonomi
(kemiskinan) dengan variabel bebas ()
(pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan -0,1224986 1,0809262 0,9584276
pendapatan) tidak signifikan secara statistik.
Untuk lebih meyakinkan lagi, penulis Berdasarkan data pada Tabel 5, nilai
melakukan simulasi pengolahan data untuk elastisitas netto kemiskinan terhadap
mendapatkan minimal satu variabel bebas pertumbuhan ekonomi () sebesar
yang berpengaruh signifikan terhadap 0,958.Kemiskinan seharusnya turun sebesar
variabel tidak bebas yaitu dengan 0,122 persen jika ada pertumbuhan ekonomi
menambahkan data time series tiga tahun sebesar 1 persen, namun karena adanya efek
kebelakang hingga series datanya menjadi ketimpangan pendapatan, maka kemiskinan
2001-2011, namun hasil yang diperoleh juga naik menjadi sebesar 0,958 persen. Hal ini
tidak signifikan. Selanjutnya dilakukan juga mengindikasikan bahwa efek peningkatan

146
Pendi Dewanto, Rujiman, dan Agus Suriadi: Analisis Pengaruh Pertumbuhan

ketimpangan pendapatan yang terjadi bukan effect. Sedangkan weighting dengan cross
hanya mengurangi keefektifan dari pengaruh section weights dan white heteroscedasticity
pertumbuhan ekonomi, namun malah karena model fixed effect mengandung
menaikan angka kemiskinan.Pertumbuhan heteroskedastisitas.
ekonomi yang terjadi pada periode tersebut
mengurangi ketimpangan pendapatan, namun Tabel 6. Pengaruh pertumbuhan ekonomi
pengurangan ketimpangan pendapatan sektoral dan pertumbuhan penduduk
tersebut justru meningkatkan kemiskinan. terhadap pengentasan kemiskinan
Coeffi- Std. t-
Pro Poor Growth Index Variable Prob.
cient Error Statistic
Indeks pro poor growth (PPGI)
dihitung dengan rumus sebagai berikut C 2216965. 988662.9 2.2424 0.0371
(Kakwani dan Pernia, 2000): LOGSEKTOR1? -3.119106 1.068568 -2.9189 0.0088

LOGSEKTOR2? -0.276120 0.227375 -1.2144 0.2395


.............................................(4) LOGSEKTOR3? -1.372622 2.336703 -0.5874 0.5638
LOGSEKTOR4? -2.212409 1.589037 -1.3923 0.1799
LOGSEKTOR5? 4.468715 2.159173 2.0696 0.0524
Hasil penghitungan pada Tabel 5 LOGSEKTOR6? -0.728821 0.564688 -1.2907 0.2123
menunjukkan bahwa bernilai 0,9584276 LOGSEKTOR7? -1.002778 0.958339 -1.0464 0.3085
sedangkan bernilai -0,1224986 sehingga: LOGSEKTOR8? 0.112688 0.331854 0.3396 0.7379
LOGSEKTOR9? 0.839849 1.283564 0.6543 0.5208
0,9584276
7,823988 R-squared
- 0,1224986 0.992690
Adjusted R-
Berdasarkan kriteria Kakwani dan squared 0.988073
Pernia (2000), hasil sebesar -7,823988 F-statistic 215.0044
Prob (F-statistic) 0.000000
menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi
yang terjadi di kawasan Mebidangroanti Hasil pengolahan data menunjukkan
poor (anti poor growth). Jadi meskipun bahwa pertumbuhan ekonomi berhubungan
pertumbuhan ekonomi yang dicapai mampu negatif dengan jumlah penduduk miskin.
menurunkan ketimpangan pendapatan Namun perlu dikaji lebih lanjut sektor-
namun tidak pro kepada pengentasan sektor apa saja yang dominan dalam
kemiskinan.Salah satu penyebabnya diduga pengentasan kemiskinan.
karena pada periode 2004-2011 Berdasarkan Table 6, maka
pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang persamaan yang didapat adalah:
wilayah perkotaan yaitu Kota Medan dan
Binjai justru menaikan angka kemiskinan di LOGPMISKIN = 2216965
daerah tersebut. 3.119106LOGSEKTOR1
0.276120LOGSEKTOR2
Analisis Pengentasan Kemiskinan 1.372622LOGSEKTOR3
Untuk menguji efek pertumbuhan 2.212409LOGSEKTOR4 +
ekonomi sektoral terhadap perubahan dalam 4.468715LOGSEKTOR5
kemiskinan, persamaan yang diestimasi 0.728821LOGSEKTOR6
adalah: 1.002778LOGSEKTOR7 +
log Pit a b j log H jit Y jit c log N it it 0.112688LOGSEKTOR8 +
(5) 0.839849LOGSEKTOR9 +
Model diatas diregresi dengan
menggunakan model fixed effect, dengan
weighting cross section weights dan white Data yang dihasilkan menunjukan
heteroscedasticity. Model dengan fixed effect bahwa sektor-sektor pertumbuhan ekonomi
dipilih setelah melalui pengujian yang yang mengurangi kemiskinan terjadi pada 6
menyimpulkan bahwa model dengan sektor, yaitu: sektor pertanian, sektor
individual effect lebih baik daripada dengan pertambangan dan penggalian, sektor
common effect (Uji F). Pengujian dengan uji industri pengolahan, sektor listrik, gas dan
Hausman tidak dilakukan karena model air bersih, sektor perdagangan, hotel dan
random effect tidak dapat dikeluarkan restoran, dan sektor angkutan dan
sehingga yang dipilih adalah model fixed komunikasi. Sedangkan pertumbuhan

147
Jurnal Ekonom, Vol 17, No 3, Juli 2014

ekonomi pada sektor bangunan, sektor berpengaruh negatif terhadap tingkat


keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, kemiskinan. Sedangkan pengaruh
dan sektor jasa-jasa justru meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan
kemiskinan. pendapatan secara bersama-sama dengan
Hal ini sejalan dengan temuan melihat nilai elastisitas netto kemiskinan
Siregar dan Wahyuniarti (2007), yang terhadap pertumbuhan ekonomi
menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi, adalahpertumbuhan ekonomi
peningkatan share sektor pertanian dan menurunkan kemiskinan tetapi
sektor industri memberikan pengaruh ketimpangan pendapatan menjadi
negatif terhadap jumlah penduduk miskin penghambat atau mengurangi efektivitas
walaupun dengan pengaruh yang relatif pertumbuhan ekonomi dalam
kecil. Demikian juga dengan penemuan pengentasan kemiskinan.
Kakwani (2001) untuk studi kasus di 2. Pertumbuhan ekonomi di kawasan
Philipina. Pengurangan tingkat kemiskinan Mebidangro selama tahun 2004-2011
di Philipina lebih banyak dipengaruhi oleh bersifat tidak pro kemiskinan (anti poor)
pertumbuhan sektor pertanian, diikuti yang ditandai dengan angka indeks pro-
sektor jasa dan industri poor growth sebesar -7,824.
Nilai koefisien PDRB sektor 3. Sektor-sektor yang berpengaruh
pertanian sebesar -3,119 berarti setiap dominan dalam pengentasan kemiskinan
kenaikan 1 persen PDRB sektor pertanian adalah sektor pertanian, sektor
akan menurunkan tingkat kemiskinan pertambangan dan penggalian, sektor
sebesar 3,119 persen, dengan asumsi cateris industri pengolahan, sektor listrik, gas
paribus. Sektor pertambangan dan dan air bersih, sektor perdagangan, hotel
penggalian mempunyai elastisitas sebesar - dan restoran, dan sektor angkutan dan
0,276 yang berarti setiap kenaikan 1 persen komunikasi.
PDRB sektor pertambangan dan penggalian
akan menurunkan tingkat kemiskinan SARAN
sebesar 0,276 persen. Sektor industri 1. Kebijakan dan program penanggulangan
pengolahan mempunyai elastisitas -1,373 kemiskinan yang dilakukan pemerintah
yang berarti setiap kenaikan 1 persen Provinsi Sumatera Utara perlu
PDRB sektor industri pengolahan akan disesuaikan dengan dinamika
menurunkan tingkat kemiskinan sebesar perekonomian di kawasan Mebidangro
1,373 persen. yang merupakan kawasan khusus
Nilai koefisien PDRB sektor listrik, metropolitan.
gas dan air bersih sebesar -0,212 berarti 2. Diharapkan kepada pemerintah dalam
setiap kenaikan 1 persen PDRB sektor rangka kebijakan pengentasan
tersebut akan menurunkan tingkat kemiskinan dapat mempertimbangkan
kemiskinan sebesar 0,212 persen. Sektor faktor-faktor yang mempengaruhi
perdagangan, hotel dan restoran jumlah penduduk miskin terutama
mempunyai elastisitas sebesar -0,729 yang menggunakan strategi pertumbuhan
berarti setiap kenaikan 1 persen PDRB ekonomi dan permasalahan pendidikan
sektor perdagangan, hotel dan restoran akan dan kesehatan.
menurunkan tingkat kemiskinan sebesar 3. Strategi pembangunan yang dilakukan
0,729 persen, sedangkan sektor angkutan perlu dibuat menjadi pro-poor dengan
dan komunikasi mempunyai elastisitas - cara memberi akses terhadap pendidikan
1,003 yang berarti setiap kenaikan 1 persen dan kesehatan yang lebih luas, sehingga
PDRB sektor angkutan dan komunikasi penduduk miskin bisa berpartisipasi
akan menurunkan tingkat kemiskinan dalam pembangunan dan mendapatkan
sebesar 1,003 persen. manfaatnya.
4. Peningkatan produktivitas sektor
KESIMPULAN pertanian, industri, perdagangan, dan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat sektor-sektor lainnya yang dominan
ditarik kesimpulan sebagai berikut: terhadap pengentasan kemiskinan
1. Pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan memiliki implikasi yang luas dalam
pendapatan di kawasan Mebidangro menurunkan angka kemiskinan.

148
Pendi Dewanto, Rujiman, dan Agus Suriadi: Analisis Pengaruh Pertumbuhan

5. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan Hidayat S, Patunru AA. 2007. Pertumbuhan


dapat menggunakan data yang lebih ekonomi, ketidakmerataan
lengkap dan up to date dengan pendapatan dan kemiskinan:
menambahkan series data yang lebih estimasi parameter elastisitas
panjang, variabel-variabel yang lebih kemiskinan tingkat provinsi di
rinci dan komprehensif serta daerah Indonesia tahun 1996-2005.
penelitian diperbanyak, sehingga Jakarta: Universitas Indonesia.
hasilnya akan lebih baik. Hajiji, Ajid. 2010. Pertumbuhan ekonomi,
ketidakmerataan pendapatan dan
DAFTAR RUJUKAN pengentasan kemiskinan di
[ADB] Asian Development Bank. 1999. Provinsi Riau tahun 2002-2008
Fighting Poverty in Asia and the [Tesis]: Bogor: Sekolah
Pacific: The Poverty Reduction Pascasarjana Institut Pertanian
Strategy. Manila: Asian Bogor.
Development Bank. Kakwani N, Pernia EM. 2000. What is pro-
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Data poor growth?.Asian
dan Informasi Kemiskinan Development Review 18:1, 1-16.
Kabupaten/Kota. Jakarta: BPS. Kuznets S. 1955. Economic growth and
[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi income inequality.The American
Sumatera Utara. 2012. Sumatera Economic Review 45: 1-28.
Utara Dalam Angka 2012. Lin BQ. 2003. Economic growth, income
Medan: BPS Provinsi Sumatera inequality, and poverty
Utara. reduction in peoples republic of
------------------------------ 2012. Produk china. Asian Development
Domestik Regional Bruto Review 20:105-124.
Provinsi Sumatera Utara 2007- Michael P. Todaro, 2000, Economic
2011. Medan: BPS Provinsi Development, Seventh Edition,
Sumatera Utara. Ney York University, Addison
Bourguignon F. 2004. The Poverty-Growth- Mesley
Inequality Triangle. Nanga M. 2006. Dampak desentralisasi
Washington: World Bank. fiskal terhadap kemiskinan di
Chenery HB, Ahluwalia MS, Bell CLG, indonesia: suatu analisis
Duloy JH, Jolly R. simulasi kebijakan [disertasi].
1974.Redistribution with Bogor: Sekolah Pascasarjana
Growth: Policies to Improve Institut Pertanian Bogor.
Income Distribution in Ravallion M, Datt G. 1996. How important
Developing Countries in the to indias poor is sektoral
Context of Economic Growth. composition of economic
Oxford: OxfordUniversity Press. growth?.The World Bank
Glaeser EL. 2006. Inequality.Di dalam Economic Review 10: 1-25.
dalam Barry R Weingast BR, ----------------------.2005.A poverty-
Wittman DA, editor.The Oxford inequality trade-off.Journal of
Handbook of Political Economic Inequality 3: 169-181.
Economy.New York: Oxford ----------------------. 2006. Inequality is bad
University Press Inc. for the poor. World Bank Policy
Gujarati DN. 2004. Basic Econometrics 4th Research Working Paper 3677.
Edition. New York: McGraw Robinson S. 1976. Sources of growth in
Hill. less developed
Harniati.2007. Tipologi kemiskinan dan countries.Quarterly Journal of
kerentanan berbasis agro Economics 85:391-408.
ekonomi dan implikasinya pada Siregar, Hermanto dan Dwi Wahyuniarti.
kebijakan pengurangan 2007. DampakPertumbuhan
kemiskinan [disertasi]. Bogor: Ekonomi terhadap Penurunan
Sekolah Pascasarjana Institut JumlahPenduduk Miskin.IPB
Pertanian Bogor. danBrighten Institute.

149
Jurnal Ekonom, Vol 17, No 3, Juli 2014

Sen A. 1985.A sosiological approach to the pemberdayaan usaha ekonomi


meaurement of poverty: a reply produktif di kabupaten
to professor peter townsend. bengkalis [tesis]. Bogor:
Oxford Economic Papers 37: Sekolah Pascasarjana Institut
669-676. Pertanian Bogor.
----------------. 1995. The political economy Warr P. 2000. Poverty and economic
of targeting.Di dalam Van de growth: the asian experience.
Walle D, Nead K, editor. Public Asian Development Review 18:
Spending and The 131 147.
Poor.Baltimore: The ---------------. 2006. Poverty and growth in
JohnHopkinsUniversity Press. southeast asia. ASEAN
Tambunan TH. 2003. Perekonomian Economic Bulletin 23: 279
Indonesia: Beberapa 302.
Permasalahan Penting. Jakarta: Wodon QT. 1999. Growth, poverty, and
Ghalia Indonesia. inequality: a regional panel for
Todaro MP, Smith SC. 2006. Bangladesh. Policy Research
Pembangunan Ekonomi Edisi Working Paper 2072.
Kesembilan (Alih Bahasa oleh Washington: World Bank.
Haris Munandar dan Puji A.L.).
Jakarta: Erlangga.
Trisna I. 2005.Strategi penanggulangan
kemiskinan melalui

150

Anda mungkin juga menyukai