Anda di halaman 1dari 10

BAB I

A. Latar Belakang
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dari tingkat satuan pendidikan
sekolah dasar hingga perguruan tinggi, dewasa ini semakin dibutuhkan. Seiring dengan
pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), berbagai persoalan pun
muncul dengan segala kompleksitasnya. Guna memecahkan persoalan-persoalan tersebut,
proses pendidikan dan pembelajaran perlu bersinergi dengan pelayanan bimbingan dan
konseling.
Optimalisasi pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah perlu dilakukan,
sehingga pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah benar-benar memberikan kontribusi
pada pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah yang bersangkutan.
Dalam keseluruhan pendidikan, guru merupakan faktor utama. Dalam tugasnya
sebagai pendidik, guru banyak sekali memegang berbagai jenis peranan yang mau tidak mau
harus dilaksankan sebagai seorang guru.Yang dimaksud sebagai peranan adalah suatu pola
tingkah laku tertentu yang merupakan ciri khas semua petugas dari suatu pekerjaan atau
jabatan tertentu. Setiap jabatan atau tugas tertentu akan menuntut pola tingkah laku tertentu
pula dan tingkah laku mana yang akan merupakan ciri khas dari tugas atau jabatan tadi.
Pada era globalisasi yang penuh dengan transparansi, kita melihat dan mendengar
bahwa masih ada guru yang belum atau tidak mengetahui bagaimana peranannya didalam
pekerjaannya, terutama dalam dunia pendidikan.Kita melihat begitu banyak guru-guru saat
ini terkadang tidak menjalankan tugas dan peranannya yang telah diberikan kepadanya
secara optimal dan profesional.
Ada bagi sebagian guru saat ini, untuk mengetahui peranan dan fungsinya
didalam dunia pendidikan dan disekolah merupakan suatu hal yang tabuh, hal ini
dikarenakan oleh kurangnya pemahaman guru terhadap profesi yang dijalaninya tersebut
dan kurangnya keinginan dalam diri untuk menjadi sosok guru yang profesional dalam
bidangnya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah peranan Kepala Sekolah dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling?
2. Bagaimanakah peranan Wakil Kepala Sekolah dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling?
3. Bagaimanakah peranan Guru mata pelajaran dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui peranan Kepala Sekolah dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling.
2. Untuk mengetahui peranan Wakil Kepala Sekolah dalam pelaksanaan bimbingan
dan konseling.
3. Untuk mengetahui peranan Guru mata pelajaran dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling.

D. Manfaat Makalah
1. Sebagai penambahan wawasan mengenai bagaimanakah peranan masing-masing
personil sekolah dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
2. Sebagai syarat pemenuhan tugas dari mata kuliah Bimbingan dan Konseling.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Personil Sekolah
Personil pelaksana pelayanan bimbingan di sekolah adalah segenap unsur yang
terkait pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dengan koordinator dan guru
pembimbing/konselor sebagai pelaksana utamanya. Bimbingan dan konseling disekolah
merupakan suatu kegiatan bersama. Semua personil sekolah yaitu, Kepala Sekolah, Wakil
Kepala Sekolah, dan Guru mata pelajaran mempunyai peranan masing-masing dalam
melaksanakan program Bimbingan dan Konseling. Dalam hal ini, guru pembimbing berperan
sebagai koordinator dan pelaksana utama. Berikut akan diuraikan peran dan tanggung jawab
personil sekolah dalam pelayanana BK.

1. Peran Kepala Sekolah dalam Pelayanan BK

Keberhasilan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak hanya


ditentukan oleh keahlian dan keterampilan para petugas bimbingan dan konseling itu sendiri,
namun juga sangat ditentukan oleh komitmen dan keterampilan seluruh staf sekolah,
terutama dari kepala sekolah sebagai administrator dan supervisor. Sebagai administrator,
kepala sekolah bertanggungjawab terhadap kelancaran pelaksanaan seluruh program sekolah,
khususnya program layanan bimbingan dan konseling di sekolah yang dipimpinnya. Karena
posisinya yang sentral, kepala sekolah adalah orang yang paling berpengaruh dalam
pengembangan atau peningkatan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolahnya. Sebagai
supervisor, kepala sekolah bertanggung jawab dalam melaksanakan program-program
penilaian, penelitian dan perbaikan atau peningkatan layanan bimbingan dan konseling. Ia
membantu mengembangkan kebijakan dan prosedur-prosedur bagi pelaksanaan program
bimbingan dan konseling di sekolahnya.

Kepala sekolah selaku penanggung jawab seluruh penyelenggaraan pendidikan di


sekolah memegang peranan strategis dalam mengembangkan layanan bimbingan dan
konseling di sekolah. Secara garis besarnya, Prayitno (2004) memerinci peran, tugas dan
tanggung jawab kepala sekolah dalam bimbingan dan konseling, sebagai berikut :

3
a. Mengkoordinir segenap kegiatan yang diprogramkan dan berlangsung di sekolah,
sehingga pelayanan pengajaran, latihan, dan bimbingan dan konseling merupakan suatu
kesatuan yang terpadu, harmonis, dan dinamis.
b. Menyediakan prasarana, tenaga, dan berbagai kemudahan bagi terlaksananya pelayanan
bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien.
c. Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program,
penilaian dan upaya tidak lanjut pelayanan bimbingan dan konseling.
d. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
e. Memfasilitasi guru pembimbing/konselor untuk dapat mengembangkan kemampuan
profesionalnya, melalui berbagai kegiatan pengembangan profesi.
f. Menyediakan fasilitas, kesempatan, dan dukungan dalam kegiatan kepengawasan yang
dilakukan oleh Pengawas Sekolah bidang BK.

Dinmeyer dan Caldwell (dalam Kusmintardjo, 1992) menguraikan peranan dan


tanggung jawab kepala sekolah dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah,
sebagai berikut:
1. Memberikan support, dorongan dan pimpinan untuk seluruh program bimbingan dan
konseling
2. Menentukan staf yang memadai, baik segi profesinya maupun jumlahnya menurut
keperluannya
3. Ikut serta dalam menetapkan dan menjelaskan peranan anggota-anggota stafnya;
4. Mendelegasikan tanggung jawab kepada konselor dalam hal pengembangan program
bimbingan dan konseling
5. Memperkenalkan peranan para konselor kepada guru-guru, murid-murid, orang tua
murid, dan masyarakat melalui rapat guru, rapat sekolah, rapat orang tua murid atau
dalam bulletin-buletin bimbingan dan konseling
6. Berusaha membentuk dan menjalin hubungan kerja yang kooperatif dan saling membantu
antara para konselor, guru dan pihak lain yang berkepentingan dengan layanan bimbingan
dan konseling
7. Menyediakan fasilitas dan material yang cukup untuk pelaksanaan bimbingan dan
konseling

4
8. Memberikan dorongan untuk pengembangan lingkungan yang dapat meningkatkan
hubungan antar manusia untuk menggalang proses bimbingan dan konseling yang efektif
(dalam hal ini berarti kepala sekolah hendaknya menyadari bahwa bimbingan dan
konseling terjadi dalam lingkungan secara global, termasuk hubungan antara staf dan
suasana dalam kelas)
9. Memberikan penjelasan tentang program bimbingan dan konseling bagi seluruh staf
sekolah
10. Memberikan dorongan dan semangat dalam hal pengembangan dan penggunaan waktu
belajar untuk pengalaman-pengalaman bimbingan dan konseling, baik klasikal, kelompok
maupun individual
11. Penanggung jawab dan pemegang disiplin di sekolah dengan memberdayakan para
konselor dalam mengembangkan tingkah laku siswa, namun bukan sebagai penegak
disiplin.

Sementara itu, Allen dan Christensen (dalam Kusmintardjo, 1992),


mengemukakan peranan dan tanggung jawab kepala sekolah dalam pelaksanaan
bimbingan dan konseling di sekolah sebagai berikut:
1. Menyediakan fasilitas untuk keperluan penyelenggaraan bimbingan dan konseling
2. Memilih dan menentukan para konselor
3. Mengadakan pembagian tugas untuk keperluan bimbingan dan konseling, misalnya para
petugas untuk membina perpustakaan bimbingan, para petugas penyelenggara testing,
dan sebagainya
4. Menyusun rencana untuk mengumpulkan dan menyebarluaskan infomasi tentang
pekerjaan/jabatan
5. Merencanakan waktu (jadwal) untuk kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling
6. Merencanakan program untuk mewawancarai murid dengan tidak mengganggu jalannya
jadwal pelajaran sehari-sehari.

2. Peran Wakil Kepala Sekolah dalam Pelayanan BK

Wakil kepala sekolah sebagi pembantu kepala sekolah, membantu kepala sekolah
dalam melaksanakan tugas-tugas kepala sekolah dalam hal:

5
1. Mengkoordinasikan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling kepada semua
personil sekolah.
2. Melaksanakan kebijakan pimpinan sekolah sekolah terutama dalam pelaksanaan layanan
bimbungan dan konseling.

3. Peran Guru Mata Pelajaran dalam Pelayanan BK

Di sekolah, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah melaksanakan kegiatan
pembelajaran siswa. Kendati demikian, bukan berarti dia sama sekali lepas dengan kegiatan
pelayanan bimbingan dan konseling. Peran dan konstribusi guru mata pelajaran tetap sangat
diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisien pelayanan Bimbingan dan Konseling di
sekolah. Bahkan dalam batas-batas tertentu guru pun dapat bertindak sebagai konselor bagi
siswanya. Wina, (2006) menyebutkan salah satu peran yang dijalankan oleh guru yaitu
sebagai pembimbing dan untuk menjadi pembimbing yang baik, guru harus memiliki
pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Sementara itu, berkenaan peran guru
mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling. Sofyan, (2005) mengemukakan bahwa guru-
guru mata pelajaran dalam melakukan pendekatan kepada siswa harus manusiawi-religius,
bersahabat, ramah, mendorong, konkret, jujur dan asli, memahami dan menghargai tanpa
syarat.

Prayitno (2003) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab guru-guru mata
pelajaran dalam bimbingan dan konseling adalah :

a. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa.


b. Membantu guru pembimbing/konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan
layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut.
c. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada
guru pembimbing/konselor.
d. Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing/konselor, yaitu siswa yang menuntut
guru pembimbing/konselor memerlukan pelayanan pengajar /latihan khusus (seperti
pengajaran/ latihan perbaikan, program pengayaan).
e. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-
siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan dan konseling.

6
f. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani layanan/kegiatan
yang dimaksudkan itu.
g. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi
kasus.
h. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan
bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.

Apabila dirinci ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh seorang guru ketika
ia diminta mengambil bagian dalam penyelenggaraan program bimbingan dan konseling di
sekolah.

1. Guru sebagai informator

Seorang guru dalam kinerjanya dapat berperan sebagai informator terutama


berkaitan dengan tugasnya membantu guru pembimbing atau konselor dalam
memasyarakatkan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa pada umumnya.
Melalui peranan ini guru dapat menginformasikan berbagai hal tentang layanan
bimbingan dan konseling, tujuan, fungsi, dan manfaatnya bagi siswa.

2. Guru sebagai fasilitator

Guru dapat berperan sebagai fasilitator terutama ketika dilangsungkan layanan


pembelajaran baik itu yang bersifat preventif ataupun kuratif. Dibandingkan guru
pembimbing, guru lebih memahami tentang keterampilan belajar yang perlu dikuasai
siswa pada mata pelajaran yang diajarnya. Maka pada saat siswa mengalami kesulitan
belajar, guru dapat merancang program perbaikan dengan mempertimbangkan tingkat
kesulitan yang dialami dan menyesuaikan dengan gaya belajar siswa. Sebaliknya, bagi
siswa yang pandai guru dapat memprogramkan tindak lanjut berupa kegiatan pengayaan.

3. Guru sebagai mediator

Dalam kedudukanya yang strategis, yakni berhadapan langsung dengan siswa,


guru dapat berperan sebagai mediator antara siswa dengan guru pembimbing. Hal itu

7
tampak misalnya pada saat seorang guru diminta untuk melakukan kegiatan identifikasi
siswa yang memerlukan bimbingan dan pengalihtanganan siswa yang memerlukan
bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing atau konselor sekolah.

4. Guru sebagai motivator

Dalam peranan ini guru dapat berperan sebagai pemberi motivasi siswa dalam
memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah skaligus memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memperoleh layanan konseling, misalnya pada saat
siswa seharusnya mengikuti pelajaran di kelas. Tanpa kerelaan guru dalam memberi
kesempatan kepada siswa menerima layanan, layanan konseling perorangan akan sulit
terlaksanan mengingat terbatasnya jam khusus bimbingan pada sekolah sekolah.

5. Guru sebagai kolabolator

Sebagai mitra seprofesi yakni sama sama sebagai tenaga pendidik di sekolah ,
guru dapat berperanan sebagai kolabolator konselor di sekolah, misalnya dalam
penyelenggaraan berbagai jenis layanan orientasi informasi, layanan pembelajaran atau
dalam pelaksanaan kegiatan pendukung seperti konferensi kasus, himpunan data dan
kegiatan lainya yang relevan.

8
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Personil pelaksana pelayanan bimbingan di sekolah adalah segenap unsur yang
terkait pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dengan koordinator dan guru
pembimbing/konselor sebagai pelaksana utamanya. Selain itu, kepala sekolah, wakil kepala
sekolah, dan guru mata pelajaran juga memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah.

Tugas-tugas pendidik untuk mengembangkan peserta didik secara utuh dan


optimal sesungguhnya merupakan tugas bersama yang harus dilaksanakan oleh guru, konselor,
dan tenaga pendidik lainnya sebagai mitra kerja. Masalah-masalah perkembangan peserta didik
yang dihadapi guru pada saat pembelajaran dirujuk kepada konselor untuk
penanganannya.Demikian pula, masalah-masalah peserta didik yang ditangani konselor terkait
dengan proses pembelajaran bidang studi dirujuk kepada guru untuk menindaklanjutinya.

Peranan adalah suatu pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri khas semua
petugas dari suatu pekerjaan atau jabatan tertentu. Setiap jabatan atau tugas tertentu akan
menuntut pola tingkah laku tertentu pula dan tingkah laku mana yang akan merupakan ciri
khas dari tugas atau jabatan tadi.
Jadi, peranan guru adalah setiap pola tingkah laku yang merupakan ciri-ciri
jabatan guru yang harus dilakukan guru dalam tugasnya.Peranan ini meliputi berbagai jenis
pola tingkah laku, baik dalam kegiatannya didalam sekolah maupun diluar sekolah. Guru yang
dianggap baik adalah mereka yang berhasil dalam memerankan peranan dengan sebaik-
baiknya, artinya dapat menunjukkan suatu pola tingkah laku yang sesuai dengan jabatannya
dan dapat diterima oleh lingkungan dan masyaraktnya.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan untuk untuk menjadi acuan bagi penulis
di masa yang akan datang.

9
DAFTAR PUSTAKA

Prayitno, dkk. 2004. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Depdiknas.

Sofyan S. Willis. 2004. Konseling Individual; Teori dan Praktek. Bandung : Alfabeta.

Wina Senjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.

http://kadrybonjoly.blogspot.co.id/2013/05/personil-sekolah-dalam-pelayanan.html

https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/08/13/peranan-kepala-sekolah-guru-dan-wali-kelas-
dalam-bimbingan-dan-konseling/

10

Anda mungkin juga menyukai