Anda di halaman 1dari 21

KEPERAWATAN ANAK

MONILIASIS

MAKALAH

Oleh

Selvi Widiariastuti

NIM 152310101199

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2017
KEPERAWATAN ANAK

MONILIASIS

MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak dengan dosen

pengampu Ns Dini kurniawati M.Psi. M.Kep,Sp.Mat.

Oleh

Selvi Widiariastuti

NIM 152310101199

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2017
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menciptakan
makhluk-Nya serta memberi petunjuk pada jalan yang benar. Dengan rahmat dan
ridho yang dilimpahkan, sehingga makalah yang berjudul Moniliasis dapat
tersusun dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Anak di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember.

Penyusunan makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai


pihak. Oleh karenanya, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-
pihak yang telah turut mendukung penyusunan ini. Dalam kesempatak ini, penulis
ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1) Ns Lantin Sulistyorini, S.kep.,M.Kes selaku dosen penanggung jawab


mata kuliah Keperawatan Anak.
2) Ns Dini Kurniawati., M.Psi.M.Kep., Sp.Mat. selaku dosen pengampu mata
kuliah Keperawatan Anak
3) Orang tua yang senantiasa membimbing dalam doa
4) Teman-teman yang telah memberikan masukan berupa kritik dan saran
demi kesempurnaan tugas ini.

Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap, semoga tugas makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Jember, September 2016

Penulis
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kandidiasis disebabkan oleh beberapa spesies jamur candida, yang


merupakan bagian kelompok besar jamur tidak sempurna (imperfecti), atau
deuteromycetes. Spesies yang paling umum terlibat pada penyakit manusia ialah
C. Albicans. Nama genus yang terdahulu adalah Monilia, dan penyakitnya
diistilahkan Moniliasis untuk menggambarkan infeksi kulit dan mukosa yang
disebabkan oleh Candida (Berhman, 2000).

C. Albicans merupakan jamur terbanyak yang terisolasi dari tubuh


manusia sebagai flora normal dan penyebab infeksi oportunistik. Terdapat sekitar
30-40% C. Albicans pada rongga mulut normal orang dewasa sehat, 45% pada
neonatus, dan 45-65% pada anak-anak sehat (Berhman, 2000).

Kandidiasis oral atau yang disebut sebagai moniliasis merupakan infeksi


yang paling sering dijumpai dalam rongga mulut manusia dengan prevalensi 20-
75% dijumpai pada manusia sehat tanpa gejala. Tak jarang yang diserang adalah
bayi yang tubuhnya lemah. Pada bayi bisa berasal dari dot, pakaian, bantal, dan
sebagainya.

Penyakit ini kemudian diteliti lagi oleh Pepy. Dari penelitiannya, C.


Albicans terlihat pada moniliasis/ kandidiasis/ sariawan pada bayi yang
disebutnya oral thrush sehingga menamakan jamur itu thrush fungus. Penelitian
lainnya dilakukan oleh Veron yang mana menghubungkan penyakit pada bayi
tersebut dengan infeksi pada saat dilahirkan dengan sumber infeksi dari jalan
lahir. Berg (1840) berkesimpulan bahwa alat minum yang tidak bersih dan tangan
perawat yang tercemar jamur merupakan faktor penting dalam penyebab infeksi
ini.

Penyakit moniliasis/ kandidiasis ini perlu dipelajari dan diketahui lebih


lanjut sehubungan dengan penyakit pada anak. Apabila tahu tentang penyakit ini
maka diharapkan mampu memanagemen penyakit ini baik para perawat atau para
ibu. Berdasarkan masalah serta alasan itulah, makalah ini disusun.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini ialah sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan moniliasis/ kandidiasis?
2. Bagaimana epidemiologi moniliasis/ kandidiasis?
3. Apa saja gejala yang muncul pada moniliasis/ kandidiasis?
4. Bagaimana patofisiologis moniliasis/ kandidiasis?
5. Bagaimana infeksi moniliasis/ kandidiasis pada neonatus?
6. Bagaimana infeksi moniliasis/ kandidiasis kongenital?
7. Bagaimana asuhan keperawatan yang tepat pada moniliasis/ kandidiasis?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini ialah sebagai berikut.
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami pentingnya melakukan
managemen yang tepat pada anak dengan infeksi pada sistem respirasi dan
dampaknya terhadap pemenuhan kebutuhan manusia khususnya pada anak.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan moniliasis/ kandidiasis?
2. Menjelaskan bagaimana epidemiologi moniliasis/ kandidiasis?
3. Menjelaskan apa saja gejala yang muncul pada moniliasis/ kandidiasis?
4. Menjelaskan bagaimana patofisiologis moniliasis/ kandidiasis?
5. Menjelaskan bagaimana infeksi moniliasis/ kandidiasis pada neonatus?
6. Menjelaskan bagaimana infeksi moniliasis/ kandidiasis kongenital?
7. Menjelaskan bagaimana asuhan keperawatan yang tepat pada moniliasis/
kandidiasis?

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Moniliasis/ Kandidiasis

Moniliasis/ kandidiasis merupakan infeksi yang disebabkan Candida


albicans atau genus candida (dahulu monilia) lainnya. Organisme ini menyerang
kulit, kuku, membran mukosa, dan saluran pencernaan, tetapi dapat menyebabkan
penyakit sistemik (Kundu & Garg 2008 dalam Haryo 2014).
Genus kandida heterogen dan terdiri dari 200 spesies. Beberapa spesies
bersifat patogen oportunistik terhadap manusia, tetapi spesies yang lebih dominan
adalah yang tidak menginfeksi manusia. Sekitar 17 spesies candida telah
dilaporkan sebagai spesies patogen. Lebih dari 90% infeksi yang invasif dikaitkan
dengan lima spesies, yaitu Candida albicans, Candida glabrata, Candida 1,5
parapsilosis, Candida tropicalis, dan Candida krusei. Kandida berukuran kecil (4-
6 m), oval, berdinding tipis, berkembang biak dengan tunas. Kandida berbentuk
koloni halus, creamy withe, dan mengkilat pada media kultur (Vazquez & Sobel
2011 dalam Haryo 2014).
Moniliasis/ kandidiasis adalah suatu infeksi jamur yang disebabkan oleh
Candida. Candida merupakan mikroflora normal pada rongga mulut,
mikroorganisme ini mencapai 40-60 % dari populasi (Silverman S, 2001 dalam
Gerarl, 2010).
Kandidiasis adalah infeksi atau penyakit akibat jamur Candida, khususnya
C. albicans. Penyakit ini biasanya akibat debilitasi (seperti pada penekan imun
dan khususnya AIDS), perubahan fisiologis, pemberian antibiotika
berkepanjangan, dan hilangnya penghalang (Stedman, 2005 dalam Gerald 2010).
Jamur Candida dapat menjadi patogen dalam kondisi tertentu atau pada
orang-orang yang mempunyai penyakit-penyakit yang melemahkan daya tahan
tubuh sehingga menimbulkan suatu penyakit misalnya, sering ditemukan pada
penderita AIDS (Farlane .M, 2002 dalam Gerald 2010).

2.2 Epidemiologi Moniliasis/ Kandidiasis


Candida albicans merupakan fungi tersering penyebab penyakit pada
neonatus. Spesies kandida lain yang juga menyebabkan infeksi pada neonatus
antara 2 lain C.parapsilosis dan C.glabrata. Infeksi kandida mukokutan pada
neonatus yang sering terjadi berupa thrush (kandidiasis orofaring) dan ruam
popok. Kolonisasi kandida di rongga mulut dilaporkan tersering saat usia minggu
ke empat kelahiran sebanyak 79%, tetapi dapat ditemukan pada hari pertama
kelahiran yaitu sebanyak 7% dan usia satu minggu, setelah kelahiran sebanyak
37%. (Rowen 2003 dalam Haryo 2014).
Lokasi utama kontak dengan dengan kandida pada bayi baru lahir adalah
mukokutan, termasuk saluran pencernaan, pernapasan, dan kulit. Secara umum
kolonisasi kandida pada saluran pencernaan muncul pertama kali pada minggu
pertama setelah lahir. Kolonisasi kandida muncul pada awal kehidupan bersama
dengan bakteri aerob dan anaerob. Pada saluran pencernaan, kandida ditemukan
mulai pada kavum oral hingga rektum. C.albicans merupakan flora normal pada
saluran pencernaan tetapi bukan flora normal kulit (Mallory 2005 dalam Haryo
2014).

2.3 Tanda dan Gejala Moniliasis/ Kandidiasis

Gejala kandidiasis orofaring pada bayi dapat asimtomatik atau merasa


tidak nyaman pada saat pemberian susu. Tanda yang muncul berupa lesi putih dan
tebal pada mukosa bukal, gusi, dan lidah, tampak seperti cheesy atau
pseudomembran. Kerokan lesi sulit dilakukan dan dapat menyebabkan dasar
merah dan erosi, terkadang berdarah, tidak terdapat tanda konstitusional. Infeksi
mulut oleh spesies candida biasanya memunculkan kumpulan lapisan kental
berwarna putih atau krem pada membran mukosa (dinding mulut dalam). Pada
mukosa mulut yang terinfeksi mungkin muncul radang berwarna merah, nyeri,
dan terasa seperti terbakar. (Rowen 2003 dalam Haryo 2014).
Ruam popok pada bayi mengenai kulit lembap seperti pantat dan genitalia,
lipatan paha, tersering pada area kulit yang terkena popok. Kelainan berupa
eritematus terang, berbatas tegas dengan satelit pustula (Rowen 2003 dalam Haryo
2014).

2.4 Patofisiologi Moniliasis/ Kandidiasis

Patogenesitas penyakit dan mekanisme pertahanan pejamu terhadap


kandida belum sepenuhnya dimengerti, namun pada dasarnya terjadinya
kandidasis meliputi mekanisme non imunologik dan mekanisme imunologik baik
imunitas selular ataupun humoral.
Mekanisme non imunologik meliputi interaksi flora normal kulit/mukosa,
fungsi pertahanan stratum korneum, proses deskuamasi, fungsi fagositosis, dan
adanya lipid permukaan kulit yang menghambat pertumbuhan kandida. Interaksi
kandida dan flora normal kulit lainnya mengakibatkan persaingan dalam
mendapatkan nutrisi seperti glukosa. Mekanisme imunitas seluler dan humoral
tahap pertama timbulnya kandidiasis kulit dan mukosa adalah menempelnya
kandida pada sel epitel disebabkan adanya interaksi antara glikoprotein
permukaan kandida dengan sel epitel. Selanjutnya kandida mengeluarkan zat
keratinolitik (fosfolipase), yang menghidrolisis fosfolipid membran sel epitel.
Bentuk pseudohifa kandida juga mempermudah invasi jamur ke jaringan,
kemudian di dalam jaringan kandida mengeluarkan faktor kemotatik neutrofil
yang akan menimbulkan reaksi radang akut. Lapisan luar kandida yang
mengandung manno protein, bersifat antigenik sehingga akan mengaktivasi
komplemen dan merangsang terbentuknya immunoglobulin. Peran antibodi
sebagai mekanisme pertahanan tubuh pejamu belum jelas. Imunogobulin akan
membentuk kompleks antigen-antibodi di permukaan sel kandida, yang dapat
melindungi kandida dari imunitas pejamu.

2.5 Infeksi Moniliasis/ Kandidiasis pada Neonatus


2.5.1 Diaper Rush
Dermatitis popok (dermatitis diaper) merupakan infeksi tersering yang
disebabkan oleh Candida. Infeksi primer biasanya pada daerah intertriginosa
perineum dan muncul sebagai eritema papuler, yang menyatu, dengan papula-
papula satelit merah. Dermatitis popok Candida sering ditemukan sebagai
komplikasi pengobatan antibiotik oral pada otitis media dan dapat juga secara
sekunder menginfeksi setiap dermatitis popok noninfeksi.

Ruam popok pada bayi mengenai kulit lembap seperti pantat dan genitalia,
lipatan paha, tersering pada area kulit yang terkena popok. Kelainan berupa
eritematus terang, berbatas tegas dengan satelit pustula.Penularan pada bayi sering
diduga dari saluran cerna. Bayi dengan ruam popok biasanya terdapat koloni
kandida pada saluran pencernaan dengan hasil kultur positif dari feses.Saat
defekasi, feses yang terinfeksi menularkan ragi ke kulit di sekitar anus.
Lingkungan popok yang oklusif dan lembap mendukung pertumbuhan kandida
(Zulkarnain 2002 dalam Haryo 2014).
2.5.2 Oral Thrush
Oral thrush/ kandidiasis oral atau mulut (juga dikenal sebagai sariawan)
adalah infeksi jamur ragi dari genus Candida pada membran berlendir. Infeksi
oportunistik yang umum dari rongga mulut yang disebabkan oleh pertumbuhan
jamur yang berlebihan. Sariawan pada mulut bayi disebut kandidiasis. Kandidiasis
yang sering disebut juga candidosis, trush, dan moniliasis merupakan suatu
keadaan patologis yang hanya menginfeksi jaringan kulit dan mukosa. Oral trush
adalah adanya bercak putih pada lidah, langit langit dan pipi bagian dalam
(Wong : 1995). Bercak tersebut sulit untuk dihilangkan dan bila dipaksa untuk
diambil maka akan mengakibatkan perdarahan. Oral Trush ini sering disebut juga
denagn oral candidiasis atau moniliasis, dan sering terjadi pada masa bayi. Seiring
dengan bertambahnya usia, angka kejadian makin jarang, kecuali pada bayi yang
mendapatkan pengobatan antibiotik atau imunosupresif (Nelson, 1994: 638)

Sariawan, atau kandidiasis pseudomembran oral adalah infeksi superfisial


membrana mukosa yang mengenai sekitar 2-5% neonatus normal. Bayi mendapat
Candida dari ibunya pada saat persalinan, dan sariawan terjadi 7-10 hari
kemudian. Penggunaan antibiotik, terutama pada umur 1 tahun, mungkin
menyebabkan sariawan berulang dan menetap. Plak sariawan secara superfisial
menginvasi mukosa dan mungkin ditemukan pada bibir, mukosa bukal, lidah, dan
palatum. Pengangkatan plak dari permukaan ini dapat menimbulkan daerah
perdarahan dan punktata ringan, yang membantu memastikan diagnosis. Sariawan
dapat menyebabkan rasa nyeri, rewel, dan nafsu makan menurun tetapi mungkin
asimtomatik.

Gambar 1. Oral Thrush

2.6 Infeksi Moniliasis/ Kandidiasis Kongenital

Kandidiasis konginetal terjadi pada neonatus normal dan tampak sebagai


keterlibatan kulit yang luas, terutama pada daerah intertriginosa. Ruam yang
timbul adalah makulopapular, dengan beberapa vesikula dan pustula dengan
Candida yang dapa ditemukan di dalamnya. Biasanya terdapat sedikit atau tidak
ada keterlibatan membran mukosa, tetapi antijamur topikal biasanya satu-satunya
yang diperlukan. Pneumonia tersendiri jarang terjadi dan merupakan tanda
prognostik yang buruk. Patogenesis kandidiasis kongenital diduga merupakan
infeksi asendens dari ibu dengan kolonisasi berat atau infeksi vulva oleh Candida.

Kandidiasis kongenital dapat disebabkan oleh infeksi ascending C.albicans


dari vagina, inokulasi langsung saat persalinan, atau intrauterin. Faktor risiko
yang menyebabkan terjadinya kandidiasis kongenital adalah adanya benda asing
intrauterus seperti jahitan servikal (cervical cerclage) dan adanya intrauterine
device (IUD).
Gambar 3. Moniliasis kongenital

2.6 Asuhan Keperawatan pada Moniliasis/ Kandidiasis


An. PD yang berumur 15 bulan, ibunya mengatakan bahwa sering
menangis saat hendak disusui ibunya. Saat diberikan makanan pendamping juga
menolak dan menangis. Saat diberi susu dengan dot, An.PD juga menangis. Saat
diperiksa oleh ibunya, tampak adanya bercak putih di lidah, bukal, dan bibir.
Ibunya mengatakan bahwa mungkin mulut anaknya terasa nyeri. Biasanya An. PD
tidur nyenyak pada malam hari namun saat ini sulit tidur dan rewel. Ny. RR
mengatakan bahwa suhu tubuh meningkat hingga 39 derajat celcius. Dengan
alasan yang demikian Ny. RR cemas dan membawanya ke rumah sakit pada
tanggal 11 September 2017.
2.6.1 Pengkajian
Identitas Pasien
Nama : An. PD
Umur : 15 bulan
Jenis Kelamin : laki-laki
Tanggal MRS : 11 September 2017
Alamat : Jalan Mastrip No. 38, Sumbersari, Jember
Identitas Orang Tua
Nama Ayah : Tn. RM
Nama Ibu : Ny. RR
Pekerjaan Ayah: pertambangan
Pekerjaan Ibu : ibu rumah tangga
Alamat : Jalan Mastrip No. 38, Sumbersari, Jember
Riwayat Kesehatan
Keluhan utama : anak PD menangis terus menerus, menolak saat diberi ASI
Riwayat saat ini : sering menangis saat hendak disusui ibunya, saat
diberikan makanan pendamping menolak dan menangis,
menolak saat diberi susu dengan dot, ibunya mengatakan
bahwa mungkin mulut anaknya terasa nyeri. Tampak
adanya bercak putih di lidah, bukal, dan bibir, sulit tidur
dan rewel, suhu tubuh meningkat hingga 39 derajat celcius.
Riwayat sebelumnya : anak PD tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya.
Riwayat Nutrisi
Minum ASI hanya sedikit, minum susu dengan dot tidak mau, menolak saat diberi
makanan pendamping.
BB sebelum sakit : 12 kg
BB setelah sakit : 10 kg
Riwayat Perkembangan
Psikoseksual : toileting (anak sering mengompol)
Psikososial : anak sering menangis dan rewel, tidur tidak nyeyak
Pemeriksaan Fisik
TTV : suhu 39 derajat celcius
Nadi 110x/ menit
RR 30x/ menit
B1 (breathing) : normal
B2 (blood) : normal
B3 (brain) : normal
B4 (bladder) : normal
B5 (bowel) : anak tidak mau minum ASI, susu dengan dot, makanan
pendamping, mungkin timbul nyeri
B6 (bone) : normal

2.6.2 Diagnosa Keperawatan

No. Tanggal/Jam Data Masalah Keperawatan

1. 11-9-2017/ DS : ibu klien Nyeri akut berhubungan dengan


09.00 mengeluh bahwa proses terjadinya perlukaan yang
mungkin mulut ditandai dengan ibu klien
anaknya terasa nyeri, mengeluh bahwa mungkin mulut
ibu klien mengeluh anaknya terasa nyeri, ibu klien
bahwa anak sering mengeluh bahwa anak sering
menangis menangis, serta tampak adanya
DO: tampak adanya
bercak putih di lidah, bukal, dan
bercak putih di lidah,
bibir.
bukal, dan bibir

2. 11-9-2017/ DS : ibu klien Nutrisi kurang dari kebutuhan


09.00 mengeluh bahwa anak tubuh berhubungan dengan
sering menangis saat penurunan nafsu makan yang
hendak disusui, ibu ditandai dengan ibu klien
klien mengeluh bahwa mengeluh bahwa anak sering
saat diberikan makanan menangis saat hendak disusui, ibu
pendamping menolak klien mengeluh bahwa saat
dan menangis, ibunya diberikan makanan pendamping
mengeluh bahwa saat menolak dan menangis, ibu klien
diberi susu dengan dot mengeluh bahwa saat diberi susu
anak menangis. dengan dot anak menangis, serta
DO: tampak adanya
tampak adanya bercak putih di
bercak putih di lidah,
lidah, bukal, dan bibir.
bukal, dan bibir

3. 11-9-2017/ DS : ibu klien Gangguan pola tidur


09.05 menyatakan bahwa berhubungan dengan
biasanya An. PD tidur ketidaknyamanan dan adanya rasa
nyenyak pada malam nyeri yang ditandai dengan ibu
hari namun saat ini sulit klien menyatakan bahwa biasanya
tidur dan rewel. An. PD tidur nyenyak pada
DO:-
malam hari namun saat ini sulit
tidur dan rewel.

4. 11-9-2017/ DS :- Hipertermi berhubungan dengan


DO: suhu tubuh
09.05 proses infeksi yang ditandai
meningkat hingga 39
dengan suhu tubuh meningkat
derajat celcius
hingga 39 derajat celcius.

2.6.3 Intervensi

No. Tanggal/Jam Diagnosa Tujuan dan Intervensi


Kriteria Hasil

1. 11-9-2017/ Nyeri akut Setelah 1. Observasi reakni


09.15 dilakukan nonverbal dari
asuhan ketidaknyamanan
keperawatan 2. Gunakan teknik
selama 1x24 komunikasi terapeutik
jam, klien untuk mengetahui
menunjukkan pengalaman nyeri klien.
nyeri berkurang. 3. Ajarkan teknik distraksi
Kriteria hasil: pada orang tua misalnya
1. Menyatakan dengan memberikan
rasa nyaman anak mainan
setelah nyeri 4. Beri analgesik sesuai
berkurang indikasi
2. Anak tidak 5. Evaluasi status nyeri,
menangis catat lokasi,
3. Anak tampak karakteristik, frekuensi,
rileks waktu dan beratnya
(skala 0-10)

2. 11-9-2017/ Nutrisi Setelah 1. Beri nutrisi dalam


09.20 kurang dilakukan keadaan lunak, porsi
dari asuhan sedikit tapi sering
2. Hindari makanan dan
kebutuhan keperawatan
selama 1x24 obat-obatan atau zat
tubuh
jam, klien yang dapat
menunjukkan menimbulkan reaksi
mampu minum alergi pada rongga mulut
ASI dengan 3. Anjurkan pada ibu untuk
baik. terus berusaha
Kriteria hasil: memberikan ASI untuk
1. Nutrisi anak
terpenuhi 4. Kolaborasi pemasangan
1000 kkal NGT jika anak tidak
2. Anak tidak dapat makan dan minum
menangis peroral

3. 11-9-2017/ Gangguan Setelah 1. Pantau keadaan umum


09.25 pola tidur dilakukan klien dan TTV.
asuhan 2. Kaji faktor yang
keperawatan menyebabkan gangguan
selama 1x24
jam, klien tidur (nyeri, takut, stress,
menunjukkan ansietas, yang tidak
tidur yang adekuat).
berkualitas 3. Ciptakan suasana
tanpa sering nyaman, kurangi atau
terbangun. hilangkan distraksi
Kriteria hasil: lingkungan dan gangguan
1. Jumlah tidur
tidur.
dalam batas
4. Batasi pengunjung
normal (7-8
selama periode istirahat
jam/hari)
yang optimal.
2. Anak terlihat
segar setelah
bangun tidur
4. 11-9-2017/ Hiperterm Setelah 1. Berikan kompres hangat
09.30 i dilakukan di sekitar lipatan
asuhan misalnya ketiak, lipatan
paha.
keperawatan
2. Beri anak banyak
selama 1x24
minum air putih atau
jam, klien susu lebih dari 1000
menunjukkan cc/hari.
suhu tubuh pada 3. Ciptakan suasana yang
keadaan normal. nyaman (atur ventilasi).
Kriteria hasil: 4. Anjurkan keluarga untuk
1. Anak tidak tidak memakaikan
menangis selimut dan pakaian
yang tebal pada anak
2. Suhu tubuh
5. Kolaborasi pemberian
normal pada
obat anti mikroba,
kisaran 36,5-
antipiretik pemberian
37,5 cairan parenteral.

2.6.4 Implementasi

No. Tanggal/ Diagnosis Implementasi


Jam

1 11-9-2017/ Nyeri akut 1. Mengobservasi reaksi nonverbal dari


09.45 ketidaknyamanan
2. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik
untuk mengetahui pengalaman nyeri klien.
3. Mengajarkan teknik distraksi pada orang
tua misalnya dengan memberikan anak
mainan
4. Memberi analgesik sesuai indikasi
5. Mengevaluasi status nyeri, catat lokasi,
karakteristik, frekuensi, waktu dan beratnya
(skala 0-10)

2 11-9-2017/ Nutrisi 1. Memberi nutrisi dalam keadaan lunak, porsi


09.45 kurang sedikit tapi sering
dari 2. Menghindari makanan dan obat-obatan atau

kebutuhan zat yang dapat menimbulkan reaksi alergi


pada rongga mulut
tubuh
3. Menganjurkan pada ibu untuk terus
berusaha memberikan ASI untuk anak
4. Melakukan kolaborasi pemasangan NGT
jika anak tidak dapat makan dan minum
peroral
3 11-9-2017/ Gangguan 1. Memantau keadaan umum klien dan TTV.
09.50 pola tidur 2. Mengkaji faktor yang menyebabkan
gangguan tidur (nyeri, takut, stress,
ansietas, yang tidak adekuat).
3. Menciptakan suasana nyaman, kurangi atau
hilangkan distraksi lingkungan dan
gangguan tidur.
4. Membatasi pengunjung selama periode
istirahat yang optimal.

4 11-9-2017/ Hipertermi 1. Memberikan kompres hangat di sekitar


09.50 lipatan misalnya ketiak, lipatan paha.
2. Memberi anak banyak minum air putih atau
susu lebih dari 1000 cc/hari.
3. Menciptakan suasana yang nyaman (atur
ventilasi).
4. Menganjurkan keluarga untuk tidak
memakaikan selimut dan pakaian yang
tebal pada anak
5. Melakuakan kolaborasi pemberian obat anti
mikroba, antipiretik pemberian cairan
parenteral.

2.6.5 Evaluasi

No. Tanggal/ Diagnosis Evaluasi


Jam

1 11-9-2017/ Nyeri akut S : ibu klien menyatakan anak sudah tidak


09.45 sering menangis
O : anak terlihat lebih tenang dan frekuensi
menangis berkurang, bercah putih pada rongga
mulut sudah terlihat berkurang
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi untuk tindakan
pemberian analgesik sesuai indikasi dan terus
kaji nyeri

2 11-9-2017/ Nutrisi S : ibu klien menyatakan bahwa anak sudah


09.45 kurang mau meminum ASI dan mau memakan
dari makanan tambahan sedikit demi sedikit
O : anak jarang menangis, terlihat tidak lemas
kebutuhan
A : masalah teratasi sebagian
tubuh P : lanjutkan intervensi untuk tindakan
pemberian makanan dalam bentuk lunak dan
anjurkan ibu untuk berusaha tetap menyusui

3 11-9-2017/ Gangguan S : ibu klien menyatakan bahwa anak sudah


09.50 pola tidur tidak sering rewel, tidak sering menangis dan
terbangun pada malam hari
O : Anak terlihat bugar saat bangun tidur,
jumlah jam tidur 8-10 jam per hari
A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi

4 11-9-2017/ Hipertermi S : ibu klien menyatakan bahwa anak sudah


09.50 tidak panas, suhu hangat normal
O : suhu tubuh anak 37,5 derajat celcius
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi

BAB 3 ANALISIS JURNAL

3.1 Judul Artikel


Changes in the Incidence of Candidiasis in Neonatal Intensive Care Unit

3.2 Nama Pengarang


1. Sofia Aliaga, MD, MPH
2. Reese H. Clark, MD
3. Matthew Laughon, MD, MPH
4. Thomas J. Walsh, MD
5. William W. Hope, MD, PhD
6. Daniel K. Benjamin, PhD
7. David Kaufman, MD
8. Antonio Arrieta, MD
9. Daniel K. Benjamin Jr, MD, PhD
10. P. Brian Smith, MD, MPH, MHS

3.3 Sumber Artikel


www.pediatrics.org/cgi/doi/10.1542/peds.2013-0671

3.4 Ringkasan Artikel


3.5 Invasi kandidiasis pada neonatal dikaitkan dengan signifikansi morbiditas
dan mortalitas. Insiden invasif oleh kandidiasis berkisar antara 2,6% menjadi
13,2% pada bayi dengan berat lahir rendah (1500 g) dan dari 6,6% menjadi
26,0% pada bayi dengan berat lahir sangat rendah (ELBW) (1000 g).
Sebelumnya diidentifikasi faktor risiko untuk invasi kandidiasis di NICU
termasuk berat lahir rendah, prematuritas, pemasangan kateter sentral,
ventilasi mekanik, operasi caesar dan paparan antibiotik dan antibakteri
spektrum luas. Penggunaan profilaksis antijamur, antibakteri, serta antibiotik
spektrum luas dihubungankan dengan efektifitas terapi kandidiasis di NICU.
Evaluasi untuk infeksi ditunjukkan dengan menggunakan praktik standar
perawatan di setiap NICU.Invasi kandidiasis pada neonatal dikaitkan dengan
signifikansi morbiditas dan mortalitas. Insiden invasif oleh kandidiasis
berkisar antara 2,6% menjadi 13,2% pada bayi dengan berat lahir rendah
(1500 g) dan dari 6,6% menjadi 26,0% pada bayi dengan berat lahir sangat
rendah (ELBW) (1000 g).
3.6 Pembahasan Isi Artikel
Selama masa penelitian dalam jurnal didapatkan bahwa, kejadian
tahunan invasif kandidiasis menurun dari 3,6 per 1000 pasien menjadi 1,4 per
1000 pasien di antara semua bayi. Dari 24,2-11,6 per 1000 pasien di antara bayi
dengan berat lahir 750- 999 g. Dari 82,7 menjadi 23,8 per 1000 pasien di antara
bayi dengan berat lahir 750 g.
Profilaksis flukonazol meningkat di antara semua bayi dengan berat lahir
1000 g (atau 1500 g) dengan efek terbesar pada bobot lahir 750 g. Penggunaan ini
meningkat dari 3,8 per 1000 pasien pada tahun 1997 menjadi 110,6 per 1000
pasien pada tahun 2010.
Penggunaan broadspectrum antibiotik dan antibakteri menurun di antara
semua bayi yakni 275,7 per 1000 pasien pada tahun 1997 menjadi 48,5 per 1000
pasien pada tahun 2010.
Penggunaan terapi antijamur empiris meningkat dari waktu ke waktu
dari 4,0 per 1000 pasien pada tahun 1997 menjadi 11,5 per 1000 pasien di tahun
2010.
Kejadian kandidiasis invasif di NICU menurun selama periode studi 14
tahun. Meningkatnya penggunaan flukonazol profilaksis dan terapi antijamur
empiris, bersamaan dengan penurunan penggunaan antibiotik antibakteri spektrum
luas, dianggap berkontribusi terhadap penelitian dalam jurnal.

3.7 Implikasi Keperawatan


Penggunaan antibiotik merupakan salah satu bagian dari peran perawat
yaitu kolaborasi. Klien dengan kandidiasis harus mendapatkan terapi antibiotik
yang tepat karena pengobatan yang tepat akan menyembuhkan dengan optimal.
Peran lainnya yaitu sebagai advokat. Hal ini penting untuk dilakukan
bawasannya klien tidak bisa mendapatkan antibiotik yang seenaknya diresepkan
oleh dokter. Antibiotik memiliki efek yang signifikan terhadap kekebalan tubuh ke
depannya. Sehingga pengobatan dengan antibiotik harus dengan pengawasan.
Perawat dapat membela dan melindungi klien atas penyalahgunaan penggunaan
antibiotik. Apalagi kebanyakan penderita kandidiasis merupakan anak-anak yang
rentan terhadap antibiotik.

3.8 Opini Mahasiswa


Penggunaan antibiotik dalam pengobatan memerlukan pengawasan. Memang,
antibiotik ini banyak berkontribusi dalam pengobatan kandidiasis, tetapi dalam
pemakaian yang berlebihan dan tidak sesuai dosis justru akan menurunkan
kekebalan penggunanya. Khusunya anak-anak, dimana mungkin saja akan terjadi
resisten antibiotik. Khusunya kepada perawat, terdapat pro dan kontra atas
penggunaan antibiotik. Peran perawat khususnya sebagai advokat harus benar-
benar diterapkan dalam hal ini.

BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Moniliasis atau kandidiasis ialah infeksi yang disebabkan Candida.
Khususnya dari spesies Candida albicans. Infeksi ini menyerang membran
mukosa dan pada lipatan-lipatan kulit yang mudah lembab. Infeksi ini banyak
terjadi pada neonatus dan orang dengan daya tahan tubuh yang lemah. Pada
neonatus faktor seperti lahir prematur, berat badan lahir rendah, serta infeksi jalan
lahir juga mempengaruhi. Tanda dan gejala yang paling sering ialah bercak putih
kemerahan. Moniliasis dibedakan atas diaper rush, oral thrush, dan kongenital.
Tindakan keperawatan yang tepat perlu dilakukan untuk memanajemen
kesembuhan dengan baik.

4.2 Saran
4.2.1 Ibu
Ibu sebaiknya menjaga kebersihan benda-benda yang bersentuhan dengan bayi.
Khusunya popok dan dot. Popok yang tidak segera diganti ketika sudah penuh
maka akan menimbulkan ruam diaper rush. Sedangkan dot yang tidak bersih
menimbulkan oral thrush.
4.2.2 Perawat
Perawat bertugas memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada
ibu-ibu khusunya yang memiliki anak bayi agar menjaga kebersihan. Juga
meningkatkan pengawasan terhadap penggunaan antibiotik pada bayi saat
digunakan untuk terapi penyembuhan.
4.2.3 Mahasiswa Keperawatan
Mahasiswa dapat memberitahu atau mengedukasi keluarga yang memiliki anak
bayi. Khusunnya tentang kebersihan agar terhindar dari infeksi moniliasis.

DAFTAR REFERENSI

Behrman, Kliegman & Arvin, Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol. 2.
Jakarta: EGC
Haryo, Bagus K. 2014. Buku Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.
Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Gerald, Merenstem. 2010. Buku Pegangan Pediatri Edisi 1. Jakarta: EGC
Roy, Sir & Simon. 2003. Lecture Notes on Paediatric: Edisi Terjemah. Jakarta:
Erlangga.
Sofia Aliaga, Reese H, et. al. 2014. Changes in the Incidence of Candidiasis in
Neonatal Intensive Care Unit. Diakses online melalui
www.pediatrics.org/cgi/doi/10.1542/peds.2013-0671

Anda mungkin juga menyukai